Anda di halaman 1dari 7

Tugas Makalah Tentang Rumah Adat

Nama : Alicia Carissa Jocelyn


Kelas : 4.B
No. Absen : 03

Rumah Adat Bali

Rumah adat Bali memiliki beberapa bagian, antara lain

1. Angkul – angkul
Angkul-angkul merupakan bangunan yang menyerupai gapura yang juga memiliki fungsi sebagai
pintu masuk. Hal yang membedakan angkul-angkul dengan bangunan lainnya yaitu, bangunan ini
memiliki atap di bagian pintu masuk.

2. Aling – aling
Aling-Aling adalah bangunan yang dominan sebagai pembatas antara angkul-angkul dengan
pekarangan dan dipercaya berfungsi menghalangi aura negatif agar tidak masuk ke pekarangan
rumah.

3. Bale Manten
Di rumah adat Bali, Bale Manten memiliki bentuk bangunan persegi panjang yang terletak di
sebelah utara bangunan utama serta terdapat dua ruangan, yakni bale kanan dan bale kiri.
Biasanya, rumah Bale Manten ini diperuntukan untuk kepala keluarga atau anak perempuan yang
belum menikah atau masih perawan. Ini merupakan bentuk perhatian keluarga kepada anak gadis
agar kesuciannya terjaga.

4. Bale Daun
Rumah adat Bali yang pertama adalah Bale Dauh. Bangunan ini banyak ditemui di sejumlah
rumah adat Bali. Bale Dauh difungsikan sebagai ruangan untuk menerima tamu. Uniknya,
bangunan Bale Dauh harus memiliki ketinggian lantai yang lebih rendah dari Bale Manten yang
sudah di bahas di atas.
Keunikan dari Bale Dauh ini adalah jumlah tiang yang berbeda antara satu rumah dengan rumah
lainnya, serta memiliki sebutan khusus untuk jumlah tiang tersebut. Tiang berjumlah 6 disebut
sakenem. Tiang berjumlah 8 adalah sakutus atau antasari, dan jika jumlah tiangnya 9 disebut
sangasari.

5. Bale Sekapat
Bale Sekapat adalah bagian dalam rumah adat Bali yang berfungsi sebagai tempat bersantai
seluruh anggota keluarga.
Keunikan rumah adat Bali ini adalah adanya empat buah tiang yang berfungsi sebagai penyangga
dan atapnya berbentuk pelana.
Dengan adanya bangunan ini, diharapkan agar memiliki hubungan keluarga yang lebih akrab dan
harmonis.

6. Bale Dangin atau Bale Gede


Bale Gede merupakan bagian rumah adat Bali yang berfungsi sebagai tempat berkumpul dan
tempat menyajikan makanan khas bali yang digunakan untuk upacara adat. Letaknya ada di
sebelah timur rumah utama dengan posisi lantai yang lebih tinggi dari Bale Manten.
Bale Gede memiliki bentuk bangunan bujur sangkar, dengan ukuran 4,8 m x 4,8 m, dengan tinggi
lantai sekitar 0,8 m dengan dua atau tiga anak tangga kearah natah atau halaman, lantai lebih
rendah dari bangunan bale daja.
Bangunan ini terdiri dari 12 tiang yang biasa disebut dengan sakaroras. Masing-masing balai-balai
dibuat memanjang dengan kepala ke arah timur.
Fungsi lainnya dari rumah adat ini adalah sering digunakan sebagai tempat membuat patung atau
ukiran adat bali, serta tempat merajut pakaian.

7. Pawarangen
Pawaragen atau Paon adalah dapur. Jika di Jawa ada pawon, di Bali ada paon. Dapur dalam rumah
adat Bali terletak di barat laut atau selatan rumah. Paon dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian
luar dan dalam. Bagian luar berguna saat hendak masak menggunakan kayu bakar, sedangkan
bagian dalam berguna untuk menyimpan alat dapur dan alat makan lainnya.

8. Lumbung
Lumbung di bali mempunyai nama lain yakni jineng atau klumpu. Lumbung seperti pada
umumnya berfungsi untuk menyimpan makanan seperti beras, padi, jagung ataupun makanan lain
yang telah dijemur. Sedangkan, bagian bawahnya dimanfaatkan untuk menyimpan gabah yang
belum sempat dijemur.

2
9. Sanggah
Sanggah tidak lain adalah pura keluarga yang merupakan jenis rumah adat Bali yang selalu ada
dalam kompleks perumahan pribadi. Fungsinya tentu saja sebagai tempat beribadah keluarga.
Nah, yang perlu diperhatikan, penempatan sanggah ini harus berada di area timur laut rumah.

10. Kumplu jineng


Model yang satu ini merupakan bangunan rumah adat Bali yang paling unik. Bentuknya seperti
rumah panggung kecil dengan bagian luar dinding menggunakan jerami kering. Klumpu Jineng
sendiri merupakan lumbung pangan yang difungsikan untuk menaruh gabah setelah dijemur.

3
Rumah Adat Sumatera Barat

Rumah Gadang adalah rumah tradisional dari suku minangkabau. Menurut bentuknya, rumah adat ini
disebut rumah gonjong atau rumah bagonjong (rumah bergonjong), karena bentuk atapnya yang
bergonjong runcing menjulang.

Sedangkan ruangan yang berjajar dari kiri ke kanan disebut ruang. Rumah yang berlanjar dua dinamakan
lipek pandan (lipat pandan). Umumnya lipek pandan memakai dua gonjong. Rumah yang berlanjar tiga
disebut balah bubuang (belah bubung). Atapnya bergonjong empat. Sedangkan yang berlanjar empat
disebut gajah maharam (gajah terbenam). Biasanya gajah maharam memakai gonjong enam atau lebih.

Fungsi dari Rumah Gadang

Rumah Gadang kaya dengan makna yang merupakan gambaran umum dari kehidupan masyarakat
minangkabau secara keseluruhan. Dalam kehidupan sehari-hari, rumah gadang memiliki fungsi-fungsi
tersendiri, fungsi tersebut adalah:

1. Fungsi Adat
Sebagai rumah utama, rumah gadang merupakan tempat untuk melangsungkan acara-acara adat
dan acara-acara penting lain dari suku yang bersangkutan.

2. Fungsi Keseharian
Rumah gadang merupakan wadah yang menampung kegiatan sehari-hari dari penghuninya.
Rumah gadang adalah rumah yang dihuni oleh sebuah keluarga besar dengan segala aktifitas
mereka setiap harinya. Pengertian dari keluarga besar disini adalah sebuah keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu serta anak wanita, baik itu yang telah berkeluarga ataupun yang belum berkeluarga,
sedangkan anak laki-laki tidak memiliki tempat di dalam rumah gadang.

4
Rumah Adat Aceh (Rumoh Aceh/ Krong Bade)

Rumah adat Aceh yang sering disebut dengan Rumoh Aceh, merupakan salah satu budaya kebanggaan
masyarakat Aceh. Rumah ini menggunakan model rumah panggung yang terbuat dari papan kayu sebagai
bahan utama. rumah adat Aceh juha memiliki ukiran yang khas dan perpaduan warna gelap dan terang
yang cantik.

Alasan rumah adat Aceh dibuat dengan bentuk panggung yaitu untuk fungsi penyelamatan. Misalnya
fungsi penyelamatan ketika diserang hutan buas, atau bencana alam seperti banjir yang bisa tiba-tiba
datang saat musim hujan. Dengan begitu, masyarakat Aceh bisa beristirahat dengan nyaman dari berbagai
gangguan alam yang dapat menyerang.

Krong Bade berfungsi sebagai identitas budaya juga memiliki fungsi praktis sebagai rumah tinggal
masyarakat Aceh.

5
Rumah Adat Kalimantan ( Rumah Betang)

Rumah Betang merupakan rumah adat khas yang dapat dijumpai di banyak tempat di banyak penjuru di
Kalimantan. Umumnya, rumah ini akan mudah ditemui di daerah hulu sungai yang menjadi pusat tempat
tinggal suku Dayak. Rumah Betang dibangun berbentuk panggung dengan tinggi antara tiga sampai lima
meter dari permukaan tanah. Ketinggian tersebut bertujuan untuk menghindari resiko banjir saat musim
penghujan. 

Bagi suku Dayak, rumah betang bukan sekadar bangunan tempat untuk tempat tinggal. Rumah tersebut
merupakan jantung dari sruktur sosial kehidupan dari suku Dayak. Nilai utama yang sangat ditonjolkan
dari rumah Betang sendiri ialah nilai kebersamaan antar penghuninya. 

Fungsi Rumah Betang : untuk menghindari banjir dan serangan binatang buas -- permukiman Suku
Dayak umumnya di pinggir sungai yang rentan terkena banjir air pasang, banjir bandang, ataupun luapan
air ketika hujan. Bahkan di saat konflik antar suku kerap terjadi, rumah betang menjadi pelindung yang
efektif karena berbentuk panggung.

6
Rumah Adat NTT ( Rumah Musalaki)

Rumah Musalaki adalah rumah tradisional yang bisa dijumpai pada provinsi Nusa Tenggara Timur,
Indonesia. Rumah Musalaki adalah sebuah lambang dari provinsi Nusa Tenggara Timur.

Rumah adat Musalaki pada awalnya dipakai sebagai sebuah tempat tinggal bagi kepala suku dari
beberapa suku yang ada di Nusa Tenggara Timur. Hingga saat ini, desain dari rumah adat Musalaki terus
digunakan sebagai salah satu acuan desain utama bangunan pemerintahan seperti kantor Kelurahan,
Kecamatan hingga Kabupaten pada provinsi Nusa Tenggara Timur.

Dalam sejarahnya, rumah adat Musalaki adalah rumah adat asli dari masyarakat suku Ende Lio. Nama
rumah adat Musalaki tersebu berasal dari sebuah kata dalam bahasa tradisional Ende Lio
yaitu Mosa yang dimaksud sebagai Ketua dan Laki yang memiliki arti adat.

Fungsi Rumah Adat NTT


adalah untuk menjadi tempat tinggal dari kepala suku, terutama suku Ende Lio. Tidak hanya itu saja,
rumah adat ini juga berfungsi sebagai tempat untuk melakukan berbagai ritual seperti upacara adat,
musyawarah dan kegiatan yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai