Anda di halaman 1dari 2

Sosiologi

 Nilai kemanusiaan mempunyai sifat universal, tetapi berbeda dalam perwujudannya. Nilai
kemanusiaan yang universal tersebut meliputi berikut.
(1) Nilai ketuhanan
(2) Prinsip moral
(3) Kasih sayang
(4) Rasa seni
(5) Keteraturan dalam kehidupan social
 Usage (cara) lebih terlihat di dalam hubungan antar individu dalam masyarakat.
Penyimpangan terhadap usage akan mendapat celaan.
Contoh:
(1) Cara makan dengan bersuara akan dianggap tidak baik.
(2) Cara makan ada yang menggunakan sendok dan garpu ada juga dengan menggunakan
tangan.
 Berdasarkan sumbernya, norma sosial dibagi menjadi berikut ini.
(1) Norma agama.
(2) Norma fatsoen.
(3) Norma kesusilaan.
(4) Norma hukum.
Norma fatsoen adalah norma yang mengatur dalam hal etika dan sopan santun.
Contoh:
(1) Meludah di depan orang.
(2) Memalingkan muka saat bertemu dengan teman.
(3) Tidak mengenakan baju saat menerima tamu dirumah.
 Salah satu bentuk pengendalian sosial adalah ostrasisme, yaitu membiarkan seseorang
yang berperilaku menyimpang untuk bekerja sama dalam suatu kelompok. Namun, orang
tersebut tidak diajak bicara (pengucilan). Jadi, ostrasisme adalah cara pengendalian sosial
yang dilakukan dengan cara tidak mengajak bicara orang yang bersalah.
 Dalam masyarakat multikultural, cenderung lebih bersifat cultural embedded.
(1) Cultural embedded, yaitu manusia dan kelompok cenderung terikat oleh kebudayaan dari
lingkungan asalnya.
(2) Cultural lag, yaitu ketimpangan/ kesenjangan diantara unsur kebudayaan yang satu
dengan yang lain.
(3) Cultural universal, yaitu unsur kebudayaan yang bersifat umum.
(4) Cultural animosity, yaitu proses pertemuan dua budaya yang berbeda keduanya saling
menolak
 Kondisi faktual yang menyebabkan seorang perempuan terhambat dalam mobilitas sosial
adalah karena perempuan lebih terikat oleh norma patriarki. Artinya, dalam keluarga
tersebut seorang laki-laki/suami lebih mendominasi/memegang peranan penting dalam
menentukan norma.
 Teori Sutherland tidak menjelaskan mengapa seseorang menjadi penjahat
tetapi bagaimana hal itu terjadi, beliau meringkas prinsip-prinsip teori
asosiasi diferensial dengan beberapa posisi:

“Proses belajar perilaku kriminal mungkin termasuk belajar tentang teknik untuk
melaksanakan perilaku serta motif dan rasionalisasi yang akan membenarkan kegiatan
kriminal dan sikap yang diperlukan untuk mengarahkan individu terhadap kegiatan.”

“Arah motif dan terhadap perilaku kriminal dipelajari melalui interpretasi aturan hukum
diwilayah geografis seseorang sebagai menguntungkan atau tidak menguntungkan”

“Ketika jumlah interpretasi yang menguntungkan yang tidak seorang individu akan memilih
untuk menjadi pelanggar”

Anda mungkin juga menyukai