Anda di halaman 1dari 22

Tugas individu

SASARAN SIKAP PROFESIONAL GURU

DISUSUN OLEH :

NAMA : YULIRMAN GEA

NIM : 202119047

KELAS : A

SEMESTER : IV (EMPAT)

PRODI : PPKn

MATA KULIAH : PROFESI KEPENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU :

FATIANI LASE, S.Pd., M.Pd.

UNIVERSITAS NIAS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN (PPKn)
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesainya makalah yang berisi tentang materi mengenai “Sasaran Sikap
Profesional Guru” dengan baik.
Makalah ini disajikan secara sistematis dan dengan  pemikiran-
pemikiran yang relevan, sehingga mempermudah pembaca untuk
memahaminya. Dalam makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan
pembaca mengenai materi yang disajikan.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini,
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini dan menjadi perbaikan untuk
penyusunan makalah-makalah selanjutnya.

Gunungsitoli, 29 Maret 2022

Penyusun,

YULIRMAN GEA
NIM. 202119047

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN    
A. Latar Belakang.........................................................................1             
B. Rumusan Masalah....................................................................2         
C. Tujua n......................................................................................2           
        
BAB II PEMBAHASAN              
A. Pengertian sikap profesional keguruan ...................................3           
B. Sasaran sikap profesional.........................................................5         
C. Pengembangan sikap profesional.............................................10
D. Karakteristik Guru Profesional................................................11
E. Upaya-upaya Guru Meningkatkan Profesionalisme................11
F.  Upaya Pemerintah Meningkatkan Profesionalisme Guru.......14
G.   Apa Strategi Pengembangan Profesionalisme Guru .............15 

BAB III PENUTUP         


A. Kesimpulan..............................................................................18  
B. Saran.........................................................................................18
       
DAFTAR PUSTAKA      

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Guru profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu,bahan
ajar,dan metode yang tepat,akan tetapi mampu memotivasi siswa,memiliki
keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia
pendidikan.Profesionalisme guru secara konsinten menjadi salah satu faktor
terpenting dari mutu pendidikan.Guru yang profesional mampu
membelajarkan murid secara efektif sesuai dengan kendala sumber daya dan
lingkungan.Namun,untuk menghasilkan guru yang profesional juga
bukanlah tugas yang mudah.
Upaya peningkatan kualitas pendidikan dari tahun ke tahun selalu
menjadi program pemerintah. Salah satunya dengan ditetapkannya UU. No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan dijelaskan lebih
lanjut dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.Kualitas pendidikan ditentukan oleh  penyempurnaan
integral dari seluruh komponen pendidikan seperti kualitas guru, penyebaran
guru yang merata,kurikulum,sarana dan prasarana yang
memadai,suasana  pembelajaran yang kondusif,dan kualitas guru yang
meningkat dan didukung oleh kebijakan pemerintah.Guru merupakan titik
sentral peningkatan kualitas pendidikan yang bertumpu pada kualitas proses
belajar mengajar.Oleh sebab itu peningkatan profesionalisme guru
merupakan suatu keharusan.
Dewasa ini banyak sekali guru-guru diberbagai tingkat pendidikan
yang masih jauh dari sikap profesional.Kebanyakan mereka masuk kesuatu
tingkat sekolah tertentu masih mempunyai sikap acuh tak acuh.Diatara
mereka hanya berkerja untuk mengajar saja tanpa memikirkan bagaimana
mengajar yang baik,tanpa memikirkan bagaimana membuat administrasi

1
2

pendidikan yang baik dan kadang-kadang juga hanya sekedar menjalankan


tugas.Sehingga,proses belajar dan pembelajaran di negara kita masih jauh
ketinggalan dengan negara berkembang lainnya.

B. Rumusan Masalah
Terdapat tiga masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini
a. Apa pengertian sikap profesional keguruan?
b. Bagaimana sasaran sikap keprofesional?
c. Bagaimana pengembangan sikap profesinal?
d. Bagaimana Karakteristik Guru Profesional?
e. Bagaimana Upaya-upaya Guru Meningkatkan Profesionalisme?
f. Bagaimana Upaya Pemerintah Meningkatkan Profesionalisme Guru?
g. Apa Strategi Pengembangan Profesionalisme Guru?

C. Tujuan
    Adapun yujuan penulisan makalah ini adalah
a. Untuk mengetahui pengertian sikap profesional keguruan?
b. Untuk mengetahui sasaran sikap profesional?
c. Untuk mengetahui pengembangan sikap profesional?
d. Untuk mengetahui Karakteristik Guru Profesional?
e. Untuk mengetahui Upaya-upaya Guru Meningkatkan Profesionalisme?
f. Untuk mengetahui Upaya Pemerintah Meningkatkan Profesionalisme
Guru?
g. Untuk mengetahui Strategi Pengembangan Profesionalisme Guru?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sikap Profesional Guru


Berikut defenisi dari sikap profesional guru; Thursthoen dalam
Walgito (1990: 108) menjelaskan bahwa, “Sikap” adalah gambaran
kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan
pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek.
Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) menerangkan Sikap seseorang
pada suatu objek adalah Perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah
reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka
sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau
tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau
menjauhi/menghindari sesuatu.
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memiliki standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU Nomor 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen). Pekerjaan yang bersifat profesional adalah
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka khusus dipersiapkan
untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka karena tidak
dapat memperoleh pekerjaan lain (Nana Sudjana, 1988 dalam usman,
2005).
Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada
penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi
penerapannya. Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme
bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih
merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi

3
4

bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu


tingkah laku yang dipersyaratkan.
Menurut PP No. 74 Tahun 2008 pasal 1.1 Tentang Guru, Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalar pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
Selanjutnya dijelaskan menurut Arifin (2000), bahwa guru
Indonesia yang profesional dipersyaratkan mempunyai.
a. Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat
teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21.
b. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan
yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan
konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di
lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya
diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia;
c. Pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi
guru   merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan
berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan.
Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya
program pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis
yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah.
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas itu terpenuhi akan
mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan
dinamis. Hal ini sejalan dengan pendapat Semiawan (1991) bahwa
pemenuhan persyaratan guru profesional akan mengubah peran guru yang
semula sebagai orator yang verbalistis menjadi berkekuatan dinamis dalam
menciptakan suatu suasana dan lingkungan belajar yang invitation learning
environment. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru memiliki
5

multi fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator, informator, komunikator,


transformator, change agent, inovator, konselor, evaluator, dan
administrator(Soewondo, 1972 dalam Arifin 2000).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas ditambah dengan pendapat
para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa, Sikap Guru
Profesional adalah Suatu Kepribadian atau respon yang menggambarkan
kecenderungan untuk bereaksi sebagai seorang guru yang memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pengajaran yang alhi dalam menyampaikannya.
Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan
profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, dan akademis. Dengan kata
lain, Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan
tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.

B. Sasaran Sikap Profesional Guru


a. Sikap Terhadap Peraturan Perundang-undangan
Pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonesia di sebutkan bahwa :
“guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan”. Kebijaksanaan pendidikan dinegara kita dipegang oleh
pemerintah, dalam hal ini departemen pendidikan dan kebudayaan.
Dalam rangka pengembangan di bidang pendidikan di indonesia
departemen pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan ketentuan-
ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakan kebijaksanaan yang
akan dilaksanakan oleh aparatanya, yang meliputi anatara lain:
pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan
belajar antara lain dengan melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu
pendidikan, pembinaan generasi muda dengan meningkatkan kegiatan
karang taruna, dan lain-lain.
6

Kebijaksanaan pemerintah tersebut biasanya akan dituangkan


kedalam bentuk ketentuan-ketentuan pemerintah. Dari ketentuan-
ketentuan pemerintah ini selanjutnya di jabarkan ke dalam program-
program umum pendidikan.
Guru merupakan unsure aparatur Negara dan abdi Negara. karena
itu, guru mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut.
b. Sikap Terhadap Organisasi Profesional
Guru secara bersama-sama memlihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. Dasar ini
menunjukan kepada kita betapa pentingnya peranan organisasi profesi
sebagai wadah dan sarana pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi
memerlukan pembinaan , agar lebih berdaya guna dan berhasil guna
sebagai mana usaha untuk membawakan misi dan memantapkan profesi
guru. keberhasilan usaha tersebut sangat bergantung kepada kesadaran
para anggotanya, rasa tanggung jawab, dan kewajiban bagi para
anggotanya. Organisi PGRI merupakan suatu system ,dimana unsur
pembentukannya adalah guru-guru. oleh karena itu, guru harus bertindak
sesuai dengan tujuan system. Ada hubungan timbal antara profesi
dengan organisasi, baik dalam melaksanakan kewajiban maupun dalam
mendapatkan hak.
c. Sikap Terhadap Teman Sejawat
Dalam ayat 7 kode etik guru disebut bahwa “ guru memelihara
hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
sosial”. ini berarti bahwa:
1. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama
guru dalam lingkungan kerjanya , dan
7

2. guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat


kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial di dalam dan di luar
lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini kode etik guru indonesia menunjukan kepada kita
betapa pentingnya hubungan yang harmonis perlu di ciptakan dengan
mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam antara sesama anggota
profesi. Hubungan antara sesama anggota profesi dapat dilihat dari dua
segi, yakni hubungan formal dan hubungan kekeluargaan.
d. Sikap Terhadap Anak Didik         
Dalam kode etik guru indonesia dengan jelas dituliskan bahwa: Guru
berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia indonesia
seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dasar ini mengandung beberapa
prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan
tugasnya sehari-hari, yakni : Tujuan Pendidikan Nasional, Prinsip
Membimbing, dan Prinsip Pembentukan Manusia Indonesia seutuhnya.
Tujuan pendidikan Nasional dengan jelas dapat dibaca dalam undang-
undang  No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni
membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Prinsip
yang lain adalah membimbing peserta didik, bukan mengajar , atau
mendidik saja. Pengertian membimbing sepeti yang dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara dalam sistem amongnya. Tiga kalimat padat yang
terkenal dari sistem itu adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun
kurso, dan tutwuri handayani. Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa
pendidikan harus dapat memberi contoh,harus dapat memberikan
pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik.
e. sikap terhadap tempat kerja
dah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik ditempat
kerja akan meninggalkan produktivitas. Hal ini di sadari dengan sebiak-
baiknya oleh setiap guru, dan guru berkewajiban menciptakan suasana
8

yang demikian dalam lingkungannya. Untuk menciptakan suasana kerja


yang baik ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu: (a) guru sendiri,
(b) hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekeliling.
Terhadap guru sendiri dengan jelas juga ditulikan dalam salah satu
butir dari kode etik yang berbunyi: “ Guru menciptakan suasana sekolah
sebaik-baiknya  yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar”.
oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan suasana yang baik itu
dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode mengajar yang
sesuai, maupun dengan penyediaan alat belajar yang cukup, serta
pengaturan organisasi kelas mantap, ataupun pendekatan lainnya yang
diperluka.
f. Sikap terhadap pemimpin
sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru
maupun organisasi yang lebih besar  (Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan) guru akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan
pihak atasan. Dari organisasi guru , ada strata kepemimpinan mulai dari
pengurus cabang, daerah, sampai kepusat. Begitu juga sebagai anggota
keluarga besar Depdikbud, ada pembagian pengawasan mulai dari kepala
sekolah, Kakandep, dan seterusnya sampai ke Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit atau organisasi akan
mempunyai kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin organisasinya,
dimana tiap anggota organisasinya itu dituntut berusaha untuk bekerja
sama dalam melaksanakan tujuan organisasi tersebut.
g. Sikap Terhadap Pekerjaan
Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami
mempunyai persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang
beragam sangat memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi,
terutama bila berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil.
9

Barangkali tidak semua orang dikarunia sifat seperti itu, namun bila
seseorang telah memilih untuk memasuki profesi guru, ia dituntut untuk
belajar dan berlaku seperti itu.
Orang yang telah memilih suatu karir tertentu biasanya akan berhasil
baik bila mencintai karirnya dengan sepenuh hati. Artinya, ia akan
berbuat apapun agar karirnya berhasil baik, ia commited dengan
pekerjaannya. Ia harus mau dan mampu melaksanakan tugasnya serta
mampu melayani dengan baik pemakai jasa yang membutuhkannya.
Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru
harus selalu dapat menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya
dengan keinginan dan permintaan masyarakat dalam hal ini peserta didik
dan para orng tuanya. Keinginan dan permintaan ini selelu berkembang
sesuai dengan perkembangan masyarakat yang biasanya di pengaruhi
perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karenanya, guru selalu di tuntut
untuk secara terus-menerus meningkatkan dan mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan mutu layanannya. Keharusan
meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir yang ke
enam dalam Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi: Guru secara
pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu
dan martabat profesinya. 
Dalam butir keenam ini dituntut kepada guru, baik secara pribadi
maupun secara kelompok, untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat
profesinya. Guru sebagaimana juga dengan profesi lainnya, tidak
mungkin dapat meningkatkan mutu dan martabat profesinya bila guru itu
tidak meningkatkan atau menambah pengetahuan dan keterampilannya,
karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu
berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.
10

C. Pengembangan Sikap Profesional


1.  Pegembangan Sikap Selama Prajabatan
Dalam pendidikan prajabatan, calon guru di didik dalam berbagai
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam
pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik , guru selalu
menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat
sekelilingnya. Oleh sebeb itu, bagaimana guru bersikap terhadap
pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat.
Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja,
tetapi harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya
dilembagapendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh
dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan dan bahkan sikap profesional
di rancang an dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan
prajabatan.
2. Pengembangan Sikap Selama Dalam Jabatan
 Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru
selesai mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat
dilakukan dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan dalam
masa pengabdian sebagai guru. Seperti telah disebut, peningkatan ini
dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti
penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya, ataupun
secara informal melalui media massa televisi, radio koran dan majalah
maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini sering dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan, sekaligus juga dapat meningkatkan sikap
profesional keguruan.
11

D. Karakteristik Guru Profesional


Guru profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan
tugas- tugas yang ditandai dengan keahlian baik materi maupun melode.
Dengan keahliannya itu.seorang guru mampu menunjukkan otonominya,
baik pribadi maupun sebagai pemangku profesinya. Di samping dengan
keahliannya, sosok profesional guru ditunjukkan melalui tanggung
jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya profesional
hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai
guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa negara dan
agarnanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab sosial, intelektual,
moral dan spiritual.
M. Ngalim Purwanto dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Teoritis
dan Praktis” menyebutkan beberapa sikap dan sifat guru yang baik, yaitu:
a. Adil,
b. Percaya dan suka kepada murid-muridnya,
c. Sabar dan rela berkorban,
d. Memiliki kewibawaan terhadap anak-anak,
e. Penggembira,
f. Bersikap baik terhadap guru-guru lainnya,
g. Bersikap baik terhadap masyarakat,
h. Benar-benar menguasai mata pelajarannva,
i. Suka kepada mata pelajaran yang diberikannya,
j. Berpengetahuan luas.

E. Upaya-upaya Guru Meningkatkan Profesionalisme


Peningkatan profesionalisme guru pada akhirnya terpulang dan
ditentukan oleh para guru. Upaya apa sajakah yang harus dilakukan guru
untuk meningkatkan profesionalismenya? Menurut Purwanto (2002), guru
harus selalu berusaha untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
12

a. Memahami tuntutan standar profesi yang ada,


b. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan,
c. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk
lewat organisasi profesi,
d. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen,
e. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreatifitas dalam
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar
senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola
pembelajaran.
Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada harus
ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan
profesionalismenya. Hal ini didasarkan kepada beberapa alasan. Pertama,
persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara
lintas negara. Kedua, sebagai profesional seorang guru harus mengikuti
tuntutan perkembangan profesi secara global, dan tuntutan masyarakat
yang menghendaki pelayanan yang lebih baik. Cara satu-satunya untuk
memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara terus menerus
sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan
melihat perkembangan baru di bidangnya. Kemudian upaya mencapai
kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan juga tidak kalah
pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi
yang memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi
syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan Jurnal Ekonomi &
Pendidikan.
kompetensi ini dapat ditempuh melalui in-service training dan
berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi. Upaya membangun
hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru dengan
membina jaringan kerja atau networking. Guru harus berusaha
13

mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses.


Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan bisa
lebih baik lagi. Melalui networking inilah guru memperoleh akses
terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya. Jaringan kerja guru bisa
dimulai dengan skala sempit, misalnya mengadakan pertemuan informal
kekeluargaan dengan sesama teman, sambil berolahraga, silaturahmi atau
melakukan kegiatan sosial lainnya. Pada kesempatan seperti itu, guru bisa
membincangkan secara leluasa kisah suksesnya atau sukses rekannya
sehingga mereka dapat mengambil pelajaran lewat obrolan yang santai.
Bisa juga dibina melalui jaringan kerja yang lebih luas dengan
menggunakan teknologi komunikasi dan informasi, misalnya melalui
korenspondensi dan mungkin melalui intemet untuk skala yang lebih
luas. Apabila korespondensi atau penggunaan intemet ini dapat dilakukan
secara intensif akan dapat diperoleh kiat-kiat menjalankan profesi dari
sejawat guru di seluruh dunia. Pada dasarnya networking/jaringan kerja
ini dapat dibangun sesuai situasi dan kondisi serta budaya setempat.
Selanjutnya upaya membangun etos kerja atau budaya kerja yang
mengutamakan pelavanan bermutu tinggi kepada konstituen merupakan
suatu keharusan di zaman sekarang. Semua bidang dituntut untuk
memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan
prima kepada konstituennya yaitu siswa, orangtua dan sekolah sebagai
stakeholder.
Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan
publik yang didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan
publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugasnya kepada publik. Satu hal lagi yang dapat diupayakan
untuk peningkatan profesionalisme guru adalah melalui adopsi inovasi
atau pengembangan kreatifitas dalam pemanfaatan teknologi pendidikan
yang mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir.
14

Guru dapat memanfaatkan media dan ide-ide baru bidang teknologi


pendidikan seperti media presentasi, komputer (hard technologies) dan
juga pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi pendidikan (soft
technologies). Upayaupaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya
tersebut pada akhirnya memerlukan adanya dukungan dari semua pihak
yang terkait agar benar-benar terwujud. Pihak-pihak yang harus
memberikan dukungannya tersebut adalah organisasi profesi seperti
PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.

F. Upaya Pemerintah Meningkatkan Profesionalisme Guru


Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan profesionalisme
guru. Upaya tersebut dilakukan dengan meningkatkan kualifikasi dan
persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai
tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi. Program penyetaraan
Diploma II bagi guru-guru SD, Diploma III bagi guru-guru SLTP dan Strata
I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Meskipun demikian penyetaraan ini tidak
bermakna banyak, kalau guru tersebut kurang memiliki daya untuk
melakukan perubahan. Selain diadakannya penyetaraan guru-guru, upaya
lain yang dilakukan pemerintah adalah program sertifikasi sesuai amanat
UU No. 14 Tahun 2005 pasal 42. Selain sertifikasi upaya lain yang telah
dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan profesionalisme guru, misalnya
dengan mengaktifkan PKG (Pusat Kegiatan Guru, MGMP (Musyawarah
Guru Mata Pelajaran), maupun KKG (Kelompok Kerja Guru) yang
memungkinkan para guru untuk berbagi pengalaman dalam memecahkan
masalahmasalah yang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya.
Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Dalam
proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk
penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan
masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik profesi,
15

sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru dan kesejahteraan secara


bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme.
Dengan demikian usaha meningkatkan profesionalisme guru
merupakan tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai penghasil guru,
instansi yang membina guru (dalam hal ini Depdiknas atau yayasan swasta),
PGRI dan masyarakat. Dari beberapa upaya yang telah dilakukan
pemerintah di atas, faktor yang paling penting agar guru-guru dapat
meningkatkan kualifikasi dirinya yaitu dengan menyetarakan banyaknya
jam kerja dengan gaji guru. Program apapun yang akan diterapkan
pemerintah tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya guru akan mencari pekerjaan tambahan untuk mencukupi
kebutuhannya. Tidak heran kalau guru-guru di negara maju kualitasnya
tinggi atau dikatakan profesional, karena penghargaan terhadap jasa guru
sangat tinggi. Dalam Journal PAT (2001) dijelaskan bahwa di Inggris dan
Wales untuk meningkatkan profesionalisme guru pemerintah mulai
memperhatikan pembayaran gaji guru diseimbangkan dengan beban
kerjanya. Di Amerika Serikat hal ini sudah lama berlaku sehingga tidak
heran kalau pendidikan di Amerika Serikat menjadi pola anutan negara-
negara ketiga. Di Indonesia telah mengalami hal ini tetapi ketika jaman
kolonial Belanda. Setelah memasuki jaman orde baru semua berubah
sehingga kini dampaknya terasa, profesi guru menduduki urutan terbawah
dari urutan profesi lainnya seperti dokter dan jaksa.

G. Strategi Pengembangan Profesionalisme Guru


Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global,
karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-
informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk
sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi. Tugas guru
adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap
16

berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam


dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian
terutama aspek intelektual, sosial, emosional, dan keterampilan. Tugas
mulia tersebut menjadi berat karena bukan saja guru harus mempersiapkan
generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus
mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai
profesional. Mengembangkan profesi guru bukan sesuatu yang mudah. Hal
ini disebabkan banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Oleh karena itu
pencermatan lingkungan dimana pengembangan itu dilakukan menjadi
penting, terutama bila faktor tersebut dapat menghalangi upaya
pengembangan profesi guru.
Dalam hubungan ini, faktor birokrasi, khususnya birokrasi pendidikan
sering kurang/tidak mendukung bagi terciptanya suasana yang kondusif
untuk pengembangan profesi guru. Sebenarnya, jika mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pendidikan, birokrasi
harus memberikan ruang dan mendukung proses pengembangan profesi
guru. Namun sistem birokrasi kita yang cenderung minta dilayani telah
cukup berakar, sehingga peran ideal sebagaimana dituntun oleh peraturan
perundang-undangan masih jauh dari terwujud.
Dengan mengingat hal tersebut, maka diperlukan strategi yang tepat
dalam upaya menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan profesi guru.
Situasi kondusif ini jelas amat diperlukan oleh tenaga pendidik untuk dapat
mengembangkan diri sendiri ke arah profesionalisme guru. Dalam hal ini,
terdapat beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menciptakan situasi
yang kondusif bagi pengembangan profesi guru, yaitu :
a. Strategi perubahan paradigma Strategi ini dimulai dengan mengubah
paradigma birokasi agar menjadi mampu mengembangkan diri sendiri
sebagai institusi yang berorientasi pelayanan, bukan dilayani.
17

b. Strategi debirokratisasi Strategi ini dimaksudkan untuk mengurangi


tingkatan birokrasi yang dapat menghambat pada pengembangan diri
guru.

Strategi tersebut di atas memerlukan metode operasional agar


dapat dilaksanakan, strategi perubahan paradigma dapat dilakukan
melalui pembinaan guna menumbuhkan penyadaran akan peran dan
fungsi birokrasi dalam kontek pelayanan masyarakat. Sementara strategi
debirokratisasi dapat dilakukan dengan cara mengurangi dan
menyederhanakan berbagai prosedur yang dapat menjadi hambatan bagi
pengembangan diri guru serta menyulitkan pelayanan bagi masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sikap Profesional Guru adalah Suatu Kepribadian atau respon yang
menggambarkan kecenderungan untuk bereaksi sebagai seorang guru yang
memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas
pendidikan dan pengajaran yang alhi dalam menyampaikannya.
Profesionalisme seorang guru juga harus dikembangkan untuk
meningkatkan atau menambah pengetahuan dan keterampilannya baik pada
masa Pra-jabatan ataupun dalam jabatan karena ilmu dan pengetahuan yang
menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman.
Sebagai jabatan yang harus dapat menjawab tantangan perkembangan
masyarakat, jabatan guru harus selalu dikembangkan dan dimutakhirkan.
Dalam bersikap guru selalu mengadakan pembaharuan dengan tuntutan
tugasnya.

B. Saran
Sebagai professional, seorang guru harus selalu meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara terus menerus. Sasaran
penyikapan itu meliputi penyikapan terhadap perundang-undangan,
organisasi profesi, teman sejawat, peserta didik, tempat kerja, pemimpin dan
pekerjaan.

   

18
DAFTAR PUSTAKA

http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/08/makalah-profesi-keguruan/ di
akses 28 februari 2013

http://www.sarjanaku.com/2010/11/kode-etik-profesi-keguruan.html diakses
28 februari 2013

Anda mungkin juga menyukai