Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN DHF PADA ANAK


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Dosen Pengampu:
Hj. Ns. Agustine Ramie, M. Kep

Disusun Oleh :

Muhammad Rodi Maulana P07120117066


Siti Mariyam P07120117082

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN DIII KEPERAWATAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

 
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat dan rahmat-Nyalah makalah ini dapat kami selesaikan sesuai
yang diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “KONSEP DASAR DAN
ASUHAN KEPERAWATAN DHF”. Makalah ini dibuat dalam rangka
memperdalam pemahaman tentang apa yang dimaksud konsep dasar dan asuhan
keperawatan DHF. Kami sebagai Penyusun juga mengucapkan terima kasih
kepada dosen Keperawatan Anak yang telah telah membimbing kami agar dapat
menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun kami juga menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
kekurangan. Kami sebagai Penyusun selalu menerima saran dan kritiknya. Kami
ucapkan terima kasih.

Banjarbaru, 01 April 2019

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................2
C. Manfaat……………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit DHF..........................................................4


1. Definisi………………………………………………………. 4
2. Etiologi………………………………………………………. 4
3. Anatomi Fisiologi……………………………………………. 4
4. Patofisiologi………………………………………………….. 5
5. Tanda dan Gejala…………………………………………….. 8
6. Derajat Berat DHF…………………………………………… 8
7. Komplikasi…………………………………………………… 9
8. Pemeriksaan Diagnostik……………………………………… 9
9. Penatalaksanaan……………………………………………… 9
B. Konsep Asuhan Keperawatan…………………………………….10
1. Pengkajian…………………………………………………….10
2. Intervensi Keperawatan……………………………………….16

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.....................................................................................20
B. Saran...............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyebaran penyakit Demam Berdarah di Indonesia masih cukup luas.
Masih banyak daerah di Indonesia yang merupakan daerah endemis Demam
Berdarah. Untuk itu diperlukan pengetahuan masyarakat mengenai
perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegyptidan Aedes albopictus serta cara
mencegah nyamuk tersebut berkembang biak. Pola siklus peningkatan
penularan bersamaan dengan musim hujan. Interaksi antara kebersihan
lingkungan, pengetahuan masyarakat tentang Demam Berdarah dengue dan
turunnya hujan adalah determinan penting dari penularan, karena dinginnya
suhu mempengaruhi ketahanan hidup nyamuk dewasa. Lebih jauh lagi,
turunnya hujan dan kebersihan lingkungan dapat mempengaruhi reproduksi
nyamuk dan meningkatkan kepadatan populasi nyamuk vektor (WHO,2010).
Dibandingkan dengan orang dewasa, bayi dan anak kecil yang
menderita dengue lebih berisiko mengalami infeksi yang serius. Anak-anak
cenderung berisiko mengalami sakit berat apabila mereka tergolong anak-
anak yang berkecukupan gizi (jika mereka sehat dan memakan makanan
bergizi). Ini berbeda dari banyak infeksi lainnya, yang biasanya lebih parah
terjadi pada anak-anak yang termasuk golongan kurang gizi, tidak sehat, atau
tidak memakan makanan bergizi. Perempuan lebih cenderung terserang sakit
yang lebih parah daripada laki-laki. Dengue bisa mengancam jiwa pada
pasien dengan penyakit kronis (jangka panjang), seperti diabetes dan asma.
Data Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
(P2PL) Kementerian Kesehatan Pada tahun 2015 dilaporkan terjadi 5
kejadian luar biasa (KLB) yang terjadi di tiga provinsi, yaitu Sumatera Barat,
Maluku, dan Sulawesi Tengah dengan jumlah kasus 45 dan kematian 7 atau
15,5%.
Kasus Demam Berdarah yang ditemukan di Sumatera Barat tahun
2015 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding jumlah kasus
pada 2014 sebanyak 2.311 kasus atau IR sebesar 47,75 per 100.000 penduduk
dengan 10 kematian atau CFR sebesar 0,43 persen. Kasus DEMAM
BERDARAH yang terjadi di Sumbar itu ialah 944 kasus di Padang, 345
kasus di Tanah Datar, 265 kasus di Agam, 172 kasus di Kabupaten Solok,
157 kasus di Limapuluh Kota, 151 kasus di Pesisir Selatan, 141 kasus di
Padang Pariaman, 136 kasus di Pariaman, 128 kasus di Sawahlunto, 99 kasus
di Bukittinggi, 96 kasus di Pasaman, 91 kasus di Sijunjung, 83 kasus di Kota
Solok, 75 kasus di Pasaman Barat, 49 kasus di Dharmasraya, 39 kasus di
Solok Selatan, 29 kasus di Padang Panjang, 24 kasus di Kepulauan Mentawai
dan 23 kasus di Payakumbuh. (Bidang Penanggulangan Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan Dinkes Sumbar Tahun 2015)
Menurut data dari Bidang Pelayanan Medis pasien yang dirawat
dengan Demam Berdarah di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan tahun 2015
sebanyak 315 kasus, sedangkan data terbaru bulan Januari – Maret tahun
2016 tercatat sebanyak 119 kasus. Data dari ruangan anak RSUD
Dr.Muhammad Zein Painan pada bulan Februari 2016 Demam Berdarah

1
merupakan penyakit nomor satu dari sepuluh penyakit terbanyak yang
dirawat diruang anak..
Mengingat tingginya angka kasus Demam Berdarah di Kabupaten
Pesisir Selatan dan banyaknya pasien yang dirawat dengan Demam Berdarah
maka diperlukan peningkatan pengetahuan kepada masyarakat agar dapat
melakukan pencegahan terjadinya kasus Demam Berdarah dilingkungan
masyarakat kita. Peran perawat sangat penting dalam melakukan perawatan
dan Asuhan keperawatan pada anak dengan DHF yang dengan melakukan
pengkajian Kapan mulai demam dan mengetahui masa kritis pada pasien
DHF, Menegakkan diagnosa yang tepat sehingga Merencanakan intervensi
dan melaksanakan Implementasi yang tepat,melakukan evaluasi terhadap
Implementasi yang telah dilakukan.Selain itu penyuluhan kesehatan apabila
pasien sudah boleh pulang,karena cendrung anggota keluarga yang terkena
DHF akan terkena anggota yang lain,karena penanganan keluarga setelah
dirawat di RS yaitu menjaga kebersihan,hindari menggantung pakaian yang
lembab,melakukan 3 M ,Menguras,Menimbun,Membakar barang yang bisa
membuat genangan air.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada anak. W dengan Dangue Haemorogic Fever(DHF)
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada An. W dengan Dangue Haemorogic
Fever (DHF)
b. Mampu melakukan analisa data dan menegakkan diagnosa keperawatan
pada An. W dengan Dangue Haemorogic Fever (DHF)
c. Mampu menetukan intervensi keperawatan pada An. W dengan Dangue
Haemorogic Fever (DHF)
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada An. W dengan
Dangue Haemorogic Fever (DHF)
e. Mampu melakukan evaluasi SOAP pada An. W dengan Dangue
Haemorogic Fever (DHF)
f. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada An. W
dengan Dangue Haemorogic Fever (DHF)

C. Manfaat
1. Bagi tenaga kesehatan

2
Tenaga kesehatan lebih meningkatkan kualitas pelayanan sehingga
dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik terutama pada kasus
perawatan anak dengan Dangue Haemorogic Fever(DHF)
2. Bagi mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan
meningkatkan keterampilan serta mengaplikasikan secara langsung teori-
teori yang didapat di bangku perkuliahan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit DHF


1. Defenisi
Demam dengue /DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik ( Sudoyo,2010)
Penyakit DHF mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat
dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat
penanganan yang terlambat.Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga
dengue hemoragic fever (DHF),Dengue Fever(DF),demam dengue, dan
dengue shock sindrom (DSS) (Widoyono,2008)
2. Etiologi
Disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus
flavivirus keluarga floviviridae. Terdapat 4 serotip virus yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3, DEN-4, yang semuanya dapat menyebabkan demam
berdarah. Virus dengue dapat beraplikasi pada nyamuk genius Aedes
(stegomya) dan toxorhynchites (Sudoyo, 2010).
3. Anatomi Fisiologi
Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah
a. Plasma Darah
Terdiri dari air (90%) dan zat-zat terlant kira-kira 10%)
- Protein : albumin, globulin, fibinogen, As-Amino
- Lemak : As lemak, gelisah, cholesterol
- Karbohidrat : Glukosa
- Elektrolit : Na, K, cholida
- Vitamin : K, A, B, C
b. Sel-sel darah

4
1) Eritosit (SDM)
Diperoduksi oleh sum-sum tulang, umumnya + 120 hari setelah itu
dihancurkan oleh lien (limfa). Bahan-bahan pembentukan adalah
protein, zat besi, vitamin B12 As folat. Di dalam entrosit terdapat
suatu zat disebut haemoglobin yang berfungsi untuk memberi zat
warna merah pada darah, untuk menginkat O 2 dan CO2 dari
jaringan kembali ke paru-paru. HB diperiksa dengan cara “SHALI”
jumlah normal eritosit adalah :
Laki-laki : 4,5 – 5 juta /mm3 darah
Perempuan : 5 – 5,5 juta/mm3 darah
Jumlah normal HB :
Laki-laki : 12 – 14 gr%
Perempuan : 13 – 16 gr%
2) Leukosit (DSP)
Bentuk dan ukuran bervariasi, tetapi lebih besar dari eritosit jumlah
normalnya : 7000 – 10.000 butir / cc darah
- Lekositosis : jumlah > 10.000 / cc
- Lekopenia : jumlah < 400 / cc
3) Trombosit
Lebih kecil dari eritosit, diamter 2 – 4 mikron, diproduksi oleh
sum-sum tulang. Fungsi trombosit adalah sebagai faktor
pembekuan darah
- Jumlah normal : 2000 – 3000 / cc darah
- Tormbosit : < 2000 / cc
- Trombositosis : > 2000 / cc
4. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan
menimbulkan viremia.Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat
pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan zat
bradikinin,serotinin,trombin,histamin) terjadinya : peningkatan suhu.
Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah
yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravaskular ke

5
intersisial yang menyebabkan hipovolemia.Trombositopenia dapat terjadi
akibat dari,penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi
melawan virus (Murwani,2011).
Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty.Pertama tama yang terjadi adalah
viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,sakit
kepala,mual,nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh,ruam atau bintik-bintik
merah pada kulit,hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
pembesaran kelenjar getah bening,pembesaran hati (hepatomegali).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
kompleks virus antibodi.Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator
kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh
darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang
ekstraseluler.Pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler mengakibatkan
kekurangan volume plasma,terjadi hipotensi,hemokonsentrasi
(peningkatkan hemotokrit > 20 %) menunjukan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai hematokrit menjadi penting
untuk patokan pemberian cairan intravena (Noersalam,2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan
dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga yaitu rongga
peritonium,pleura, dan pericardium yang ada otopsi ternyata melebihi
cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan
intravena,peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma
telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan
gagal jantung,sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup,penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan
mengakibatkaan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami
renjatan,metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik.(Murwani.2011)

6
7
WOC DHF
Gigitan Nyamuk Ades Aegipty

Infeksi virus Dengue Inkubasi 2 - 7 hari


- Demam MK: - Hipertermi
- Nyeri otot dan sendi - gangguan rasa
nyaman :nyeri

Virus menyebar ke kulit virus berimplikasi dinodus linfotikus

Ruam Pembentukan antibodi virus dalam sirkulasi darah limFodenopati

Aksifasi sistem komplemen

anafilaktosis O3A dan C5a dilepaskan

asresi trombosit Permeabilitas pembuluh darah meningkat

kebocoran plasma
Vaso aktif (CADP) yang bersifat trombosit faktor 3 dilepaskan
meningkat permebilitas kapiler volume plasma menurun
dilepaskan
Koagulasi intra vaskuler
dirangsang cairan keluar ekstrasel Hovopolemia

Trombositopenia gangguan sirkulasi hipotensi


masuk ke peluara
Faktor koagulasi menurun hipoksia jaringan shock
- edema paru
- atelektosis anoksia
Tek. Sirkulasi darah menurun - TD menurun Perdarahan MK: - Devisit Vol.cairan MK: pola nafas jaringan
- Nadi cepat dan halus - Efiktasis - Resi shock tedak efektif
- Hematemesis hipovolemik asidosis
Aliran balik vena menurun MK: Resti shock - Melena metabolik
hipovolemik - Ptekie, ekimosis, purpura
kematian
Curah jantung menurun MK: perubahan
perfusi jaringan

Perfusi jaringan menurun MK: - ketidakseimbangan


cairan dan elektrolit
- Gangguan aktivitas
Shcok
- Edema papebra 8
- Asites
- Edema tangan dan kaki
5. Tanda dan gejala
a. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari dengan sebab
yang tidak jelas dan hampir tidak dapat dipengaruhi oleh antipiretik.
b. Manifestasi Perdarahan
 Dengan manipulasi, yaitu uji torniquet positif
Kriteria : (+) bila jumlah petekie ≥ 20
(±) bila jumlah petekie 10 – 20
(-) bila jumlah petekie < 10
 Spontan, yaitu petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi,
hematemesis atau melena.
c. Malaise, mual, muntah, sakit kepala, tidak nafsu makan dan kadang-
kadang batuk.
d. Nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi
e. Pembesaran hati
f. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat sampai tak teraba, TD
menurun, disertai kulit yang lembab dan dingin terutama pada ujung jari
tangan, kaki dan hidung, lemah, gelisah sampai menurunnya kesadaran.
(Rampengan, 2007 ; 127)
6. Derajaat Berat DHF
a. Derajat I (Ringan)
Demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-
satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet positif.
b. Derajat II (Sedang)
Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan yang
lain.
c. Derajat III
Derajat II ditambah kegagalan sirkulasi ringan yaitu denyut nadi cepat,
lemah, tekanan darah menurun disertai dengan kulit yang dingin , lembab,
dan gelisah.

9
d. Derajat IV
Derajad III ditambah syok berat, dengan nadi yang tidak teraba dan
tekanan darah tidak terukur disertai dengan penurunan kesadaran, sianosis
dan asidosis. (Suriadi,2010)
7. Komplikasi
a. Asidosis Metabolik
b. Kematian
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
1) Leukosit : Lekosit menurun
2) Trombosit : Trombositopenia (< 100.000/mm3)
3) Hematokrit : Meningkat > 20 %
4) Hemostasis : Dilakukan DT, APTT, Fibrinogen,.dicurigai
adanya perdarahan/ kelainan pembekuan darah
5) Protein/albumin : Hipoprotemia
6) GGOT/SGPT : Meningkat
7) Ureum, kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi ginjal
8) Elektrolit : sebagai parometer pemantauan pemberian cairan
9) Imuno serologi
IgM : Terdeteksi pada hari ke 3-5, meningkat pada minggu ke3
menghilang setelah 60-90 hari
IgG : Pada infeksi primer IgG mula terdeteksi pada hari ke 14,
infeksi sekunder pada hari ke 2
b. Radiologi
Pada foto dada didapatkan efusi pleura ( Sudoyo, 2010)
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan DBD tanpa penyulit
1) Tirah baring

10
2) Makanan lunak dan bila belum nafsu makan berikan minum 1,5 – 2
liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula/sirup),air tawar ditambah
garam
3) Medikomentosa yang bersifat simtomatis untuk hiperpireksia dapat
diberi kompres, anti piretik golongan asitaminofen.
b. Klien dengan tanda renjatan
1) Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan
diatasi
2) Observasi keadaan umum, nadi, suhu dan pernafasan tiap jam, serta
Hb dan Ht 4-6 jam pada hari pertama, selanjutnya tiap 24jam
c. Klien DSS (Dengue Shock Syndrome)
Diberi cairan intra vena yang diguyur, seperti : Nacl, RL yang
dipertahankan selama 24-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tidak
tampak hasilnya dapat diberikan plasma/ plasma ekspander/ dekstran/
prepat hemasel sejumlah 15-29 ml/kg BB dan dipertahankan selama 24-48
jam setelah renjatan teratasi.
Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastro intertinal
yang hebat dan pada pemeriksaan Hb dan Ht menurun (Ratna
Dewi.Pudiastuti.2011).

B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien DHF


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Biasanya yang dikaji nama anak, umur, jenis kelamin,
pendidikan,anak ke-, nama orang tua, alamat orang tua, pendidikan orang
tua, pekerjaan orang tua.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien mempunyai riwayat demam dengue,kemungkinan klien
pernah terpapar dengan virus dengue yang berbeda.

11
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh sakit perut,demam tinggi mmendadak dan
terus-menerus,nyeri otot dan sendi,nafsu makan menurun,perdarahan
pada gusi,hidung,hematemesis atau melena,ptekie,kulit teraba lembab
dan dingin terutama pada ujung jari tangan,kaki dan hidung.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya penyakit DHF bukan penyakit keturunan, tapi ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
4) Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan tubuh yang baik, maka
kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindari.
5) Kondisi lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih seperti air yang menggenang dan gantungan
baju dikamar. (DR.Nursalam.dkk.2005)
c. Pemeriksaan Fisik
1) TTV
Biasanya jika sudah terjadi di shock ditemukan TD menurun, Nadi
pertama cepat kemudian menurun. Pada hari ke4 atau ke5 suhu tinggi
dan jika shock tiba-tiba turun. Pernafasan cepat.
2) TB : Biasanya tidak ditemukan peningkatan atau penurunan
BB dan Lila : biasanya ditemukan penurunan
3) Kepala
- Lingkar kepala, ukuran ubun-ubun, bentuk kepala
- Rambut : Biasanya tidak ditemukan kelainan
- Mata : Biasanya konjungtiva anemis
- Hidung : Biasanya hidung kadang mengalami perdarahan,
- Mulut : Biasanya membran mukosa kering, dan ditemukan
perdarahan pada gusi
4) Leher

12
Biasanya tidak ditemukan kelainan
5) Thoraks
I : - Biasanya bentuk dada semetris kiri dan kanan
- Pergerakan dada sama kiri dan kanan
P : Biasanya fremitus kiri kanan
P : Biasanya sonor
A : Biasanya bunyi nafas vesikuler
Jantung
I : Biasanya ictus tidak terlihat
P : Biasanya ictus teraba di LMCS RIC V
P : Biasanya batas jantung normal
A : Biasanya teratur
6) Abdomen
I : Biasanya perut asites
A : Biasanya bising usus (+)
P : Biasanya nyeri tekan dan hepar teraba
P : Biasanya nyeri tekan
7) Ekstremitas
Biasanya akral teraba dingin, kapilarirefill > 3 detik, sianosis, dan
terjadi nyeri otot, sendi dan tulang.
8) Integumen
Biasanya ada petekie pad kulit, kulit teraba lembab dan dingin, turgor
kulit menurun.
9) Neurologik
Biasanya kesadaran menurun
d. Pola kebiasaan
1) Nutrisi
a) Makan : kaji frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan menurun /
berkurang.

13
b) Minum : Biasanya klien dianjuran banyak minum air putih + 1,5 –
2 liter/hari, minum susu, syrup dan jus jambu biji.
2) Eliminasi
a) Miksi : kaji apakah sering BAK, sedikit/ banyak. Pad DHF grade
IV sering terjadi hematuria.
b) Defekasi : biasanya anak mengalami diare/ konstipasi.pada DHF
grade III - IV bisa terjadi melena.
3) Aktivitas perawatan diri
Biasanya kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang.
4) Istirahat dan tidur
Biasanya istirahat dan tidur anak terganggu karena mengalami nyeri
sendi dan otot.
e. Data Sosial ekonomi
Biasanya penyakit ini biasa terjadi pada semua golongan, baik
ekonomi atas, menengah dan bawah, serta bias juga terjadi pada
kalangan semua usia
f. Data psikososial
Biasanya kien ditemukan cemas karena demamnya naik turun dan
sering bertanya-tanya tentang penyakitnya dan kesembuhannya.
g. Pemeriksaan labor
1) Labor
a)Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20
%,Normal Pria 40-50%,wanita 35-47 %.
b) Leukosit .
Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit
plasma biru (>15% dari jumlah total leukosit) yang pada fase syok
meningkat.

Tabel 2.2. Hitung leukosit normal.

14
Tipe sel Persentase Hitung Absolut Normal
Leukosit 5.000-11.000/μl 5700-18000 sel/mm
Neutrofil 45-75 4000-6000/μl
Monosit 5-10 500-1000/μl
Eosinofil 0-5 <450/μl
Basofil 0-1 <50/μl
Limfosit 10-45 2000-5000/μl

c) Trombosit
Umumnya terdapat trombositopenia (jumlah trombosit <
100.000/μl) pada hari ke 3-8.
d) Hematokrit
Kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit ≥20% dari hematokrit awal, umumnya
dimulai pada hari ke-3 demam.

Tabel 2.3. Nilai normal hemoglobin/ hematokrit.


Usia/Jenis Kelamin Hemoglobin (g/dl) Hematokrit (%)
Saat lahir 17 52
Anak-anak 12 36
Remaja 13 40
Pria Dewasa 16 (ア 2) 47 (ア 6)
Wanita dewasa 13 (ア 2) 40 (ア 6)
(menstruasi)
Wanita dewasa 14 (ア 2) 42 (ア 6)
(postmenopause)
Selama Kehamilan 12 (ア 2) 37 (ア 6)

15
e) Hemostasis
Dilakukan pemeriksaan prothrombin time (PT), partial
thromboplastin time (aPTT), thrombin time (TT) atau fibrinogen
pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
f) Protein/albumin
Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma. Nilai
normal albumin adalah 3-5,5 g/dl, nilai normal protein total adalah
5-8 g/dl (Price, 2003).
g) SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase)
Dapat meningkat. Nilai normal alanin aminotransferase adalah 0-40
IU/l. Menurut Kalayanarooj (1997) anak dengan level enzim hati
yang meningkat sepertinya lebih rentan mengalami dengue yang
parah dibandingkan dengan yang memiliki level enzim hati yang
normal saat didiagnosis.
h) Elektrolit
Sebagai parameter pemantauan pemberian cairan. Jumlah kalium
normal serum adalah 3,5-5,2 mEq/l, sedangkan natrium 135-145
mEq/l.
i) Golongan darah dan cross match
Bila akan diberikan transfusi darah dan komponen darah.
j) Imunoserologi
Dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue. IgM
terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3,
menghilang setelah 60-90 hari.IgG pada infeksi primer mulai
terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi sekunder IgG mulai
terdeteksi pada hari ke-2.

1. Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan.

16
Tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat
dijumpai pada kedua hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi
dengan pemeriksaan USG.
2. Kemungkinan diagonsa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut NANDA (Herdman,2010)
a. Syok berhubungan dengan Perpindahan cairan Intraseluler k Cairan
Ekstraseluler.
b. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses
penyakit(viremia).
c. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas dinding plasma.
d. Gangguan pemenuhan nutrisi,kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual,muntah,anoreksia.

2. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 Syok berhubungan Kriteria hasil : 1.Monitor status
dengan Perpindahan 1.Nadi dalam batas sirkulasi BP,warna
cairan Intraseluler k yang diharapkan kulit,suhu
Cairan Ekstraseluler. 2.Irama jantung dalam kulit,denyut jantung
batas yang HR,ritme,nadi
diharapkan perifer,dan kapiler
3.Frekuensi nafas refil.
dalam batas yang 2.Monitor suhu dan
diharapkan. pernafasan.
4.Irama pernafasan 3.Monitor intake output
dalam batas yang 4.Pantau hasil labor:
diharapkan. Hb,HT,AGD, dan

17
elektrolit.
5.Monitor tanda dan
gejala Asites.
6.Tempatkan pasien
pada posisi supine
kaki elevasi untuk
peningkatan preload
dengan tepat.
7.Lihat dan pelihara
kepatenan jalan
nafas.
8.Berikan cairan IV dan
atau oral yang tepat.
9.Berikan Vasodilator
yang benar.
10.Ajarkan keluarga
dan pasien tentang
tanda dan gejala
datangnya syok.
11.Ajarkan keluarga
dan pasien tentang
langkah untuk
mengatasi gejala
syok.

2 Peningkatan suhu Kriteria hasil : 1. Monitor suhu


tubuh (hipertermi) 1. Suhu tubuh dalam sesering mungkin
berhubungan dengan rentang normal 2. Monitor warna dan
proses 2. Nadi dan RR dalam suhu kulit
penyakit(viremia). rentang normal 3. Monitor tekanan

18
3. Tidak ada perubahan darah, nadi dan RR
warna kulit dan 4. Monitor penurunan
tidak ada pusing tingkat kesadaran
5. Berikan antipiretik
6. Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
7. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
3 Kurangnya volume Kriteria hasil : 1. Timbang
cairan tubuh 1. Mempertahankan popok/pembalu jika
berhubungan dengan urine output sesuai diperlukan
peningkatan dengan usia 2. Pertahankan catatan
permeabilitas dinding 2. Tekanan darah, nadi intake dan output
plasma. dan suhu tubuh yang akurat
batas normal 3. Monitor vital sign
3. Tidak ada tanda 4. Kolaborasi
dehidrasi, elastisitas pemberian cairan IV
turgor, membran 5. Monitor status
mukosa lembab dan hidrasi jika
tidak ada rasa haus diperlukan
berlebihan.
4 Gangguan pemenuhan Kriteria hasil : 1. Kolaborasi dengan
nutrisi,kurang dari 1. Adanya peningkatan ahli gizi untuk
kebutuhan berat badan menentukan jumlah
berhubungan dengan 2. Tidak ada tanda- kalori dan nutrisi
mual,muntah,anoreksia tanda malnutrisi yang dibutuhkan
. 3. Tidak terjadi pasien
penurunan berat 2. Monitor adanya
badan yang berarti penurunan berat

19
badan
3. Monitor turgor kulit
4. Monitor mual dan
muntah
5. Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada beberapa persamaan Teoritis dengan kasus yang kelompok ambil,
diantaranyan pasien mengalami demam tinggi selama 4 hr,masa kritis pasien
DHF demam hr 5 - 7 hr demam, hasil pengkajian dan pemeriksaan fisik terdapat
ptekie spontan,perdarahan hidung,gusi,oedem pada kelopak dan ekstremitas,An
W mengalami syok pada demam hr 6. Melakukan analisa data pada An. W
dengan Dangue Haemorogic Fever(DHF). Diagnosa yang timbul Syok
penanganan pertama Management Syok. Melakukan protap Syok sesuai protap
diruangan Anak.Pasang IV Line 2 jalur RL 20cc/BB selama 1/2 jam .monitor
TTV saban 15 -30/ menit.Evaluasi yang tercapai Syok teratasi.
Untuk menggurangi Dampak masih tingginya angka penyakit DHF terutama
pada Anak,penting sekali Peran perawat kalau di RS selain melakukan perawatan
pada pasien DHF juga penyuluhan pada keluarga tentang perawatan anak yang
mengalami DHF,apa yang dilakukan dirumah setelah dirawat.jaga kebersihan
terutama hindari pakaian yang bergantungan, aliran selokan jangan sampai
tergenang,3 M,Menguras,Menutup dan menimbun/Membakar barang yang bisa
membuat air tergenang.

B.   Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan dan meningkatkan
keterampilan serta mengaplikasikan secara langsung teori- teori yang didapat di
bangku perkuliahan dan dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang
pendidikan dan praktik keperawatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

AW Sudoyo, B Setiyohadi, I Alwi, M Simadibrata K, S Setiadi (eds),


Buku ajar ilmu penyakit dalam jilidIII Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing.
1984
.
Herdman,T.Heather.Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014.

Amin Huda Nurarif.Hardhi Kusuma .Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis dan NANDA .2013
.
Judith M.Wilkinson.Buku saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 .2011.
Murwani, Arita, 2011.Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I.
Yogyakarta

Diagnosa keperawatan menurut NANDA (Herdman,2010)

Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. BAUKU Ajar Kebidanan Komunitas. Yogyakarta:


Nuha Medika.

iii

Anda mungkin juga menyukai