Anda di halaman 1dari 6

Materi Inisiasi Sesi 1

TPEN4500/TUGAS AKHIR PROGRAM

Teknologi Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran

Sumber: https://adiyastreasures.com/should-technology-in-education-be-encouraged/

Adalah penting bagi calon sarjana Teknologi pendidikan mengetahui histori teknologi Pendidikan
melalui perkembangan definisi yang dikeluarkan oleh tokoh/ organisasi AECT. Definisi
Teknologi Pendidikan diluncurkan secara bertahap oleh AECT, dan terus diperbaiki sesuai dengan
perkembangan dan kemajuan zaman. Hal ini terbukti dengan munculnya definisi tahun 1963, 1977,
1994, 2004 dan 2008.

Definisi tahun 1963, didorong oleh pendapat dari Edgar Dale dan David K. Berlo, yang
menyebutkan teknologi pendidikan sebagai komunikasi audiovisual. Pada definisi berikutnya
yakni tahun 1977, memisahkan antara definisi teknologi pendidikan (educational technology) dan
definisi teknologi pembelajaran (instructional technology).

Tahun 1972, AECT mengeluarkan rumusan baru yang merupakan penyempurnaan definisi
sebelumnya (1963, 1970,1971), bahwa “Teknologi pendidikan adalah suatu bidang garapan yang
berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam:
identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar
serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut”.
Kemudian tahun 1977 muncul definisi yang lebih lengkap yaitu ”Teknologi pendidikan adalah
proses yang kompleks dan terintegrasi meliputi orang, prosedur, gagasan, sarana, dan organisasi

1
untuk menganalisis masalah, merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan
masalah dalam segala aspek belajar pada manusia”. Pada definisi ini AECT berusaha
mengidentifikasi teknologi pendidikan sebagai suatu teori, bidang garapan dan profesi. Definisi
sebelumnya, kecuali pada tahun 1963, tidak menekankan teknologi pendidikan sebagai suatu teori.

Setelah jeda 17 tahun, AECT kembali merumuskan definisi pada tahun 1994, bahwa
teknologi pembelajaran sebagai sarana dan sumber sistematik berupa desain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian. Definisi yang muncul adalah nama teknologi
pembelajaran karena dianggap lebih membumi dan terapan. Definisi 1994 ini semakin
memperkokoh teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang garapan dan profesi, yang perlu
didukung oleh landasan teori dan praktek. Definisi ini juga berusaha menyempurnakan wilayah
atau kawasan bidang kegiatan teknologi pembelajaran melalui kajian terori dan penelitian. Di
samping itu, definisi ini berusaha menekankan pentingnya proses dan produk

Definisi tahun 2004 yang merupakan definisi terbaru, mengembalikan nama teknologi
pendidikan (educational technology) dalam rumusan definisinya. Kawasan bersifat tersirat harus
dimaknai sendiri oleh para praktisi dan teknologi pendidikan. Definisi tahun 2004 juga
memperhatikan perilaku ahli dan praktisi TP. Hal ini terbukti dengan mencantumkan etika dalam
definisinya. Etika secara umum berlaku untuk setiap disiplin ilmu dan menjaga ahli dan praktisi
agar selalu ingat apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang sebaiknya dihindari untuk dilakukan.

Selain definisi yang sudah dijelaskan di atas, AECT 2008, mengeluarkan definisi terbaru
bahwa Teknologi Pendidikan adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan
meningkatkan kinerja dengan menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses teknologi yang
sesuai dan sumber daya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa teknologi pembelajaran
adalah suatu disiplin ilmu dan teknologi pembelajaran yang dapat dipakai bergantian dengan
istilah teknologi pendidikan. Tujuan utama teknologi pembelajaran adalah untuk memecahkan
masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran, meningkatkan kinerja, menggunakan
pendekatan sistemik (holistik atau menyeluruh). Teknologi pembelajaran tidak hanya bergerak di
persekolahan tapi juga dalam semua aktifitas manusia (seperti perusahaan, keluarga, organisasi

2
masyarakat, dll) sejauh berkaitan dengan upaya memecahkan masalah belajar dan peningkatan
kinerja,

Apa dan bagaimana lingkup bidang tugas Teknologi Pendidikan berkaitan dengan dunia
pendidikan? Bidang tugas TP adalah Facilitating learning (memfasilitasi belajar) dan improving
performance (meningkatkan kinerja). Kawasan memfasilitasi belajar (facilitating learning)
mendorong terjadinya proses belajar secara alami dalam diri peserta didik dengan cara menyiapkan
lingkungan fisik dan sumber belajar yang memadai, sesuai kebutuhan. Pelaksanaan memfasilitasi
belajar disesuaikan dengan aliran-aliran belajar yang ada, seperti aliran behavioristik,
kognitivistik, dan konstruktivistik. Memfasilitasi belajar artinya memberikan kemudahan dalam
belajar, mengelola lingkungan agar terjadi belajar. Pengelolaan lingkungan tersebut, tidak hanya
meliputi fasilitas namun juga orang, strategi pembelajaran, media pembelajaran dan lain-lain.

Kawasan meningkatkan mutu kinerja (improving performance) ini menunjukkan


kiprah TP dalam membantu masyarakat luas yakni peserta didik secara perorangan, pengajar,
desainer pembelajaran dalam suatu organisasi. Secara khusus, kawasan peningkatan mutu kinerja
berkenaan dengan intervensi bersifat pembelajaran yang dapat dilakukan dalam suatu organisasi
demi memfasilitasi belajar. Kawasan improving performance adalah suatu upaya meningkatkan
kinerja dan kiprah ahli TP di masyarakat. Berkaitan dengan bagaimana menemukan jawaban atau
solusi atas masalah kinerja rendah yang ada di organisasi, yang biasa disebut dengan intervensi.
Upaya yang harus dilakukan bidang keahlian TP, adalah dengan creating, using and managing.

Intervensi dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran seperti pelatihan atau lokakarya
atau diberikan dalam bentuk pembelajaran berupa panduan kerja, manual, pembentukan tim kerja
yang efektif, atau himbauan kepada pimpinan organisasi atas kebijakan baru terkait dengan upaya
membelajarkan dan memfasilitasi belajar dll. Intervensi dapat dilakukan terhadap perorangan,
dalam program mentoring atau coaching; secara berkelompok, dan untuk tatanan keseluruhan
organisasi. Alternatif lain adalah menyelenggarakan pelestarian pengetahuan melalui program
pengelolaan pengetahuan. Alternatif ini memberdayakan potensi SDM berpengetahuan di internal
organisasi agar mereka dapat menjadi asset serta menularkan pengetahuan mereka kepada
karyawan lain. Dengan demikian, organisasi tersebut tetap mampu bersaing dengan organisasi
lain.

3
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bidang garapan TP ada yang berwujud
dan tidak berwujud. Yang berwujud berkaitan dengan produk mulai dari media sederhana hingga
tercanggih dan bagaimana memproduksinya. Sedangkan bidang garapan tak berwujud, dapat
berupa kegiatan memberikan pendapat atau saran para professional TP dalam bentuk jasa
konsultasi, kegiatan yang terkait dengan penyelenggaraan proses belajar dan pembelajaran di
sekolah dan organisasi serta program pengelolaan pengetahuan (knowledge management).

Fokus Teknologi Pendidikan “ Belajar dan Peningkatan kinerja”.

Teknologi pendidikan memaknai belajar sebagai objek. Objek formal belajar untuk
memberi kesempatan kepada semua pihak untuk memperoleh belajar secara formal di sekolah,
dengan keragaman model maupun penerapan teknologi. Artinya Belajar merupakan aspek penting
dalam teknologi pendidikan sebagaimana yang telah disebutkan dan tercantum dalam definisi
teknologi pendidikan. Belajar merupakan faktor internal, terjadi di dalam diri seseorang yang
dipengaruhi oleh latar belakang, pengalaman, kemampuan prasyarat, minat dan motivasi, serta
adanya upaya khusus untuk menciptakan proses belajar itu sendiri. Upaya khusus tersebut disebut
pembelajaran, yang berfungsi sebagai faktor eksternal atau pendukung yang dapat menghidupkan
proses belajar seseorang.

Pembelajaran adalah segala daya dan upaya yang dilakukan pembelajar secara sengaja,
dikontrol pelaksanaannya, serta ditetapkan terlebih dahulu tujuannya agar tercipta suasana belajar
dalam diri peserta didik. Pembelajaran dikatakan sebagai faktor eksternal, proses tersebut terjadi
sedemikian rupa yang dapat mendukung dan menghidupkan proses belajar (internal).
Pembelajaran sebagai faktor eksternal adalah stimuli yang disediakan. Stimuli dikelola
dengan berbagai pendekatan, yaitu mulai dari yang termudah atau sederhana, konkret, secara
bertahap meningkat dalam bentuk yang lebih sulit, dan abstrak. Peran guru dalam pembelajaran
diantranya, guru sebagai demonstrator, guru sebagai pengelola kelas, guru sebagai mediator dan
fasilitator, serta guru sebagai evaluator. Dengan berbagai peran guru dalam pembelajaran, jelas
terlihat bahwa guru mempunyai peranan utama dan cukup menentukan dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran, dimana kegiatan tersebut merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan.
Proses pembelajaran itu sendiri merupakan proses komunikasi antara pembelajar sebagai
komunikator dan pemelajar sebagai komunikan, ataupun komunikasi sesama pemelajar. Dalam

4
kegiatan komunikasi, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan. Media digunakan untuk mempermudah proses komunikasi, media juga dapat digunakan
sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang sering terjadi dalam sebuah proses komunikasi.
Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan dan terkendali.

Oleh karenanya bagi seorang teknologi pembelajaran/pendidikan, memahami dan


mengkaji tentang proses belajar dan pembelajaran adalah suatu keharusan agar mampu
menciptakan inovasi dan terobosan baru dalam pembelajaran sebagai solusi yang eksklusif untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Satu hal yang mempengaruhi berbagai inovasi dalam
pembelajaran dan peningkatan kualitas pembelajaran adalah pemanfaatn sumber belajar dan media
pembelajaran sebagi satu hal penting yang juga harus dikuasai oleh ahli Teknologi Pendidikan.

Perspektif tentang bagaimana belajar berasal dari berbagai ahli dengan teori belajar yang
berbeda. Gaya belajar peserta didikpun perlu menjadi bahan yang dipertimbangkan. Gaya belajar
berkaitan dengan bagaimana cara seseorang menyerap, mengolah, dan memahami suatu
informasi serta mengingatnya dalam memori dengan cara yang konsisten. Ada tiga modalitas
belajar yakni visual, auditori, dan kinestetik. Visual adalah gaya belajar dengan cara melihat,
mengamati, memandang, dan sejenisnya. Auditori adalah gaya belajar dengan cara mendengar.
Dan kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh. Begitu pula
dengan kecerdasan/intelegensi setiap peserta didik.

Menurut Gardner, kecerdasan seseorang tidak hanya berkaitan dengan IQ saja, melainkan
banyak kemampuan individu yang bersifat unik. Klasifikasi kemampuan terbagi ke dalam
sembilan kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan visual-
spasial, kecerdasan musical, kecerdasan naturalis, kecerdasan kinestetik, kecerdasan interpersonal,
kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan eksistensialis. @DA

Sumber Utama: BMP Kawasan Teknologi Pendidikan TPEN4207

Atwi, Suparman, (2021), Teknologi Pendidikan dalam Pendidikan Jarak Jauh, Jakarta,
Universitas Terbuka,

5
Barbara B. Seels & Rita C.Richey, 1994, Teknologi Pembelajaran Defenisi dan
Kawasaannya, Jakarta, Unit Penerbitan Universitas Negeri Jakarta,
Miarso, Yusufhadi Prof.Dr. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta :
Prenada media
Prawiradilaga, Dewi Salma & Eveline Siregar. 2004. Mozaik Teknologi Pendidikan.
Jakarta; Prenada Media
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta 61-65

Semangat & Selamat Belajar !

Anda mungkin juga menyukai