LP Stroke Non Hemoragik
LP Stroke Non Hemoragik
DISUSUN OLEH:
ABDUSSALAM
NIM.201133001
VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Terapan Dan Profesi sebagai
Rujukan Nasional Berkualitas Global"
MISI
1. Menyelenggarakan Kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi Terapan dan
Profesi Kesehatan yang Berkualitas Global.
2. Menghasilakn Lulusan yang Berintelektualitas Tinggi, Berbudi Luhur dan
Mampu Bersaing Secara Global.
3. Mengembangkan Tata Kelola Perguruan Tinggi yang Mandiri Transparan
dan Akuntabel
4. Berperan Aktif dalam Kerjasama Pengembangan dan Peningkatan Sistem
Pendidikan Tinggi Kesehatan di Tingkat Global
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULER: STROKE NON HEMORAGIK
Abdussalam
NIM. 201133001
Pontianak, ,2021
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas Kuasa-Nya
yang telah memberikan segala nikmat dan kesempatan sehingga penyusunan
Laporan Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler: Stroke Non Hemoragik” dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini penulis telah melibatkan bantuan
moril dan material dari banyak pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas ini.
Dengan terselesaikannya Laporan Pendahuluan ini, perkenankan pula
saya untuk mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Didik Hariyadi, S.Gz M.Si., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Pontianak.
2. Ibu Ns. Nurbani, M.Kep., selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Pontianak.
3. Ibu Ns. Puspa Wardhani, M.Kep., selaku Ketua Prodi Profesi Ners Poltekkes
Kemenkes Pontianak.
4. Ibu Ns. Vonny Pratiwidilaga, S.Kep selaku pembimbing klinik.
5. Seluruh Dosen, Instruktur dan Staf Prodi Sarjana Terapan Keperawatan
Pontianak serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Pendahuluan ini
masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Untuk itu kritik dan saran dari
pembaca sangat diperlukan demi kesempurnaan Laporan Pendahuluan ini.
Semoga Laporan Pendahuluan ini bagi pembaca khususnya Mahasiswa
Poltekkes Kemenkes Pontianak dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran
mahasiswa di Prodi Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Pontianak.
Pontianak, 29 Maret 2021
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
VISI DAN MISI...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..........................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................vii
iv
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................21
v
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
vi
HalamanGambar 2.1 Pathway Post Operasi Dislokasi..........................................9
vii
1
BAB I
KONSEP DASAR
1
2
merokok, stress, gaya hidup, rusak atau hancurnya neuron motorik atas
(upper motor neuron), dan hipertensi (Murtaqib, dalam Hartanti, 2020).
2. Etiologi
Stroke non hemoragik terjadi karena tersumbatnya pembuluh
darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan
terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu penumpukan
kolesterol pada dinding pembuluh darah atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah ke otak (Pudiastuti, dalam
Sulistiyawati, 2020).
Stroke non hemoragik terjadi pada pembuluh darah yang
mengalami sumbatan sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah
pada jaringan otak, thrombosis otak, aterosklerosis dan emboli serebral
yang merupakan penyumbatan pembuluh darah yang timbul akibat
pembentukan plak sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang
dikarenakan oleh penyakit jantung, diabetes, obesitas, kolesterol,
merokok, stress, gaya hidup, rusak atau hancurnya neuron motorik atas
(upper motor neuron) dan hipertensi (Muttaqin, dalam Sulistiyawati,
2020).
Menurut Fransisca (2012), Stroke dapat disebabkan karena factor-
faktor berikut ini:
a. Penyumbatan pembuluh darah gumpalan darah (thrombus atau
embolus).
b. Robek atau pecahnya pembuluh darah.
c. Adanya penyakit-penyakit pada pembuluh darah.
d. Adanya gangguan susunan komponen darah
e. Kurangnya suplai oksigen yang menuju ke otak Faktor-faktor yang
menyebabkan stroke seperti usia, jenis kelamin, keturunan, dan
fakrot yang dapat diubah seperti hpertensi, penyakit jantung,
kolestrol tinggi, obesitas, diabetes mellitus, poliseternia, merokok
peminum alohol, obat-obatan terlarang, aktivitas yang kurang.
2
3
3. Klasifikasi
a. Stroke Haemorhagic (SH)
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada
daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas
atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran
pasien umumnya menurun.
b. Stroke Non Haemorhagic (SNH)
Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi
hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan selanjutnyadapat timbul edema sekunder
4. Manifestasi Klinis
Jenis stroke yang berbeda bisa menyebabkan gejala yang sama
karena masing-masing mempengaruhi aliran darah diotak. Satu-satunya
cara untuk menentukan jenis stroke yang mungkin dihadapi adalah
dengan mendapatkan pertolongan medis seperti dilakukan CT-Scan
untuk membaca keadaan otak. National Stroke Association
merekomendasikan metode FAST untuk membantu mengindentifikasi
tanda dan gejala stroke
a. F (face/wajah) saat tersenyum, apakah satu sisi wajah turun kebawah
(senyum mencong) / ada rasa baal disekitar mulut?
b. A (Arms/lengan) bila mengakat kedua lengan, apakah satu lengan
terkulai lemas jatuh kebawah?
c. S (speech/bicara) apakah ucapan tidak jelas, suara
pelo/parau/cadel/sengau, apakah ada perubahan dari volume suara,
apakah sulit untuk bicara.
d. T (Time/waktu) jika mengalami gejala ini segera pergi kerumah
sakit terdekat, hal ini diperlukan agar dapat menerima perawatan
diunit stroke rumah sakit dalam waktu 3 jam sejak kedatangan.
3
4
5. Komplikasi
Menurut Satyanegara (2011) komplikasi berdasarkan waktu
terjadinya stroke sebagai berikut:
a. Dini (0-48 jam pertama)
Dapat menyebabkan Edema Serebri. Defisit neurologis cenderung
memberat, dapat mengakibatkan peningkatan TIK, herniasi dan
akhirnya menimbulkan kematian. Infark miokard adalah penyebab
kematian mendadak pada stroke stadium awal.
b. Jangka Pendek (1-14)
Pneumonia akibat mobilisasi lama, Infark miokard, Emboli paru,
cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, sering kali terjadi pada saat
penderita mulai mobilisasi, Stroke rekuren : dapat terjadi setiap saat
c. Jangka panjang (>14hari)
Stroke rekuren, Infark Miokard, Gangguan Vaskuler lain: penyakit
vaskuler perifer
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Fransisca (2013), pemeriksaan yang dapat dilakukan pada
pasien stroke sebagai berikut:
4
5
7. Penatalaksanaan Medis
a. Non pembedahan
1) Terapi antikoagulan Kontra indikasi pemberian terapi
antikoagulan pada klien dengan riwayat ulkus, eremia dan
kegagalan hepar. Sodium heparin diberikan secara subkutan atau
melalui IV drip.
2) Phenytonin (Dilantin) dapat digunakan untuk mencegah kejang.
3) Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih
dulu menghancurkan trombotik dan embolik.
5
6
6
BAB II
WEB OF CAUSATION (WOC)
A. Web Of Causation
9
B. Patofisiologi
Setiap kondisi yang meyebabkan perubahan perfusi darah pada otak
yang menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama dapat
menyebakan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat
kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan
defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat
menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak.
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak mana
yang terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan pembuluh
darah otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling sering mengalami
iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis interna. Defisit fokal
permanen dapat diketahui jika klien pertama kali mengalami iskemik otak
total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau
emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan okigen dalam satu menit dapat menunjukan gejala yang dapat
pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam
waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron.
Area yang mengalami nekrosis disebut infark.
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada
metabolisme sel-sel neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan
glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan
oksigen yang terdapat pada arteri-arteri menuju otak. Perdarahan intrakranial
termasuk perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak
sendiri. Hipertensi mengakibatkan timbulnya penebalan dan degeneratif
pembuluh darah yang menyebabkan rupturnya arteri serebral sehingga
perdarahan menyebar dengan cepat dan menimbulkan perubahan setempat
serta iritasi pada pembuluh darah otak. Perdarahan biasanya berhenti karena
pembentukan trombus oleh fibrin trombosit dan oleh tekanan jaringan.
Setelah 3 minggu, darah mulai direabsorbsi.
12
13
Ruptur ulangan merupakan resiko serius yang terjadi sekitar 7-10 hari
setelah perdarahan pertama. Ruptur ulangan mengakibatkan terhentinya aliran
darah kebagian tertentu, menimbulkan gegar otak dan kehilagan kesadaran,
peningkatan tekanan cairan serebrospinal (CSS), dan menyebabkan gesekan
otak (otak terbelah sepanjang serabut). Perdarahan mengisi ventrikel atau
hematoma yang merusak jaringan otak. Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi
vena, adanya edema dapat meningkatkan tekanan intrakranial yang
membahayakan jiwa dengan cepat. Peningkatan tekanan intrakranial yang
tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebellum. Disamping itu,
terjadi bradikardia, hipertensi sistemik, dan gangguan pernafasan. Darah
merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi hemodialisa, darah dapat
mengiritasi pembuluh darah, menigen, dan otak. Darah dan vasoaktif yang
dilepas mendorong spasme arteri yang berakibat menurunnya perfusi serebral.
Spasme serebri atau vasospasme biasa terjadi pada hari ke-4 sampai ke-10
setelah terjadinya perdarahan dan menyebabkan vasokonstriksi arteri otak.
Vasospasme merupakan kompikasi yang mengakibatkan terjadinya penurunan
fokal neurologis, iskmik otak dan infark (Fransisca B. Batticaca, 2008).
14
BAB III
PROSES KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Meliputi: Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
diagnosa medis, no register dan tanggal MRS.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Serangan stroke hemoragik sering kali berlangsung sangat mendadak,
pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala,
mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan
separuh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. Adanya penurunan
atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan perubahan di dalam
intracranial.Keluahan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai
perkembangan penyakit dapat terjadi letargi, tidak responsive dan koma.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes mellitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif dan kegemukan. Pengkajian obat-obatan yang sering digunakan
klien seperti pemakaian obat anti hipertensi, anti lipidemia, penghambat
beta dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan
penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini dapat
mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan
data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan
selanjutnya.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
15
9. Integritas Ego
Gejala: perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.
Tanda: emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan
gembira, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
10. Eliminasi
Gejala: perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urine, anuria.
Distensi abdomen (distensi kandung kemih berlebihan), bising usus
negatif (ileus paralitik)
11. Makanan/cairan
Gejala: nafsu makan hilang, mual munta selama fase akut (peningkatan
TIK), kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, dan tenggorokkan,
disfagia, adanya riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
Tanda: esulitan menelan (gangguan pada reflek palatum dan faringeal),
obesitas (faktor risiko).
12. Neurosensori
Pemeriksaan 12 Saraf kranial:
a. Saraf Olfaktorius (N. I)
Fungsi: saraf sensorik, untuk penciuman
Cara pemeriksaan: anjurkan klien menutup mata dan uji satu persatuan
hidung klien kemudian anjurkan klien untuk mengidentifikasi
perbedaan bau-bauan yang diberikan. (seperti teh atau kopi).
b. Saraf Optikus (N. II)
Fungsi: saraf sensorik, untuk penglihatan.
Cara pemeriksaan: dengan snellen cart pada jarak 5-6 meter dan
pemeriksaan luas pandang dengan cara menjalankan sebuah benda
dari samping ke depan (kanan dan kiri, atas kebawah).
c. Saraf Okulomotorius (N. III)
Fungsi: saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata dan kontraksi
pupil.
17
B. Diagnosa keperawatan
1. D.0017 Pola Nafas Tidak Efektif
2. D.0054 Gangguan mobilitas fisik
3. D.0017 Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
4. Defisit Nutrisi
C. Perencanaan keperawatan
Tabel 3.1 Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Luaran
SLKI
1. D.0077 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan
berhubungan dengan diharapkan tingkat nyeri menurun dan kontrol
agen pendera fisik nyeri meningkat dengan kriteria hasil:
(prosedur operasi) 1. Tidak mengeluh nyeri
2. Tidak meringis
3. Tidak bersikap protektif
4. Tidak gelisah
5. Tidak mengalami kesulitan tidur
6. Frekuensi nadi membaik
19
D. Intervensi keperawatan
Tabel 3.2 Intervensi Keperawatan
Intervensi
Diagnosa Keperawatan
SIKI
Menejemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
(I. 06198)
Observasi
1. Identifikasi penyebab peningkatan
TIK (mis. Lesi, gangguan metabolisme, edema
serebral)
2. Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis.
Tekanan darah meningkat, tekanan nadi
melebar, bradikardia, pola napas ireguler,
kesadaran menurun)
3. Monitor MAP (Mean Arterial Pressure)
4. Monitor CVP (Central Venous Pressure), jika
perlu
5. Monitor PAWP, jika perlu
6. Monitor PAP, jika perlu
7. Monitor ICP (Intra Cranial Pressure), jika
tersedia
20
Edukasi
1. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
Dukungan Nyeri Akut:
Manajemen Nyeri
Observasi
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
21
perawatan luka
2. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotik
1. Definisi
Guided imagery adalah metode relaksasi untuk menghayalkan
tempat dan kejadian berhubungan dengan rasa relaksasi yang
menyenangkan. Khayalan tersebut memungkinkan klien memasuki
keadaan atau pengalaman relaksasi. Guided imagery menggunakan
imajinasi seseorang dalam suatu yang dirancang secara khusus untuk
mencapai efek positif tertentu. Imajinasi bersifat individu dimana individu
menciptakan gambaran mental dirinya sendiri, atau bersifat terbimbing
(Astuti, 2018).
Guided imagery adalah program mengarahkan pikiran dengan
memandu imajinasi seseorang terhadap situasi santai, fokus pada kondisi
untuk mengurangi stres dan meningkatkan kenyamanan dan suasana hati
(Gail W. Stuart, 2016).
2. Etiologi
Guided imagery atau imajinasi terbimbing merupakan penciptaan
khayalan pasien dengan tuntunan dari pemberian pelayanan keperawatan
untuk mendorong pasien memvisualisasikan atau memikirkan
pemandangan atau situasi yang disenangi pasien. Tehnik guided imagery
(imajinasi terbimbing) dapat membantu pasien menstimulasi produksi
endorfin dalam sistem descending control. Sistem descending control
adalah suatu sistem serabut yang berasal dari otak bagian bawah dan
bagian tengah (terutama perlaqueductal gray matter) dan berakhir pada
23
REFERENSI
DAFTAR PUSTAKA