Anda di halaman 1dari 15

Nama : Lutvia Zamira

Npm : 2010103010054
Mata Kuliah/kelas : Pendidikan Agama / B3
Dosen Pengampu : Naili Sumaiya, SH.,MH
Fakultas/prodi : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik / Ilmu Politik

(1)
Manusia dan Alam Semesta

1. Manusia Menurut Persfektif Sains


Dalam sains dikenal teori pertama yang dapat dikenali dari Aristotle (384-322M) yang
disebut sebagai teori Abiogenesis atau Generasio Spontanea. Menurut teori ini, semua yang
hidup muncul secara terus menerus dari yang mati atau materi. Adapula teori Darwin yang
berdasarkan atas seleksi alam yang dapat menghasilkan perubahan besar pada organisme setelah
waktu yang lama bahkan pada suatu saat tertentu dapat menghasilkan spesies baru. Dia juga
mengatakan bahwa semua organisme yang meliputi seluruh tumbuhan dan hewan yang ada dan
pernah ada berkembang dari beberapa atau bahkan satu satu bentuk yang sangat sederhana
melalui proses penurunan dengan modifikasi melalui seleksi alam.
Namun, seiring dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan modern, teori Darwin ini
lambat laun digugurkan oleh para ilmuwan-ilmuwan modern yang disebabkan karena kegagalan
Darwin dalam menjelaskan proses mekanisme transdormasi gen dari DNA kera menjadi
manusia. Sungguh sangat gempar dan ironis bagi para ilmuwan dan kita pada saat ini yang telah
lama belajar mendalami ilmu dan konsep teorinya.Hal ini dapat dilihat melalui dalam diagram
yang dibuat oleh Washburn (tahun 1960). Persoalan jika benar manusia berasal dari kera
mengapa manusia tidak berubah menjadi kera dan begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu,
manusia dan kera berbeda dan teori ini tidak relevan.

2. Manusia Menurut Agama


Manusia Menurut Agama Menurut agama Islam, manusia adalah makhluk yang sudah di
takdirkan untuk memimpin sebuah peradaban, dan makhluk yang paling sempurna yang
diciptakan oleh segumpal tanah Oleh Allah SWT. Pada saat manusia di lahirkan ia membawa
kemampuan yang fitrah, fitrah inilah yang disebut sebagai potensi yang juga bisa di jadikan
sebuah kemampuan yang dapat merubah pola hidup mau itu bersosial atau bernegara. Konsep
manusia adalah konsep sentral bagi setiap disiplin ilmu sosial kemanusiaan yang menjadikan
manusia sebagai objek formal dan materialnya. Agar konsep manusia yang kita bangun bukan
semata-mata merupakan konsep yang spekulatif, maka kita mesti bertanya pada Dzat yang
mencipta dan mengerti manusia, yaitu Allah SWT, melalui Al-Qur'an.

3. Kedudukan Dan Peranan Manusia di Alam Semesta


Secara ontologi kedudukan manusia pada dasarnya adalah makhluk. Yaitu, sesuatu yang
diciptakan dan telah dirancang untuk tujuan dan fungsi tertentu. Adapun yang menetapkan
rancangan tujuan dan fungsi tersebut bukanlah manusia itu sendiri sebagai ciptaan, tetapi Allah
sebagai al-Khaliq. Peranan Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki
tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya
manusia dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT.
Akal dan pikiran tersebut yang akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya.
Dalam hidup di dunia, manusia diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah
di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba
Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai hamba Allah,
manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena itu, tugasnya hanya menyembah
kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi
sangat besar, karena Allah Maha Besar maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki
tanggung jawab dan otoritas yang sangat besar.
( 2)
Agama Islam

1. Terminologi Agama Dan Ad-Din


Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan Islam adalah agama wahyu
berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad
Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan
pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Suatu sistem keyakinan dan
tata-ketentuan yang mengatur segala perikehidupan dan penghidupan asasi manusia dalam
berbagai hubungan: dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam lainnya. Bertujuan: keridhaan
Allah, rahmat bagi segenap alam, kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Pada garis besarnya terdiri atas akidah, syariat dan akhlak. Bersumberkan Kitab Suci Al-
Quran yang merupakan kodifikasi wahyu Allah SWT sebagai penyempurna wahyu-wahyu
sebelumnya yang ditafsirkan oleh Sunnah Rasulullah Saw.
Terminologi Islam secara bahasa (secara lafaz) memiliki beberapa makna. Makna-makna
tersebut ada kaitannya dengan sumber kata dari "Islam" itu sendiri. Islam terdiri dari huruf dasar
(dalam bahasa Arab): "Sin", "Lam", dan "Mim". Beberapa kata dalam bahasa Arab yang
memiliki huruf dasar yang sama dengan "Islam", memiliki kaitan makna dengan Islam. Dari
situlah kita bisa mengetahui makna Islam secara bahasa. Jadi, makna-makna Islam secara bahasa
antara lain: Al istislam (berserah diri), As salamah (suci bersih), As Salam (selamat dan
sejahtera), As Silmu (perdamaian), dan Sullam (tangga, bertahap, atau taddaruj).
Dalam KBBI kata Din merupakan kata benda yang berarti "agama". Contoh; dinul-Islam,
agama Islam. Sedangkan kata millah tidak ditemukan serapannya, meskipun begitu kata ini
banyak ditemukan di dalam buku-buku Islam berbahasa arab terjemahan Indonesia, yang memiki
arti semakna dengan Din. Contoh; Millah Ibrahim, agamanya Ibrahim.

(3)
Sumber Agama Islam

1. Al-Qur’an Hadist Dan Ijtihad


Al-Qur’an, Al-Hadis dan Al-Ijtihad adalah sumber hukum di dalam Islam. Al-Quran
adalah kitab suci yang berisi firman-firman Allah SWT. Al-Hadis adalah semua berita yang
asalnya dari ucapan, perbuatan, takrir dan sifat-sifa Rasulullah SAW. Adapun Al-Ijtihad adalah
sumber hukum yang berasal dari pemikiran dan pertimbangan yang matang para ahli agama.
Al-Quran merupakan sumber hukum yang pertama dan utama. Al-Quran mengatur
berbagai hal, mulai dari hubungan manusia dengan Allah SAW, hubungan manusia dengan
sesama manusia, serta hubungan manusia dengan alam semesta. Fungsi dari Al-Quran ini adalah
sebagai petunjuk sekaligus pedoman bagi umat manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia
juga di akhirat.
Al-Hadis ditempatkan sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Quran. Al-Hadis ini
banyak menjelaskan hal-hal yang sifatnya belum terperinci di dalam Al-Quran. Hadis terbagi
atas 3 yakni: hadis Qauliyah, Fi’liyah dan Takririyah.
Terakhir Al-Iitihad yang dari aspek bahasa diartikan sebagai berusaha dengan sangat
bersungguh-sungguh. Adapun dari istilah, Ijtihad ini bermakna hukum yang tidak terdapat di
dalam Quran dan Hadis yang kemudian dimunculkan dengan memakai akal sehat juga
pertimbangan yang sangat matang.
Al-Ijtihad adalah sumber hukum islam yang ketiga setelah Quran dan Hadis. Fungsi
utamanya adalah untuk menetapkan hukum yang tak ditemukan dasar atau dalilnya dengan pasti
di dalam Quran dan Hadis.

(4)
Aqidah
1. Aqidah Ahlusunnah Waljamaah

‘Aqidah (ُ‫ )اَ ْل َعقِ ْي َدة‬menurut bahasa Arab (etimologi) berasal dari kata al-‘aqdu (ُ‫)ال َع ْقد‬
ْ yang
َّ
berarti ikatan, at-tautsiiqu(ُ‫ )التوْ ثِ ْيق‬yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu
ْ yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu biquw-wah (‫ )ال َّر ْب^طُ بِقُ^ َّو ٍة‬yang
(‫)اِإل حْ َكا ُم‬
berarti mengikat dengan kuat.
Sedangkan menurut istilah ‘aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada
keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya. Jadi, ‘Aqidah Islamiyyah adalah keimanan
yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan segala pelaksanaan
kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-
Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-apa yang
telah shahih tentang prinsip-prinsip agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman
kepada apa yang menjadi ijma’ (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita
qath’i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur-
an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma’ Salafush Shalih.
2. Tauhid dan Ma’rifatullah
Tauhid merupakan pengetahuan yang meyakini bahwa sesuatu itu satu. Dalam ajaran
Islam, hal ini berkaitan dengan sifat keesaan Allah, bahwa Allah itu satu. Di sini, setiap umat
Muslim mempercayai bahwa tiada Tuhan selain Allah, Sang Pencipta semesta alam dan segala
isinya yang memiliki semua sifat kesempurnaan.
Selain meyakini sifat keesaan serta kesempurnaan Allah, orang yang telah mempelajari
dan menerapkan arti tauhid juga akan meyakini kebenaran setiap ajaran Rasul. Bahwa rasul
merupakan manusia utusan Allah yang telah diberikan pengetahuan serta pelajaran agar dapat
disebarluaskan kepada seluruh umatnya.
Ma’rifat adalah pengetahuan yang tidak menerima keraguan terhadap Zat dan Sifat Allah
SWT “. Ma’rifat terhadap Zat Allah adalah mengetahui bahwa sesungguhnya Allah adalah
wujud Esa, Tunggal dan sesuatu Yang Maha Agung, Mandiri dengan sendiri-Nya dan tiada
satupun yang menyerupai-Nya.
Sedangkan ma’rifat sifat adalah mengetahui dengan sesungguhnya Allah itu Maha Hidup,
Maha Mengetahui, Maha Kuasa, Maha Mendengar dan Maha Melihat dengan segala sifat-sifat
kesempurnaan-Nya.

3. Syarat Sah Dan Pembatalan Syahadat


Ada 7 Syarat sah syahadat, yaitu:
1.Ilmu 5.Jujur
2.Yakin 6.Iklas
3.Menerima 7.Cinta
4.Taat/Patuh

Ada 9 perkara yang membatalkan syahadat, yaitu:


1.Syirik Kepada Allah SWT
2.Orang yang menjadikan antara dia dan Allah perantara-perantara
3.Orang yang tidak mau mengkafirkan orang musyrik dan orang yang masih ragu terhadap
kekufuran mereka atau membenarkan madzhab mereka,dia itu kafir
4.Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi Muhammad SAW lebih sempurna dari
petunjuk beliau.
5.Membenci ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW sekalipun dia juga mengamalkannya
6.Menghina sesuatu dari agama Rasulullah SAW
7.sihir
8.Membantu Kaum Musyrikin dan menolong mereka dalam memusuhi umat islam
9.berpaling dari agama Allah SWT, tidak mempelajarinya dan juga mengamalkannya.
Ibadah

(5)
IBADAH

1. Kaedah Ushul dalam Ibadah


Hukum asal dalam ibadah adalah terlarang, maka suatu ibadah tidak disyariatkan kecuali
ibadah yang disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya”[1. Al Qawaid Wal Ushul Al Jami’ah, 72].
Dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Husain Al Jizani mengenai makna kaidah ini, beliau
mengatakan: “hukum mustas-hab (hukum asal) yang ada pada aktifitas taqarrub (mendekatkan
diri) kepada Allah adalah terlarang dan haram, tertolak dan batil, kecuali ibadah yang datang
dalilnya dari syariat dan diizinkan oleh syariat maka ia tidak terlarang”.

2. Menyikapi Perbedaan Mazhab


Perbedaan mazhab dalam persoalan ijtihadiyyah terkadang menyebabkan hubungan
sesama umat Islam tidak harmonis. Padahal walau berbeda pendapat, para ulama pendiri empat
madzhab tidak pernah mencela satu sama lain, justru mereka tidak segan-segan berguru kepada
lainnya.  sikap yang tepat untuk menyikapi khilafiyyah yaitu, memahami kembali pemahaman
empat madzhab; Hanafi (Imam Abu Hanifah), Maliki (Imam Malik bin Anas), Syafi'i (Imam
Syafi'i), dan Hambali (Imam Ahmad bin Hanbal).

3. Syarat Diterimanya Ibadah


Para ulama sepakat menyatakan bahwa secara umum suatu ibadah akan diterima oleh
Allah Swt apabila memenuhi dua syarat mutlak yaitu ikhlas dan mutaba’ah Ar-Rasul Saw
(mengikuti petunjuk Rasul Saw). Kedua syarat ini mesti ada dan tidak bisa dipisahkan. Bila
hanya ikhlas saja, namun tidak sesuai petunjuk Rasul Saw, maka ibadah kita tidak akan diterima.
Begitu pula sebaliknya bila ibadah yang kita kerjakan sesuai dengan petunjuk Rasul Saw, namun
tidak ikhlas, maka tidak akan diterima. Suatu ibadah baru akan diterima bila dikerjakan secara
ikhlas dan sesuai dengan Sunnah Rasul Saw.

(6)
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MUAMALAH

1. Kaedah Ushul Dalam Muamalah


Muamalah ( ‫ ) معاملة‬secara bahasa berasal dari kata ‫ معاملة‬- ‫ يعامل‬- ‫ عامل‬yang artinya saling
bertindak, saling berbuat dan saling mengamalkan. Sedangkan menurut istilah Muamalah adalah
tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditentukan. Bila
dihubungkan dengan lafaz fiqh, mengandung arti aturan yang mengatur hubungan antara
seseorang dengan orang lain dalam pergaulan hidup di dunia.

Pengertian muamalah menurut istilah syariat Islam adalah suatu kegiatan yang mengatur
hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan sesama umat manusia. Adapun muamalah secara
etimologi memiliki makna yang sama dengan al-mufa’ala yaitu saling berbuat, yang berarti
hubungan kepentingan antar seseorang dengan orang lain.

2. Jenis-Jenis Muamalah
Syirakh
syirah merupakan suatu akad di mana dua pihak yang melakukan kerjasama dengan
tujuan untuk memperoleh keuntungan. Selain itu, syirakh juga bisa dimaknai mencampurkan dua
bagian menjadi satu, sehingga tidak bisa dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Adapun
rukun syirakh di antaranya barang harus halal, objek akad harus pekerjaan dan modal, dan pihak
pelaku akad harus memiliki kecakapan melakukan pengelolaan harta.

Jual Beli
Dalam hukum Islam, kegiatan ekonomi atau jual belu memiliki arti suatu kegiatan atau
kesepakatan dalam menukar barang dengan tujuan untuk dimiliki selamanya. Adapun beberapa
syarat saat proses jual beli di antaranya berakal sehat, transaksi dilakukan atas dasar kehendak
sendiri, dan penjual maupun pembeli harus punya akal, baligh, dan lain sebagainya.

Murabahah
Murabahah adalah pembayaran angsuran yang diketahui oleh kedua pihak. Baik dari
ketentuan margin keuntungan atau harga pokok pembelian.

Sewa menyewa
Sewa menyewa atau dalam Islam disebut akad ijarah merupakan suatu imbalan yang
diberikan kepada seseorang atas jasa yang telah diberikan, seperti kendaraan, tenaga, tempat
tinggal, dan pikiran. Adapun beberapa syaratnya ialah barang yang disewakan menjadi hak
sepenuhnya dari pihak pemberi sewa, kedua belah pihak harus berakal sehat, dan manfaat barang
yang disewakan harus diketahui jelas oleh penyewa.

Hutang piutang
Hutang piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada orang dengan catatan suatu saat
nanti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Beberapa rukun hutang piutang di antaranya harus
ada barang atau harta, adanya ijab qabul, dan adanya pemberi hutang atau penghutang.

3. Tujuan Muamalah
Tujuan muamalah adalah terciptanya hubungan yang harmonis antara sesama manusia,
sehingga tercipta masyarakat yang rukun dan tentram. Adapun hubungan ini berupa jalinan
pergaulan, saling menolong dalam kebaikan dalam upaya menjalankan ketaatannya kepada Allah
SWT.

(7)
MEMAHAMI DAN MENJELASKAN AKHLAK
DALAM AGAMA ISLAM

Akhlak berasal dari kata khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Sedangkan secara istilah akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa
yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang
melahirkan perbuatanperbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan
lagi.

1. Akhlak Terhadap Allah

Akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Allah sebagai khaliq. Akhlak yang baik kepada
Allah adalah ridha terhadap hukum-Nya baik secara syar’i maupun secara takdir. Ia menerima
hal itu dengan lapang dada dan tidak mengeluh.

Jika Allah menakdirkan sesuatu kepada seorang muslim yang tidak disukai oleh muslim
itu, dia merasa ridha, menerima, dan bersabar. Ia berkata dengan lisan dan hatinya: Aku ridha
Allah sebagai Rabbku. Jika Allah menetapkan hukum syar’i, ia pun ridha dan menerima. Ia
tunduk kepada syariat Allah Azza Wa Jalla dengan lapang dada dan jiwa yang tenang. Beberapa
bentuk akhlak terhadp Allah, yaitu menaati segala perintah-Nya, beribadah kepada Allah,
berzikir kepada Allah, berdo’a kepada Allah, tawakal.

2. Akhlak Terhadap Rasul

Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman. Semua orang Islam
mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna mengimani ajaran
Rasulullah SAW adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya. Ahlus sunnah mencintai
Rasulullah SAW dan mengagungkannya sebagaimana para sahabat beliau mencintai beliau lebih
dari kecintaan mereka kepada diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Beberapa bentuk akhlak
kepada Rasulullah, yaitu menghidupkan sunnah, taat, selalu bershalawat, mencintai keluarga
Rasulullah.

3. Akhlak Terhadap Orang Tua

Akhlak kepada kedua orang tua adalah jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan baik
karena kebiasaan tanpa pemikiran dan pertimbangan sehingga menjadi kepribadian yang kuat
didalam jiwa seseorang untuk selalu berbuat baik kepada orang yang telah mengasuhnya mulai
dari dalam kandungan maupun setelah dewasa. Adapun akhlak terhadap orang tua adalah
menyayanginya, mencintainya,menghormatinya, mematuhinya, dan merendahkan diri padanya
serta sopan kepadanya.

Selain akhlak, ada juga yang namanya adab. Adab secara bahasa berasal dari bahasa
Arab yaitu Addaba - Yu'addibu - Ta'dib yang dapat diartikan sebagai sebuah proses mendidik
atau pendidikan. dikaitkan dengan akhlak yang mempunyai arti budi pekerti, tingkah laku,
perangai sesuai dengan nilai-nilai Islam.

1. Adab Kepada Guru

Dalam menuntut ilmu, seorang murid harus selalu menghormati, menghargai, dan
menjunjung tinggi seseorang yang mampu menjadi sumber ilmu tersebut. Dalam hal ini adalah
guru yang begitu berjasa terhadap kita. Oleh sebab itu, memuliakan guru wajib hukumnya bagi
pencari ilmu agar ilmunya berguna dan membawa keberkahan.
Kita harus hormat kepada guru karena guru adalah pihak yang berperan penting dalam
memberikan ilmu dan bekal kehidupan kepada kita, baik dalam bentuk ilmu pengetahuan,
maupun nilai serta norma-norma yang berlaku dalam kehidupan.
2. Adab Kepada Orang Islam

Dalam sebuah hadist dikatakan bahwa hak seorang muslim atas muslim yang lain ada
enam, yaitu Jika engkau bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, jika dia mengundangmu
maka datanglah, jika dia meminta nasehat kepadamu maka berilah nasehat, jika dia bersin lalu
mengucapkan Alhamdulillah maka doakanlah, jika dia sakit maka jenguklah, dan jika ia
meninggal maka iringilah jenazahnya.

3. Adab Terhadap Lingkungan

Ada beberapa adab terhadap lingkungan, yaitu mencintai lingkungan, menjaga


lingkungan agar tetap bersih, merawat lingkungan, melestarikan lingkungan dan alam, tidak
Mnghancurkan lingkungan, tidak mencemari lingkungan, tidak menebang pepohonan.

(8)
ISLAM DISIPLIN ILMU

1. Sejarah Peradaban Islam

pada dasarnya, sejarah peradaban Islam dibagi menjadi tiga periode. Yaitu, periode
klasik, periode pertengahan (jatuhnya Baghdad sampai ke penghujung abad ke-17 M), dan
periode modern.

Periode klasik
“Ini merupakan masa kemajuan, keemasan dan kejayaan Islam dan dibagi ke dalam dua
fase. Pertama, adalah fase ekspansi, integrasi dan pusat kemajuan (650 – 1000 M). Kedua, fase
disintegrasi (1000 – 1250 M),” menurut Syamruddin.
Pada masa inilah daerah Islam meluas dari Afrika utara sampai ke Spanyol di belahan
Barat dan melalui Persia hingga ke India di belahan Timur. Daerah-daerah itu tunduk kepada
kekuasaan Islam. Sejumlah ulama besar bermunculan di fase ini. Seperti Imam Malik, Imam Abu
anifah, Imam Syafi’i dan Imam Ibn Hambal dalam bidang Fiqh. Imam al-Asya’ri, Imam al-
Maturidi, Wasil ibn ‘Ata’, Abu Huzail, Al-Nazzam dan Al-Jubba’i dalam bidang Teologi.
Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami dan alHallaj dalam bidang Tasawuf. Al-Kindi, al-
Farabi, Ibn Sina dan Ibn Miskawaih dalam bidang Falsafat. Ibn Hayyam, al-Khawarizmi, al-
Mas’udi dan al-Razi dalam bidang Ilmu Pengetahuan, dan lain-lainnya.
Ilmu pengetahuan baik dalam bidang agama, umum dan kebudayaan juga ikut
berkembang. Namun pada fase disintegrasi, keutuhan umat Islam dalam bidang politik mulai
pecah.

Periode Pertengahan
Syamruddin juga membagi periode pertengahan sejarah peradaban Islam dengan dua fase
yaitu fase kemunduran dan fase tiga kerajaan besar. Pertama, fase kemunduran (1250 – 1500 M).
Di masa ini desentralisasi dan disintegrasi bertambah meningkat. Perbedaan antara Sunni dan
Syi’ah dan juga antara Arab dan Persia bertambah nyata kelihatan. Dunia Islam terbagi dua.
Bagian Arab yang berpusat di Mesir terdiri dari Arabia, Irak, Suria, Palestina, Mesir dan Afrika
utara. Bagian Persia yang berpusat di Iran terdiri dari Balkan, Asia kecil, Persia dan Asia tengah.
Kebudayaan Persia mendesak kebudayaan Arab.

Kedua, fase tiga kerajaan besar (1500 – 1700 M) dan masa kemunduran (1700 – 1800
M). Tiga kerajaan besar tersebut adalah kerajaan Usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia dan
kerajaan Mughal di India.

Periode Modern
Syamruddin menyebutkan, "Periode modern (1800 - sekarang) merupakan zaman
kebangkitan umat Islam." Umat Islam mulai sadar bahwa di Barat telah timbul peradaban baru
yang lebih tinggi dan menjadi ancaman. Itu dimulai sejak jatuhnya Mesir ke tangan Barat. Pada
periode modern umat Islam heran melihat kebudayaan dan kemajuan Barat. Raja-raja dan para
pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam
kembali.

"Karena umat Islam heran melihat alat-alat ilmiah seperti teleskop, mikroskop, alat-alat
untuk percobaan kimiawi, dan dua set alat percetakan dengan huruf Latin, Arab dan Yunani yang
dibawa serta oleh Napoleon. Jadi, di periode modern ini, timbullah pemikiran-pemikiran, ide-ide
mengapa umat Islam lemah, mundur, dan bagaimana mengatasinya, dan perlu adanya
pembaharuan dalam Islam," ungkap Syamruddin.

(9)
PROXY WAR
1. Pengertian Proxy War

Proxy War adalah perang terselubung di mana salah satu pihak menggunakan orang lain
atau pihak ketiga untuk melawan musuh. Dengan kata lain, proxy war artinya perang tidak
tampak. Proxy war menggunakan cara-cara halus untuk menghancurkan dan mengalahkan lawan
menggunakan pihak ketiga. Misalnya negara-negara kecil atau non stateactors (aktor tanpa
negara) yang bisa berupa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi massa (Ormas),
kelompok masyarakat, maupun perorangan. Sistem perang ini diharapkan bahwa pihak ketiga
tersebut tidak menimbulkan perang skala penuh selama konflik berlangsung.

Hampir mustahil untuk memiliki proxy war yang murni, sebab pihak ketiga yang
berjuang untuk bangsa tertentu biasanya juga memiliki kepentingan mereka sendiri, yang dapat
menyimpang dari para patron mereka. Tujuan Proxy War adalah menaklukan suatu bangsa oleh
bangsa lain yang berniat jahat menguasai negeri dengan segala kekayaan alamnya.

2. Contoh Proxy War

Perang Korea
Perang Korea terjadi sejak 25 Juni 1950 sampai27 Juli 1953. Perang ini juga disebut
"perang yang dimandatkan” (bahasa Inggris: proxy war) antara Amerika Serikat bersama sekutu
PBB-nya dengankomunis Republik Rakyat Tiongkok yang bekerjasama dengan Uni Soviet (juga
anggota PBB). Peserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Sekutu utama Korea
Selatan adalah Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya, meskipun banyak negara
lain mengirimkan tentara di bawah bendera PBB. Sekutu Korea Utara, seperti Republik Rakyat
Tiongkok menyediakan kekuatan militer, sementara Uni Soviet yang menyediakan penasihat
perang, pilot pesawat, dan juga persenjataan untuk pasukan Tiongkok dan Korea Utara.

3. Confentional War

Perang Konvensional (Conventional War) adalah bentuk peperangan yang dilakukan


dengan menggunakan senjata konvensional dan taktik medan perang antara dua negara dalam
konfrontasi terbuka. Kekuatan di masing-masing pihak terdefinisi dengan baik, dan bertarung
dengan menggunakan senjata terutama menargetkan militer lawan. Biasanya bertempur
menggunakan senjata konvensional, dan tidak dengan senjata kimia, biologi, atau nuklir.

Tujuan Conventional War adalah untuk melemahkan atau menghancurkan militer lawan,
sehingga meniadakan kemampuannya untuk terlibat dalam peperangan konvensional. Dalam
memaksa kapitulasi , bagaimanapun, satu atau kedua belah pihak akhirnya mungkin
menggunakan taktik perang yang tidak konvensional.

4. Contoh Confentional War

Perang 100 tahun


Seperti namanya, perang antara kerajaan Inggris dan Perancis ini berlangsung selama,
kurang lebih, seratus tahun, dari tahun 1337 sampai 1453. Masing-masing memboyong sekutu
yang tidak sedikit. Jika diselidiki lebih jauh, konflik ini bisa dilihat dari asal-usul . Karena hal
tersebut pula lah, bangsawan Inggris memiliki gelar dan tanah di daerah Perancis yang membuat
mereka menjadi vassal atau bawahan Raja Perancis waktu itu. Perang ini termasuk salah satu
konflik paling penting di Eropa. Karena pada saat perang ini berakhir, zaman kesatria digantikan
dengan persenjataan dan taktik baru. Selain itu, perang ini juga memberikan dorongan tentang
gagasan nasionalisme Perancis.

5. Strategi Menghadapi Proxy War

Untuk mencegah konflik sosial, perlunya disusun kebijakan afirmasi kepada daerah yang
terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) serta kepada golongan masyarakat yang berada pada garis
kemiskinan ke bawah. Menegakkan keadilan hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. Peneguhan
ideologi Pancasila dengan beragam cara dan menggandeng seluruh komponen bangsa.

6. Terorisme, Zionisme, dan Radikalisme

Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang
menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang
bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang
strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi,
politik, atau gangguan keamanan. Terorisme adalah seranganserangan terkoordinasi yang
bertujuan membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat.

Zionisme adalah gerakan nasionalis Yahudi internasional yang menghasilkan negara


Israel di wilayah Palestina. Gerakan Zionis muncul di Eropa tengah dan timur pada akhir abad
kesembilan belas dan menyerukan kepada orang - orang Yahudi untuk bermigrasi ke tanah
Palestina dengan dalih bahwa itu adalah tanah para ayah dan kakek-nenek (Eretz Israel) dan
menolak untuk mengintegrasikan orang-orang Yahudi dalam masyarakat lain untuk
membebaskan diri mereka dari anti-Semitisme dan penganiayaan yang terjadi pada mereka.
Secara etimologi, radikalisme berasa dari istilah radikal. Kata radikal berasal dari bahasa
Latin, radix atau radici. Radix dalam bahasa Latin berarti 'akar'. Istilah radikal mengacu pada
hal-hal mendasar, prinsip-prinsip fundamental, pokok soal, dan esensial atas bermacam gejala.
Dalam konsep sosial politik, radikalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya
perubahan, pergantian, dan penjebolan terhadap suatu sistem masyarakat sampai ke akarnya.

( 10 )
PAKAIAN DAN PERGAULAN
DALAM ISLAM

1. Pakaian dalam Islam

Pakaian yang sesuai dengan syariat islam yaitu pakaian yang telah dianjurkan oleh Nabi
Muhammad SAW, kita sebagai kaum muslim dan muslimah ada baiknya jika kita mengikuti
anjuran dari nabi besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW. Dalam islam menetapkan bahwa
berpakaianitu mestilah bersih,menutup aurat,sopan dan sesuai dengan akhlak seorang muslim.
Fungsi utama berpakaian yaitu menutup aurat, islam mengajarkan umatnya agar selalu menutup
aurat seperti yang telah ditetapkan dalam syariat islam.

Islam melarang orang yang berpakaian mengundang sukhroh atau pakaian yang
mengundang perhatian dari orang lain karena pakaian tersebut tidak umum dipakai oleh
masyarakat bersangkutan. Contohnya seperti pakaian yang aneh atau mencolok, terlalu mahal
atau terlalu begitu jelek sehingga mengundang perhatian. Selain itu juga dilarang seorang
muslim untuk berpakaian yang memikat lawan jenis.
Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai adab berpakaian (untuk lelaki dan wanita)
yaitu :

1.Menutup aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut. Aurat wanita
pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan dan tapak kakinya.
2. Tidak menampakkan tubuh
Pakaian yang jarang sehingga menampakkan aurat tidak memenuhi syarat menutup aurat.
3. Pakaian tidak ketat.
Tujuannya adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan yang merangsang lawan
jenis untuk bermaksiat.
4. Tidak menimbulkan perasaan riya.
Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Siapa yang melabuhkan pakaiannya kerana
perasaan sombong, Allah SWT tidak akan memandangnya pada hari kiamat."
5. Lelaki, dan wanita berbeda.
Maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita, begitu
juga sebaliknya.
6. Larangan pakai sutera.
Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera.
7. Memanjangkan pakaian.
Contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak yaitu bagi
menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada.
8. Memilih warna sesuai.
Contohnya warna-warna lembut termasuk putih kerana ia nampak bersih dan warna ini
sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah SAW.

2. Pergaulan dalam Islam

Islam mengajarkan kepada umatnya agar selalu menjaga hubungan baik dengan sesama.
Baik kepada saudara di dalam keluarga, teman, maupun para tetangga. Dan kita sebagai remaja
islam harus bisa mejaga diri dari pergaulan bebas antar remaja. Berikut adalah beberapa perilaku
menyimpang yang biasa dialami remaja zaman sekarang, yaitu:

1. Minum minumas keras dan judi. Dua hal tersebut sudah dilarang dalam agara Islam.
2. Pergaulan bebas,seperti berpasangan. Berpasangan atau memiliki hubungan khusus dengan
lawan jenis termasuk perilaku negatif dan layak untuk dihindari bagi remaja. Dengan hanya
berdasarkan nafsu demi memenuhi kebutuhan akan bersenang-senang, maka dikhawatirkan dapat
menimbulkan hal negatif berikutnya.
3. Tawuran atau berkelahi antar kelompok. Biasa terjadi di antara kelompok remaja akibat
perselisihan yang sebelumnya terjadi.

Adapun adab pergaulan remaja menurut islam adalah:


1. Menjaga sopan santun. Sopan santun diperlukan dalam bertindak dan berucap.
2. Mengerti dan memahami. Dua sifat ini bisa menimbulkan dampak positif. Yakni dapat
terjalinnya persahabatan antar remaja hingga waktu yang cukup lama.
3. Selalu mengajak ke arah kebaikan. Mengajak ke arah kebaikan dapat meningkatkan iman dan
taqwa kepada Allah SWT.
4. Saling membantu. Dalam pergaulan, dibutuhkan sikap saling membantu. Selain itu, juga
diiringi sifat lapang dada.
5. Jujur dan Adil. Dengan menanamkan perilaku jujur, maka tidak akan menimbulkan masalah
bagi orang lain. Demikian pula perilaku adil atau tidak pilih kasih terhadap sesama.
6. Berjuang mencari ilmu. Mencari ilmu merupakan hal terpenting sebelum memasuki masa
dewasa.

Anda mungkin juga menyukai