Anda di halaman 1dari 22

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

M. LEMBAGA & O. DAKWAH Dr. RAHMAN, M.Ag

PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI ISLAM

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

AULIA RIDHO NASUTION


NIM. 12040417362

DEVI SYAPUTRI NASUTION


NIM. 12040425254

ILHAM HALIM
NIM. 12040415354

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini yang
berjudul “Prinsip-Prinsip Komunikasi Islam”. Shalawat serta salam semoga tetap
tercurahkan dan dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, serta
keluarga,sahabat dan pengikutnya.
Adapun penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen Lembaga dan Organisasi Dakwah. Penulis menyadari
penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik serta
saran yang membangun senantiasa penyusun harapkan guna perbaikan dimasa
mendatang.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penyusun ucapkan kepada
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu
penyusunan makalah ini.
Akhirnya, atas segala keterbatasan yang dimiliki oleh penulis apabila
terdapat kekurangan dan kesalahan mohon maaf, dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan anda yang membaca makalah ini untuk
menambah wawasan dan pengetahuan.

Pekanbaru, 14 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 3
A. Pengertian Komunikasi ........................................................................... 3
B. Prinsip-Prinsip Komunikasi Islam ........................................................... 4
C. Etika Komunikasi Dalam Islam ............................................................. 12
D. Fungsi Dan Manfaat Komunikasi .......................................................... 13
E. Manajemen Komunikasi Dalam Organiasi Islam ................................... 14
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 18
A. Kesimpulan ........................................................................................... 18
B. Saran ..................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi bagi manusia merupakan kebutuhan paling mendasar
dalam hidupnya, hampir seluruh aktivitas manusia dalam kehidupan
pribadi dan sosialnya tidak bisa terpisahkan dari komunikasi, sehingga
manusia tidak dapat hidup dan berkembang tanpa berkomunikasi1. Karna
itu urgensi komunikasi tidak hanya dialami oleh pakar-pakar social-
koomunikasi tetapi juga dirasakan oleh lapisan masyarakat awam. Karna
itu, Tidak berlebihan apabila dikatakan oleh pakar komunikasi Deddy
Mulyana bahwa orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia
bisa dipastikan “tersesat”, karna ia tidak dapat menata dirinya dalam satu
lingkungan social. Menurutnya, Komunikasilah yang memungkinkan
manusia membangun satu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai
kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk
menafsirkan situasi apapunn yang ia hadapi.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak kegagalan yang dialami umat
manusia terjadi karna gagalnya berkomunikasi atau buruknya bentuk
komunikasi yang ia gunakan. Seorang guru atau dosen yang mempunya
ilmu yang mumpuni terkadang gagal mentransfer ilmunya kepada peserta
didik karna buruknya cara berkomunikasi, Begitupun seorang arsitek atau
akuntan yang cerdas gagal dalam wawancara disebabkan buruknya cara
komuniakasi yang mereka lakukan yang berimplikasi pada gagalnya ia
mempromosikan dirinya dihadapan pewawancara sebagai orang yang
dapat diandalakan. Terskait dengan hal itu, maka tidak salah jika Judy C.
Pearson dan Paul E. Nelson menetapkan dua fungsi umum komunikasi.
Pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi keselematan
fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri
kepada orang lain dan mencapai ambisi peribadi. Kedua, untuk

1
Nur Marwah, “Etika Komunikasi Islam,” n.d., 13.

1
2

kelangsuungan hidup masyarakat tepatnya untuk memperbaiki hubungan


social. 2
Islam juga menempatkan komunikasi sebagai sesuatu yang penting
dan bernilai ibadah apabila komunikasi itu dilakukan berdasarkan nilai-
nilai yang terdapat dalam alquran dan sunnah Nabi Muhammad saw.,
keduanya merupakan pedoman yang berisi tuntunan hidup bagi setiap
muslim yang harus dijunjung tinggi dan menjadi ukuran-ukuran dalam
berkomunikasi3. Dalam Al-Qur’an, persinggungan tentang komunikasi
yang melibatkan antara Allah dan manusia bukan hanya sekedar informasi
mengenai dasar komunikasi4, melainkan Allah SWT juga
menginformasikan menganai prinsip-prinsip dan etika komunikasi yang
harus dipegang tenguh oleh manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi ?
2. Apa saja prinsip-prinsip komunikasi islam?
3. Bagaimana etika komunikasi dalam islam?
4. Apa fungsi dan manfaat komunikasi?
5. Bagaimana manajemen komunikasi dalam organiasi islam?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami pengertian komunikasi.
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip komunikasi islam.
3. Untuk mengetahui etika komunikasi dalam islam.
4. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat komunikasi.
5. Untuk mengetahui manajemen komunikasi dalam organiasi islam.

2
Sulkifli and Muhtar, “Komunikasi dalam Pandangan al-Quran,” PAPPASANG
3, no. 1 (June 30, 2021): 66–67, https://doi.org/10.46870/jiat.v3i1.75.
3
Marwah, Op. Cit.
4
Sulkifli and Muhtar, Op. Cit. 68.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi
Secara etimologi komunikasi berasal dari bahasa latin
communication berasal dari communis yang berarti sama. Jadi komunikasi
berlangsung jika antara orang yang terlibat komunikasi terjadi kesamaan
mengenai sesuatu yang di komunikasikan5.
Secara terminologi, para ahli komunikasi memberikan pengertian
komunikasi menurut sudut pandang dan pendapat mereka masing-masing.
Beberapa definisi komunikasi secara istilah yang dikemukakan para ahli :
1. Edward Depari menyatakan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian gagasan, harapan yang disampaikan melalui lambang
tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan
kepada penerima pesan6.
2. J. Baran dkk. Memberikan pengertian komunikasi adalah proses
membagi makna (sharing of meaning), Komunikasi pada umumnya
diartikan sebagai suatu hubungan kontak antara manusia baik individu
maupun kelompok7.
3. Jenis & Kelly menyebutkan “Komunikasi adalah suatu proses melalui
mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya
dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk
perilaku orang lainnya (khalayak).
4. Berelson & Stainer “Komunikasi adalah suatu proses penyampaian
informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan
simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan
lain-lain”.

5
Dian Ismi Islami, “Konsep Komunikasi Islam Dalam Sudut Pandang Formula
Komunikasi Efektif,” 2013, 41.
6
Marwah, Op. Cit.
7
Islami, Op. Cit. 41.

3
4

Dalam perspektif Islam, komunikasi islam adalah proses


penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan prinsip-prinsip
komunikasi dalam islam. Dengan pengertian demikian, maka komunikasi
islam menekankan pada unsur pesan, yakni risalah atau nilai-nilai Islam,
dan cara, dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa. Pesan-
pesan keislamanyang akan disampaikan dalam komunikasi islam meliputi
seluruh ajaran islam, meliputi akidah (iman), syari’ah (Islam), dan akhlak
(ihsan). Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Qur’an dan hadist ditemukan
berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita
dapatmengistilahkan sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi
dalam perspektif islam8.

B. Prinsip-Prinsip Komunikasi Islam


Dalam kaidah literatur tentang komunikasi Islam kita dapat
menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan)
yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip atau etika Islam dalam ayat-
ayat Al-Qur’an sebagai berikut9.
1. Qaulan Sadida (Perkataan yang benar, jujur)
Kata sadid berasal dari huruf sin, dal dan dal yang secara
harfiah mempunyai makna diantaranya tepat, relevan, benar dan
serasi10. Ungkapan qaulan sadida dalam al-Quran terdapat pada dua
tempat, yaitu pada surat an-Nisa 9 dan al-Ahzab 70.
QS. An-Nisa ayat 9:
‫َّللا َو ْليَقُولُوا قَ ْوال‬
َ َّ ‫ضعَافًا خَافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا‬
ِ ً‫ش الَّذِينَ لَ ْو ت ََركُوا م ِْن خ َْل ِف ِه ْم ذ ُ ِ ِّريَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬
‫سدِيدًا‬
َ
Artinya: “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang
yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah

8
Achmad Ghozali Syafi’i and Rahman, Manajemen Organisasi Dan
Kelembagaan Lembaga Dakwah, 1st ed., 1 (Depok: Rajawali Pers, PT RajaGrafindo
Persada, 2021), 69.
9
Ibid, 69.
10
Sulkifli and Muhtar, Op. Cit. 75.
5

dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap


(kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa
kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang
benar (qaulan sadida)”.11
Ayat ini turun dalam kasus seseorang yang mau meninggal
bermaksud mewasiyatkan seluruh kekayaan kepada orang lain, padahal
anak-anaknya masih membutuhkan harta tersebut. Dalam kasus ini,
perkataan yang harus disampaikan kepadanya harus tepat dan
argumentatif. Inilah makna qaul sadid. Misalnya, dengan perkatan,
“bahwa anak-anakmu adalah yang paling berhak atas hartamu ini. Jika
seluruhnya kamu wasiyatkan, bagaimana dengan nasib anak-anakmu
kelak.” Melalui ayat ini juga, Allah ingin mengingatkan kepada setiap
orang tua hendaknya mempersiapkan masa depan anak-anaknya
dengan sebaik-baiknya agar tidak hidup terlantar yang justeru akan
menjadi beban orang lain 12.
Qs. Al-Ahzab ayat 70:
َ ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا ه‬
َ ‫َّللا َوقُ ْولُ ْوا قَ ْو ًال‬
‫س ِد ْيدًا‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah
kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar”.13
Ayat ini diawali dengan seruan kepada orang-orang beriman.
Hal ini menunjukkan bahwa salah satu konsekuensi keimanan adalah
berkata dengan perkataan yang sadīd. Atau dengan istilah lain, qaul
sadīd menduduki posisi yang cukup penting dalam konteks kualitas
keimanan dan ketaqwaan seseorang. Sementara berkaitan dengan qaul
sadid, terdapat banyak penafsiran, antara lain, perkataan yang jujur dan
tepat sasaran. perkataan yang lembut dan mengandung pemuliaan bagi
pihak lain, pembicaraan yang tepat sasaran dan logis, perkataan yang

11
al-Qur’an, 3:9.
12
Subur Wijaya, “Al-Quran Dan Komunikasi (Etika Komunikasi Dalam
Perspektif Al-Quran)” 15, no. 1 (2015): 10.
13
Al-Qu’an, 33:70.
6

tidak menyakitkan pihak lain, perkataan yang memiliki kesesuaian


antara yang diucapkan dengan apa yang ada di dalam hatinya 14.
2. Qaulan Baligha (Tepat sasaran, komunikatif dan mudah dimengerti)
Kata baligha yang berasal dari akar kata ba-lam-gain secara
harfiah bermakna “sampainya sesuatu”, “mengenai sasaran”,
“mencapai tujun”. jika digandengkan dengan kata qaul maka dapat
dimaknai sebagai ucapan yang fasih, dan jelas maknanya sehingga
pesan betul-betul tersampaiakan dengan baik. Sebagian orang
mengartikan qaulan baliga sebagai perkataan yang berbekas dijiwa.
Oleh karna itu qaul baligha dapat pula diartikan sebagai ucapan atau
perkatan yang efektif yang mampu berbekas pada jiwa lawan bicara 15.
Kata tersebut ditemukan dalam al-Qur’an hanya sekali yakni
Qs. An-Nisa ayat 63:
ْ ‫ع ْن ُه ْم َوع‬ ٰٰۤ ُ
‫ِظ ُه ْم َوقُ ْل لَّ ُه ْم فِ ْٰٓي ا َ ْنفُ ِس ِه ْم‬ ‫ولىِٕكَ الَّ ِذيْنَ يَ ْعلَ ُم ه‬
ْ ‫َّللاُ َما فِ ْي قُلُ ْوبِ ِه ْم فَاَع ِْر‬
َ ‫ض‬ ‫ا‬
‫قَ ْو ًال ۢ بَ ِل ْيغًا‬
Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah
mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah
kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah
kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa
mereka”.16
Hamka menyebutkan bahwa ungkapan qaulan baligha
bermakna ucapan yang sampai pada lubuk hati orang yang diajak
bicara, yaitu kata-kata yang fashahat dan balaghah (fasih dan tepat);
kata-kata yang membekas pada hati sanubari. Kata-kata seperti ini
tentunya keluar dari lubuk hati sanubari orang yang mengucapkannya.
Sementara al-Buruswi memaknai qaulan baligha dari segi cara
mengungkapkannya 17.

14
Wijaya, Op. Cit. 11.
15
Sulkifli and Muhtar, Op. Cit. 76.
16
al-Qur’an, 3:63.
17
Sofyan Sauri, “Pendekatan Semantik Frase Qaulan Sadida, Ma’rufa, Baligha,
Maysura, Layyina, Dan Karima Untuk Menemukan Konsep Tindak Tutur Qurani,” n.d.,
5.
7

Dari sudut ilmu komunikasi, Rahmat mengartikan ungkapan


qaulan baligha sebagai ucapan yang fasih, jelas maknanya, tenang,
tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki, karena itu qaulan baligha
diterjemahkan sebagai komunikasi yang efektif. Efektivitas
komunikasi terjadi apabila komunikator menyesuaikan
pembicaraannya dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya. Qaulan
baligha mengandung arti pula bahwa komunikator menyentuh
khalayaknya pada hati dan otak sekaligus, sehingga komunikasi dapat
terjadi secara tepat dan efektif.
Memahami pemaparan para ahli di atas, qaulan baligha
diartikan sebagai ucapan yang benar dari segi kata. Apabila dilihat dari
segi sasaran atau ranah yang disentuhnya dapat diartikan sebagai
ucapan yang efektif18.
3. Qaulan Ma’rufa (Perkataan yang baik)
Kata ma’ruf terdapat dalam Al-Quran surah QS. Al Ahzab
ayat 32:
‫ض َوقُ ْلنَ قَ ْوال‬
ٌ ‫ط َم َع الَّذِي فِي قَ ْل ِب ِه َم َر‬
ْ ‫ضعْنَ ِب ْالقَ ْو ِل فَ َي‬ َ ِِّ‫ي لَ ْست ُ َّن َكأ َ َح ٍد مِنَ الن‬
َ ‫ساءِ ِإ ِن اتَّقَ ْيت ُ َّن فَال تَ ْخ‬ ِِّ ‫سا َء النَّ ِب‬
َ ِ‫َيا ن‬
‫َم ْع ُروفًا‬

Artinya: “Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti


wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk
dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit
dalam hatinya dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan yang
baik”.19
Secara leksikal kata ma’ruf bermakna baik dan diterima oleh
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Ucapan yang baik adalah
ucapan yang diterima sebagai sesuatu yang baik dalam pandangan
masyarakat lingkungan penutur. Amir menyebut arti qaulan ma’rufa
sebagai perkataan yang baik dan pantas. Baik artinya sesuai dengan

18
Ibid, 6.
19
al-Qur’an, 33:32.
8

norma dan nilai, sedangkan pantas sesuai dengan latar belakang dan
status orang yang mengucapkannya. Apabila melihat konteks ayatnya,
al-Quran menggunakan kalimat tersebut dalam konteks peminangan,
pemberian wasiat dan waris. Karena itu, qaulan ma’rufa mengandung
arti ucapan yang halus sebagaimana ucapan yang disukai perempuan
dan anak-anak; pantas untuk diucapkan oleh pembicara maupun untuk
orang yang diajak bicara.
Hamka memaknai qaulan ma’rufa sebagai ucapan bahasa yang
sopan santun, halus, dan penuh penghargaan. Assidiqi menyebutnya
sebagai perkataan yang baik, yaitu kata-kata yang tidak membuat
orang lain atau dirinya merasa malu. Senada dengan itu Khozin
menyebutkan qaulan ma’rufa sebagai perkataan yang baik, benar,
menyenangkan dan disampaikan dengan tidak diikuti oleh celaan dan
cacian20.
Dengan memperhatikan pendapat para mufassir di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa qaulan ma’rufa mengandung arti perkataan
yang baik, yaitu perkataan yang sopan, halus, indah, benar, penuh
penghargaan, dan menyenangkan, serta sesuai dengan hukum dan
logika. Dalam pengertian di atas tampak bahwa perkataan yang baik
adalah perkataan yang bahasanya dapat difahami oleh orang yang
diajak bicara dan diucapkan dengan pengungkapan yang sesuai dengan
norma dan diarahkan kepada orang (objek) yang tepat21.
4. Qaulan Karima (Perkataan yang mulia)
Dalam al-Quran, term ini ditemukan hanya sekali yakni dalam
QS. Al Isra’ ayat 23.
‫سا ًنا إِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر أ َ َحدُهُ َما أ َ ْو كِالهُ َما فَال تَقُ ْل‬
َ ْ‫ضى َربُّكَ أَال ت َ ْعبُد ُوا إِال إِيَّاهُ َوبِ ْال َوا ِلدَي ِْن إِح‬ َ َ‫َوق‬
‫ف َوال ت َ ْن َه ْرهُ َما َوقُ ْل لَ ُه َما قَ ْوال ك َِري ًما‬ ٍ ِّ ُ ‫لَ ُه َما أ‬
Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu

20
Sauri, Op. Cit. 4–5.
21
Ibid, 5.
9

bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya


sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada
keduanya perkataan yang baik”.22
Ayat di atas menginformasikan bahwa ada dua ketetapan Allah
yang menjadi kewajiban setiap manusia, yaitu menyembah Allah dan
berbakti kepada kedua orang tua. Ajaran ini sebenarnya ajaran
kemanusiaan yang bersifat umum, karena setiap manusia pasti
menyandang dua predikat ini sekaligus, yakni sebagai makhluk ciptaan
Allah, yang oleh karenanya harus menghamba kepada-Nya semata;
dan anak dari kedua orang tuanya. Sebab, kedua orang tuanyalah yang
menjadi perantara kehadirannya di muka bumi ini23.
Didalam ayat ini Al-Quran menggunakan term karīm, yang
secara kebahasaan berarti mulia 24. Penggunaan kata tersebut erat
kaitannya dengan etika dalam berkomunikasi dengan kedua orang tua.
Pesan ayat di atas menyerukan bagaimana seseorang ketika sedang
berbicara dengan kedua orang tuanya dapat menggunakan ungkapan
atau bahasa yang baik dan mulia. Ulama tafsir dalam mengartikan kata
karimadalam ayat di atas, memaknainya kepada layyinah (lembut),
hasanah (baik), dan tayyibah (baik), artinya suatu perkataan yang baik
nan lembut yang diucapkan dengan sopan dan penuh hormat 25.
5. Qaulan Layyinan (Perkataan yang lembut)
Ungkapan qaulan layyina dalam al-Quran terdapat pada surat
Thaha ayat 43-44.
‫ط ٰغ ۚى فَقُ ْو َال لَهٗ قَ ْو ًال لَّيِِّنًا لَّ َعلَّهٗ يَتَذَ َّك ُر ا َ ْو يَ ْخ ٰشى‬ َ ‫اِذْ َهبَا ٰٓ ا ِٰلى ف ِْر‬
َ ٗ‫ع ْونَ اِنَّه‬
Artinya: “Pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun, karena dia
benar-benar telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua

22
al-Qur’an, 17:23.
23
Wijaya, Op. Cit. 6.
24
Ibid, 7.
25
Sulkifli and Muhtar, Op. Cit. 71.
10

kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-


mudahan dia sadar atau takut”.26
Secara leksikal ungkapan qaulan layyina bermakna perkataan
lemah lembut. Menurut al-Maraghi ayat ini berbicara dalam konteks
pembicaraan nabi Musa As. ketika menghadap Fir’aun. Allah
mengajarkan kepadanya agar berkata lemah lembut dengan harapan
Firaun tertarik dan tersentuh hatinya sehingga dia dapat menerima
dakwahnya dengan baik. Katsir menyebut qaulan layyina sebagai
ucapan yang lemah lembut. Senada dengan itu, Assiddiqi memaknai
qaulan layyina sebagai perkataan yang lemah lembut yang di
dalamnya terdapat harapan agar orang yang diajak bicara menjadi
teringat pada kewajibannya atau takut meninggalkan kewajibannya.
AtTabari menambahkan arti baik dan lembut pada kata layyina.
Dengan memperhatikan penjelasan para mufassir tersebut dapat
disimpulkan bahwa makna qaulan layyina adalah ucapan baik yang
dilakukan dengan lemah lembut sehingga dapat menyentuh hati orang
yang diajak bicara27.
6. Qaulan Maysura (Perkataan yang ringan)
Ungkapan qaulan maiysura dalam al-Quran terdapat pada surat
al-Isra ayat 28.
ً ُ‫ع ْن ُه ُم ا ْبتِغَا َء َر ْح َم ٍة م ِْن َربِِّكَ ت َْر ُجوهَا فَقُ ْل لَ ُه ْم قَ ْوال َميْس‬
‫ورا‬ َ ‫َو ِإ َّما ت ُ ْع ِر‬
َ ‫ض َّن‬
Artinya: “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk
memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka
katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura (ucapan yang mudah)”.28
Ibn Zaid berkata, “Ayat ini turun berkenaan dengan kasus suatu
kaum yang minta sesuatu kepada Rasulullah SAW Namun beliau tidak
mengabulkan permintaannya, sebab beliau tahu kalau mereka
seringkali membelanjakan harta kepada hal-hal yang tidak bermanfaat.
Sehingga berpalingnya beliau adalah semata-mata karena berharap

26
Al-Qur’an, 20:43-44.
27
Sauri, Op. Cit. 7.
28
al-Qur’an, 17:28.
11

pahala. Sebab, dengan begitu beliau tidak mendukung kebiasaan


buruknya dalam menghambur-hamburkan harta. Namun begitu, harus
tetap berkata dengan perkataan yang menyenangkan atau melegakan”.
Ayat ini juga mengajarkan, apabila kita tidak bisa memberi
atau mengabulkan permintaan karena memang tidak ada, maka harus
disertai dengan perkataan yang baik dan alasan-alasan yang rasional.
Pada prinsipnya, qaul maisūr adalah segala bentuk perkataan yang
baik, lembut, dan melegakan. Ada juga yang menjelaskan, qaul maisūr
adalah menjawab dengan cara yang sangat baik, perkataan yang
lembut dan tidak mengada-ada. Ada juga yang mengidentikkan qaul
maisūr dengan qaul ma’rūf. Artinya, perkataan yang maisūr adalah
ucapan yang wajar dan sudah dikenal sebagai perkataan yang baik bagi
masyarakat setempat 29.
Katsir menyebutkan makna qaulan maysura dengan makna
ucapan yang pantas, yakni ucapan janji yang menyenangkan, misalnya
ucapan: “Jika aku mendapat rezeki dari Allah, aku akan
mengantarkannya ke rumah”. Sementara at-Tabar menambahkan
makna indah dan bernada mengharapkan. Hamka mengartikan qaulan
maysura adalah kata-kata yang menyenangkan, bagus, halus,
dermawan, dan sudi menolong orang.
Memahami qaulan maysura, baik dilihat dari segi asbab nuzul,
kaitan teks dengan konteks adalah ucapan yang membuat orang lain
merasa mudah, bernada lunak, indah, menyenangkan, halus, lemah
lembut dan bagus, serta memberikan optimisme bagi orang yang diajak
bicara. Mudah artinya dan bahasanya komunikatif sehingga dapat
dimengerti dan berisi kata-kata yang mendorong orang lain tetap
mempunyai harapan. Ucapan yang lunak adalah ucapan yang
menggunakan ungkapan dan diucapkan dengan pantas dan layak.
Sedangkan ucapan yang lemah lembut adalah ucapan yang baik dan
halus sehingga tidak membuat orang lain kecewa atau tersinggung.

29
Wijaya, Op. Cit. 7–8.
12

Dengan demikian qaulan maysura memberikan rincian operasional


bagi tata cara pengucapan bahasa yang santun30.

C. Etika Komunikasi Dalam Islam


Dari sejumlah aspek moral dan etika komunikasi, paling tidak
terdapat empat prinsip etika komunikasi dalam Al-Qur’an yang meliputi
fairness (kejujuran), accuracy (ketepatan/ketelitian), tanggung jawab dan
juga kesejahteraan31. Dalam QS. An-Nurayat 19 disebutkan:
ٰ ْ ‫عذَابٌ ا َ ِل ْي ٌم فِى الدُّ ْنيَا َو‬
‫االخِ َر ِۗةِ َو ه‬
ُ‫َّللا‬ َ ‫شةُ فِى الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا لَ ُه ْم‬
َ ِ‫ا َِّن الَّ ِذيْنَ ي ُِحب ُّْونَ ا َ ْن ت َ ِش ْي َع ْالفَاح‬
‫يَ ْعلَ ُم َوا َ ْنت ُ ْم َال ت َ ْعلَ ُم ْو َن‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar perbuatan
yang sangat keji itu (berita bohong) tersiar di kalangan orang-orang yang
beriman, mereka mendapat azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.32
Dalam masalah ketelitian dan kehati-hatian ketika menerima
informasi, Al-Qur’an misalnya memerintahkan untuk melakukan chek and
recheck terhadap informasi yang diterima 33. Dalam QS. Al-Hujurat ayat 6
disebutkan:
‫ع ٰلى‬ ْ ُ ‫ص ْيب ُْوا قَ ْو ًم ۢا بِ َج َهالَ ٍة فَت‬
َ ‫صبِ ُح ْوا‬ ٌ ۢ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا ا ِْن َج ٰۤا َءكُ ْم فَاس‬
ِ ُ ‫ِق بِنَبَ ٍا فَتَبَيَّنُ ْٰٓوا ا َ ْن ت‬
َ‫َما فَعَ ْلت ُ ْم ٰن ِد ِميْن‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang
fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah
kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena
kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu
itu”.34

30
Sauri, Op. Cit. 6–7.
31
Syafi’i and Rahman, Op. Cit. 74.
32
al- Qur’an, 24:19.
33
Syafi’i and Rahman, Loc. Cit.
34
aI-Qur’an, 49:6.
13

Al-Qur’an juga menyediakan ruang yang cukup banyak dalam


menjelaskan etika kritik konstruktif dalam berkomunikasi. Salah satunya
tercantum dalam QS. Ali-‘Imran ayat 104 sebagai berikut.
ٰۤ
َ َ‫َو ْلتَكُ ْن ِِّم ْنكُ ْم ا ُ َّمةٌ يَّدْعُ ْونَ اِلَى ْال َخي ِْر َويَأ ْ ُم ُر ْونَ بِ ْال َم ْع ُر ْوفِ َويَ ْن َه ْون‬
‫ع ِن ْال ُم ْنك َِر ِۗ َواُو ٰلىِٕكَ هُ ُم‬
َ‫ْال ُم ْف ِل ُح ْون‬
Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung”.35

D. Fungsi dan Manfaat Komunikasi


Dengan berkomunikasi kita dapat menjalin saling pengertian
dengan orang lain karena komunikasi tersebut memiliki beberapa fungsi
yang sangat penting diantaranya:
1. Fungsi informasi
Untuk memberitahukan sesuatu kepada pihak tertentu, dengan maksud
agar komunikan dapat memahaminya.
2. Fungsi ekspresi
Sebagai wujud ungkapan peraaan dan pikiran komunikatoratas apa
yang dia pahamiterhadap sesuatu halatau permasalahan.
3. Fungsi control
Untuk keperluan rekreatifdan keakrabanhubungan di antara
komunikator dan komunikan.
4. Fungsi ekonomi
Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan dengan
finansial, barang dan jasa.
5. Fungsi dakwah
Untuk menyampaikan pesan-pesan nasihat keagamaan dan pesan
perjuangan bersama.

35
al-Qur’an, 3:104.
14

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan berkomunikasi


secara baik dan efektif, di antaranya:
1. Tersampaikannya ide gagasan dan pemikirankepada orang lain dengan
jelas sesuai dengan yang dimaksudkan.
2. Adanya saling kesepahaman antara komunikator dan komunikan
dalam suatu permasalahan, sehingga terhindar dari salah persepsi.
3. Menjaga hubungan baik dan silaturahmi dalam suatu persahabatan,
komunitas atau jam’ah.
4. Aktivitas amar makruf nahi mungkar diantara sesame umat manusia
dapat diwujudkan dengan lebih persuasif dan penuh kedamaian 36.

E. Manajemen Komunikasi Dalam Organiasi Islam


Komunikasi dalam suatu organisasi sangat diperlukan. Karena
organisasi tanpa melakukan komunikasi dengan baik, maka tidak akan
tercapai tujuan bersama. Dengan hal tersebut, diperlukan pola komunikasi
yang efektif dan efesien37.
Dalam Al-Qur’an terdapat tiga ayat yang mengajarkan tentang
komunikasi, yaitu:
QS. Ali ‘Imran ayat 138:
َ‫ظةٌ ِلِّ ْل ُمت َّ ِقيْن‬ ِ َّ‫ٰهذَا بَيَا ٌن لِِّلن‬
َ ‫اس َوهُدًى َّو َم ْو ِع‬
Artinya: “Inilah (Al-Qur'an) suatu keterangan yang jelas untuk
semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang
yang bertakwa”.38
QS. Ar-Rahman ayat 1-4:
َ‫علَّ َمهُ ْالبَيَان‬
َ . َ‫سان‬ ِ ْ َ‫ َخلَق‬. َ‫علَّ َم ْالقُ ْرآن‬
َ ‫اْل ْن‬ َ . ُ‫الر ْح ٰ َمن‬
َّ
Artinya: “(Allah) Yang Maha Pengasih, Yang telah mengajarkan
Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbicara”.39

36
Syafi’i and Rahman, Op. Cit. 75–76.
37
Mutia Rahmadini, “Pola Komunikasi Organisasi Dalam Pengembangan
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Islam
Negeri Raden Fatah Palembang,” Jurnal Studi Sosial dan Politik 2, no. 2 (December 28,
2018): 96–108, https://doi.org/10.19109/jssp.v2i2.4053.
38
al-Qur’an, 3:138.
15

QS. Al-Qiyamah ayat 19:


َ ‫ث ُ َّم إِ َّن‬
‫علَ ْينَا بَ َيانَهُۥ‬
Artinya: “Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
penjelasannya”.40
Ada dua metode komunikasi yang menimbulkan rasa antusias
untuk selalu berkomunikasi dan ada pula yang bisa membuat orang
menjadi jenuh dan membosankan pendengarnya, dan ini perlu kita hindari.
Tampak memang ada keterlibatan akan factor-faktor tertentu yang
mempengaruhi daya tarik komunikasi itu,yaitu sebagai berikut.
1. Pribadi komunikan
2. Arti kata atau kalimat
3. Konsep diri
4. Empati
5. Umpan balik41.
Menurut Gibs dan Hotgetts sebagaimana yang dikutip oleh
Syafaruddin bahwa ada empat jenis komunikasi dalam organisasi dilihat
dari penggunaan chanel maka proses informasi, yaitu terdiri dari:
1. Komunikasi dari atasan kepada bawahan (downward communication)
Downward Communication adalah komunikasi yang mengalir
dari manajer kepada pegawai. Proses komunikasi ini digunakan untuk
menginformasikan, bersifat langsung, berkoordinasi dan mengevaluasi
pegawai. Ketika manajer menyusun sasaran kepada pegawai mereka
makan digunakan mereka komunikasi dari atas ke bawah. Mereka juga
menggunakan komunikasi dari atas ke bawah ketika membagi tugas
kepada pegawai, memberi informasi tentang kebijakan dan prosedur
organisasi, memaparkan masalah yang perlu mendapat perhatian atau
mengevaluasi kinerja. Komunikasi dari atas ke bawah dapat
dilaksanakan melalui metode komunikasi tertentu.

39
Ibid, 55:1-4.
40
Ibid, 75:19
41
Syafi’i and Rahman, Op. Cit. 76–77.
16

2. Komunikasi dari bawahan kepada pimpinan (upward communication)


Upward communication adalah komunikasi yang megalir dari
pegawai kepada manajer. Komunikasi ini menjaga manajer menyadari
bagaimana perasaan pegawai atas pekerjaan mereka, teman kerjanya,
dan organisasi secara umum. Para manajer juga melaksanakan
komunikasi dari bawah ke atas untuk menerima gagasan-gagasan
tentang bagaimana sesuatu pekerjaan, sarana dan prasarana, fasilitas,
layanan dapat ditingkatkan. Sebagai contoh komunikasi dari bawah ke
atas mencakup laporan kinerja yang disiapkan oleh pegawai, kotak
sasaran, survei sikap pegawai, pelanggaran prosedur, diskusi pegawai
dan manajer serta kegiatan kelompok informal di kalangan pegawai
yang memiliki peluang untuk mendiskusikan masalah dengan manajer
mereka atau yang mewakili manajemen puncak.
3. Komunikasi Horizontal (komunikasi pada level yang sama dalam
organisasi)
Komunikasi horizontal atau lateral adalah komunikasi yang
berlangsung antara orang-orang dalam level dari hirarki yang sama
dalam struktur formal. Dalam kompleksitas organisasi hal merupakan
hal yang penting. Banyak yang menyebutnya, kegiatan ini sebagai
komunikasi lateral yang dalam sistem informal.
4. Komunikasi Diagonal (komunikasi individu dalam level dan bidang
berbeda)
Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang melintasi
sekaligus berbagai bidang kerja dan level-level organisasi. Seorang
analisis kredit adalah orang yang mengkomunikasikan secara langsung
dengan manajer pemasaran regional tentang problem pelanggan yang
dicatat bidang berbeda dan level organisasi berbeda sejatinya
menggunakan komunikasi diagonal. Sebab cara ini bisa lebih efisien
dan cepat, komunikasi diagonal dapat menguntungkan. Peningkatan
penggunaan e-mail sebagai fasilitas komunikasi diagonal. Pada banyak
organisasi, pegawai tertentu dapat berkomunikasi dengan e-mail
17

dengan pegawai yang lain, mempertimbankan bidang kerja organisasi


dalam level yang sama, komunikasinya bahkan sampai dengan
manajer level lebih tinggi42.
Di samping itu, ada delapan prinsip yang perlu dilakukan agar
komunikasi bisa dikerjakan dengan efektif, yaitu sebagai berikut.
1. Berfikir dan berbicara dengan jelas
2. Ada sesuatu yang penting untuk disampaikan
3. Ada tujuan yang jelas
4. Penguasaan terhadap masalah
5. Pemahaman proses komunikasi dan penerapan dengan konsisten.
6. Mendapatkan empati dari komunikan
7. Selalu menjaga kontak mata, suara yang tidak perlu keras atau lemah
atau menghindari ucapan para pengganggu.
8. Komunikasi harus direncanakan (apa yang ingin dikomunikasikan,
siapa komunikan yang dituju, buatlah sekenario yang jelas dan
hendaknya mempersiapkan diri agar menguasai masalah).
Dalam manajemen organisasi dan lembaga Islam dalam
kapasitasnya sebagai manajer seharusnya berupaya menerapkan
komunikasi yang benar-benar efektif dengan terlebih dahulu
mengondisikan kaulitas komunikator, komunikan, pesan-pesan dalam
komunikasi, lingkungan komunikasi, media komunikasi, dan sebagainya.
Semua pengkondisian ini untuk melakukan komunikasi yang benar-
benarmampu mengubah perilaku komunikan, baik sebagaio anggota
organisasi dan kelembagaan mupun juga termasuk para pemimpin-
pemimpin organiasasi dan kelembagaan Islam43.

42
Dedi Sahputra Napitupulu, “Komunikasi Organisasi Pendidikan Islam,” n.d.,
130–31.
43
Syafi’i and Rahman, Op. Cit. 77.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan makalah diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1. Komunikasi islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman
dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam islam.
2. Ada 6 prinsip komunikasi islam, yaitu: Qaulan sadida, qaulan
ma’rufa, qaulan balighah, qaulan maysura, qaulan layyina, qaulan
karima
3. Komunikasi juga memiliki beberapa fungsi, yaitu: Fungsi informasi,
fungsi ekspresi, fungsi control, fungsi ekonomi, fungsi dakwah.
4. Dalam suatu organisasi sangat diperlukan. Karena organisasi tanpa
melakukan komunikasi dengan baik, maka tidak akan tercapai tujuan
bersama. Dengan hal tersebut, diperlukan pola komunikasi yang efektif
dan efesien.
5. Dalam manajemen organisasi dan lembaga Islam dalam kapasitasnya
sebagai manajer seharusnya berupaya menerapkan komunikasi yang
benar-benar efektif dengan terlebih dahulu mengondisikan kaulitas
komunikator, komunikan, pesan-pesan dalam komunikasi, lingkungan
komunikasi, media komunikasi, dan sebagainya.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa apa yang
kami tulis masih banyak terjadi kesalahan, baik dari segi isi (materi) dan
sistematika penulisan. Oleh karena itu, penulis meminta sumbangsi saran
dan pemikiran yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan makalah
ini, sehingga menjadi suatu bahan bacaan yang dapat bermanfaat untuk
setiap orang yang membacanya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an
Islami, Dian Ismi. “Konsep Komunikasi Islam Dalam Sudut Pandang Formula
Komunikasi Efektif,” 2013, 27.
Marwah, Nur. “Etika Komunikasi Islam,” n.d., 13.
Napitupulu, Dedi Sahputra. “Komunikasi Organisasi Pendidikan Islam,” n.d., 10.
Rahmadini, Mutia. “Pola Komunikasi Organisasi Dalam Pengembangan
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang.” Jurnal Studi Sosial
dan Politik 2, no. 2 (December 28, 2018): 96–108.
https://doi.org/10.19109/jssp.v2i2.4053.
Sauri, Sofyan. “Pendekatan Semantik Frase Qaulan Sadida, Ma’rufa, Baligha,
Maysura, Layyina, Dan Karima Untuk Menemukan Konsep Tindak Tutur
Qurani,” n.d., 11.
Sulkifli and Muhtar. “Komunikasi dalam Pandangan al-Quran.” PAPPASANG 3,
no. 1 (June 30, 2021): 66–81. https://doi.org/10.46870/jiat.v3i1.75.
Syafi’i, Achmad Ghozali, and Rahman. Manajemen Organisasi Dan
Kelembagaan Lembaga Dakwah. 1st ed. 1. Depok: Rajawali Pers, PT
RajaGrafindo Persada, 2021.
Wijaya, Subur. “Al-Quran Dan Komunikasi (Etika Komunikasi Dalam Perspektif
Al-Quran)” 15, no. 1 (2015): 28.

19

Anda mungkin juga menyukai