Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN COVID-19

Disusun Oleh :

1.Mega putri Yana 2021206203196P


2. Endang Setiyorini 2021206203215p
3. Merisa Mutia Suri 2021206203233p
4. Novita pratiwi 2021206203206p
5. Joko Purwanto 2021206203239P
6. Rhaoda Intan Sari 2021206203208p

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADYAH PRINGSEWU
LAMPUNG TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan Hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang diberi judul “ASUHAN
KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PADA PASIEN COVID-19 ” tepat
pada waktunya. Makalah ini kami buat berdasarkan tugas yang diberikan.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak sekali
kekurangnnya, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran serta masukan dari
pembaca sekalian yang bersifat membangun.
Kami juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami
pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Pringsewu, Oktober 202

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Corona Virus Disease...................................................................4
2.2 Penyebab Corona Virus Disease....................................................................5
2.3 Penyakit Akibat Corona Virus.......................................................................6
2.4 Jenis-Jenis Corona Virus Disease...................................................................7
2.5 Manifestasi Klinis...........................................................................................7
2.6 Patofisiologi Corona Virus Disease...............................................................8
2.7 Penularan Corona Virus Disease....................................................................10
2.8 Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................11
2.9 Pencegahan Corona Virus Disease 2019........................................................13
2.10Pengobatan Corona Virus Disease.................................................................15
2.11Konsep Asuhan Keperawatan........................................................................16
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Analisa Video.................................................................................................18
3.2 Kasus Covid-19.............................................................................18
3.3 Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Pada Pasien Covid-19 Yang
Sudah Multiple Organ Di UGD......................................................................20
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan.....................................................................................................31
4.2. Saran...............................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
LITERATUR RIVIEW

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


kasusnya INI dimulai dengan pneumonia atau radang paru-paru misterius
pada Desember 2019. Kasus ini diduga berkaitan dengan pasar hewan
Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging binatang, termasuk
yang tidak biasa dikonsumsi, misal ular, kelelawar, dan berbagai jenis tikus.
Kasus infeksi pneumonia misterius ini memang banyak ditemukan di
pasar hewan tersebut. Virus Corona atau COVID-19 diduga dibawa kelelawar
dan hewan lain yang dimakan manusia hingga terjadi penularan. Coronavirus
sebetulnya tidak asing dalam dunia kesehatan hewan, tapi hanya beberapa
jenis yang mampu menginfeksi manusia hingga menjadi penyakit radang
paru.
Sebelum COVID-19 mewabah, dunia sempat heboh dengan SARS dan
MERS, yang juga berkaitan dengan virus Corona. Dengan latar belakang
tersebut, virus Corona bukan kali ini saja membuat warga dunia panik.
Memiliki gejala yang sama-sama mirip flu, virus Corona berkembang cepat
hingga mengakibatkan infeksi lebih parah dan gagal organ.
Kelelawar, ular, dan berbagai hewan eksotis lain hingga kini masih
dianggap sebagai vektor virus Corona atau COVID-19. Terlepas dari benar-
tidaknya informasi tersebut, COVID-19 membuktikan diri mampu menular
antarmanusia. Penularan sangat cepat hingga Organisasi Kesehatan Dunia
WHO menetapkan pandemi virus Corona atau COVID-19 pada (11/3/2020).
Pandemi atau epidemi global mengindikasikan infeksi COVID-19 yang
sangat cepat hingga hampir tak ada negara atau wilayah di dunia yang absen
dari virus Corona. Peningkatan jumlah kasus terjadi dalam waktu singkat
hingga butuh penanganan secepatnya. Sayangnya, hingga kini belum ada obat
spesifik untuk menangani kasus infeksi virus Corona atau COVID-19.

1
WHO menyatakan saat ini Eropa telah menjadi pusat pandemi virus
Corona secara global. Eropa memiliki lebih banyak kasus dan kematian
akibat COVID-19 dibanding China. Jumlah total kasus virus Corona, menurut
WHO, kini lebih dari 136 ribu di sedikitnya 123 negara dan wilayah. Dari
jumlah tersebut, nyaris 81 ribu kasus ada di wilayah China daratan. Italia,
yang merupakan negara Eropa yang terdampak virus Corona terparah, kini
tercatat memiliki lebih dari 15 ribu kasus.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Jelaskan Pengertian Corona Virus Disease ?
2. Jelaskan Penyebab Corona Virus Disease ?
3. Jelaskan Penyakit Akibat Corona Virus ?
4. Jelaskan Jenis-Jenis Corona Virus Disease ?
5. Jelaskan Manifestasi Klinis ?
6. Jelaskan Patofisiologi Corona Virus Disease ?
7. Jelaskan Penularan Corona Virus Disease ?
8. Jelaskan Pemeriksaan Diagnostik ?
9. Jelaskan Pencegahan Corona Virus Disease 2019 ?
10. Jelaskan Pengobatan Corona Virus Disease ?
11. Jelaskan Konsep Asuhan Keperawatan ?
12. Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Pada Pasien Covid-19 Yang
Sudah Multiple Organ Di UGD ?

1.3. TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui Pengertian Corona Virus Disease
2. Mengetahui Penyebab Corona Virus Disease
3. Mengetahui Penyakit Akibat Corona Virus
4. Mengetahui Jenis-Jenis Corona Virus Disease
5. Mengetahui Manifestasi Klinis
6. Mengetahui Patofisiologi Corona Virus Disease
7. Mengetahui Penularan Corona Virus Disease

2
8. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik
9. Mengetahui Pencegahan Corona Virus Disease 2019
10. Mengetahui Pengobatan Corona Virus Disease
11. Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan
12. Mengetahui Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan Pada Pasien
Covid-19 Yang Sudah Multiple Organ Di UGD

3
BAB II
TINJAUAN
TEORI

2.1. PENGERTIAN CORONA VIRUS DISEASE


Corona virus (CoV) adalah keluarga besar dari virus yang menyebabkan
penyakit, mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah, seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Corona virus 2019 (COVID-19) merupakan corona virus
jenis baru yang dapat menyebabkan penyakit pernapasan mulai dari flu biasa
hingga penyakit yang lebih parah seperti pneumonia dan pada akhirnya dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok yang rentan seperti orang
tua, ana-anak, dan orang-orang dengan kondisi kesehatan yang kurang
adekuat. Sebagian besar coronavirus adalah virus yang tidak berbahaya. Virus
corona pada manusia pertama kali ditemukan pada tahun 1960 dalam hidung
pasien yang terkena flu biasa (common cold). Virus ini diberi nama
berdasarkan struktur mirip mahkota di permukaannya. “Corona” dalam
bahasa Latin berarti “halo” atau “mahkota”. Dua corona virus pada manusia,
yaitu OC43 dan 229E, adalah yang bertanggung jawab atas terjadinya
sebagian flu biasa. Penyakit SARS, MERS, dan COVID-19 yang menjadi
pandemi saat ini disebabkan oleh tipe coronavirus lain.
Coronavirus merupakan virus zoonosis, artinya virus ini menyebar dari
hewan ke manusia. Investigasi menunjukkan bahwa virus corona penyebab
SARS (SARS-CoV) ditularkan dari musang ke manusia. Pada wabah MERS,
hewan yang menyebarkan coronavirus MERS-CoV ke manusia adalah unta
dromedaris. Sementara itu, coronavirus yang menyebabkan COVID-19
(SARS-CoV-2) diduga kuat berasal dari trenggiling. Kriteria klinis CDC
untuk pasien COVID-19 yang sedang diselidiki (PUI – Patient Under
Investigation / PDP – Pasien dalam Pengawasan) telah dikembangkan
berdasarkan apa yang diketahui tentang MERS-CoV dan SARS-CoV dan
dapat berubah ketika informasi tambahan tersedia. Awalnya, banyak pasien

4
dalam wabah di Wuhan, Cina dilaporkan memiliki hubungan dengan pasar
makanan laut dan hewan yang besar, menunjukkan penyebaran dari hewan ke
orang. Namun, semakin banyak pasien yang dilaporkan belum memiliki
paparan ke pasar hewan, menunjukkan penyebaran orang-ke-orang sedang
terjadi.

2.2. PENYEBAB CORONA VIRUS DISEASE


Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu
kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar
kasus, coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai
sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi
pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke
manusia. Namun, kemudian diketahui bahwa virus Corona juga menular dari
manusia ke manusia.
Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:
1. Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat
penderita COVID-19 batuk atau bersin
2. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah
menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita COVID-19
3. Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19
Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih
berbahaya atau bahkan fatal bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil,
orang yang memiliki penyakit tertentu, perokok, atau orang yang daya tahan
tubuhnya lemah, misalnya pada penderita kanker. Karena mudah menular,
virus Corona juga berisiko tinggi menginfeksi para tenaga medis yang
merawat pasien COVID-19. Oleh karena itu, para tenaga medis dan orang-
orang yang memiliki kontak dengan pasien COVID-19 perlu
menggunakan alat pelindung diri (APD).

5
2.3. PENYAKIT AKIBAT CORONA VIRUS
Beberapa jenis corona virus adalah penyebab penyakit serius. Berbagai
penyakit yang mungkin bisa disebabkan oleh coronavirus adalah sebagai
berikut:
1. MERS
Sekitar 858 orang meninggal dunia karena MERS, yang pertama kali
muncul pada 2012 di Arab Saudi dan di negara lain di Timur Tengah,
Afrika, Asia, dan Eropa. Pada April 2014, orang Amerika pertama
mendapat perawatan khusus di rumah sakit karena MERS di Indiana dan
kasus lain dilaporkan juga terjadi di Florida. Keduanya diketahui baru
kembali dari Arab Saudi. Pada Mei 2015, kejadian luar biasa MERS
terjadi di Korea, yang merupakan kejadian luar biasa terbesar di luar
Arab. Gejala MERS akibat coronavirus adalah demam, kesulitan
bernapas, dan batuk. Penyakit menyebar melalui kontak dekat dengan
orang yang telah terinfeksi. Namun, semua kasus MERS berkaitan
dengan orang yang baru kembali dari perjalanan ke Semenanjung Arab.
MERS berakibat fatal pada 30-40% pengidapnya.
2. SARS
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh SARS-CoV. Penyakit ini biasanya
mengakibatkan pneumonia yang mengancam jiwa. Virus itu awalnya
muncul di Provinsi Guangdong di Tiongkok Selatan pada November
2002, hingga akhirnya tiba di Hong Kong. SARS-CoV kemudian mulai
menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan menginfeksi orang di 37
negara. Pada 2003, sebanyak 774 orang meninggal dunia karena kejadian
luar biasa SARS. Pada tahun 2015, tidak ada laporan lebih lanjut tentang
kasus SARS. Gejala penyakit SARS berkembang dalam waktu seminggu
dan diawali dengan demam. Sama seperti flu, gejala yang dirasakan
orang dengan penyakit SARS akibat coronavirus adalah batuk kering,
panas dingin, diare, sesak napas, pneumonia, infeksi paru-paru parah,

6
mungkin akan berkembang setelahnya. Pada tahap lanjut, SARS
menyebabkan kegagalan pada paru-paru, hati, atau jantung.

2.4. JENIS-JENIS CORONA VIRUS DISEASE


Corona virus adalah virus yang memiliki banyak jenis. Namanya
biasanya dibedakan berdasarkan tingkat keparahan penyakit yang disebabkan
dan seberapa jauh penyebarannya. Sejauh ini ada enam jenis virus corona
yang diketahui menginfeksi manusia. Empat di antaranya adalah:
1. 229E
2. NL63
3. 0C43
4. HKU1
Dua jenis sisanya adalah corona virus yang lebih langka, yakni MERS-
CoV penyebab penyakit MERS dan SARS-CoV penyebab SARS.

2.5. MANIFESTASI KLINIS


Untuk infeksi COVID-19 yang dikonfirmasi, penyakit yang dilaporkan
bervariasi mulai dari orang yang sakit ringan sampai orang yang sakit parah
dan sekarat, gejala-gejala ini dapat muncul hanya dalam 2 hari atau selama 14
hari setelah paparan berdasarkan apa yang telah dilihat sebelumnya sebagai
masa inkubasi virus MERS. Tanda gejalanya antara lain:
1. Demam
2. Batuk kering
3. Sesak napas
4. Hidung berair
5. Sakit kepala
6. Sakit tenggorokan
7. Tidak enak badan secara keseluruhan
Jenis virus corona lain bisa menyebabkan gejala yang lebih serius.
Infeksi ini dapat mengarah ke bronkitis dan pneumonia, terutama pada orang-
orang dari kelompok berisiko. Beberapa infeksi yang lebih parah akibat

7
coronavirus adalah yang umumnya lebih sering terjadi pada pengidap
gangguan hati dan jantung, atau orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah, bayi, dan orang tua.

2.6. PATOFISIOLOGI CORONA VIRUS DISEASE


Sama seperti flu, COVID-19 dimulai di paru-paru dan menyebar
melalui tetesan air ketika seseorang bersin atau batuk. WHO
melaporkan bahwa SARS menyerang tubuh dalam tiga fase, yaitu
replikasi virus, hiperaktif imun, dan perusakan paru-paru, yang
tampaknya mirip dengan bagaimana COVID-19 menyerang tubuh
manusia.
Penelitian awal menunjukkan COVID-19 bereplikasi secara efisien
di saluran pernapasan bagian atas. Orang yang terinfeksi menghasilkan
sejumlah besar virus pada awal infeksi dan penelitian baru
mengungkapkan bahwa masa inkubasi infeksi adalah 5,1 hari.
COVID-19 hadir dalam tiga pola infeksi, yaitu dimulai dengan
penyakit ringan dan gejala saluran pernapasan atas, kemudian diikuti
oleh pneumonia. Setelah sekitar satu minggu, pneumonia berat dengan
sindrom gangguan pernapasan akut dapat berkembang dengan cepat dan
kadang-kadang membutuhkan alat bantu pernapasan.
Ketika terinfeksi, tubuh memicu respons sitokin di mana sel-sel
kekebalan menyerang virus. Dalam beberapa kasus, virus dapat memicu
respons yang terlalu reaktif dari sistem kekebalan tubuh, yang
selanjutnya dapat menghambat upaya pemulihan.
Juru bicara WHO Carla Drysdale mengatakan bahwa gejala COVID-
19 yang paling umum adalah demam, kelelahan, dan batuk kering.
Beberapa pasien mungkin mengalami sakit dan nyer i, hidung tersumbat,
pilek, sakit tenggorokan, atau diare ringan.
Meski begitu, ada beberapa orang yang terinfeksi tidak mengalami
gejala apa pun dan merasa baik-baik saja, sementara sekitar 80 persen
orang sembuh dari penyakit tanpa memerlukan perawatan khusus.

8
“Sekitar 1 dari setiap 6 orang yang terkena COVID-19, sakit parah
dan mengalami kesulitan bernapas. Orang yang lebih tua, dan mereka
yang memiliki masalah medis seperti tekanan darah tinggi, masalah
jantung, atau diabetes, lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit
menjadi lebih serius. Sekitar 2 persen orang dengan penyakit ini telah
meninggal dunia," ucap Drysdale.
Pedoman manajemen klinis saat ini merekomendasikan pasien
untuk keluar dari rumah sakit setelah dua hasil negatif berturut-turut
setidaknya dalam 24 jam.
Saat ini, ada periode sekitar 20 hari antara timbulnya gejala dan
pemulihan penuh, tetapi Drysdale mencatat bahwa COVID-19 adalah
penyakit baru, dan para ahli membutuhkan lebih banyak data
epidemiologis untuk menentukan apakah seseorang telah kebal setelah
infeksi.
Ini juga tidak akurat untuk membandingkan COVID-19 dengan
virus influenza tahunan. Drysdale mengatakan bahwa COVID-19 adalah
virus unik dengan karakteristik unik.
Baik COVID-19 dan influenza menyebabkan penyakit pernapasan
dan menyebar dengan cara yang sama, yaitu melalui tetesan kecil cairan
dari hidung dan mulut seseorang yang sakit, tetapi ada perbedaan
penting antara keduanya.
"Pertama, COVID-19 tidak mentransmisikan seefisien influenza,
dari data yang kami miliki sejauh ini. Dengan influenza, orang yang
terinfeksi tetapi belum sakit adalah pendorong utama penularan, yang
tampaknya bukan kasus COVID-19. Bukti dari China adalah bahwa
hanya 1 persen dari kasus yang dilaporkan tidak memiliki gejala, dan
sebagian besar dari kasus tersebut melaporkan gejala dalam 2 hari,"
jelas Drysdale. Selain itu, saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah COVID-
19. Di sisi lain, para pakar saat ini telah memperingatkan bahwa
COVID-19 sudah menjadi pandemi.

9
WHO telah menyatakan COVID-19 sebagai "darurat kesehatan
masyarakat yang menjadi perhatian internasional".
Para ahli mengatakan, perlindungan terbaik terhadap COVID-19
adalah intervensi non-farmasi, langkah-langkah pencegahan seperti
mencuci tangan secara menyeluruh, menutupi mulut saat batuk, dan
bersin dengan tisu, mendisinfeksi permukaan di sekitar rumah dan
ruang kerja, dan menghindari kontak dengan orang-orang yang
diketahui sakit.

2.7. PENULARAN CORONA VIRUS DISEASE


Penyebaran corona virus sama seperti virus yang penyebab flu lainnya,
yakni dari batuk dan bersin, atau dari sentuhan orang yang terinfeksi. Virus
ini juga dapat menular apabila Anda menyentuh barang yang terkontaminasi,
lalu menyentuh hidung, mata, dan mulut tanpa mencuci tangan. Hampir
semua orang pernah terinfeksi virus corona setidaknya sekali seumur
hidupnya, biasanya terjadi pada anak-anak. Meskipun umumnya muncul pada
musim gugur dan dingin, corona virus juga bisa muncul di Indonesia yang
beriklim tropis. Pada awal Januari 2020, pemerintah Tiongkok melaporkan
kasus infeksi corona virus jenis baru yang menyebabkan gejala mirip
pneumonia. Virus tersebut tidak memiliki kesamaan dengan tipe coronavirus
manapun. Virus tersebut mulanya dikenal sebagai novel coronavirus 2019
(2019-nCoV). Setelah melewati berbagai pengamatan dan penelitian, 2019-
nCoV secara resmi berganti nama menjadi SARS-CoV penyebab COVID-19
dicurigai menular dari hewan kelelawar dan ular ke manusia. Akan tetapi,
pada akhir Januari, virus ini juga telah dikonfirmasi menular dari manusia ke
manusia. Penularan antar-manusia juga bisa terjadi walau belum diteliti
secara khusus. Secara umum, penularan corona virus terjadi melalui:
1. Melalui udara (virus keluar dari mereka yang batuk dan bersin tanpa
menutup mulut).
2. Sentuhan atau jabat tangan dengan pasien positif.

10
3. Menyentuh permukaan benda yang terdapat virus kemudian menyentuh
wajah (hidung, mata, dan mulut) tanpa mencuci tangan.
Ada pula kemungkinan droplet virus corona penyebab SARS bertahan di
udara dan menular melalui perantara sesuai dengan tabel berikut:
Jenis permukaan Contoh Satuan per hari/jam
Logam Gagang pintu, perhiasan, 5 hari
sendok garpu.
Gelas Gelas, cermin, jendela Hingga 5 hari
Keramik Piring, tembikar gelas mug 5 hari
Kertas Koran, majalah Hingga 5 hari
Kayu Furniture, hiasan kayu 4 hari
Plastik Botol susu, bangku kereta, 2-3 hari
tombol elevator.
Stainless steel Kulkas, panci penggorengan, 2-3 hari
bak cuci piring, botol minum.
Kardus Kotak paket 1 hari
Alumunium Kaleng soda, kertas timah botol 2-8 jam
minum
Tembaga Ceret teh, alat masak, uang 4 jam
receh

Yang dapat dilakukan untuk mencegah dan membersihkan virus yaitu,


gunakan desinfektan untuk membersihkan semua permukaan dan benda
dirumah setiap hari, cukup dengan pembersih rumah dengan cara disemprot
dan di lap. Cuci tangan minimal 20 detik dengan sabun dan air, terutama jika
baru saja mengunjungi supermarket dan membawa belanjaan.

2.8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


Pada saat ini, pengujian diagnostik untuk COVID-19 hanya dapat
dilakukan di fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh pemerintah, jika di
Amerika, ada yang namanya CDC (Center for Disease Control and

11
Prevention). Untuk meningkatkan kemungkinan mendeteksi infeksi, CDC
merekomendasikan pengumpulan tiga jenis spesimen: pernapasan bawah,
pernapasan atas, dan spesimen serum untuk pengujian. Peran CDC antara
lain:
1. CDC telah mengirimkan tim multidisiplin ke Washington, Illinois,
California, dan Arizona untuk membantu departemen kesehatan dengan
manajemen klinis, pelacakan kontak, dan komunikasi.
2. CDC telah mengembangkan tes Reaksi-Polymerase Chain Reaction
(rRT-PCR) real-time yang dapat mendiagnosis COVID-19 dalam sampel
serum pernapasan dari spesimen klinis.
3. Saat ini, pengujian untuk virus ini harus dilakukan di CDC, tetapi dalam
beberapa hari dan minggu mendatang, CDC akan berbagi tes ini dengan
mitra domestik dan internasional.
4. CDC mengunggah seluruh genom virus dari kelima kasus yang
dilaporkan di Amerika Serikat ke GenBank.
5. CDC juga menumbuhkan virus dalam kultur sel, yang diperlukan untuk
penelitian lebih lanjut, termasuk untuk karakterisasi genetik tambahan.
Adapun beberapa cara untuk mendiagnosis corona virus yang dilakukan
oleh dokter untuk mencari informasi tentang virus corona yaitu:
1. Melihat riwayat kesehatan, termasuk gejala yang dirasakan
2. Melakukan pemeriksaan fisik
3. Melakukan tes darah
4. Melakukan tes laboratorium terhadap dahak, sampel dari tenggorokan,
atau spesimen pernapasan lainnya.
5. Jika mengalami gejala yang telah disebutkan, maka perlu memberi tahu
dokter soal lokasi yang baru dikunjungi atau kontak dengan hewan.
Sebagian besar infeksi MERS-CoV ditemukan berasal dari Semenanjung
Arab.
6. Sementara itu, untuk SARS-CoV umumnya berasal dari daerah
Tiongkok. Penting pula untuk memberi tahu dokter apabila baru saja dari
daerah wabah atau tempat-tempat umum yang dicurigai terinfeksi virus

12
ini.Kontak dengan hewan-hewan pembawa virus ini, seperti unta dan
ular, atau menggunakan produk berbahan unta juga penting untuk
disampaikan demi membantu diagnosis penyakit akibat coronavirus.

2.9. PENCEGAHAN CORONA VIRUS DISEASE 2019


Untuk mencegah infeksi virus ini adalah dengan cara menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Diantaranya yaitu mengonsumsi
makanan bergizi untuk mempertahankan sistem imun. Pasalnya, penyakit
akibat virus umumnya dapat dicegah dengan ketahanan tubuh yang baik.
Beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Kebersihan tangan. Sering-seringlah mencuci tangan
2. Jauhkan tangan dari wajah.
3. Tidak ada kontak dekat dengan orang sakit.
4. Etiket batuk dan bersin yang tepat. Tutupi batuk atau bersin dengan tisu,
lalu buang tisu ke tempat sampah.
5. Perawatan suportif. Orang yang terinfeksi COVID-19 harus menerima
perawatan suportif untuk membantu meringankan gejala.
6. Kasus yang parah. Untuk kasus yang parah, perawatan harus mencakup
perawatan untuk mendukung fungsi organ vital.
7. Hindari daerah di mana infeksi/wabah terjadi.
8. Bersihkan barang yang sering disentuh.
9. Jaga dan tingkatkan daya tahan tubuh tidak hanya dengan mengonsumsi
vitamin C, tetapi juga kombinasi beberapa vitamin dan mineral. Jenis
vitamin yang diperlukan contohnya vitamin A, E, serta B kompleks.
10. Selain itu, mineral yang dibutuhkan seperti selenium, zinc, dan zat besi.
Selenium menjaga kekuatan sel dan mencegah kerusakan DNA. Lalu

13
zinc memicu respons kekebalan tubuh. Selain itu, zat besi membantu
penyerapan vitamin C.
11. Seluruh dunia saat ini juga sedang menerapkan social distancing dengan
membatasi aktivitas di luar rumah serta kontak dengan orang lain. Ini
adalah cara yang efektif untuk mengurangi risiko penularan dan
meratakan kurva pandemi COVID-19.

Untuk petugas kesehatan


Petugas kesehatan adalah orang-orang yang akan bekerja siang dan
malam untuk merawat dan membantu pasien corona virus termasuk di antara
populasi yang paling terpapar untuk terinfeksi. Perlindungan anggota yang
rentan adalah salah satu prioritas untuk respons terhadap wabah COVID19.
Layanan kesehatan kerja di fasilitas kesehatan memainkan peran penting
dalam membantu, mendukung, dan memastikan bahwa tempat kerja aman
dan sehat dan mengatasi masalah kesehatan ketika mereka muncul. WHO
menekankan hak dan tanggung jawab petugas kesehatan, termasuk kriteria
eksplisit yang diperlukan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
Untuk pencegahan virus corona maka petugas kesehatan harus:
1. Ikuti prosedur keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditetapkan,
hindari mengekspos orang lain terhadap risiko kesehatan dan
keselamatan dan ikut serta dalam pelatihan keselamatan dan kesehatan
kerja yang disediakan perusahaan.
2. Gunakan protokol yang disediakan untuk menilai, triase, dan merawat
pasien.
3. Perlakukan pasien dengan hormat, kasih sayang, dan martabat.
4. Menjaga kerahasiaan pasien.
5. Dengan cepat mengikuti prosedur pelaporan kesehatan masyarakat yang
telah ditetapkan atas kasus-kasus yang dicurigai dan dikonfirmasi.
6. Berikan atau perkuat pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) yang
akurat dan informasi kesehatan masyarakat, termasuk kepada orang-
orang yang peduli yang tidak memiliki gejala atau risiko.

14
7. Kenakan, gunakan, lepas, dan buang alat pelindung diri dengan benar.
8. Pantau sendiri tanda-tanda penyakit dan isolasi diri atau laporkan
penyakit kepada manajer, jika itu terjadi.
9. Anjurkan manajemen jika mereka mengalami tanda-tanda stres yang
tidak semestinya atau tantangan kesehatan mental yang memerlukan
intervensi dukungan.
10. Laporkan kepada atasan langsung segala situasi yang menurut mereka
memiliki justifikasi yang masuk akal yang dapat menimbulkan bahaya
serius bagi kehidupan atau kesehatan.

2.10. PENGOBATAN CORONA VIRUS DISEASE


Tidak ada pengobatan antivirus khusus yang direkomendasikan untuk
infeksi COVID-19, dan tidak ada vaksin saat ini untuk mencegahnya.
Sebagian besar penyakit akibat virus termasuk COVID-19 adalah self-
limiting disease. Artinya, penyakit tersebut bisa sembuh dengan sendirinya.
Walau demikian, ada hal-hal yang dapat meredakan gejala penyakit akibat
corona virus, antara lain:
1. Minum obat flu atau pereda nyeri yang disarankan.
2. Gunakan pelembap ruangan atau mandi dengan air panas untuk
melegakan sakit tenggorokan dan batuk.
3. Jika mengalami sakit ringan, minum banyak air dan beristirahat di
rumah.

2.11. ASUHAN KEPERAWATAN CORONA VIRUS DISEASE


1. Pengkajian
Pengkajian pasien yang diduga COVID-19 harus mencakup:
a. Sejarah perjalanan: Penyedia layanan kesehatan harus mendapatkan
riwayat perjalanan yang terperinci untuk pasien yang dievaluasi
dengan demam dan penyakit pernapasan akut.

15
b. Pemeriksaan fisik: Pasien yang mengalami demam, batuk, dan
sesak napas dan yang telah melakukan perjalanan ke Wuhan, Cina
baru-baru ini harus ditempatkan di bawah isolasi segera.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data penilaian, diagnosis keperawatan utama untuk
pasien dengan COVID-19 adalah:
a. Infeksi yang berhubungan dengan kegagalan untuk menghindari
patogen akibat paparan COVID-19.
b. Pengetahuan yang kurang terkait dengan ketidaktahuan dengan
informasi penularan penyakit.
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
d. Gangguan pola pernapasan terkait dengan sesak napas.
e. Kecemasan terkait dengan etiologi penyakit yang tidak diketahui.
3. Intervensi Keperawatan
Di bawah ini adalah intervensi keperawatan untuk pasien yang
didiagnosis dengan COVID-19:
a. Pantau tanda-tanda vital. Pantau suhu pasien; infeksi biasanya
dimulai dengan suhu tinggi; pantau juga laju pernapasan pasien
karena sesak napas adalah gejala umum lainnya.
b. Pantau saturasi O2. Pantau saturasi O2 pasien karena gangguan
pernapasan dapat menyebabkan hipoksia.
c. Pertahankan isolasi pernafasan. Simpan tisu di samping tempat
tidur pasien; buang sekresi dengan benar; mengintruksikan pasien
untuk menutup mulut saat batuk atau bersin; menggunakan masker,
dan menyarankan mereka yang memasuki ruangan untuk memakai
masker juga; letakkan stiker pernapasan pada bagan, linen, dan
sebagainya.
d. Terapkan kebersihan tangan yang ketat. Ajari pasien dan orang-
orang untuk mencuci tangan setelah batuk untuk mengurangi atau
mencegah penularan virus.

16
e. Kelola hipertermia. Gunakan terapi yang tepat untuk suhu tinggi
untuk mempertahankan normotermia dan mengurangi kebutuhan
metabolisme.
f. Berikan penkes pada pasien dan keluarga. Berikan informasi
tentang penularan penyakit, pengujian diagnostik, proses penyakit,
komplikasi, dan perlindungan dari virus.
4. Implementasi Keperawatan
a. Cegah penyebaran infeksi.
b. Pelajari lebih lanjut tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
c. Tingkatkan suhu tubuh adekuat
d. Kembalikan pola pernapasannya kembali normal.
e. Kurangi kecemasan.
5. Evaluasi
a. Pasien dapat mencegah penyebaran infeksi yang dibuktikan dengan
PHBS dan isolasi pernafasan adekuat.
b. Pasien dapat belajar lebih banyak tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
c. Pasien mampu meningkatkan level suhu tubuh yang adekuat.
d. Pasien mampu mengembalikan pola pernapasannya kembali
normal.
e. Pasien tidak terlihat cemas.
6. Dokumentasi
Pedoman dokumentasi untuk pasien dengan COVID-19 meliputi:
1) Temuan individu, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi,
interaksi, sifat pertukaran sosial, spesifik perilaku individu.
2) Keyakinan budaya dan agama, dan harapan.
3) Paket perawatan.
4) Rencana pengajaran.
5) Tanggapan terhadap intervensi, pengajaran, dan tindakan yang
dilakukan.

17
BAB III
TINJAUAN
KASUS

3.1. ANALISA VIDEO


Dalam video tersebut American Heart terdapat pedoman baru terhadap
penggunaan CPR untuk melindungi orang selama apandemi covid-19.asosiasi
telah mengumunkan pedoman sementara untuk personal darurat.selama
pandemi virus covid-19 membatasi jumlah orang ditempat kejadian,ketika
seorang dengan penyakit jantung memanggil tenaga medis/ambulan,maka
mereka merespon dengan cepat dan mengatur strategi ventilasi dan oksigenasi
untuk meminimalkan penyebaran virus melalui udara sesuai dengan pedoman
kesehatan.sistem perawatan dan kelompok responden harus menerapkan
kebijakan yang membahas tentang upaya resusitasi pada pasien covid-
19,berdasarkan peluang mereka untuk bertahan hidup,dan jika ada orang atau
masyarakat tinggal di suatu wilayah dengan sesorang yang membutuhkan rjp
dan membutuhkan bantuan maka disarankan menggunakan apd setidaknya
menggunakan masker untuk meminimalisir virus,agar pasien aman dan dapat
di tolong,dan penolong dapat terselamatkan.American Heart Assosiation
(AHA)mengatakan bahwa tujuan dari pedoman baru ini untuk memastikan
bahwa pasien dengan atau tanpa covid-19 yang mengalami henti jantung
memilih peluang terbaik untuk bertahan hidup tanpa mengorbankan
keselamatan penyelamat.

3.2. KASUS COVID-19


Seorang wanita berusia 59 Tahun, dibawa ke UGD sebuah rumah sakit
oleh tim PSC 119, dikarenakan jatuh dari kamar mandi dan tidak sadarkan
diri, pasien riwayat perjalanan pulang dari bisnisnya di Singapore 2 minggu
yang lalu, pada pemeriksaan fisik didapatkan data :

18
A. Primary Survey
1. Airway (A) : Terdapat bunyi stridor RR: 34 x/menit, HR: 118
x/menit, saturasi O2 80%.
2. Breathing (B) : Klien terpasang rebreathing mask 10 L, perubahan
irama dan frekuensi nafas, pergerakan dinding dada simetris, ada
retraksi dinding dada, pH: 7, 28, pCO 2: 29,4 mmHg, pO2: 76 mmHg,
saturasi O2: 80%.
3. Circulation (C) : Konjungtiva klien tampak anemi, tidak ada
sianosis, tidak ada suara bruit pada leher, nadi karotis teraba lemah,
akral hangat CRT > 2 detik
4. Disability (D) : Kesadaran klien sopor GCS 6 (E2V2M2), pupil
isokor, reflek cahaya positif kanan dan kiri, kekuatan otot dan ROM
tidak terkaji karena klien mengalami penurunan kesadaran.
B. Survey Sekunder
1. Exposure (E) : Terdapat hematom di dahi
2. Fluid, faranheit (F) : Tidak ada udem pada klien, turgor kulit > 2
detik, klien terpasang infus asering 500 ml/24 jam, RL 500 ml/24
jam, terpasang DC dengan jumlah urine 2000 ml, terpasang NGT
untuk melihat cairan (tidak ada cairan pada saat pengkajian),
terpasang cup nilai 4 mmHg, kulit tampak berkeringat (diaporesis),
akral teraba hangat
3. Get vital sign (G) : TD: 80/60 mmHg, HR: 118 x/menit, saturasi O 2:
80%, RR: 34 x/menit, Suhu: 41oC, EKG sinus takikardia
4. Head to toe, history (H)
a. Kepala : ada hematom di dahi
b. Mata : pupil isokor, reflek cahaya ka +/ki +,
fungsi penglihatan tidak terkaji karena klien
mengalami penurunan kesadaran
c. Hidung : terpasang NGT untuk menampung cairan
d. Mulut : mukosa bibir tampak kering,
e. Telinga : tidak ada gangguan

19
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada peningkatan JVP
g. Dada : ada retraksi dinding dada,
pergerakan dinding dada simetris
h. Abdomen : terdapat benjolan pada perut sebelah
kanan, bising usus 12 x/menit
i. Genetalia : terpasang DC (dower cateter)
j. Ekstremitas : kekuatan otot dan ROM tidak terkaji
karena klien mengalami penurunan
kesadaran
5. Inspect the posterior (I) : Tidak ada luka pada punggung/tulang
belakang
C. Data penunjang
Radiologi

Kesan/kesimpulan; ada gambaran GGO bilateral, Penebalan Septum,


adanya Gambaran Crazy Mozaik, Pasien harus segera dilakukan early
intubasi.

3.3. ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA NY. W


DENGAN MASALAH COVID-19 YANG SUDAH MULTIPLE ORGAN
DI UGD
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada : Sabtu 25 April 2020 pada hari sabtu jam
09.00 WIB.
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Umur : 59 th

20
Agama : Islam
Diagnosa Medis : COVID-19

a. Alasan di bawa ke IGD : pasien jatuh dari kamar mandi dan


tidak sadarkan diri.
b. Riwayat penyakit sekarang : pasien di bawa oleh tim PSC 119
ke UGD rumah sakit dengan kondisi tidak sadarkan diri karena
terjatuh dari kamar mandi
c. Riwayat penyakit dahulu : pasien memiliki riwayat perjalanan
pulang dari bisnisnya di Singapore 2 minggu yang lalu.

2. Pengkajian Primary Survey


a. Respon : penurunan kesadaran
b. Airway: Terdapat bunyi stridor RR: 34 x/menit, HR: 118
x/menit, saturasi O2 80%.
c. Breathing : Klien terpasang rebreathing mask 10 L, perubahan
irama dan frekuensi nafas, pergerakan dinding dada simetris,
ada retraksi dinding dada, pH: 7, 28, pCO2: 29,4 mmHg, pO2: 76
mmHg, saturasi O2: 80%.
d. Circulation : Konjungtiva klien tampak anemi, tidak ada
sianosis, tidak ada suara bruit pada leher, nadi karotis teraba
lemah, akral hangat CRT > 2 detik
e. Disability : Kesadaran klien sopor GCS 6 (E2V2M2), pupil
isokor, reflek cahaya positif kanan dan kiri, kekuatan otot dan
ROM tidak terkaji karena klien mengalami penurunan
kesadaran.

3. Pengkajian Survey Sekunder


a. Exposure : Terdapat hematom di dahi
b. Fluid, faranheit : Tidak ada udem pada klien, turgor kulit > 2
detik, klien terpasang infus asering 500 ml/24 jam, RL 500

21
ml/24 jam, terpasang DC dengan jumlah urine 2000 ml,
terpasang NGT untuk melihat cairan (tidak ada cairan pada saat
pengkajian), terpasang cup nilai 4 mmHg, kulit tampak
berkeringat (diaporesis), akral teraba hangat
c. Get vital sign : TD: 80/60 mmHg, HR: 118 x/menit, saturasi
O2: 80%, RR: 34 x/menit, Suhu: 41oC, EKG sinus takikardia
d. Head to toe, history
1) Kepala : ada hematom di dahi
2) Mata :Pupil isokor,reflek cahaya ka+/ki+, fungsi
penglihatan tidak terkaji karena
klien mengalami penurunan
kesadaran.
3) Hidung : terpasang NGT untuk menampung cairan
4) Mulut : mukosa bibir tampak kering,
5) Telinga : tidak ada gangguan
6) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada peningkatan JVP
7) Dada : ada retraksi dinding dada, pergerakan
dinding dada simetris
8) Abdomen : terdapat benjolan pada perut sebelah kanan,
bising usus 12 x/menit
9) Genetalia : terpasang DC (dower cateter)
10) Ekstremitas : kekuatan otot dan ROM tidak terkaji
karena klien mengalami penurunan
kesadaran
e. Data penunjang
1) Radiologi : ada gambaran GGO bilateral, Penebalan
Septum, adanya Gambaran Crazy Mozaik,Pasien harus
segera dilakukan early intubasi
2) Uji diagnostik analisa darah: pCO2: 29,4 mmHg, pO2: 76
mmHg

22
f. Terapi
1) Saturasi O2 80%
2) Terpasang infus asering 500ml/24 jam
3) Ringer Laktat 500ml/24 jam.
B. Analisa Data
No Data fokus Etiologi Masalah
1 Ds : Virus Covid-19 Ketidak
Pasien jatuh dari kamar ↓ Efektifan
mandi dan tidak sadarkan Terkontaminasi covid- perfusi
diri 19 dari orang/benda jaringan
Do: yang positif Covid-19 perifer
 Kesadaran : Sopor ↓
 GCS 6 (E2,V2,M2) Masuk dan terjadi
 Terdapat hematoma di infeksi saluran
dahi pernafasan bawah
 Konjungtiva tampak ↓
anemis Parenkim paru
 Nadi karotis teraba ↓
lemah, Koloni organisme
 Akral hangat patogen

 CRT > 2 detik ↓

 TD: 80/60 mmHg, R: antigen patogen

118cx/menit Suhu: 41oC berkaitan dengan

 Uji diagnostik analisa antibodi dan berikatan

darah: pCO2: 29,4 dengan molekul

mmHg, pO2: 76 mmHg komplemen



kemotaksis netrofil dan
makrofag

pelepasan histamin

23
aktifasi bradikinin

vasodilator kapiler dan
penebalan kapiler
meningkat

perpindahan eksudat
plasma ke intertisiel

edema ruang kapiler
alveoli

penurunan difusi
oksigen

gangguan pertukaran
gas

penurunan saturasi
oksigen

hipoksia jaringan
ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer
Ds: Virus Covid-19 Gangguan
Pasien jatuh dari kamar ↓ pertukaran
mandi dan tidak sadarkan Terkontaminasi covid- gas
diri 19 dari orang/benda
Do: yang positif Covid-19
 Terdapat bunyi stridor ↓
Masuk dan terjadi

24
 RR: 34 x/menit, infeksi saluran
 Ada retraksi dinding pernafasan bawah
dada ↓
 pH: 7, 28, Parenkim paru
 pCO2: 29,4 mmHg, ↓

 pO2: 76 mmHg Koloni organisme

 Saturasi O2: 80%. patogen

 Pasien memiliki riwayat ↓

perjalanan pulang dari antigen patogen

bisnisnya di Singapore 2 berkaitan dengan

minggu yang lalu. antibodi dan berikatan

 EKG sinus takikardia dengan molekul

 Klien terpasang komplemen

rebreathing mask 10 L ↓

 Radiologi ada kemotaksis netrofil dan


:
makrofag
gambaran GGO bilateral,

Penebalan Septum,
pelepasan histamin
adanya Gambaran Crazy
aktifasi bradikinin
Mozaik

vasodilator kapiler dan
penebalan kapiler
meningkat

perpindahan eksudat
plasma ke intertisiel

edema ruang kapiler
alveoli

penurunan difusi

25
oksigen

gangguan pertukaran
gas
Ds : Virus Covid-19 Hipertermia
Pasien jatuh dari kamar ↓
mandi dan tidak sadarkan Terkontaminasi covid-
diri 19 dari orang/benda
yang positif Covid-19
Do: ↓
 Suhu: 41oC Masuk dan terjadi
 akral teraba hangat infeksi saluran
 kulit tampak berkeringat pernafasan bawah
(diaporesis) ↓
 klien terpasang infus Parenkim paru
asering 500 ml/24 jam, ↓
RL 500 ml/24 jam, Koloni organisme
 terpasang DC dengan patogen
jumlah urine 2000 ml ↓
antigen patogen
berkaitan dengan
antibodi dan berikatan
dengan molekul
komplemen

kemotaksis netrofil dan
makrofag

pelepasan histamin
aktifasi bradikinin

26
vasodilator kapiler dan
penebalan kapiler
meningkat

aktifasi proses
fagositosis oleh
netrofil dan makrofag

penumpukan
fibrin,eksudat,
ritrosit,dan leukosit

pelepasan pirogen
endogen(Sitokin)

interleukin1 dan
interleukin-6

menembus sawar otak
pembentukan
prostagladin otak

merangsang
hipotalamus
meningkatkan suhu

menggigil,
meningkatkan suhu
basal

hipertermia

27
C. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan saturasi oksigen.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksia jaringan
3. Hipertermia berhubungan dengan penyakit

D. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Ketidakefektifan Tekanan sistol 1. Monitor adanya 1. Mengetahui
perfusi jaringan dan diastol berada daerah tertentu keefektifan
berhubungan dalam rentang yang hanya peka fungsi saraf.
dengan yang diharapkan. terhadap 2. Mempermudah
penurunan Tidak ada tanda- panas/dingin/tajam memberikan
saturasi oksigen tanda peningkatan /tumpul intervensi
tekanan 2. Monitor adanya selanjutnya.
intrakranial. paretese 3. Mencegah
3. Batasi gerakan terjadinya
kepala, leher dan komplikasi
punggung 4. Untuk
4. Kolaborasi menahan rasa
pemberian sakit berlebih
analgesik
Gangguan Memelihara 1. Posisikan pasien 1. Memaksimalka
pertukaran gas kebersihan paru- untuk n asupan
berhubungan paru dan bebas memaksimalkan oksigen dalam
dengan hipoksia dari tanda-tanda ventilasi tubuh.
jaringan. distress 2. Lakukan fisioterapi 2. Mengetahui
pernafasan dada jika perlu fungsi otot-otot
Tanda tanda 3. Auskultasi suara pernafasan
vital nafas, catat adanya 3. Mengetahui
dalam rentang

28
normal suara tambahan adanya suara
Status neurologis 4. Monitor respirasi gangguan
dalam batas dan status O2 saluran
normal 5. Catat pergerakan pernafasan
dada, amati 4. Mengetahui
kesimetrisan, adanya
penggunaan otot perubahan
tambahan, retraksi respirasi dan
otot supraclavicular status O2
dan intercostal pasien
6. Monitor pola nafas 5. Mengetahui
bradipena/takipenia adanya
7. Auskultasi bunyi kelainan pada
jantung, jumlah, otot pernafasan
irama dan denyut 6. Mengetahui
jantung pola nafas
pasien
7. Mengetahui
adanya
kelainan pada
jantung pasien
Hipertermi Suhu dalam nilai 1. Monitor suhu setiap 1. Untuk
berhubungan normal yaitu 36 – 2jam sekali mengetahui
dengan penyakit 370C 2. Monitor warna dan perubahan
Nadi dan RR suhu kulit suhu tubuh
dalam rentang 3. Monitor tekanan pasien.
normal darah, nadi dan RR 2. Mengetahui
Tidak ada 4. Monitor penurunan perfusi pada
perubahan warna kesadaran kulit pasien.
kulit dan tidak 5. Selimuti pasien 3. Untuk
ada pusing, 6. Kompres pasien memantau
merasa

29
nyaman pada lipat paha dan kondisi klien
aksila atau
7. mengidentifika
Kolaborasi si masalah dan
pemberian mengevaluasi
antipiretik respon pasien
terhadap
intervensi.
4. Mengetahui
kesadaran
pasien
5. Menyesuaikan
suhu tubuh
pasien
6. Membantu
mengembalika
n suhu tubuh
pasien
7. Untuk
menurunkan
hipertermi

30
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Corona virus (CoV) adalah keluarga besar dari virus yang menyebabkan
penyakit, mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah, seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Gejala ringan kasus infeksi virus Corona atau COVID-19:
Batuk, Letih, Sesak napas dan ngilu di seluruh tubuh dan Secara umum
merasa tidak enak badan. Gejala berat kasus infeksi virus Corona atau
COVID-19: Kesulitan bernapas, Infeksi pneumonia, Sakit di bagian perut dan
Nafsu makan turun. Ciri-ciri virus Corona atau COVID-19 dan gejalanya
kebanyakan muncul 2-10 hari setelah kontak dengan virus. Tapi pada
beberapa kasus, ciri-ciri awal Corona virus dan gejalanya baru muncul sekitar
24 hari. Untuk membedakan ciri-ciri awal Corona dan flu biasa, ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, yaitu: Dalam 14 hari sempat bepergian ke negara
yang dianggap sumber virus Corona dan Sempat kontak dengan pasien yang
mengalami infeksi Corona.

4.2. Saran
Diharapkan masyarakat dapat memahami materi yang telah diberikan,
dan dapat menginterpretasikan dalam melakukan pencegahan dan upaya
penanggulangan terhadap menularan virus covid-19 ini. Pencegahannya bisa
dengan sering mencuci tangan dengan sabun, gunakan masker bila flu &
batuk, hindari kontak dengan hewan, bila flu, batuk, sesak napas segera ke
pelayanan kesehatan, konsumsi gizi seimbang (perbanyak sayur dan buah),
jangan mengkonsumsi daging yang tidak dimasak, rajin olahraga dan istirahat
yang cukup.

31
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2020. Press Conference Respon Covid-19. Yogyakarta : FKKMK UGM


Anonim, Infeksiemerging.Kemkes.Go.Id Fathiyah Isbaniah, Dkk. 2020. Pedoman
Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus Disease (2019-
Ncov), Dirjen Pengendalian Dan Pencegahan Penyakit (P2P) Kemenkes
RI. Jakarta : Kemenkes RI
Erlina Burhan Dkk. 2020. Pneumonia Covid-19 Diagnosis Dan Penatalaksanaan
Di Indonesia. Jakarta : Penghimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)

32
WELLNESS AND HEALTHY MAGAZINE
Volume 2, Nomor 1, February 2020, p. 187 – 192

ISSN 2655-9951 (print), ISSN 2656-0062 (online)

Corona virus diseases (Covid-19); Sebuah tinjauan literatur


Yuliana*)

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung


Email: ylianaa98@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRACT

Coronavirus Disease (Covid-19). In 2020, a new type of coronavirus


Keyword: (SARS-CoV-2) was spread, called a disease called Coronavirus disease
2019 (COVID-19). This virus was discovered in Wuhan, China for the
Coronavirus
first time and has infected 90,308 people as of March 2, 2020. The
Covid-19
number of deaths reached 3,087 people or 6%, the number of patients
Pneumonia
Wuhan recovering 45,726 people. This type of single positive RNA strain infects
the human respiratory tract and is sensitive to heat and can effectively
be activated by chlorine-containing disinfectants. The source of the
host is thought to come from animals, especially bats, and other
*) corresponding author vectors such as bamboo rats, camels and ferrets. Common symptoms
include fever, cough and difficulty breathing. Clinical syndrome is
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, divided into uncomplicated, mild pneumonia and severe pneumonia.
Universitas Lampung Specimen examination is taken from the throat swab (nasopharynx and
Jl.Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro No. 1, oropharynx) and lower airway (sputum, bronchial rinse, endotracheal
Gedong Meneng, Kec. Rajabasa, Kota aspirate). Isolation was carried out on patients proven to be infected
Bandarlampung, 35145 Indonesia with Covid-19 to prevent wider spread.

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

PENDAHULUAN
Diawal tahun 2020, dunia digemparkan dengan merebaknya virus baru yaitu coronavirus jenis baru
(SARS-CoV-2) dan penyakitnya disebut Coronavirus disease 2019 (COVID-19). Diketahui, asal
mula virus ini berasal dari Wuhan, Tiongkok. Ditemukan pada akhir Desember tahun 2019. Sampai
saat ini sudah dipastikan terdapat 65 negara yang telah terjangkit virus satu ini. (Data WHO, 1
Maret 2020) (PDPI, 2020).
Pada awalnya data epidemiologi
menunjukkan 66% pasien berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood atau live market di
Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok (Huang, et.al., 2020). Sampel isolat dari pasien diteliti dengan
https://wellness.journalpress.id/wellness
Email: wellness.buletin@gmail.com

33
Wellness and Healthy Magazine, 2(1), February 2020, – 188

Yuliana

hasil menunjukkan adanya infeksi coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama 2019
novel Coronavirus (2019-nCoV). Pada tanggal 11 Februari 2020,
World Health Organization memberi nama virus baru tersebut Severe acute respiratory syndrome
coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019 (COVID-
19) (WHO, 2020). Pada mulanya transmisi virus ini belum dapat ditentukan apakah dapat melalui
antara manusia-manusia. Jumlah kasus terus bertambah seiring dengan waktu. Selain itu, terdapat
kasus 15 petugas medis terinfeksi oleh salah satu pasien. Salah satu pasien tersebut dicurigai kasus
“super spreader”. (Channel News Asia, 2020). Akhirnya dikonfirmasi bahwa transmisi pneumonia
ini dapat menular dari manusia ke manusia (Relman, 2020). Sampai saat ini virus ini dengan cepat
menyebar masih misterius dan penelitian masih terus berlanjut.
Saat ini ada sebanyak 65 negara terinfeksi virus corona. Menurut data WHO per tanggal 2 Maret
2020 jumlah penderita 90.308 terinfeksi Covid-19. Di Indonesia pun sampai saat ini terinfeksi 2
orang. Angka kematian mencapai 3.087 atau 2.3% dengan angka kesembuhan 45.726 orang.
Terbukti pasien konfrimasi Covid-19 di Indonesia berawal dari suatu acara di Jakarta dimana
penderita kontak dengan seorang warga negara asing (WNA) asal jepang yang tinggal di malaysia.
Setelah pertemuan tersebut penderita mengeluhkan demam, batuk dan sesak napas (WHO, 2020).
Berdasarkan data sampai dengan 2 Maret 2020, angka mortalitas di seluruh dunia 2,3% sedangkan
khusus di kota Wuhan adalah 4,9%, dan di provinsi Hubei 3,1%. Angka ini diprovinsi lain di
Tiongkok adalah 0,16%.8,9 Berdasarkan penelitian terhadap 41 pasien pertama di Wuhan terdapat 6
orang meninggal (5 orang pasien di ICU dan 1 orang pasien non-ICU) (Huang, et.al., 2020). Kasus
kematian banyak pada orang tua dan dengan penyakit penyerta. Kasus kematian pertama pasien
lelaki usia 61 tahun dengan penyakit penyerta tumor intraabdomen dan kelainan di liver (The Straits
Time, 2020).
Kejadian luar biasa oleh Coronavirus bukanlah merupakan kejadian yang pertama kali. Tahun 2002
severe acute respiratory syndrome (SARS) disebakan oleh SARS-coronavirus (SARS-CoV) dan
penyakit Middle East respiratory syndrome (MERS) tahun 2012
disebabkan oleh MERS-Coronavirus (MERS-CoV) dengan total akumulatif kasus sekitar 10.000
(1000-an kasus MERS dan 8000-an kasus SARS). Mortalitas akibat SARS sekitar 10% sedangkan
MERS lebih tinggi yaitu sekitar 40%. (PDPI, 2020).

METODE
Jurnal laporan kasus diambil dari kasus yang ada di puskesmas dan referensi dari berbagai sumber
dari (Medscape, emedicine, data WHO dan lain-lain) kemudian diambil ringkasan dari sumber
tersebut yang dijadikan satu menjadi bahan bacaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak bersegmen.
Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Struktur coronavirus membentuk
struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi di
permukaan virus. Protein S atau spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan
merupakan struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan
masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel inang) (Wang,
2020). Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh
desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter, alkohol,

Corona virus diseases (COVID-19); Sebuah tinjauan literatur


Wellness and Healthy Magazine, 2(1), February 2020, – 189

Yuliana

asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin
tidak efektif dalam menonaktifkan virus (Wang, 2020; Korsman, 2012).

Patogenesis dan Patofisiologi


Kebanyakan Coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan. Coronavirus menyebabkan
sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan
seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus
yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang dapat membawa patogen dan
bertindak sebagai vektor untuk penyakit menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan
musang merupakan host yang biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar
merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute respiratorysyndrome (SARS) dan Middle
East respiratory syndrome (MERS) (PDPI, 2020).
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak bisa hidup tanpa sel
host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama,
penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan virus.5
Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu tropisnya (Wang, 2020).
Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2
(angiotensin-converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal,
nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal,
otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.20
Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya
replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan dari kompleks
replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus (Fehr, 2015).Berikut gambar
siklus hidup virus (gambar 1).
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel
saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah.
Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh
beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul
penyakit sekitar 3-7 hari (PDPI, 2020).

Manifestasi Klinis
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala klinis utama yang
muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan
sesak memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas lain.
Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat
dan progresif, seperti ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien, gejala yang
muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam. Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik,
dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis bahkan meninggal. Berikut sindrom klinis yang dapat
muncul jika terinfeksi. (PDPI, 2020). Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi.
(PDPI, 2020)
a. Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala yang tidak spesifik.
Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok,
kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien
dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau
atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif
Corona virus diseases (COVID-19); Sebuah tinjauan literatur
Wellness and Healthy Magazine, 2(1), February 2020, –
190

Yuliana

ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis
atau napas pendek.
b. Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada tanda
pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau
susah bernapas
c. Pneumonia berat. Pada pasien dewasa:
 Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran napas
 Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit), distress pernapasan
berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara luar. 26

Penegakkan Diagnosis
Pada anamnesis gejala yang dapat ditemukan yaitu, tiga gejala utama: demam, batuk kering
(sebagian kecil berdahak) dan sulit bernapas atau sesak.
a. Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek / possible
1. Seseorang yang mengalami:
a. Demam (≥380C) atau riwayat demam
b. Batuk atau pilek atau nyeri tenggorokan
c. Pneumonia ringan sampai berat berdasarkan klinis dan/atau gambaran radiologis. (pada
pasien immunocompromised presentasi kemungkinan atipikal) DAN disertai minimal
satu kondisi sebagai berikut :
 Memiliki riwayat perjalanan ke Tiongkok atau wilayah/ negara yang terjangkit*
dalam 14 hari sebelum timbul gejala
 Petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat pasien infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) berat yang tidak diketahui penyebab / etiologi
penyakitnya, tanpa memperhatikan riwayat bepergian atau tempat tinggal.29
2. Pasien infeksi pernapasan akut dengan tingkat keparahan ringan sampai berat dan salah satu
berikut dalam 14 hari sebelum onset gejala:
a. Kontak erat dengan pasien kasus terkonfirmasi atau probable COVID-19, ATAU
b. Riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan sudah teridentifikasi), ATAU
c. bekerja atau mengunjungi fasilitas layanan kesehatan dengan kasus terkonfirmasi atau
probable infeksi COVID-19 di Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit.*
d. Memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan dan memiliki demam (suhu ≥380C) atau riwayat
demam.29
b. Orang dalam Pemantauan
Seseorang yang mengalami gejala demam atau riwayat demam tanpa pneumonia yang memiliki
riwayat perjalanan ke Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit, dan tidak memiliki satu
atau lebih riwayat paparan diantaranya:
 Riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi COVID-19
 Bekerja atau mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien konfirmasi
COVID-19 di Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan perkembangan
penyakit),
 Memiliki riwayat kontak dengan hewan penular (jika hewan penular sudah teridentifikasi) di
Tiongkok atau wilayah/negara yang terjangkit (sesuai dengan perkembangan penyakit
Corona virus diseases (COVID-19); Sebuah tinjauan literatur
Wellness and Healthy Magazine, 2(1), February 2020, – 191

Yuliana

c. Kasus Probable
Pasien dalam pengawasan yang diperiksakan untuk COVID-19 tetapi inkonklusif atau tidak
dapat disimpulkan atau seseorang dengan hasil konfirmasi positif pan-coronavirus atau beta
coronavirus.29,30
d. Kasus terkonfirmasi
Seseorang yang secara laboratorium terkonfirmasi COVID-19.

Pemeriksaan Penunjang (PDPI, 2020)

1. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks. Pada pencitraan dapat
menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul,
tampilan groundglass.
2. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
 Saluran napas atas dengan swab tenggorok(nasofaring dan orofaring)
 Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan endotrakeal tube
dapat berupa aspirat endotrakeal
3. Bronkoskopi
4. Pungsi pleura sesuai kondisi
5. Pemeriksaan kimia darah
6. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum, bilasan bronkus,
cairan pleura) dan darah26,27 Kultur darah untuk bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi
antibiotik. Namun, jangan menunda terapi antibiotik dengan menunggu hasil kultur darah)26
7. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan penularan).

Tatalaksana Umum
1. Isolasi pada semua kasus
Sesuai dengan gejala klinis yang muncul, baik ringan maupun sedang.
2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)26
3. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit27
4. Suplementasi oksigen
Pemberian terapi oksigen segera kepada pasien dengan, distress napas, hipoksemia atau syok.
Terapi oksigen pertama sekitar 5L/menit dengan target SpO2 ≥90% pada pasien tidak hamil
dan ≥ 92-95% pada pasien hamil
5. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
6. Terapi cairan
Terapi cairan konservatif diberikan jika tidak ada bukti syok Pasien dengan SARI harus
diperhatikan dalam terapi cairannya, karena jika pemberian cairan terlalu agresif dapat
memperberat kondisi distress napas atau oksigenasi. Monitoring keseimbangan cairan dan
elektrolit
7. Pemberian antibiotik empiris
8. Terapi simptomatik
Terapi simptomatik diberikan seperti antipiretik, obat batuk dan lainnya jika memang
diperlukan.
9. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada tatalaksana pneumonia viral
atau ARDS selain ada indikasi lain.
10. Observasi ketat
11. Pahami komorbid pasien
Saat ini belum ada penelitian atau bukti talaksana spesifik pada COVID-19. Belum ada tatalaksana
antiviral untuk infeksi Coronavirus yang terbukti efektif. Pada studi terhadap SARSCoV, kombinasi

Corona virus diseases (COVID-19); Sebuah tinjauan literatur


Wellness and Healthy Magazine, 2(1), February 2020, –
192

Yuliana

lopinavir dan ritonavir dikaitkan dengan memberi manfaat klinis. Saat ini penggunaan lopinavir dan
ritonavir masih diteliti terkait efektivitas dan keamanan pada infeksi COVID-19. Tatalaksana yang
belum teruji / terlisensi hanya boleh diberikan dalam situasi uji klinis yang disetujui oleh komite
etik atau melalui Monitored Emergency Use of Unregistered Interventions Framework (MEURI),
dengan pemantauan ketat. Selain itu, saat ini belum ada vaksin untuk mencegah pneumonia
COVID-19 ini (PDPI, 2020).

SIMPULAN DAN SARAN


Covid-19 merupakan infeksi virus baru yang mengakibatkan terinfeksinya 90.308 orang per tanggal
2 Maret 2020. Virus ini bermula di Wuhan, China pada 31 Desember 2019. Virus yang merupakan
virus RNA strain tunggal positif ini menginfeksi saluran pernapasan. Penegakan diagnosis dimulai
dari gejala umum berupa demam, batuk dan sulit bernapas hingga adanya kontak erat dengan
negara-negara yang sudah terifinfeksi. Pengambilan swab tenggorokan dan saluran napas menjadi
dasar penegakan diagnosis coronavirus disease. Penatalaksanaan berupa isolasi harus dilakukan
untuk mencegah penyebaran lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Channel News Asia. (2020). Wuhan virus outbreak: 15 medical workers infected, 1 in critical
condition. [Homepage on The Internet]. Cited Jan 28th 2020. Available
on:https://www.channelnewsasia.com/news/asia/wuhanpneumonia-outbreak-health-workers-
coronavirus-12294212
Fehr, A.R., Perlman, S. (2015). Coronavirus: An Overview of Their Replication and Pathogenesis.
Methods Mol Biol. 2015 ; 1282: 1–5
Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao ,J., Zan,g Li., Fan, G., etc. (2020). Clinical features of
patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. The Lancet. 24 jan 2020.
Korsman, S.N.J., van Zyl, G.U., Nutt, L., Andersson, M.I, Presier, W. (2012). Viroloy. Chins:
Churchill Livingston Elsevier
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2020). Panduan Praktik Klinis: Pneumonia 2019-nCoV.
PDPI: Jakarta
Relman, E. (2020). Business insider Singapore. Cited Jan 28th 2020. Available
on:https://www.businessinsider.sg/deadly-china-wuhan-virusspreading- human-to-human-
officials-confirm-2020- 1/?r=US&IR=T.
WHO. (2020). WHO Director-General’s remarks at the media briefing on 2019-nCov on 11
February 2020. Cited Feb 13rd 2020. Available on:
https://www.who.int/dg/speeches/detail/who-director-generals- remarks-at-the-media-
briefing-on-2019-ncov-on-11-february- 2020. (Feb 12th 2020)
Wang, Z., Qiang, W., Ke, H. (2020). A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and
Prevention. Hubei Science and Technologi Press. China

Corona virus diseases (COVID-19); Sebuah tinjauan literatur

Anda mungkin juga menyukai