DISUSUN OLEH
TAHUN 2022
A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Reaksi transfusi adalah suatu pengrusakan secara imunologik sel-sel darah merah yang inkompatibel yang
diperoleh melalui transfusi darah. Reaksi yang terjadi dapat berupa reaksi pirogen, reaksi alergi, reaksi
hemolitik, atau transmisi penyakit-penyakit infeksi.
2. ETIOLOGI
Reaksi pirogen
Disebabkan oleh sensitivitas terhadap sel darah putih, trombosit, atau protein plasma donor. Sering dijumpai
pada penderita yang pernah ditransfusi sebelumnya atau wanita yang pernah melahirkan anak.
Reaksi alergi
Penyebab reaksi ini diperkirakan akibat sensitivitas terhadap protein darah yang ditransfusikan, atau transfer
pasif antibodi dari donor yang bereaksi dengan berbagai antigen yang dipaparkan kepada resipien.
Reaksi hemolitik
Dapat disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah, inkompatibilitas plasma atau serum, dan
pemberian cairan nonisotonik.
3. MANIFESTASI KLINIK
Reaksi segera yang mengancam nyawa terjadi pada ketidak cocokan ABO. Manifestasinya antara lain adalah:
1. Kemerahan pada wajah yang segera timbul
2. Rasa hangat di vena yang menerima darah
3. Demam dan menggigil
4. Nyeri dada dan pinggang
5. Nyeri abdomen disertai mual dan muntah
6. Penurunan tekanan darah disertai peningkatan kecepatan denyut jantung
7. Sesak napas (dispnu)
8. Reaksi transfusi terhadap sel darah p utih bersifat lebih ringan dan biasanya berupa demam dan
kadang- kadang menggigil.
4. KOMPLIKASI
Dapat terjadi gagal ginjal akibat terbentuknya silinder sel darah merah dan sumbatan hemoglobin pada
nefron.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kadar bilirubin meningkat, ikterus, dan hemoglobinuria. Akhirnya dapat terjadi oliguria dan retensi nitrogen
yang akan menimbulkan uremia.
6. PENATALAKSANAAN
Reaksi pyrogen:
Pasien harus diselimuti dan bila mungkin berikan air hangat (minum). Reaksi pirogen biasanya tidak
begitu berbahaya.
Reaksi alergi :
1. Transfusi segera dihentikan.
2. Berikan epinefrin 1:1.000 sebanyak 0,5-1 ml subkutan (bila perlu berikan 0,5-0,2 ml IV setelah
diencerkan dulu.
3. Berikan antihistamin, misalnya difenhidramin 50 mg IM.
4. Preparat kortikosteroid parenteral.
Reaksi hemolitik
1. Hentikan transfusi.
2.Berikan diuretik untuk mencegah terjadinya nekrosis tubular akut.
3.Manitol 10% 10-15 menit diberikan sebanyak 1.000 ml.
4.Jika terdapat anuria, kemungkinan besar terjadi gagal ginjal. Pengobatan dilakukan terhadap gagal ginjal
akut. 5.Penting diperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit. Lakukan pemeriksaan ulang darah donor
dan resipien (cross-matched).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Kaji adanya reaksi alergi, mis: kemerahan, urtikaria (biduran) atau gatal-gatal menyeluruh, wheezing,
anafilaksis.
III. INTERVENSI
1. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan.
Tujuan : TV dipertahankan dalam parameter yang ada untuk mempertahankan perfusi sistemik.
Intervensi :
1) Monitor dan catat masukan dan haluaran.
2) Kaji dan laporkan tanda dan gejala hipovolemia: penurunan TD dan haluaran urin, takikardia,
kelemahan, nadi halus, keluhan haus, penurunan CVP, PCWP.
3) Observasi perdarahan dari selang dada.
4) Kolaborasi pemeriksaan laboratorium: Hb dan Ht tiap 4 jam sesuai indikasi.