Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nurmaulida Rinanda Hapsari

NIM : 2017402173

Kelas : 4 PAI D

Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum

Dosen Pengampu : Dr. Ahsan Hasbullah, M.Pd

Lembar Jawaban UAS Pengembangan Kurikulum

1. 5 jenis materi pembelajaran sebagai berikut:


a. Fakta: Segala sesuatu yg memiliki semacam empiris & kebenaran, misalnya nama
benda, insiden pada sejarah, simbol, nama tempat, nama orang, nama bagian atau
komponen suatu benda, & sebagainya, dipercaya menjadi fakta. Di bidang
sejarah, pada bawah ini merupakan beberapa contohnya: Peristiwa seputar
Proklamasi 17 Agustus 1945, & berdirinya Pemerintahan Perserikatan Bangsa-
Bangsa pada Indonesia.
b. Konsep: Pengertian, karakteristik khusus, esensi, inti/isi, & konsep lainnya
merupakan seluruh bentuk makna baru yg mungkin ada menjadi output
pemikiran. Misalnya dalam topik Biologi, hutan hujan tropis pada Indonesia
menjadi asal plasma nutfah, upaya pelestarian keanekaragaman biologi Indonesia
secara in-situ & ex-situ, & sebagainya.
c. Prinsip: Proposisi, rumus, pepatah, postulat, paradigma, teorema, & keterkaitan
antar konsep yg mengungkapkan akibat kausal semuanya berbentuk mayor,
primer, & mempunyai posisi paling penting. Aturan mobilitas Newton, misalnya,
aturan 1 Newton, aturan dua Newton, aturan tiga Newton, Gesekan Statis &
Gesekan Kinetik, & sebagainya.
d. Prosedur: Langkah-langkah pada melakukan suatu aktivitas secara sistematis atau
berurutan, dan kronologi suatu sistem. Misalnya, pada topik TIK, murid bisa
belajar bagaimana mengakses internet, dan tips & metode buat memakai Web
Browser & Search Engine.
e. Sikap atau Nilai: Aspek sikap, misalnya pentingnya kejujuran, kasih sayang,
tolong-menolong, kegembiraan, & minat belajar & bekerja, adalah model output
belajar. Misalnya, pada Geografi: Pemanfaatan Lingkungan & Pembangunan
Berkelanjutan, dibahas konsep lingkungan, ekosistem komponennya, lingkungan
menjadi asal daya, & pembangunan berkelanjutan.

Prinsip yang dijadikan dasar dalam menentukan pembelajaran:

 Relevansi (kebugaran): Materi pembelajaran harus berkaitan dengan


pencapaian standar keterampilan dan kemampuan dasar. Jika siswa
memperoleh keterampilan yang diperlukan dengan mengingat fakta, materi
pembelajaran yang diberikan harus berupa fakta, bukan konsep, prinsip, atau
bentuk konten lainnya. Misalnya, jika kompetensi inti siswa adalah
"Penjelasan Hukum Penawaran dan Permintaan dan asumsi yang
mendasarinya" (Kelas Ekonomi X semester 1), mata pelajarannya adalah
"Referensi Hukum Penawaran dan Permintaan" ( Bukan "konseptual
material", "menggambar kurva permintaan dan penawaran dari repositori
perdagangan tunggal" (materi prosedur).
 Konsistensi: Jika seorang siswa perlu memperoleh empat keterampilan dasar
(jenis), maka bahan ajar juga harus terdiri dari empat jenis. Jika siswa perlu
memahami operasi aljabar akar (kelas 1 X), termasuk penambahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian, materi yang diberikan harus
mencakup penambahan, pengurangan, perkalian, dan untuk merampingkan
akar dari pecahan.Strategi harus disertakan.
 Kesesuaian (Relevansi): Materi pelajaran yang diminati harus cukup bagi
siswa untuk memperoleh keterampilan dasar. Jumlah bahan yang digunakan
tidak cukup dan tidak berlebihan. Jika kriteria kompetensi dan kompetensi inti
terlalu rendah, tidak banyak membantu untuk mendapatkannya. Di sisi lain,
terlalu banyak akan menunda pencapaian tujuan kurikulum (pencapaian
keseluruhan SK dan KD).
2. Langkah-langkah penyusunan model pemecahan:
1) Melakukan survei terhadap informasi yang dikumpulkan sebagai sumber daya
dalam pra-kurikulum. Data (informasi) yang dikumpulkan harus asli dan
terpercaya sehingga dapat digunakan sebagai landasan yang kokoh bagi
pengembangan kurikulum. Data yang buruk menyebabkan kesalahan
pengambilan keputusan. Berdasarkan keputusan ini, rencana yang
komprehensif (keseluruhan) dirancang untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
2) Menerapkan keputusan langkah pertama. Sebagai hasil dari proses ini, akan
dikumpulkan data (informasi) baru yang akan digunakan untuk menilai
masalah yang muncul sebagai bagian dari kegiatan tindak lanjut untuk
mengubah atau memperbaiki kurikulum.
3. Desain dan langkah pengembangan kurikulum:
a) Mengidentifikasikan misi institusi dan kebutuhan para pengguna pendidikan.
b) Penilaian kebutuhan pembelajar (pengembang kurikulum harus bisa
mengetahui sampai dimana titik kemampuan maupun kelemahan siswa-
siswanya).
c) Menetapkan tujuan kurikulum (digunakan juga untuk menentukan desain dan
pemilihan prosedur dan instrument penilaian).
d) Pemilihan strategi pendidikan
e) Implementasi kurikulum yang baru (keikutsertaan administrator pendidikan
dalam proses implementasi kurikulum dan alokasi sumber daya yang cukup)
f) Evaluasi dan umpan balik untuk memperbaiki kurikulum (sebagai criteria untuk
menyesuaikan kurikulum tersebut dengan tujuan program studi atau misi dari
institusi).
4. Menurut Hernawan disudrajat ada 5 prinsip dalam pengembangan kurikulum
 Prinsip Relevansi: Secara internal, komponen kurikulum (tujuan, sumber
daya, strategi, organisasi, dan evaluasi) semuanya relevan. Secara eksternal
komponen tersebut relevan dengan tuntutan iptek (relevansi epistemologis),
keinginan dan potensi siswa (relevansi psikologis), serta tuntutan dan
kebutuhan pengembangan masyarakat (relevansi sosiologis). kebutuhan
masyarakat dan siswa di sekitarnya, sehingga siswa dapat bersaing di dunia
kerja masa depan.
 Prinsip Fleksibilitas: Pengembangan kurikulum bertujuan untuk
menghasilkan hasil yang luwes, luwes, dan luwes dalam pelaksanaannya,
memungkinkan adanya penyesuaian berdasarkan perubahan keadaan dan
kondisi dalam ruang dan waktu, serta bakat dan latar belakang siswa. Prinsip
adaptif ini harus dipandang baik sebagai penunjang peningkatan mutu
pendidikan karena peran kurikulum sangat vital bagi perkembangan anak
didik.
 Prinsip Kontinuitas: Pengertian kontinuitas dalam konteks ini mengacu pada
adanya nilai relasional lintas kurikulum pada berbagai jenjang pendidikan.
Agar kebosanan atau kebosanan baik yang mengajar (guru) maupun yang
belajar tidak terjadi, tidak terjadi pengulangan atau ketidakselarasan materi
pembelajaran yang mengakibatkan kebosanan atau kebosanan baik yang
mengajar (guru) maupun yang belajar (siswa). ). Selain terkait dengan jenjang
pendidikan, kurikulum juga harus dikaitkan dengan studi lain sehingga studi
yang satu dapat melengkapi studi yang lain.
 Prinsip Efesiensi: Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam penetapan
kurikulum adalah efisiensi, sehingga apa yang telah direncanakan sesuai
tujuan dapat terwujud. Bukan suatu halangan jika suatu program
pembelajaran dapat diselenggarakan selama satu bulan dalam satu waktu dan
mencapai semua tujuan. Agar siswa dapat melaksanakan program
pembelajaran lain sebagai konsekuensi dari upaya yang diperlukan untuk
pengembangan kurikulum, kurikulum dapat memanfaatkan sumber daya
pendidikan saat ini dengan cara yang paling efisien, cermat, dan akurat,
sehingga menghasilkan hasil yang sesuai.
 Prinsip Efektivitas: Sebuah program pembelajaran yang dicapai. Ada dua hal
pada prinsip ini yaitu efektivitas mengajar guru dan belajar siswa.
Efektivitas mengajar guru (jika masih kurang efektif dalam mengajar bahan
ajar atau program, maka itu menjadi bahan dalam mengembangkan kurikulum
di masa depan, yaitu dengan mengadakan pelatihan, workshop dan lain-lain).
Efektivitas belajar siswa (perlu dikembangkan kurikulum yang terkait dengan
metodologi pembelajaran sehingga apa yang sudah direncanakan dapat
tercapai dengan metode yang relevan dengan materi atau materi
pembelajaran.
5. Tahapan-tahapan dalam inovasi kurikulum
a) Tahapan Bujukan (persuation)
Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk
sikap menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap
pengetahuan proses kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada
tahap persuasi yang berperan utama bidang afektif atau perasaan.
b) Tahapan Keputusan (Decision)
Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan
kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi.
Menerima inovasi berarti sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak
inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi. Ada dua penolakaan inovasi
yaitu:
 Penolakan Aktif: Penolakan inovasi setelah melalui proses
mempertimbangkan untuk menerima inovasi.
 Penolakan Pasif: Penolakan inovasi dengan tanpa pertimbangan sama
sekali.
c) Tahapan Implementasi (Implementation)
Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang
menerapkan inovasi. Dalam tahap impelemntasi ini berlangsung keaktifan
baik mental maupun perbuatan. Keputusan penerima gagasan atau ide baru
dibuktikan dalam praktek. Pada umumnya impelementasi tentu mengikuti
hasil keputusan inovasi. Tetapi dapat juga terjadi karena sesuatu hal sudah
memutuskan menerima inovasi tidak diikuti implementasi. Biasanya hal ini
terjadi karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia.
d) Tahapan Konfirmasi (Confirmation)
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan
yang telah diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika
memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi semula.
Tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara berkelanjutan sejak
terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi yang berlangsung dalam
waktu yang tak terbatas.
DAFTAR PUSTAKA

Asmariani, MA. 2014. “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Perspektif


Islam.” Jurnal AL-AFKAR III(II): 60.

Lase, Famahato. 2018. “Dasar Pengembangan Kurikulum Menjadi Pengalaman


Belajar.” Jurnal PG-PAUD STKIP Pahlawan Tuanku Tambusai 3(1): 49–50.

Rohinah. 2019. “Filsafat Pendidikan Islam: Studi Filosofis Atau Tujuan Dan Metode
Pendidikan Islam.” Jurnal Pendidikan Islam II(2): 3.

Zainab, Nurul. 2017. “Prinsip – Prinsip Pengembangan Kurikulum Pendidikan


Agama Islam Perspektif Islam.” Jurnal Fenomena 16(2): 366.

Anda mungkin juga menyukai