Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang, untuk memakai tanah
yang diberikan kepada orang dan badan hokum. Pada dasarnya tujuannya
memakai tanah (secara universal) adalah untuk memenuhi 2 (dua) jenis
kebutuhan, yaitu :
a. Untuk diusahakan, misalnya usaha pertanian, perkebunan, perikanan
(tambak) atau peternakan
b. Untuk tempat membangun sesuatu (wadah), misalnya untuk mendirikan
bangunan, perumahan, Rumah Susun (gedung bangunan bertingkat), Hotel,
Proyek Pariwisata, Pabrik, Pelabuhan dan lain-lainnya.
Setiap hak atas tanah memberikan kewenangan memakai suatu bidang tanah
tertentu, untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Kewenangan memakai dalam
arti menguasai, menggunakan dan mengambil manfaat dari suatu dari suatu
bidang tanah tertentu yang dihaki. Dalam rangka memakai tanah
mengandung kewajiban untuk memelihara tanah termasuk menambah
kesuburannya serta mencegah kerusakannya (Pasal 15 UUPA).
Pemakaian tanah tersebut harus sesuai dengan tujuan pemberian dan isi hak
atas tanahnya serta menurut peruntukkannya sebagaimana ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku di Daerah yang bersangkutan
(Kabupaten/Kota).
Karena pengertian tanah adalah permukaan bumi (Pasal 1 ayat 4 dan Pasal 4
ayat 1 UUPA), pemakaiannya untuk keperluan apapun, selalu meliputi
penggunaan sebagian tubuh bumi dibawahnya dan sebagian ruang
diatasnya, sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Sedang ruang diatas tanah dan tubuh bumi bukan milik pemegang hak,
namun boleh digunakan oleh setiap pemegang hak dalam rangka memenuhi
keperluannya atau tujuannya menggunakan tanah yang bersangkutan.
UUPA menetapkan 4 (empat) jenis hak atas tanah untuk keperluan pribadi
maupun untuk kegiatan usaha. Untuk keperluan pribadi perorangan warga
Negara Indonesia adalah Hak Milik (Pasal 20 s/d 27 UUPA). Sedang untuk
keperluan usaha adalah Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak
Pakai. Dan Hak Pakai dapat pula digunakan untuk keperluan khusus.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Itu Hak Atas Tanah Yang Bersifat Tetap ?
2. Apa itu Hak Atas Tanah Yang Bersifat Sementara ?
3. Apa itu Hak Atas Tanah Yang Ditentukan Kemudian ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hak Yang Bersifat Tetap ( Pasal 16 UUPA )
1
Artinya hak atas tanah akan tetap ada selama UUPA masih berlaku atau
belum dicabut dengan UU yang baru.

> MACAM- MACAM HAK ATAS TANAH YANG BERSIFAT TETAP


A.      Hak Milik
Hak milik dalam pasal 20 UUPA ayat (1) menyatakan Hak Milik
adalah hak turun temurun, terkuat, dan terpenuh dan dapat dipunyai orang
atas tanah dengan mengingat ketentuan dalam pasal 6.

  Turun temurun artinya dapat diwariskan selamanya karena tidak ada


jangka waktu tertentu yang membatasinya.
  Terkuat artinya harus didaftarkan sehingga memperoleh sertifikat dan
paling terkuat dibandingkan hak lain karena jangka waktu yang tidak
terbatas dan tidak dapat dihapus.
  Terpenuh artinya dalam mempergunakan atau memanfaatkan tanah tidak
ada batasnya.

Ciri-ciri Hak Milik

  Hak yang terkuat dalam arti didaftarkan berdasarkan PP No10 Tahun 1961
  Dapat dijadikan jaminan hutang hak milik
  Dapat diwakafkan dengan PP 28/1977 dalam hal wakaf berbeda dengan
peraturan tanah lainnya
  Dapat dilepaskan secara sukarela, yang termasuk dalam kategori ini
berarti dibebaskan
  Dapat digadaikan atau jual tanah

1
Sumber hak atas tanah bersifat tetap :
http://hasyimsoska.blogspot.co.id/2011/05/hak-hak-atas-tanah-menurut-uupa-dan-pp.html?m=1
  Dapat beralih dan dialihkan, dapat beralih karena peristiwa hukum
contohnya kematian, perkawinan tanpa campur harta.
  Dapat dialihkan karena perbuatan hukum contohnya jual beli, hibah, tukar
menukar, dan pewarisan yang setelah 6 bulan meninggal harus dialihkan
haknya .
  Dapat menjadi hak induk tetapi tidak dapat berinduk kepada hak lain pada
dasarnya hak milik berasal dari tanah Negara.

Subyek Hak Milik

Pada azasnya hak milik hanya diperbolehkan untuk WNI saja/ Hak
perorangan bukan untuk badan hukum sebab:
a.       Untuk badan hukum tidak perlu hak milik
b.      Badan hukum biasanya mempunyai kedudukan ekonominya kuat,
sehingga dikhawatirkan akan menguasai tanah yang luas, sebab itu badan
hukum dilarang untuk menguasai hak milik kecuali badan hukum yang
berdasar pada PP 38/63:

  Bank-Bank pemerintah
  Koperasi pertanian
  Badan-Badan sosial yang ditnjuk departemen sosial
  Badan-badan keagamaan yang ditunjuk departemen agama

Hapusnya Hak Milik

Didalam Pasal 27 UUPA dijelaskan bahwa , Hak milik hapus bila:


a.       Tanahnya jatuh kepada Negara
1.       Karena pencabutan hak berdasarkan pasal 18
2.       Karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya
3.       Karena ditelantarkan
4.       Karena ketentuan pasal 21 ayat (3) dan pasal 26
b.      Tanahnya Musnah

Terjadinya Hak milik Tanah

1.       Atas dasar ketentuan Hukum adat (PP)


2.       Atas dasar permohonan (Peraturan pemerintah)
3.       Atas dasar ketentuan Undang-Undang (Konversi)

B.      Hak Guna Usaha


Sesuai dengan pasal 28 ayat (1) UUPA, Pengertian Hak Guna Usaha
(HGU) yaitu Hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh
Negara, dalam jangka waktu tertentu guna perusahaan pertanian, perikanan,
dan peternakan. Dimana:
         Batas waktunya yaitu 25-35 tahun dan dapat diperpanjang lagi (pasal 29
UUPA)
         Luasnya yaitu minimal 5 ha dan maksimal 25-30 ha
         Tidak semua usaha dapat mengauasai hak guna usaha , hanya yang
punya prospek yang bagus
         Hal yang penting dari pengertian:
Tujuannya, tidak untuk bangunan kalaupun untuk bangunan hanya untuk
usaha pemanfaatan hak guna bangunan:

1.       Tanahnya adalah tanah Negara , bukan dari hak milik karena luas tanah
hak milik terbatas.

2.       Tanah pertanian harus sesuai dengan Pasal 10


Ciri-cirinya

  Kuat dalam arti didaftarkan menurut UUPA yaitu tanah hak milik, hak
guna usaha dan hak guna bangunan
  Dapat dijaminkan
  Dapat beralih dan dialihkan
  Dapat diwariskan/ diperjual belikan
  Peralihannya melalui PPAT khusus untuk menghindari jatuhnya hak guna
usaha ke tangan orang yang tidak berhak.
  Usaha-usaha tertentu
  Dapat dilepaskan
  Jangka waktu tertentu

Cara Terjadinya

1.       Penetapan pemerintah/ permohonan


2.       Konversi
3.       Perjanjian berasal dari hak milik

Hapusnya Hak Guna Usaha terdapat pada pasal 34 UUPA yaitu:


a.       Jangka waktunya berakhir
b.      Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena suatu syarat tidak
dipenuhi
c.       Dilepaskan oleh pemegang Haknya sebelum jangka waktunya berakhir
d.      Dicabut untuk kepentingan umum
e.      Ditelantarkan
f.        Tanahnya musnah
g.       Ketentuan dalam pasal 30 ayat (2)

Subyek Hukum Hak Guna Usaha Lebih luas dari Hak milik, yaitu:
  WNI (Warga Negara Indonesia)
  Badan hukum yang tidak bertentangan dengan PP No 38/1963 yaitu badan
hukum Indonesia dimana badan hukum tersebut harus badan hukum modal
nasional progresif yang berorientasi untuk kepentingan Nasional/rakyat
banyak.
C.      Hak Guna Bangunan

Pada pasal 35 ayat (1) UUPA menyatakan bahwa HGB adalah hak untuk
mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan
miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. Jangka waktu
perpanjan adalah 30 tahun + 20 tahun = 50 tahun.
Tujuannya yaitu mendirikan/mempunyai bangunan diatas tanah yang bukan
tanahnya sendiri , tanah yang dimiliki sekedarnya. Asal tanah bisa berasal
dari tanah Negara dan tanah hak milik.

Ciri-Ciri Hak Guna Bangunan

  Kuat dalam arti didaftarkan


  Dapat beralih dan dialihkan
  Dapat diperjualbelikan
  Dapat diwariskan, tergantung sisa jangka waktu
  Waktu terbatas
  Dapa dijadikan tanggungan
  Dapat sukarela dilepas

Subyek Hak Guna Bangunan

Yang menjadi subyek hukum disini sama dengan hak guna usaha yaitu
WNI dan Badan Hukum.

Cara Terjadinya Hak Guna Bangunan :

  Bila tanah Negara dengan penetapan pemerintah


  Bila hak milik dengan perjanjian, atau bisa juga dengan konversi
Hapusnya Hak Guna Bangunan
a.       Jangka waktunya berakhir
b.      Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena suatu syarat tidak
dipenuhi
c.       Dilepaskan oleh pemegang Haknya sebelum jangka waktunya berakhir
d.      Dicabut untuk kepentingan umum
e.      Ditelantarkan
f.        Tanahnya musnah
g.       Ketentuan dalam pasal 36 ayat (2)

D.      Hak Pakai


Sesuai pasal 41 ayat (1) UUPA Hak Pakai adalah Hak untuk menggunakan
dan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara /
milik orang lain yang member wewenang dan kewajiban yang ditentukan
dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang
memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik tanah.

Perlu diketahui bahwa:


  Asal tanah adalah berasal dari tanah Negara
  Wewenang dan kewajiban
         hak milik yaitu diberikan dengan perjanjian
         tanah Negara yaitu ditentukan dalam keputusan pemberiannya
  bebas penggunaannya
  bukan sewa menyewa, karena dengan sewa menyewa tipis perbedaannya

Tujuan penggunaan:
  tanaman
  bangunan
Ciri-ciri Hak pakai:
  Sementara kurang lebih 10 tahun, sesuai keperluan dan diberikan kepada
pihak-pihak tertentu yang menunggu hak yang diinginkan
  Kuat dalam arti didaftarkan
  Dasar hukumnya PMA No 1/66
  Dapat beralih dan dialihkan
  Tidak dapat diwariskan
  Tidak dapat dijaminkan, tetapi sekarang dapat dijaminkan dengan
memperhatikan jangka waktu (1 tahun) dan tingkat jaminan.
  Dapat dilepaskan

Subyek:
  WNA/ BAdan Hukum Asing (pasal 42)

Cara terjadinya:
  Konversi yaitu Hak barat dan hak eigendom
  Perjanjian, tidak ada ketentuannya/ bebas
  Ketentuan pemerintah
  Surat perjanjian pemberian hak oleh daerah otonom dengan dasar hukum
hak pengelolaan yang diberikan kepada pihak yang mengandung unsure
publik yang akan dialihkan kepada pihak ke-3.

Hapusnya Hak Pakai sesuai pasal 43 UUPA yaitu:


  Waktu berakhir
  Dihentikan sebelum waktunya dilepas
  Dicabut
  Dilepas
E.       Hak Sewa
Yang dimaksud adalah hak sewa untuk bangunan. Menurut pasal 44 dan
45 pengertian hak sewa adalah hak untuk menggunakan tanah milik orang
lain untuk keperluan bangunan dengan membayar kepada pemiliknya
sejumlah uang untuk sewa.
Tujuannya adalah untuk mempergunakan untuk bangunan. Asalnya yaitu
tanah yang berasal dari tanah hak perorangan karena Negara tidak bisa
menyewakan tanah .

Ciri-ciri Hak Sewa

  Waktu terbatas dan tergantung perjanjian


  Sifatnya pribadi, tidak dapat dialihkan kecuali dengan ijin pemiliknya
melalui perjanjian
  Dapat berakhir dengan matinya penyewa
  Jika dialihkan hubungan sewa tidak putus
  Tidak dapat dijaminkan
  Tidak dapat didaftarkan
  Dapat dilepaskan secara sukarela
Luas dan waktu tidak ada ketentuannya

Subyek Hak sewa yaitu WNA dan badan hukum asing


Hapusnya Hak sewa:

  Waktunya berakhir
  Dihentikan sebelum waktunya berakhir
  Dilepas
  Dicabut
F.       Hak membuka dan memungut hasil hutan
Merupakan perwujudan yang diangkat dari hak ulayat/ hak adat. Orangnya
tidak otomatis menguasai dan memiliki tanah tersebut, bisa menjadi hak atas
tanah dengan proses tertentu . Terdapat dalam Pasal 46 UUPA.

Subyek Hukumnya:
WNI dengan syaratnya:
  Ijin dari kepala adat desa untuk yang kurang dari 2 ha
  Ijin dari bupati/kantor kepala pertanahan untuk tanah 2-10 ha
  Ijin dari gubernur untuk tanah yang lebih dari 10 ha-50 ha.

G.     Hak Guna Air pemeliharaan dan penangkapan ikan


Dalam pasal 47 ayat (1) Hak guna air adalah hak memperoleh air untuk
keperluan tertentu dan atau mengalirkan air itu diatas tanah orang lain. Hak
guna air serta pemeliharaan dan penangkapan ikan dengan peraturan
pemerintah.

H.     Hak guna ruang angkasa


Terdapat dalam pasal 48 UUPA . Hak guna ruang angkasa member
wewenang untuk mempergunakan tenaga dan unsur-unsur dalam ruang
angkasa member wewenang untuk mempergunakan tenaga dan unsur-unsur
dalam ruang angkasa guna usaha usaha memelihara dan
memperkembangkan kesuburan bumi, air serta kekayaan alam yang
terkandung didalamnya dan hal-hal lainnya yang bersangkutan dengan itu.

I.        Hak untuk keagamaan dan social


Terdapat dalam pasal 49, dimana hak milik tanah-tanah keagamaan dan
social sepanjang digunakan untuk usaha dalam bidang keagamaan dan
social, diakui dan dilindungi. BAdan badan ini juga dijamin akan
memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan dan usahanya dalam bidang
keagamaan dan sosial.
2. 2
HAK ATAS TANAH YANG BERSIFAT SEMENTARA ( PS.53
UUPA)
Artinya bahwa hak atas tanah ini bersifatnya sementara, dalam
waktu yang singkat akan dihapus karena mengandung sifat-sifat
pemerasan dan bertentangan dengan jiwa UUPA.

> MACAM – MACAM HAK ATAS TANAH YANG BERSIFAT


SEMENTARA
A. Hak Gadai tanah pertanian
Macamnya yaitu:
1.       Hak gadai yang timbul dari hukum adat
2.       Hak gadai yang timbul akibat hubungan hukum antara seseorang
dengan tanah milik orang lain yang telah menerima uang gadai dari padanya
dan hubungan ini timbul karena jual gadai.
Dalam UU 56 Perpu 1960: HAk gadai dapat diperoleh kembali bila dalam
jangka waktu 7 tahun tidak dapat menebusnya .
Ciri-cirinya:
  Jangka waktu terbatas, tergantung penebusan/kurang dari 7 tahun
  Dapat diwariskan selama belum ditebus
  Dapat dibebani hak lain yaitu hak bagi hasil dan hak sewa
  Dapat dialihkan dengan persetujuan pemilik dengan hubungan tetap yaitu
gadai.
  Sesaat akan hapus
  Didaftarkan
  Uang gadai dapat ditambah
Luasnya sesuai dengan batas maksimal. Subyeknya yaitu WNI.
Cara terjadinya yaitu:
  Perjanjian
Hapusnya Hak ini:

2
sumber hak atas tanah bersifat sementara :
http://hasyimsoska.blogspot.co.id/2011/05/hak-hak-atas-tanah-menurut-uupa-dan-pp.html?m=1
yaitu sama dengan hak lainnya. Yang penting putusan pengadilan dalam
rangka menyelesaikan hak gadai. Dan jangka waktunya 7 tahun.

B. Hak Usaha bagi Hasil tanah pertanian


Berasal dari hukum adat. Pengertiannya yaitu hak untuk
menyelesaikan usaha pertanian atas tanah orang lain yang hasilnya dibagi
diantara mereka menurut imbangan kesepakatan . Contohnya seseorang
yang mempunyai tanah tetapi tidak bisa mengerjakan sendiri sehingga
menyuruh orang lain untuk mengerjakannya. Jangka waktunya ditentukan
oleh pemilik tanah.

Tujuannya sesuai dengan UU No 2/1960 (sebelum UUPA):


  Pembagian hasil atas dasar yang adil sesuai dengan hak dan kewajiban
  Mengatur hak dan kewajiban pemilik dan penggarap sehingga penggarap
terjamin kedudukannya contohnya tentang jangka waktu.
  Sesuai dengan hal diatas akan memberikan dorongan bekerja pada
penggarap.

Aturan-aturan baru UU No 2/1960 (yang memihak kepada pihak yang


lemah):

  Luasnya yaitu maksimal 3 ha termasuk tanah sendiri yang tujuannya untuk


menghindari monopoli tanah.
  Jangka waktu nya yaitu Tanah kering minimal 5 tahun tanaman dan tanah
sawah minimal 3 tahun tanaman.
  Perjanjiannya harus dibuat dihadapan kepala desa dengan cara tertulis
dengan menghadirkan 2 saksi dan tiap bulan kepala desa akan melaporkan
ke pihak yang lebih tinggi.
  Hapusnya Hak ini yaitu waktunya berakhir dan dicabut.
  Pembagian
Padi disawah = 1:1
Palawija disawah dan tanaman di tanah kering= 2:1
Serta harus memperhatikan bagi hasil didaerah tersebut.

C. Hak Menumpang
Hak menumpang adalah Hak yang mengijinkan seseorang untuk
mendirikan serta menempati rumah diatas pekarangan orang lain dengan
tidak membayar kepada pemilik pekarangan tersebut. Hak ini merupakan
hak adat. Pengetian secara umum adalah hak pakai yang sangat lemah
terutama kedudukan pemegang hak ini terhadap tanah yang dikuasai.
Timbulnya yaitu apabila seseorang yang berasal dari desa lain
kemudian tinggal di satu desa tapi tidak punya tanah sehingga
diperbolehkan punya hak pekarangan dengan tujuan untuk mendirikan
bangunan, dan didalamnya tidak ada uang sewa.
Hal yang terpenting adalah:
  Mengandung sifat pribadi ganti rugi (tukon tali), yang merupakan ongkos
yang diberikan kepada pemilik tanah.
  Dapat diwariskan sepanjang diijimkam oleh pemilik asal untuk menguasai
tanah tersebut
  Tidak boleh mengalihkan
Hapusnya Hak ini sama dengan yang ada pada hak lain.

D. Hak sewa tanah Pertanian


Hak sewa tanah pertanian adalah hak untul mengusahakan tanah
pertanian orang lain dengan jalan membayar sewa (terutama tanah hak
pengelolaaan)
Azas yang penting adalah perjanjian tentang:
  Jangka waktu
  Luasnya harus sesuai dengan batas maksimal
  Tujuan penggunaannya yaitu sawah atau tanah kering, tanaman,
perikanan, peternakan.
  Uang sewa berupa uang dan hasil usaha tanah pertanian
3. 3
HAK ATAS TANAH YANG DITENTUKAN KEMUDIAN

MACAM-MACAM HAK ATAS TANAH YANG DITENTUKAN


KEMUDIAN HARI

A.      Hak Pengelolaan

Hak pengelolaan yaitu hak yang diberikan kepada subyek hukum


dan yang akan mengalihkan kepada pihak ketiga dan harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Menurut PMDN No 5/74 pengertian hak
pengelolaan yaitu hak yang memberikan wewenang untuk:

  Merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah yang bersangkutan


  Menggunakan tanah tersebut untuk keperluan pelaksanaan usahanya.
  Menyerahkan bagian-bagian dari tanah itu kepada pihak ketiga menurut
persyaratan yang ditentukan oleh perusahaan pemegang hak tersebut yang
meliputi segi-segi peruntukan, penggunaan, jangka waktu dan keuangannya.
Dengan ketentuan bahwa pemberian hak atas tanah kepada pihak ke tiga
dilakukan oleh pejabat yang berwenang.
Hak pengelolaan merupakan hak dikuasai oleh Negara dalam bentuk
kecil, oleh karena itu subyek terkecil adalah:

  Departemen
  Instansi pemerintah
  Badan hukum tertentu
  Real estate

Bentuk hak atas tanah yang dapat diberikan yaitu:

  Hak milik
  Hak Guna Bangunan
  Hak Pakai, pada dasarnya hak pakai pada hak pengelolaan itu dilarang,
namun pada prakteknya hak pakai ini menimbulkan hak sewa, hak
pengelolaan tersebut diberikan dalam bentuk:

  Surat Merah : akan didirikan bangunan pemerintah


  Surat Hijau : menandakan hak milik, hak guna bangunan
  Surat kuning
  Surat putih

Ciri-ciri Hak pengelolaan yaitu:


         Mempunyai segi hukum publik disamping segi hukum perdata
karenanya tidak diberikan kepada perorangan dan badan hukum dengan
dasar hukum PMA No. 1 1966 dan PP 10/61.
3
sumber hak atas tanah yang ditentukan kemudian
http://ianbachruddin.blogspot.co.id./2011/11/hak-atas-tanah-yang-diatur-oleh-uupa-no.html?m=1
         Sesuai dengan tujuan pemberiannya maka tidak dapat dialihkan kepada
pihak lain.

Jangka waktu dan luas tidak ada ketentuannya, selama tidak diperlukan.

Subyek dari Hak pengelolaan yaitu:

Berdasarkan PMDN 5/73 pasal 29, yaitu:        


 Departemen
 Jabatan pemerintah
 Perusahaan yang ditunjuk pemerintah

Cara terjadinya yaitu:

 Konversi, berasal dari hak barat (hak Beher) yaitu hak yang dimiliki oleh
pemerintah daerah yang tujuannya akan dialihkan kepada pihak ke 3 dan
yang bersangkutan yang mendaftarkan tanahnya.
 Penetapan pemerintah, subyeknya yang mengajukan permohonan
 Uang pemasukan yang diberikan jika tanah berasal dari tanah Negara
langsung
 Uang administrasi jika berasal tanah dari tanah Negara tidak langsung

Dapat dibebani hak lain yaitu hak milik, hak guna bangunan, dan hak pakai.

Hapusnya Hak pengelolaan yaitu dilepas dan dicabut.

C. Hak Pengusahaan Hutan

Hak pengusahaan Hutan adalah hak yang memberikan wewenang kepada


pemegangnya untuk:
 Menebang kayu yang terdapat dalam areal hutan tertentu
 Mengangkut dan memasarkannya.

Bagi pemegang hak pengusahaan hutan ada surat khusus.

 Batas minimal diameter pohon yang akan ditebang


 Pemasukan bagi Negara atas tanah
 Luasnya dibatasi
 Dilaksanakan seluruhnya secara merata, tidak sebagian sebagian
 Disertai dengan usaha penanaman kembali.

Hak dan Kewajiban:


 Membayar royalti.
 Wajib melaksanakan sendiri hak hak pengusahaan hutan
 Wajib mendirikan atau membangun sendiri prasarana yang berkaitan
dengan hak pengusahaan hutan contohnya jalan, dan kantor.
 Masih tetap memperbolehkan masyarakat adat didaerah tersebut untuk
mengusahakan tanah di hutan itu.
 Wajib memperbolehkan mereka yang punya hak pengusahaan
pertambangan untuk melakukan usaha pertambangan di areal hutan tersebut.

Jangka waktunya yaitu 20 tahun,Luas 10 ribu hektar.

Subyek Hak ini yaitu:

 Dapat diberikan kepada:


 Perusahaan Negara
   Perusahaan daerah
 Perusahaan swasta, bermodal nasional/ PMA

Cara terjadinya: Dengan peraturan pemerintah tidak dapat dibebani jaminan


hapusnya:

 Jangka waktu berakhir


 Habis dan tidak diperpanjang
 Dilepas oleh pemiliknya
 Dicabut karena melanggar ketentuan
KESIMPULAN

Hak pembagian hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada

seseorang yang mempunyai hak untuk mempergunakan atau mengambil manfaat

atas tanah tersebut.Di dalam pelaksanaannya banyak terdapat masalah-masalah

akibat ketidaktahuan atau ketidakmengertian masyarakat terhadap hak-hak atas

tanah.

Anda mungkin juga menyukai