Anda di halaman 1dari 1

Perkembangan sistem keuangan syariah, telah diawali semenjak tahun 1980 dengan berdirinya

Baitul Maal wa Tamwil, Koperasi Ridho Gusti Jakarta. Kemudian diikuti dengan berdirinya bank
syariah pertama pada tahun 1992 yaitu Bank Muamalat, dan dua tahun kemudian berdiri juga
asuransi syariah pertama yaitu Asuransi Takaful Keluarga. Setelah dikeluarkannya UU
Perbankan tahun 1998 dan Bank Indonesia tahun 1999, bank syariah mulai banyak berdiri.
Seiring tumbuhnya bank-bank syariah baru, dan kebutuhan untuk penempatan dana, asuransi
pembiayaan serta kebutuhan likuiditas, lembaga-lembaga keuangan lain pun mulai bermunculan
seperti pasar modal syariah, asuransi syariah serta instrument-instrumen syariah lainnya seperti
SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia), Sukuk, Government SUKUK, dan terakhir adalah
SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah) sebagai pengganti SWBI.
Semenjak diberlakukannya UU No. 10 Tahun 1992, perbankan di Indonesia menerapkan dual
banking system yaitu konvensional dan syariah (prinsip bagi hasil), sehingga pada saat itu,
undang-undang tersebut dijadikan sebagai landasan hokum berdirinya Bank Muamalat sebagai
bank yang pertama kali menerapkan prinsip bagi hasil. Untuk menunjang operasionalisasi
perbankan syariah maka di dalam UU No. 23 Tahun 1999 pengendalian moneter pun dapat
diberlakukan prinsip syariah dan Bank Indonesia pun dapat memberikan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah kepada bank untuk mengatasi masalah pendanaan jangka pendek.

Anda mungkin juga menyukai