Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang, untuk memakai tanah
yang diberikan kepada orang dan badan hokum. Pada dasarnya tujuannya
memakai tanah (secara universal) adalah untuk memenuhi 2 (dua) jenis
kebutuhan, yaitu :
a. Untuk diusahakan, misalnya usaha pertanian, perkebunan, perikanan
(tambak) atau peternakan
b. Untuk tempat membangun sesuatu (wadah), misalnya untuk mendirikan
bangunan, perumahan, Rumah Susun (gedung bangunan bertingkat), Hotel,
Proyek Pariwisata, Pabrik, Pelabuhan dan lain-lainnya.
Setiap hak atas tanah memberikan kewenangan memakai suatu bidang tanah
tertentu, untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Kewenangan memakai dalam
arti menguasai, menggunakan dan mengambil manfaat dari suatu dari suatu
bidang tanah tertentu yang dihaki. Dalam rangka memakai tanah
mengandung kewajiban untuk memelihara tanah termasuk menambah
kesuburannya serta mencegah kerusakannya (Pasal 15 UUPA).
Pemakaian tanah tersebut harus sesuai dengan tujuan pemberian dan isi hak
atas tanahnya serta menurut peruntukkannya sebagaimana ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku di Daerah yang bersangkutan
(Kabupaten/Kota).
Karena pengertian tanah adalah permukaan bumi (Pasal 1 ayat 4 dan Pasal 4
ayat 1 UUPA), pemakaiannya untuk keperluan apapun, selalu meliputi
penggunaan sebagian tubuh bumi dibawahnya dan sebagian ruang
diatasnya, sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Sedang ruang diatas tanah dan tubuh bumi bukan milik pemegang hak,
namun boleh digunakan oleh setiap pemegang hak dalam rangka memenuhi
keperluannya atau tujuannya menggunakan tanah yang bersangkutan.
UUPA menetapkan 4 (empat) jenis hak atas tanah untuk keperluan pribadi
maupun untuk kegiatan usaha. Untuk keperluan pribadi perorangan warga
Negara Indonesia adalah Hak Milik (Pasal 20 s/d 27 UUPA). Sedang untuk
keperluan usaha adalah Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak
Pakai. Dan Hak Pakai dapat pula digunakan untuk keperluan khusus.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Itu Hak Atas Tanah Yang Bersifat Tetap ?
2. Apa itu Hak Atas Tanah Yang Bersifat Sementara ?
3. Apa itu Hak Atas Tanah Yang Ditentukan Kemudian ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hak Yang Bersifat Tetap ( Pasal 16 UUPA )
1
Artinya hak atas tanah akan tetap ada selama UUPA masih berlaku atau
belum dicabut dengan UU yang baru.
Hak yang terkuat dalam arti didaftarkan berdasarkan PP No10 Tahun 1961
Dapat dijadikan jaminan hutang hak milik
Dapat diwakafkan dengan PP 28/1977 dalam hal wakaf berbeda dengan
peraturan tanah lainnya
Dapat dilepaskan secara sukarela, yang termasuk dalam kategori ini
berarti dibebaskan
Dapat digadaikan atau jual tanah
1
Sumber hak atas tanah bersifat tetap :
http://hasyimsoska.blogspot.co.id/2011/05/hak-hak-atas-tanah-menurut-uupa-dan-pp.html?m=1
Dapat beralih dan dialihkan, dapat beralih karena peristiwa hukum
contohnya kematian, perkawinan tanpa campur harta.
Dapat dialihkan karena perbuatan hukum contohnya jual beli, hibah, tukar
menukar, dan pewarisan yang setelah 6 bulan meninggal harus dialihkan
haknya .
Dapat menjadi hak induk tetapi tidak dapat berinduk kepada hak lain pada
dasarnya hak milik berasal dari tanah Negara.
Pada azasnya hak milik hanya diperbolehkan untuk WNI saja/ Hak
perorangan bukan untuk badan hukum sebab:
a. Untuk badan hukum tidak perlu hak milik
b. Badan hukum biasanya mempunyai kedudukan ekonominya kuat,
sehingga dikhawatirkan akan menguasai tanah yang luas, sebab itu badan
hukum dilarang untuk menguasai hak milik kecuali badan hukum yang
berdasar pada PP 38/63:
Bank-Bank pemerintah
Koperasi pertanian
Badan-Badan sosial yang ditnjuk departemen sosial
Badan-badan keagamaan yang ditunjuk departemen agama
1. Tanahnya adalah tanah Negara , bukan dari hak milik karena luas tanah
hak milik terbatas.
Kuat dalam arti didaftarkan menurut UUPA yaitu tanah hak milik, hak
guna usaha dan hak guna bangunan
Dapat dijaminkan
Dapat beralih dan dialihkan
Dapat diwariskan/ diperjual belikan
Peralihannya melalui PPAT khusus untuk menghindari jatuhnya hak guna
usaha ke tangan orang yang tidak berhak.
Usaha-usaha tertentu
Dapat dilepaskan
Jangka waktu tertentu
Cara Terjadinya
Subyek Hukum Hak Guna Usaha Lebih luas dari Hak milik, yaitu:
WNI (Warga Negara Indonesia)
Badan hukum yang tidak bertentangan dengan PP No 38/1963 yaitu badan
hukum Indonesia dimana badan hukum tersebut harus badan hukum modal
nasional progresif yang berorientasi untuk kepentingan Nasional/rakyat
banyak.
C. Hak Guna Bangunan
Pada pasal 35 ayat (1) UUPA menyatakan bahwa HGB adalah hak untuk
mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan
miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. Jangka waktu
perpanjan adalah 30 tahun + 20 tahun = 50 tahun.
Tujuannya yaitu mendirikan/mempunyai bangunan diatas tanah yang bukan
tanahnya sendiri , tanah yang dimiliki sekedarnya. Asal tanah bisa berasal
dari tanah Negara dan tanah hak milik.
Yang menjadi subyek hukum disini sama dengan hak guna usaha yaitu
WNI dan Badan Hukum.
Tujuan penggunaan:
tanaman
bangunan
Ciri-ciri Hak pakai:
Sementara kurang lebih 10 tahun, sesuai keperluan dan diberikan kepada
pihak-pihak tertentu yang menunggu hak yang diinginkan
Kuat dalam arti didaftarkan
Dasar hukumnya PMA No 1/66
Dapat beralih dan dialihkan
Tidak dapat diwariskan
Tidak dapat dijaminkan, tetapi sekarang dapat dijaminkan dengan
memperhatikan jangka waktu (1 tahun) dan tingkat jaminan.
Dapat dilepaskan
Subyek:
WNA/ BAdan Hukum Asing (pasal 42)
Cara terjadinya:
Konversi yaitu Hak barat dan hak eigendom
Perjanjian, tidak ada ketentuannya/ bebas
Ketentuan pemerintah
Surat perjanjian pemberian hak oleh daerah otonom dengan dasar hukum
hak pengelolaan yang diberikan kepada pihak yang mengandung unsure
publik yang akan dialihkan kepada pihak ke-3.
Waktunya berakhir
Dihentikan sebelum waktunya berakhir
Dilepas
Dicabut
F. Hak membuka dan memungut hasil hutan
Merupakan perwujudan yang diangkat dari hak ulayat/ hak adat. Orangnya
tidak otomatis menguasai dan memiliki tanah tersebut, bisa menjadi hak atas
tanah dengan proses tertentu . Terdapat dalam Pasal 46 UUPA.
Subyek Hukumnya:
WNI dengan syaratnya:
Ijin dari kepala adat desa untuk yang kurang dari 2 ha
Ijin dari bupati/kantor kepala pertanahan untuk tanah 2-10 ha
Ijin dari gubernur untuk tanah yang lebih dari 10 ha-50 ha.
2
sumber hak atas tanah bersifat sementara :
http://hasyimsoska.blogspot.co.id/2011/05/hak-hak-atas-tanah-menurut-uupa-dan-pp.html?m=1
yaitu sama dengan hak lainnya. Yang penting putusan pengadilan dalam
rangka menyelesaikan hak gadai. Dan jangka waktunya 7 tahun.
C. Hak Menumpang
Hak menumpang adalah Hak yang mengijinkan seseorang untuk
mendirikan serta menempati rumah diatas pekarangan orang lain dengan
tidak membayar kepada pemilik pekarangan tersebut. Hak ini merupakan
hak adat. Pengetian secara umum adalah hak pakai yang sangat lemah
terutama kedudukan pemegang hak ini terhadap tanah yang dikuasai.
Timbulnya yaitu apabila seseorang yang berasal dari desa lain
kemudian tinggal di satu desa tapi tidak punya tanah sehingga
diperbolehkan punya hak pekarangan dengan tujuan untuk mendirikan
bangunan, dan didalamnya tidak ada uang sewa.
Hal yang terpenting adalah:
Mengandung sifat pribadi ganti rugi (tukon tali), yang merupakan ongkos
yang diberikan kepada pemilik tanah.
Dapat diwariskan sepanjang diijimkam oleh pemilik asal untuk menguasai
tanah tersebut
Tidak boleh mengalihkan
Hapusnya Hak ini sama dengan yang ada pada hak lain.
Departemen
Instansi pemerintah
Badan hukum tertentu
Real estate
Hak milik
Hak Guna Bangunan
Hak Pakai, pada dasarnya hak pakai pada hak pengelolaan itu dilarang,
namun pada prakteknya hak pakai ini menimbulkan hak sewa, hak
pengelolaan tersebut diberikan dalam bentuk:
Jangka waktu dan luas tidak ada ketentuannya, selama tidak diperlukan.
Konversi, berasal dari hak barat (hak Beher) yaitu hak yang dimiliki oleh
pemerintah daerah yang tujuannya akan dialihkan kepada pihak ke 3 dan
yang bersangkutan yang mendaftarkan tanahnya.
Penetapan pemerintah, subyeknya yang mengajukan permohonan
Uang pemasukan yang diberikan jika tanah berasal dari tanah Negara
langsung
Uang administrasi jika berasal tanah dari tanah Negara tidak langsung
Dapat dibebani hak lain yaitu hak milik, hak guna bangunan, dan hak pakai.
Hak pembagian hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada
tanah.