Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

The Transtheoretical Model menurut Prochaska dan Diclement, 1983 adalah suatu
model yang integrative tentang perubahan perilaku. Kunci pembangun dari teori lain yang
terintegrasi. Model ini menguraikan bagaimana orang-orang memodifikasi perilaku masalah atau
memperoleh suatu perilaku yang positif dari perubahan perilaku tersebut.

Model ini adalah suatu perubahan yang disengaja untuk mengambil suatu keputusan
dari individu tersebut. Model melibatkan emosi, pengamatan dan perilaku, melibatkan pula suatu
kepercayaan diri.

The Transtheoretical Model menjelaskan tahapan pembentukan atau perubahan perilaku


dengan memasukkan beberapa komponen utama yaitu, the stages of change, the processes of
change, decisional balance, self-efficacy, dan temptation (Prochaska & Velicer, 1997). Yang
mana decisional balance menyangkut pertimbangan baik dan buruknya perubahan yang akan
dilakukan, self efficacy  menyangkut kepercayaan diri dalam mengatasi situasi yang beresiko
tanpa kembali pada kebiasaan lama serta termination menyangkut hasrat untuk kembali pada
kebiasaan lama (Prochaska dan Velicher, 1997). Tiga komponen tersebut merupakan variabel
yang saling terkait dengan stage of change dan processes of change.

I.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalahnya adalah:

1. Apa pengertian dari transtheoretical model?


2. Bagaimana proses dari transtheoretical model?

1
I.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah:
Menjelaskan pengertian “The Transtheoretical Model” serta proses dari The Transtheoretical
Model.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian

Model transtheoretical adalah suatu model yang diterapkan untuk menilai kesiapan
seorang individu untuk bertidak atas perilaku yang baru dan memberikan strategi atau proses
perubahan untuk memandu setiap individu melalui tahapan perubahan untuk bertindak dalam
pemeliharaan kesehatan. Suatu model yang teoritis tentang perubahan perilaku, yang telah
(menjadi) basis untuk mengembangkan intervensi yang efektif untuk mempromosikan perubahan
perilaku kesehatan. Transteoretical model ini adalah sebuah model integrative pada perubahan
perilaku.

Model Transtheoretical adalah model perubahan yang disengaja. Ini adalah model yang
berfokus pada pengambilan keputusan individu. Pendekatan lain untuk promosi kesehatan telah
berfokus terutama pada pengaruh sosial terhadap perilaku atau pengaruh biologis terhadap
perilaku. Untuk merokok, sebuah contoh dari pengaruh sosial akan menjadi model pengaruh peer
(Flay, 1985) atau perubahan kebijakan (Velicer, Laforge, Levesque, & Fava, 1994). Contoh
pengaruh biologis akan model pengaturan nikotin (Leventhal & Cleary, 1980; Velicer, Redding,
Richmond, Greeley, & Swift, 1992) dan terapi penggantian (Fiore. Smith, Jorenby, & Baker,
1994). Dalam konteks Model Transtheoretical, ini dipandang sebagai pengaruh luar, berdampak
melalui individu.

Model ini melibatkan emosi, kognisi, dan perilaku. Ini melibatkan kepercayaan pada diri-
laporan. Misalnya, dalam berhenti merokok, laporan diri telah terbukti sangat akurat (Velicer,
Prochaska, Rossi, & Snow 1992). pengukuran yang akurat memerlukan serangkaian item jelas
bahwa individu dapat merespon secara akurat dengan sedikit kesempatan untuk distorsi.
Pengukuran isu sangat penting dan salah satu langkah penting untuk aplikasi model melibatkan
pengembangan langkah-langkah pendek, handal, dan berlaku dari kunci konstruksi.

Transtheoretical Model mengusulkan satu set membangun format itu adalah suatu ruang
hasil multivariate dan meliputi ukuran yang adalah sensitif untuk maju di seluruh langkah-

3
langkah. Ini membangun meliputi yang pro dan kontra dari Decisional Balance Scale,
Temptation atau Self-efficacy, dan perilaku target. Suatu lebih terperinci presentasi dari
aspek/pengarah ini pada model disajikan di tempat lain (Velicer, Prochaska, Rossi, &
Diclemente, 1996).

II.2 Proses Transtheoretical Model

1. Tahap Perubahan Perilaku


Tahapan perubahan model pada awalnya dikembangkan pada tahun 1970-an dan
1980-an oleh James Prochaska dan Carlo DiClemente di Universitas Rhode Island ketika
mereka sedang belajar bagaimana perokok bisa melepaskan kebiasaan atau kecanduan,
sebagai perubahan perilaku yang menjelaskan proses mulai dari diperolehnya sebuah
perilaku baru hingga pada pemeliharaan perilku tersebut. Tahapan perubahan berguna dalam
menjelaskan kapan terjadinya perubahan dalam kognitif, emosi, dan perilaku.

Stage of Change Deskripsi


Pre-contemplation No intention to act in the near future (six months)
Contemplation Intention to change inthe near future (six months)
Preparation Intention to take action in the immediate future (1 month);
have a plan in action
Action Overt action taken within the last six months

4
Maintanence Change overt behavior for more than 6 months
Termination No. temptation to relape and 100% self efficacy

a. Pre-contemplation
Langkah dimana orang-orang tidak mempunyai niat untuk bertindak dimasa depan yang
dapat diduga pada umumnya 6 bulan ke depan. Orang-orang yang mungkin termasuk di
langkah ini adalah mereka yang tidak diberitahu tentang konsekuensi dari perilaku
mereka. Mereka bersifat menentang atau tanpa motivasi atau mempersiapkan promosi
kesehatan.
Pada tahap precontamplation menuju ke contamplation melalui proses :
1)        Peningkatan kesadaran : memberikan informasi.
2)        Dramatic relief : adanya reaksi seara emosional
3)        Environmental reevaluation : mempertimbangkan pandangan ke lingkungan.

b. Contemplation
Orang-orang berniat untuk mengubah prilaku pada 6 bulan berikutnya. Mereka sadar
akan pro mengubah perilaku tetapi juga sangat sadar akan memberdayakannya. Tahapan
ini menyeimbangkan anatara biaya dan keuntungan untuk menghasilkan 2 sifat
bertentangan yang di dapat pada periode lama.
Belum membuat keputusan yang tepat suatu reaksi. Pada tahap contemplation ke
preparation melalui proses self-reevaluation yaitu penilaian kembali pada diri sendiri.

c. Preparation
Langkah dimana orang-orang berniat untuk mulai bertindak di masa mendatang. Secara
khas mereka mengambil keputusan penting dari masa yang lalu. Individu ini mempunyai
suatu rencana kegiatan seperti sambungan suatu kelas pendidikan kesehatan, bertemu
dengan dokter mereka, membeli suatu buku bantuan diri atau bersandar pada suatu
perubahan. Pada tahap preparation ke action melalui proses self liberation.

d. Action

5
Langkah dimana orang sudah memodifikasi spesifik antara pikiran dengan perilaku.
Banyaknya anggapan tindakan sama dengan perilaku. Namun dalam model ini perilaku
tidak menghitung semua tindakan. Langkah action adalah juga langkah dimana
kewaspadaan melawan terhadap berbuat tidak baik lagi secara kritis. Individu mulai aktif
berperilaku yang baru. Pada tahap action ke maintenance melalui proses :

- Contingency management : adanya penghargaan, bisa berupa punishment juga.


- Helping relationship : adanya dorongan / dukungan dari orang lain untuk mengubah
perilaku.
- Counter conditioning : alternatif lain dari suatu perilaku.
- Stimulus control : adanya control pengacu untuk merubah perilaku.

e. Maintenance
Tahap di mana individu telah membuat perubahan yang terlihat/besar dalam gaya hidup
mereka dan juga berusaha untuk mencegah perilaku lamanya kembali, tetapi mereka
tidak mengaplikasikan proses sebanyak ketika tahapan action. Di tahapan ini, individu
akan kurang tergoda untuk kembali ke perilaku lamanya dan kepercayaan diri mereka
akan bertambah untuk meneruskan perubahan mereka.

f. Termination
Individu yang telah berada pada tahap ini memiliki kepercayaan diri 100% dan terhindar
dari godaan. Sekalipun mereka depresi,
cemas, bosan, kesepian, marah, atau stress, individual pada tahapan ini yakin bahwa
mereka tidak akan kembali ke gaya hidup tidak sehat sebagai salah satu cara coping.
Seolah-olah, perilaku baru mereka telah menjadi suatu kebiasaan.

g. Relaps (Kekambuhan)
Relaps (kekambuhan) atau disebut juga sebagai revolving door schema dapat terjadi pada
proses perubahan perilaku menurut teori ini. Kekambuhan merupakan kembalinya
perilaku seseorang pada kebiasaan yang lama. Biasanya pada tahap pelaksanaan (action)
maupun pemeliharaan (maintenance) kekambuhan dapat terjadi, apalagi bila seseorang
tidak mendapatkan dukungan positif dari lingkungannya.

6
2. Proses Perubahan Prilaku
Proses perubahan berguna untuk membantu menjelaskan bagaimana strategi atau
teknik untuk modifikasi terjadinya perubahan tersebut. Proses Perubahan adalah kegiatan
terselubung maupun terbuka yang digunakan orang untuk maju melalui tahap-tahap. Proses
perubahan memberikan panduan penting bagi program intervensi, karena proses adalah
variabel independen bahwa orang perlu untuk menerapkan, atau terlibat dalam, untuk
berpindah dari panggung ke panggung.
Sepuluh proses (Prochaska & DiClemente, 1983; Prochaska, Velicer, DiClemente,
& Fava, 1988) telah menerima dukungan yang paling empiris dalam penelitian kami sampai
saat ini. Lima pertama diklasifikasikan sebagai Proses Experiential dan digunakan terutama
untuk tahap awal transisi. Lima terakhir diberi label Proses Perilaku dan digunakan terutama
untuk transisi tahap selanjutnya.

a. Proses Perubahan Perilaku Melalui Experiental


Proses Perubahan Definisi dan Contoh
Consciouness Raising Usaha untuk mencari informasi baru dan  memahami
(Peningkatan Kesadaran) keuntungannya melalui informasi, pendidikan dan umpan balik
dari perilaku yang bermasalah.

Exp: Saya ingat orang-orang informasi yang telah memberi saya


tentang cara untuk berhenti merokok
Drama Relief Perasaan takut, cemas, atau khawatir karena perilaku tidak sehat,
atau inspirasi perasaan dan harapan ketika mereka mendengar
tentang bagaimana orang dapat mengubah perilaku sehat.

Exp: Saya bereaksi secara emosional terhadap peringatan tentang


merokok.
Enviromental Menyadari bagaimana perilaku tidak  sehat mereka
Reevaluation mempengaruhi orang lain dan bagaimana mereka bisa memiliki
efek yang lebih positif dalam mengubah.

7
Exp: Saya menganggap pandangan bahwa merokok dapat
berbahaya bagi lingkungan.
Social Liberation Menyadarai   bahwa masyarakat yang lebih mendukung perilaku
(Kebebasan Sosial) sehat.

Self Reevaluation Menyadari bahwa perilaku sehat merupakan bagian penting dari
mereka.
Exp: Ketergantungan saya pada rokok membuat saya merasa
kecewa dalam diri saya.

b. Proses Perubahan Perilaku Melalui Perilaku


Proses Perubahan Definisi dan Contoh
Stimulus Control Mengendalikan situasi dan penyebab lain yang memicu
perilaku tidak sehat muncul kembal orang lain dengan 
mengingat dan isyarat yang mendorong perilaku yang sehat
sebagai pengganti bagi mereka yang mendorong perilaku
tidak sehat.
Exp: Saya menghapus hal-hal yang dari rumah saya yang
mengingatkan saya merokok.
Helping Relationship Menemukan orang-orang yang mendukung perubahan
mereka.
Exp: Saya memiliki seseorang yang mendengarkan ketika
saya perlu bicara tentang merokok saya.
Counter Conditioning Mengganti cara berfikir tidak sehat menjadi cara berfikir
yang sehat.
Exp: Saya menemukan bahwa melakukan hal-hal lain
dengan tangan saya adalah pengganti yang baik untuk
merokok
Reinforcement Pemberian penghargaan kalau bisa  berubahan perilaku
Management

8
sehat.
Exp: saya beri  hadiah sendiri ketika saya tidak merokok.
Self Reevaluation Menyadari bahwa perilaku sehat merupakan bagian penting
dari mereka.
Exp: ketergantungan saya pada rokok membuat saya merasa
kecewa dalam diri saya
Self Liberation Percaya pada kemampuan  untuk  bisa berubah dan membuat
komitmen bertindak berdasarkan keyakinan itu.
Exp: Aku membuat komitmen untuk tidak merokok.

3. Decisional Balance (Putusan Seimbang)


Pengambilan keputusan dikonseptualisasikan sebagai "neraca" untuk keputusan
dengan mengkomparasi antara keuntungan dan kerugian perubahan perilaku. Dua komponen
keseimbangan putusan, pro dan kontra, telah menjadi konstruksi kritis dalam model
transtheoretical. Individu mengalami perubahan dengan cara yang kritis berdasarkan tahap
perubahan (stage of change) dan keseimbangan putusan.
Ketika seorang individu dalam tahap pre-contemplation, demi menjaga perilaku
yang ada, pro yang mendukung perubahan perilaku sebanding dengan kontra relatif untuk
perubahan. Pada tahap pre-contemplation, pro dan kontra cenderung untuk membawa bobot
yang sama, sehingga meninggalkan ambivalen individu terhadap perubahan.
Jika terjadi ketidakseimbangan keputusan, seperti pro mendukung perubahan lebih
besar dari kontra untuk menjaga perilaku tidak sehat, banyak orang pindah ke tahap
persiapan atau bahkan tahap aksi. Untuk individu yang memasuki tahap pemeliharaan, pro
mempertahankan perubahan perilaku harus lebih besar daripada yang kontra
mempertahankan perubahan dalam rangka mengurangi risiko kambuh.
Penelitian telah menemukan hubungan berikut antara yang pro, kontra, dan tahap
perubahan perilaku di 48 dan lebih dari 100 populasi diteliti dapat menujukkan yaitu:
a. Perubahan dari kontra  lebih  besar daripada pro dalam tahap precontemplation.
b. Pro kontra melampaui pada tahap menengah.

9
c. Pro lebih besar daripada kontra dalam tahap aksi.
Decisional Balance membangun cerminan individu yang menimbang dari baik
buruknya dari mengubah. Berasal dari model Mann’s dan Janis, pengambilan keputusan itu
mencakup empat kategori dari pro (laba yang sebagai penolong). Bagaimanapun, suatu test
yang empiris dari model mengakibatkan suatu banyak struktur yang lebih sederhana. Hanya
dua faktor, yang pro dan kontraditemukan.

4. Self Efficacy (Kepercayaan Diri)


Mencerminkan tingkat kepercayaan individu memiliki perubahan yang diinginkan
dalam menjaga perilaku mereka dalam situasi yang sering memicu kambuh. Hal ini juga
diukur dengan kemungkinan individu merasa tergoda untuk kembali ke perilaku bermasalah
mereka dalam situasi berisiko tinggi. Pada tahap pre-contemplation dan contemplation,
godaan individu untuk terlibat dalam perilaku bermasalah jauh lebih besar.
Dalam penelitian, biasanya ditemukan tiga faktor yang mencerminkan jenis yang
paling umum pada situasi: mempengaruhi negatif atau gangguan emosi, situasi sosial yang
positif, dan keinginan. Untuk individu pada tahap persiapan aksi, ada perbedaan antara self-
efficacy dan godaan individu, dan perubahan perilaku tercapai. Kambuh sering terjadi dalam
situasi ketika godaan mengalahkan perasaan, dan self-efficacy untuk menjaga perubahan
perilaku yang diinginkan.
Self-Efficacy membangun kehadiran keyakinan situasi yang spesifik yang orang-
orang mempunyai bahwa mereka dapat mengatasi situasi yang resiko-tinggi tanpa relapsing
kepada kebiasaan tak sehat atau yang resiko-tinggi mereka.
Situational Temptation Measure (Diclemente, 1981, 1986; Velicer, DiClemente,
Rossi, & Prochaska, 1990) cerminkan intensitas dari himbauan untuk terlibat dalam suatu
perilaku yang spesifik ketika di tengah-tengah situasi yang sulit.
Situational Self-efficacy Measure tidak cerminkan keyakinan dari individu untuk
terlibat dalam suatu perilaku yang spesifik ke seberang satu rangkaian ke situasi yang sulit.
Keduanya ukuran Temptation dan Self-efficacy mempunyai struktur yang sama.
Ukuran Temptation/Self-efficacy adalah terutama sekali sensitif pada perubahan
yang dilibatkan sedang dalam proses di langkah-langkah yang kemudiannya adalah meramal
yang baik dari berbuat tidak baik lagi.

10
II.3 Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan dari teori ini adalah teori ini mudah untuk diterapkan untuk memberikan
kesadaran pada perilaku individu yang tidak memerlukan perubahan drastis dalam perilakunya
dalam tempo cepat akan tetapi perubahan secara bertahap dan memerlukan waktu dan suasana
kondusif.
Kelemahan dari teori ini adalah jika tidak ada intervensi yang direncanakan, individu
akan terjebak pada tahap awal. Selain itu proses tertentu dan
prinsip- prinsip tertentu perlu diterapkan di tiap tahap agar terjadi kemajuan di tiap tahapnya.

11
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

The Transtheoretical Model dan Consciousness Raising mempunyai implikasi umum


untuk semua aspek dari implementasi dan pengembangan intervensi. Kita akan dengan singkat
menguraikan bagaimana berdampak pada di lima area : perekrutan, ingatan, kemajuan, proses,
dan hasil.

Transtheoretical Model adalah suatu model yang sesuai untuk perekrutan dari suatu
keseluruhan populasi. Intervensi yang tradisional sering berasumsi bahwa individu adalah siap
untuk suatu perubahan perilaku segera dan yang permanen. Strategi perekrutan cerminkan
asumsi dan, sebagai hasilnya, itu hanya suatu proporsi yang sangat kecil dari populasi
mengambil bagian. Di kontras, Transtheoretical Model tidak membuat apapun asumsi tentang
bagaimana individu siap adalah untuk ubah. Untuk mengenali individu yang berbeda itu akan
berada di langkah-langkah yang berbeda dan intervensi sesuai itu harus dikembangkan untuk
semua orang. Sebagai hasilnya, daftar biaya pengiriman barang-barang keikutsertaan yang sangat
tinggi telah dicapai.

Transtheoretical Model dapat memudahkan suatu analisa dari mekanisme mediational itu.
Intervensi adalah nampaknya akan secara diferensial efektif dengan membangun dan hubungan
yang tergambar jelas, model dapat memudahkan suatu analisa proses dan pemandu peningkatan
dan modifikasi dari intervensi itu.

Transtheoretical Model dapat mendukung suatu penilaian yang lebih sesuai tentang hasil.
Intervensi harus dievaluasi dalam hal dari dampak mereka, yaitu perekrutan menilai kemanjuran.
Intervensi yang didasarkan pada Transtheoretical Model mempunyai potensi untuk mempunyai
kedua-duanya adalah suatu kemanjuran yang tinggi dan suatu tingkat tarif perekrutan yang
tinggi, dengan begitu secara dramatis meningkatkan potensi yang berdampak pada di
keseluruhan populasi dari individu dengan resiko kesehatan yang tingkah laku.

12
III.2 Saran

Bagi kita calon tenaga kesehatan yang berada di disiplin keilmuan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) sangat penting untuk memahami transtheoretical model sebagai salah
satu metode yang bagus untuk diterapkan dalam menegakkan kesehatan dan keselamatan di
lingkungan kerja.

13
DAFTAR PUSTAKA

Glanz, Karen, Rimer, Barbara K., & Viswanath, K., (2008). Health Behavior andHealth
Education: Theory, Research, and Practice 4th Edition. San Fransisco:Jossey Bass
https://www.academia.edu/29813822/THE_TRANSTHEORETICAL_MODEL
http://mynewbloglindut.blogspot.com/2016/11/transtheoretical-model-mata-kuliah.html

Lenio, James A. Analysis of the Transtheoretical Model of Behavior Change. Diakses melalui


http://www2.uwstout.edu/content/rs/2006/14lenio.pdf  
Ogden, J. Health Psichology. Open University Press Buckingham Philadelphia
Prochaska, James O., & Velicer, Wayne F. (1997). The Transtheoretical Model of Health
Behavior Change. American Journal of Health Promotion, 12(1), 38-48. Diakses
melalui http://luci.ics.uci.edu/websiteContent/weAreLuci/biographies/faculty/
djp3/LocalCopy/prochaska.pdf  
The Transtheoretical Model(http://www.prochange.com/transtheoretical-model-of-behavior-
change).

14

Anda mungkin juga menyukai