Anda di halaman 1dari 28

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kuda

1. Asal-Usul Kuda

Kuda dalam bahasa latin disebut Equus caballus, termasuk Famili

Equidae, yaitu berkuku satu yang mulanya berasal dari jari tiga. Kuda yang saat

ini tersebar di seluruh dunia sejatinya berasal dari binatang kecil yang oleh

beberapa ilmuwan disebut sebagai eohippus atau dawn horse. Binatang kecil

tersebut telah mengalami proses evolusi sekitar 60 juta tahun yang lalu. Tahun

1867, kerangka lengkap dari fosil Eohippus telah ditemukan di bentukan Tebing

Eocene. Kemudian pada tahun 1931, kerangkanya disusun kerangka disusun

kembali di Big Horn Basin, Wyoming USA oleh palaeontologi dari Institute

teknologi California (Maswarni dan Nofiar Rachman, 2014: 6).

Proses evolusi kuda terjadi melalui beberapa tahapan yang dimulai dari: 1)

eohippus, perkembangannya dimulai pada zaman Eocene dengan tinggi 25 cm; 2)

mesohippus, perkembangannya dimulai pada zaman Ologocene dengan tinggi

mencapai 60 cm dan mempunyai tiga jari; 3) merychippus, berkembang pada

pertengahan dan akhir zaman Miocene dengan tinggi yang sudah mencapai 100

cm dan jari tengah mulai memendek; 4) phiohippus, berkembang pada petengahan

zaman Pleistocene sekitar 6 juta tahun yang lalu, tingginya mencapai 125 cm.

Kuku juga mulai berkembang menjadi kuku satu dan seterusnya disebut equus,

yang tinggi dan ukurannya sudah bervariasi serta bentuk kuku makin bagus

commit
(Maswarni dan Nofiar Rachman, 2014: 6).to user

5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

2. Bentuk Tubuh Kuda

Gambar 2. Bentuk dan Bagian-Bagian Tubuh Kuda.


(Sumber: Maswarni dan Nofiar Rachman, 2014: 10)

Gambar 3. Bentuk dan Bagian-Bagian Tubuh Kuda.


(Sumber: Maswarni dan Nofiar Rachman, 2014: 11)
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

3. Klasifikasi Kuda

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Perissodactyla

Family : Equidae

Genus : Equus

Spesies : Equus caballus

Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) adalah salah satu dari

sepuluh spesies modern mamalia dari genus Equus. Hewan ini telah lama

merupakan salah satu hewan peliharaan yang penting secara ekonomis dan

historis, dan telah memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan

barang selama ribuan tahun (http://yusufsila-binatang.blogspot.com/2011/11/

beberapa-informasi-tentang-kuda.html diunduh pada 14-7-2015 pukul 3.20).

Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan menggunakan sadel dan

dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda atau bajak.

Pada beberapa daerah, kuda juga digunakan sebagai sumber makanan. Walaupun

peternakan kuda diperkirakan telah dimulai sejak tahun 4500 SM, bukti-bukti

penggunaan kuda untuk keperluan manusia baru ditemukan sejak 2000 SM.

Dalam bahasa jawa disebut jaran, bahasa Makassar disebut jarang

(http://yusufsila-binatang.blogspot.com/2011/11/beberapa-informasi-tentang-kuda

.html diunduh pada 14-7-2015 pukul 3.20).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

4. Evolusi Kuda

Kuda mampu beradaptasi untuk hidup di kawasan lapangan terbuka

dengan tumbuh-tumbuhan yang jarang, bahkan di sebuah ekosistem yang sulit

didiami oleh hewan-hewan pemamah biak lainnya. Kuda dan hewan-hewan

sejenisnya merupakan bagian dari order perissidactyla, yaitu sekumpulan

mamalia yang pernah dominan pada zaman Tertier. Pada masa itu, order ini

memiliki 14 famili, namun hanya tiga famili yang mampu bertahan hingga masa

sekarang, yaitu equidae (keluarga kuda), cipan, dan badak sumbu (http://ms.

wikipedia.org/wiki/Kuda, diunduh pada 01-12-2014 pukul 09.52).

Keluarga equidae yang tertua adalah hyracotherium yang hidup pada 45-

55 juta tahun yang lalu pada masa Eosen. Dia mempunyai empat batang jari pada

kaki depan dan tiga jari pada kaki belakang. Pada masa Mesohippus yang hidup

pada 32-37 juta tahun yang lalu, jari tambahan yang dimiliki kuda gugur. Sekitar

5 juta tahun yang lalu, lahirlah equus yang modern. Dia mampu berlari dengan

sangat baik karena memiliki kaki-kaki yang panjang, jari-jarinya juga telah

lenyap. Gigi kuda turut berevolusi, dari gigi yang berfungsi untuk mengunyah

daun-daun tropika yang lembut menjadi gigi yang mampu mengunyah daun yang

lebih kering (http://ms.wikipedia. org/wiki/Kuda, diunduh pada 01-12-2014 pukul

09.52).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

Gambar 4. Evolusi Kuda


(sumber: http/ms.wikipedia.org/wiki/fail:equine_evolution.jpg diunduh pada01/12/2014
pukul 09.59 WIB)

Sekitar 15.000 tahun yang lalu, equus ferus telah menjadi spesies holartik

yang tersebar luas. Tulang kuda pada masa pleistosen dijumpai di Eropa, Eurasia,

dan Amerika Utara (http://ms.wikipedia.org/wiki/Kuda, diunduh pada 01-12-2014

pukul 09.52).

B. Referensi Karya

Penulis dalam mengangkat viualisasi kuda ke dalam karya seni grafis

banyak terinspirasi oleh karya-karya kuda yang dibuat para seniman baik nasional

maupun internasional. Salah satu karya seniman nasional yang menginspirasi

penulis dalam mengangkat visualisasi kuda adalah “Keluarga/berencana” karya

pelukis Basuki Abdullah yang berukuran 200 x 90 cm, dan dibuat tahun 1975.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

Gambar 5. Contoh Karya Basuki Abdullah


“Keluarga Berencana”, 1975, 200 x 90 cm
(Sumber: https://senirupasmasa.files.wordpress.com/2012/09/basuki-abdullah-keluarga-
berencana.jpg diunduh pada 14/7/2015 pukul 00.23 WIB)

Sumber acuan penulis selanjutnya adalah karya dari pelukis Indonesia

Affandi yang lahir di Cirebon Jawa Barat yang berjudul “Kepala Kuda” yang

dibuat pada tahun 1959.

Gambar 6. Contoh Karya Affandi


“kepala kuda”, 1959, oil on canvas
(Sumber: http://zirakarisma.blogspot.com/2014/01/artikelseni-lukisan-karya-
affandi.html diunduh pada 14/7/2015 pukul 17.07 )

Sumber acuan penulis selanjutnya karya dari pelukis Internasional Vincent


commit to user
van Gogh asal Belanda. Salah satu karya yang menginspirasi yang berjudul “Dr
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

Paul Gachet”, dibuat pada tahun 1890. Didalam karya ini penulis terinpirasi pada

goresan-goresan pada belakang objek dr. Paul Gachet.

Gambar 7. Contoh Karya Vincent van Gogh


“Dr Paul Gachet”, 1890, 68 x 57 cm
(Sumber: http://www.vggallery.com/painting/f_0753.jpg diunduh pada
14/7/2015 pukul 17.30)

Penulis ingin memunculkan gaya realis pada karya. Realisme di dalam seni

rupa berusaha menampilkan subjek dalam suatu karya sebagaimana apa adanya

yang tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa tambahan embel-embel atau

interpretasi tertentu (sumber: https://5enibudaya.wordpress.com/2014/02/01/alira

n-realisme/ diunduh pada tanggal 8-7-2015 pukul 14.53 WIB).

Nooryan Bahari mengungkapkan bahwa Belinsky menunjukkan cara

bagaimana orang dapat melukis realitas dengan cara mencari subyek seni lukis di

sekeliling kehidupan sehari-hari, dan jangan dibagus-baguskan atau diperindah,

tetapi ditangkap sebagaimana adanya (Nooryan Bahari, 2008: 119).

C. Pengertian Seni

Berbicara tentang seni, hingga saat ini para pakar di bidang seni rupa pun

belum mampu memiliki satu kesepakatan khusus tentang definisi seni. Tidak

commit
sedikit para filsuf seni, ahli estetika to user
dan seniman memiliki definisi tersendiri
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

tentang seni, hal ini dapat kita lihat dari beberapa literatur yang dijabarkan Mikke

Susanto dalam bukunya yang berjudul “Diksi Rupa”.

Pengertian mengenai seni, salah satunya adalah karya manusia yang

mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya, pengalaman batin itu

disajikan secara indah atau menarik. Sehingga merangsang timbulnya pengalaman

batin pula pada manusia lain yang menghayatinya. Kelahirannya tidak didorong

hasrat memenuhi kebutuhan pokok, melainkan merupakan usaha untuk

melengkapi dan menyempurnakan derajat kemanusiaan memenuhi kebutuhan

yang sifatnya spiritual (Mikke Susanto, 2003:102).

Menurut Ki Hajar Dewantara, “Seni yaitu segala perbuatan manusia yang

timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa

perasaan manusia”. Dalam hal ini seni juga merupakan produk keindahan yang

dapat menggerakkan perasaan indah orang lain yang melihatnya. Berbeda dengan

definisi terdahulu, yang dikemukan oleh Ahdiat K. Miharja yaitu bahwa “Seni

adalah kegiatan rohani manusia yang merefleksikan kenyataan dalam karya yang

berkat bentuk maupun isinya mempunyai daya untuk membangkitkan pengalaman

tertentu dalam alam rohani si penerimanya”. Dalam definisi ini dengan tegas

dinyatakan bahwa seni adalah kegiatan rohani, bukan semata-mata kegiatan

jasmani (sumber: http://joeloesmant.blogspot.com/2012/04/pengertian-seni.html

diunduh pada 8-7-2015 pukul 10.03 WIB).

Nooryan Bahari dalam bukunya yang berjudul “Kritik Seni, wacana,

apresiasi dan kreasi” menjelaskan bahwa seni adalah suatu bentuk keterampilan

yang diperoleh melalui pengalaman, belajar, atau pengamatan-pengamatan

(Nooryan Bahari, 2008: 61).


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Dari sekian definisi dapat disimpulkan bahwa seni adalah hasil karya

manusia yang mengkomunikasikan pengalaman batinnya yang disajikan secara

indah dan menarik sehingga merangsang munculnya pengalaman batin penikmat

yang menghayatinya.

D. Komponen Karya Seni

a. Subject matter

Subject matter atau tema pada umumnya dimaksudkan juga sebagai tema

atau juga bisa disebut pokok soal; yaitu pokok persoalan yang selalu dijumpai

dalam suatu karya seni.

Subject Matter atau tema pada umunya merupakan suatu pokok persoalan
yang melatarbelakangi seniman dalam menciptakan sebuah karya seni.
Adapun defenisi subject matter adalah objek-objek atau ide-ide yang
dipakai dalam berkarya atau ada dalam sebuah karya seni (Mikke Susanto,
2011: 383).

Ketertarikan penulis terhadap kuda menginspirasi dalam pembuatan karya,

karena itulah bentuk serta struktur tubuh kuda dipilih penulis sebagai tema. Ide

yang dimiliki akan diwujudkan ke dalam seni grafis dengan menggunakan teknik

cetak tinggi.

b. Bentuk (Form)

Bentuk adalah keseluruhan totalitas dari sebuah karya dan merupakan

organisasi dari segenap unsur yang mewujudkan suatu karya seni.

….. Bentuk dalam suatu karya seni adalah aspek visualnya, atau yang
terlihat itu, yaitu karya seni itu sendiri. Bentuk dikenal pula sebagai
“totalitas karya” yang merupakan organisasi unsur-unsur rupa seperti
garis, bidang, gelap terang warna sehingga terwujud apa yang disebut
karya. Ini berarti bahwa bentuk adalah suatu yang dapat ditangkap oleh
panca indera yaitu dilihat dan diraba (P.Mulyadi, 1998:16)

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Benda apa saja di alam ini, juga karya seni/desain, tentu mempunyai

bentuk (form). Bentuk apa saja yang ada di alam dapat disederhanakan menjadi

titik, garis, bidang, gempal. Kerikil, pasir, kelereng, dan semacamnya yang relatif

kecil, dan “tidak berdimensi” dapat dikategorikan sebagai titik. Kawat, tali, galah,

dan semacamnya yang hanya berdimensi memanjang, dapat disederhanakan

menjadi garis. Selembar kertas, karton, papan triplek, dan semacamnya yang

memiliki dimensi panjang dan lebar dapat disederhanakan sebagai bidang. Kotak,

tangki minyak, rumah, dan semacamnya yang memiliki dimensi panjang, lebar,

dan tinggi, dapat disederhanakan menjadi gempal/volume (Sadjiman Ebdi

Sanyoto, 2009 : 83).

Pengungkapan bentuk dalam karya tugas akhir penulis adalah dua dimensi,

dengan ukuran 40 x 60 cm, dengan berbagai komposisi dan beragam warna yang

ditimbulkan,

c. Isi atau Makna

Jika ditinjau dari aspek isi seni, nilai-nilai di dalamnya juga dapat

kontekstual dan universal. Struktur jiwa manusia dari dulu sampai sekarang tetap

sama, punya perasaan, intuisi, pikiran, kemauan, kesadaran dan bawah sadar.

Setiap seniman selalu memiliki tujuan tersendiri yang ingin diungkapkan

dalam setiap karya yang diciptakannya, namun nilai yang ditangkap penikmat dari

setiap karya yang diciptakan selalu berbeda sesuai dengan kemampuan tafsir dari

masing-masing penikmat. Isi atau arti dapat diartikan sebagai berikut:

….. Isi disebut kualitas atau arti, yang ada dalam suatu karya seni. Isi juga
dimaksudkan sebagai final statement,mood (suasana hati), atau
pengalaman penghayat, isi merupakan arti yang esensial daripada bentuk,
dan seringkali dinyatakan sebagai bentuk sejenis emosi, aktivitas
commit
itelektual, atau asosiasi yang to user
kita lakukan terhadap suatu karya seni.
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

Apabila ada suatu usaha untuk menganalisa mengapa bentuk dari suatu
karya menimbulkan emosi atau ekspresi terhadap kita, atau menstimulasi
aktivitas intelektual penghayatnya, sebenarnya kita sedang berhadapan
dengan isi atau arti (P. Mulyadi, 1998: 16).

Bagi penulis isi atau makna dalam setiap karya, penulis berusaha

menggambarkan keunikan, dan keindahan bentuk tubuh kuda.

E. Elemen Seni Rupa

Disamping komponen seni, dalam suatu karya juga harus memperhatikan

unsur yang ada di dalam karya seni. Berikut pengertian masing-masing dari unsur

rupa tersebut:

a. Garis

Garis terbentuk melalui goresan atau tarikan dari titik yang satu ke titik

yang lain. Bermacam bentuk garis, yaitu garis lurus, garis lengkung, garis putus-

putus, garis tak beraturan, dan lain-lain. Setiap garis tersebut dapat menimbulkan

kesan yang beragam yang dinamakan sifat garis. Misalnya, garis lurus

mengesankan kaku, tegas, dan keras.

Raut adalah ciri khas suatu bentuk dari sebuah garis. Raut garis adalah ciri

khas bentuk garis. Raut garis secara garis besar hanya terdiri dari dua macam,

yaitu garis lurus dan bengkok atau lengkung. Namun, jika dirinci terdapat empat

macam jenis garis sebagai berikut: Garis lurus yang meliputi garis horizontal,

diagonal dan vertikal. Garis lengkung meliputi garis lengkung kubah, garis

lengkung busur, dan lengkung mengapung. Garis majemuk yang meliputi garis

zig-zag dan garis berombak. Garis gabungan meliputi kombinasi antara garis

lurus, lengkung dan majemuk (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009:98).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Gambar 8. Raut Garis


(Sumber: Sadjiman Ebdi Sanyoto, “Elemen-elemen Seni dan Desain”. 2009 : 90)

Setiap garis menimbulkan kesan yang berbeda beda, dari garis

melengkung, garis lurus, garis majemuk, maupun garis gabungan. Penulis

menggunakan garis-garis tersebut ingin mendeskripsikan bentuk kuda.

b. Bidang (Shape)

Jika suatu garis (garis geometrik ataupun garis ekspresif) bersentuhan

(bersatu) dengan garis itu sendiri (tetapi bukan berimpit) maka garis itu kan

meliputi suatu area (daerah) atau bentuk. Kalau kita menggunting selembar kertas

hitam dengan suatu bentuk tertentu lalu bentuk guntingn yang telah mendapat

bentuknya tersebut kita letakkan di atas kertas putih (atau sebaliknya, putih di atas

kertas hitam) maka kita akan mendapatkan suatu area pula. Demikian juga jika kita

gunting tersebut merupakan kertas berwarna, maka hal yang sama akan kita

dapatkan.

Nooryan Bahari dalam bukunya yang berjudul “Kritik Seni Wacana,

commit
Apresiasi dan Kreasi” menjelaskan bahwatobidang
user adalah:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

… Bidang (shape) adalah suatu bentuk yang sekelilingnya dibatasi oleh


garis. Secara umum garis dikenal dalam dua jenis, bidang yaitu bidang
geometris dan organis. Bidang geometris seperti lingkaran atau bulatan,
segi empat, segi tiga dan segi-segi lainnya, sementara bidang organis
dengan bentuk bebas yang terdiri dari aneka bentuk yang tidak terbatas
(Nooryan Bahari, 2008: 100).

Shape dapat dibedakan atas shape geometri dan shape biomorphic. Shape

geometrik merupakan bentuk yang standar (ukuran, aturan, dan batasan) dalam

sifat dan berasal dari ilmu ukur, seperti lingkaran, empat persegi, segitiga. Shape

biomorphic merupakan bentuk yang tidak beraturan (bebas dan organik) (Arfial

Arsad Hakim, 1997:54-55)

Gambar 9. Macam-Macam Raut Bidang


(Sumber: Sadjiman Ebdi Sanyoto, “Elemen-elemen Seni dan Desain”. 2009 :
105)
Penulis ingin menyampaikan imajinasinya melalui garis-garis yang

digabungkan sehingga menimbulkan suatu bentuk yang diinginkan penulis.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

c. Tekstur

Tekstur adalah sifat suatu permukaan dari suatu benda atau bidang, yang

memberi karakter atas suatu benda atau bidang/permukaan tersebut, apakah halus,

sedang atau kasar.

Setiap bentuk atau benda apa saja di alam ini termasuk karya seni mesti

memiliki permukaan atau raut. Setiap permukaan atau raut tentu memiliki nilai

atau ciri khas. Nilai atau ciri khas permukaan tersebut dapat kasar, lunak, halus,

polos, bermotif/bercorak, mengkilat, buram, licin, keras, lunak, dan sebagainya.

Itulah tekstur atau ada yang menyebut barik. Tekstur adalah nilai atau ciri khas

suatu permukaan atau raut.

Pada umumnya orang menyebut tekstur itu dihubungkan dengan sifat

permukaan yang kasar. Padahal sesungguhnya permukaan yang halus pun

merupakan tekstur, di mana nilai, sifat, atau ciri khas permukaannya atau

teksturnya halus. Sifat-sifat permukaan kasar-halus, kasap-licin, keras-lunak,

bermotif-polos, cemerlang-suram, dan lain-lain (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009 :

120).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

Gambar 10. Tesktur Hias/Semu dan Interval Tangga Tekstur


(Sumber: Sadjiman Ebdi Sanyoto, “Elemen-elemen Seni dan Desain”. 2009 :
126)

Implementasi tekstur dalam karya penulis beragam ada tekstur halus yang

cenderung datar yaitu permukaan media itu sendiri (kertas). Ada juga yang kasar

dari efek tekanan sendok waktu manggosok hardboard yang sudah di cukil

dengan kertas.

d. Warna

Melalui beberapa teori warna seperti teori Brewster, kita dapat mengenal

warna primer, sekunder, dan warna komplementer. Warna dapat dianalisis malalui

sudut pandang estetika maupun tinjauan berdasarkan kadar intensitas warna yang

dimiliki. Warna mampu menimbukan kesan positif dan negatif serta mampu

menciptakan berbagai suasana sesuai intepretasi masing-masing orang. Warna

dapat mengajak kita seolah-olah berada dalam suasana periode dimana karya

tersebut diciptakan (Triss Neddy S, dkk, 2012:88).


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Warna adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan

benda-benda yang dikenainya; corak rupa seperti merah, biru, hijau, dan lain-lain.

Peranan warna sangat dominan pada karya seni rupa, hal ini dapat dikaitkan

dengan upaya menyatakan gerak, jarak, tegangan (tension), deskripsi alam

(naturalisme), ruang, bentuk, ekspresi atau makna simbolik dan justru dalam

kaitan yang beraneka ragam ini kita akan melihat betapa kedudukan warna dalam

seni rupa. Zat warna didapatkan dari perpaduan pigmen yang berupa bubuk halus,

kemudian disatukan dengan binder (zat pengikat) atau paint vehicle (pembawa

pigmen) (Mikke Susanto, 2002 : 113).

Gambar 11. Lingkaran Warna (The Color Whell)


(Sumber: Sadjiman Ebdi Sanyoto, “Elemen-elemen Seni dan Desain”. 2009 : 31)

Warna yang digunakan setiap seniman tentunya berbeda-beda hal ini

dikarenakan setiap seniman memilik intepretasi sendiri terhadap sebuah warna

yang mereka gunakan. Biasanyacommit


warna tomampu
user membrikan ciri tersendiri dari
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

masing-masing seniman. Nooryan Bahari dalam bukunya yang berjudul “Ktirk

Seni Wacana, Apresiasi dan Kreasi” menjelaskan bahwa warna adalah:

gelombang cahaya dengan frekuensi yang dapat mempengaruhi penglihatan kita.

Warna memiliki tiga dimensi dasar yaitu hue, nilai (Value), dan intensitas

(intensity). Hue adalah gelombang khusus dalam spectrum dan warna tertentu.

Misalnya spectrum warna merah disebut hue merah. Nilai (value) adalah nuansa

yang terdapat pada warna, seperti nuansa cerah atau gelap, sedangakan intensitas

adalah kemurnian dari hue warna (Nooryan Bahari, 2008: 100).

F. Prinsip Seni Rupa / Desain

Untuk menciptakan sebuah karya seni selalu berpegang pada prinsip

keorganisasian biasanya disebut prinsip organisasi, prinsip desain, atau asas-asas

desain, antara lain rhytm (irama), unity (kesatuan), balance (keseimbangan),

domination (penekanan) dan kesepadanan (proportion). Komposisi perlu

diperhatikan adanya unsur yang saling berintegrasi dan saling mendukung, tidak

perlu bahwa tiap-tiap unsur memiliki kekuatan yang sama (P. Mulyadi, 1998:22).

a. Irama ( Rhytm )

Irama atau ritme adalah gerak perulangan atau gerak mengalir/aliran

yang ajeg, runtut, teratur, terus-menerus (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2010:161).

b. Kesatuan ( Unity )

Kesatuan dapat juga disebut dengan keutuhan. Sebuah karya seni harus

menyatu dan unsur-unsur yang tersusun di dalamnya tidak dapat dipisah-pisah.

Tanpa kesatuan, karya seni akan terlihat kacau balau dan mengakibatkan karya
commit
tersebut tidak enak dilihat (Sadjiman EbditoSanyoto,
user 2009:233).
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

c. Keseimbangan ( Balance )

Keseimbangan yaitu suatu kondisi atau kesan berat, tekanan atau

tegangan, sehingga memberi kesan stabil (Arfial Arsad, 1987:6). Dalam

keseimbangan terdapat symmetrical balance, radial balance, obvious balance,

dan asymmetrical balance. Keseimbangan simetris atau symmetrical balance

yaitu keseimbangan antara ruang sebelah kiri dan kanan memiliki kedudukan

yang sama persis baik dalam bentuk raut, besaran ukuran, arah, warna maupun

teksturnya. Keseimbangan memancar atau radial balance yaitu keseimbangan

yang sama seperti keseimbangan simetris, tetapi tidak hanya pada sisi kanan

maupun kiri tetapi sebelah atas atau bawah (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009:260).

Keseimbangan sederajat atau obvious balance yaitu keseimbangan

komposisi antara ruang sebelah kiri dan ruang sebelah kanan tanpa

memperdulikan bentuk yang ada di masing-masing ruang, sedangkan

keseimbangan asimetris atau asymmetrical balance adalah kebalikan dari

keseimbangan simetris yaitu keseimbangan yang sebelah kiri dan kanannya tidak

sama (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009:263).

d. Penekanan (domination)

Dominasi dalam karya seni itu yang dimaksud menguasai, bisa juga

disebut keunggulan, keunikan, keistimewaan, keganjilan atau penyimpangan.

Di dalam karya seni harus ada dominasi agar menarik, karena dominasi

digunakan sebagai daya tarik (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2009:225).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

e. Kesepadanan (Proportion)

Proporsi atau perbandingan merupakan salah satu prinsip dasar seni rupa

untuk memperoleh keserasian. Proporsi bisa juga disebut kesepadanan (Sadjiman

Ebdi Sanyoto, 2009:273).

G. Perubahan Wujud Dalam Karya Seni

Di dalam pembuatan karya terjadi perubahan wujud, perubahan wujud itu

meliputi; Distorsi yaitu perubahan bentuk atau penyimpangan keadaan yang

dibengkokkan (Mikke Susanto, 2011:107). Adapun cara pengubahan bentuk

antara lain dengan cara simplifikasi (penyederhanaan), distorsi (pembiasan),

distruksi (perusakan) stilasi (penggayaan) atau kombinasi diantara semua susunan

bentuk tersebut (Mikke Susanto, 2011: 98).

H. Komposisi Dalam Karya Seni

Komposisi adalah kombinasi dari berbagai elemen seni rupa atau karya

seni untuk mencapai kesesuaian atau integrasi antara warna, garis, bidang dan

unsur-unsur karya seni yang lain untuk mencapai susunan yang dinamis, termasuk

tercapainya proporsi yang menarik serta indah (Mikke Susanto, 2011: 226-227).

Komposisi dalam sebuah karya seni terbagi menjadi 4 tipe yaitu,

komposisi terbuka, komposisi tertutup, komposisi piramida, dan komposisi

piramida terbalik.

Komposisi terbuka adalah suatu komposisi dalam suatu bidang atau ruang

komposisi yang dimana objek gambar terkesan menerus, tersebar, meluas dari

pusat bidang tersebut. Sedangkan jika objek gambar tersebut seakan-akan terpusat

di dalam suatu ikatan, mengumpul, menyempit, sehingga terlihat adanya


commit to user
pengelompokan objek gambar ke dalam pusat bidang atau ruang komposisi, maka
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

komposisi yang demikian itu dikatakan komposisi tertutup (Arfial Arsad Hakim,

1997: 37).

Selain komposisi terbuka dan tertutup masih ada tipe lain dari komposisi

yaitu komposisi piramida dan piramida terbalik. Komposisi piramida terbalik

merupakan komposisi yang meletakan objek gambar dalam suatu bidang

komposisi yang membentuk susunan segitiga, dimana puncak segitiga berada

pada bagian atas dan alasnya di bagian bawah. Sedangkan komposisi piramida

terbalik merupakan kebalikan dari piramida, dimana puncak segitiga berada

dibagian bawah dan alasnya dibagian sisi atas dalam sebuah bidang komposisi

(Arfial Arsad Hakim, 1997: 37).

I. Pengertian Seni Grafis

Dalam mengekspresikan ide imajinasi seni, media merupakan faktor

penting dalam proses pencitraan visual karya seni yang memiliki sebuah pesan

yang ingin di sampaikan kepada publik seni. Seni grafis sebagai salah satu media

pencitraan dari sebuah karya seni sangat mendukung secara maksimal dalam

proses media ekspresi.

Grafis berasal dari bahasa Yunani, graphein, yang berarti menulis atau

menggambar. Seni grafis merupakan penggubahan gambar bebas karya perupa

menjadi cetakan, yang melalui proses manual dan menggunakan material

tertentu, dengan tujuan membuat perbanyakan karya dalam jumlah tertentu

(Mikke Susanto, 2002:47).

Grafi atau grafis juga bisa diartikan gambaran nyata. Seni grafis adalah

karya seni rupa dua dimensi yang proses pembuatannya melalui teknik cetak. Seni
commit
grafis adalah ungkapan seni rupa to user
dua dimensional yang dalam visualisasinya
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

melalui proses cetak, cetak tinggi (Woodcut, Linnocut, relief print), cetak dalam

(Etsa), cetak datar (Lithography), dan cetak saring (Serigrafi, Screen Printing).

Karenanya di cetak maka dimungkinkan adanya proses pengulangan, sehinga

cetakan-cetakan (hasilnya) dapat berjumlah lebih dari satu (jamak).

Seni grafis secara sederhana merupakan bentuk ungkapan seni rupa

dua dimensi yang memanfaatkan proses cetak. Karya grafis memungkinkan

diperoleh jumlah lebih dari satu. Proses cetak dalam seni grafis cenderung

terbatas pada proses manual atau semi mekanis, yaitu suatu proses langsung

yang melibatkan keterampilan tangan sang seniman. Jumlah edisi suatu karya

grafis biasanya terbatas. Walaupun karya seni grafis berjumlah banyak (lebih dari

satu), secara konvensi tiap lembar edisinya diakui sebagai karya original, bukan

reproduktif.

Seniman memberikan catatan di bagian bawah di luar gambar, berupa

tanda tangan, tahun pembuatan, judul karya, dan nomor urut cetak serta jumah

edisinya untuk mempertegas keaslian karya. Misalnya, 10/25 berarti cetakan ke-

10 dengan seluruh jumlah edisinya 25 (Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid 6,

1989:221).

Seni grafis merupakan salah satu cabang seni rupa yang memiliki

komponen yang sama dengan cabang seni rupa lainnya. Menciptakan sebuah

karya tidak lepas dari komponen-komponen yang menjadi kerangka karya seni,

yaitu komponen seni, karena antara satu dengan yang lain saling mendukung,

komponen seni yang dimaksud antara lain subject matter / tema, bentuk dan isi.

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

J. Cetak Tinggi / Relief Print

Cetak tinggi disebut demikian karena permukaan acuan cetak atau klise

yang akan menerima tinta berada paling tinggi. Pencetakan pada umunnya

dilakukan dengan gosokan. Cetak Tinggi adalah proses cetak di mana bagian yang

menjadi image berada pada permukaan yang tidak ditoreh atau dicukil. Sementara

bagian yang ditoreh tidak terkena tinta. Teknik dalam cetak tinggi ini antara lain:

cukilan kayu (woodcut), cukilan lino (linocut), torehan kayu (wood engraving)

dan cukilan logam (metalcut). Ciri khas ungkapan rupa karya cukilan kayu

terletak pada pemanfaatan efek serat kayu (tekstur), kesederhanaan rupa gambar

(bentuk) dan kesan kontras antara gambar (bidang positif) dan dasar gambar

(bidang negatif), khususnya pada karya hitam putih.

Cetak tinggi adalah proses cetak dimana permukaan cetak yang terkena

tinta adalah bagian yang menonjol/menjorok ke atas atau yang tidak kena cukil.

Pada proses cukil kayu ini menggunakan pahat atau alat cukil khusus (M. Dwi

Marianto, 1988:15).

Pada cetak relief, bagian dari suatu permukaan cetak yang terkena tinta

adalah bagian yang menonjol. Bagian permukaan yang menonjol itu dapat dicapai

karena adanya tempelan atau hasil percukilan bagian yang tidak mencetak. Pada

cetak cukil kayu bagian yang tidak mencetak dicukil menggunakan pisau cukil

atau pahat (M. Dwi Marianto, 1988:15).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

1 2 3 4

Gambar 12. Visual Cetak Tinggi


(Sumber: Buku M. Dwi Marianto, “Seni Cetak Cukil Kayu”. Tahun 1988, halaman 16)

Keterangan :

1. Cukilan yang dihasilkan oleh alat cukil bentuk U

2. Cukilan yang dihasilkan oleh alat cukil bentuk V

3. Bagian yang terkena tinta cetak

4. Hardboard

Gambar 13. Contoh Karya Woodcut, 2015, 40 x 60 cm


(Sumber: Karya Penulis)

1. Alat dan Bahan Cetak Tinggi

Terdapat beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam proses ceta

commit
tinggi. Alat dan bahan tersebut antara laintosebagai
user berikut:
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

a. Viner

Secara tradisional viner dipakai sebagai alat cukil cetak kayu. Terdapat

dua tipe viner yang digunakan di beberapa Negara Barat dan Jepang, yang

digunakan di Barat mata pisaunya tidak dapat dilepas dan diatur disesuaikan

dengan bentuk tangan si pencukil sedangkan di Jepang mata pisaunya dapat distel

kedudukannya, disesuaikan panjang pendeknya (M. Dwi Marianto, 1988:25).

1. Viner Bentuk ‘V’

Alat ini terdiri dari berbagai ukuran yang berfungsi membetuk garis dan

biasa digunakan pada media kayu, hardboard, linoleum. Menggunakan pahat

bentuk ini dapat dihasilkan bermacam-macam bentuk cukilan (M. Dwi Marianto,

1988: 26).

Gambar 14. Viner bentuk “V”


(Sumber: Dokumentasi Penulis)

2. Gauge Viner Bentuk “U”

Gauge Viner bentuk U juga memiliki beberapa ukuran, dan ada gauge

viner “U” yang bergagang besar panjang yang dapat dipukul dengan palu untuk

commit
mencukil area yang lebar. Tidak ada to user
ketentuan untuk proses pencukilannya karena
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

setiap alat yang diciptakan memiliki karakteristik cukil yang berbeda dan

karakteristik cukil tersebut dapat dikembangkan sesuai eksperimen si pencukilnya

(M. Dwi Marianto, 1988: 26).

Gambar 15. Gouge Viner bentuk “U” besar dan “U” kecil
(Sumber: Dokumentasi Penulis)

3. Knife dan Chisel

Alat cukil juga memiliki beberapa bentuk, ada yang bermata miring

(Knife) dan lurus (Chisel). Untuk fungsinya adalah mencukil bagian-bagian yang

berukuran lebar dan biasanya digunakan untuk menghilangkan bagian yang

kurang penting pada bidang kayu, hardboard dan linoleum.

Gambar 16. Knife


commit toPenulis)
(Sumber: Dokumentasi user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Gambar 17. Chisel


(Sumber: Dokumentasi Penulis)

b. Baren

Baren adalah alat gosok yang biasa digunakan di Jepang untuk melekatkan

tinta dengan kertas. Baren ini berbentuk lingkaran berdiameter 12 cm yang

merupakan kumparan tambang yang di kait sedemikian rupa kemudian kumparan

tersebut ditutup oleh lembar kertas dan ‘clumpring’ bambu yang bagian luarnya

kemudian di vernis.

Gambar 18. Baren Tradisional Jepang


(Sumber: http://www.barenforum.org/mall/product_images/sosaku_baren.jpg diunduh
pada 15/06/2015 pukul 22.12 WIB).

Hingga saat ini baren masih digunakan di Jepang untuk melestarikan seni

tradisional cukil kayu. Walaupun telah muncul alat penggantinya yang lebih

mudah dan murah seperti sendok dan kantong kulit berisi kain bekas (M. Dwi

Marianto, 1988: 30).


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

c. Rol

Rol atau biasa disebut juga brayer di gunakan untuk mentrasfer tinta dari

bantalan adukan tinta kepermukaan blok cetak. Rol di gunakan untuk cat berbasis

minyak dengan beberapa ukuran mulai dari 2 sampai 6 inci denga diameter mulai

dari 1,5 sampai 6 inci.

Rol yang baik adalah rol yang rata dan terbuat dari karet atau gelatin yang

mudah tergores jadi dalam penggunaannya haruslah berhati-hati. Singkat kata rol

memiliki fungsi yang sama dengan kuas (M. Dwi Marianto, 1988: 32).

Gambar 19. Rol Karet


(Sumber: Dokumentasi Penulis)

d. Tinta Cetak

Grafis sebagai seni cetak-mencetak tentunya akan membutuhkan tinta

cetak sebagai salah satu bahan untuk mewujudkan visual cukilan atau goresan

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id 32
digilib.uns.ac.id

yang terbentuk pada plat kayu, hardboard, lino, tembaga dan almunium pada

bidang kertas.

Gambar 20. Contoh Tinta Cetak Berbasis Minyak


Produk PT. Cemani Toka
(Sumber: Dokumentasi Penulis)

2. Cara Membuat Cetakan Dengan Cetak Tinggi.

Cara membuat cetakan dengan cetak tinggi dapat dilakukan hal-hal

sebagai berikut: Papan diusahakan rata, buat sketsa gambar terlebih dulu pada

papan atau acuan cetak. Cukil dan pahatlah dengan pahat grafis atau pahat coret di

atas papan tersebut. Artinya, bagian yang tidak boleh terkena tinta dibuang

dengan alat-alat cukil seperti : Viner Bentuk ‘V’, Gauge Viner Bentuk “U”, Knife

dan Chisel, dan lain sebagainya. Ratakan tinta di atas kaca dengan menggunakan

rol (brayer). Beri tinta pada permukaan acuan dengan menggunakan rol. Letakkan

acuan cetak di atas kertas (posisi cetakan menghadap ke bawah menempel kertas).

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tekan permukaan kertas dengan

menggunakan rol. Angkat kertas perlahan-lahan dari permukaan acuan cetak.

Hasil karya yang dibuat sudah selesai. Agar tampil menarik, tempatkan karya
commit to user
tersebut pada pigura.

Anda mungkin juga menyukai