DISTILASI BATCH
Kelompok : V (Lima)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Percobaan
a. Menghitung jumlah plat teoritis dengan metode Mc. Cabe-Thiele dan
persamaan Fenske.
b. Menghitung efesiensi kolom dengan memvariasikan rasio refluks.
Distilasi adalah unit operasi yang sudah ratusan tahun diaplikasikan secara
luas. Di sperempat abad pertama dari abad ke-20 ini, aplikasi unit distilasi
berkembang pesat dari yang hanya terbatas pada upaya pemekatan alcohol kepada
berbagai aplikasi di hampir seluruh industri kimia. Distilasi pada dasarnya adalah
proses pemisahan suatu campuran menjadi dua atau lebih produk lewat eksploitasi
perbedaan kemampuan menguap komponen-komponen dalam campuran.
Operasi ini biasanya dilaksanakan dalam suatu klom baki (tray column)
atau kolom dengan isian (packing column) untuk mendapatkan kontak antar fasa
seintim mungkin sehingga diperoleh unjuk kerja pemisahan yang lebih baik. Salah
satu modus operasi distilasi adalah distilasi curah (batch distillation). Pada operasi
ini, umpan dimasukkan hanya pada awal operasi, sedangkan produknya
dikeluarkan secara kontinu. Operasi ini memiliki beberapa keuntungan :
1. Kapasitas operasi terlalu kecil jika dilaksanakan secara kontinu. Beberapa
peralatan pendukung seperti pompa, tungku/boiler, perapian atau
instrumentasi biasanya memiliki kapasitas atau ukuran minimum agar
dapat digunakan pada skala industrial. Di bawah batas minimum tersebut,
harga peralatan akan lebih mahal dan tingkat kesulitan operasinya akan
semakin tinggi.
2. Karakteristik umpan maupun laju operasi berfluktuasi sehingga jika
dilaksanakan secara kontinu akan membutuhkan fasilitas pendukung yang
mampu menangani fluktuasi tersebut. Fasilitas ini tentunya sulit diperoleh
dan mahal harganya. Peralatan distilasi curah dapat dipandang memiliki
fleksibilitas operasi dibandingkan peralatan distilasi kontinu. Hal ini
merupakan salah satu alasan mengapa peralatan distilasi curah sangat
cocok digunakan sebagai alat serbaguna untuk memperolehkembali pelarut
maupun digunakan pada pabrik skala pilot.
Perangkat praktikum distilasi batch membawa para pengguna untuk
mempelajari prinsip-prinsip dasar pemisahan dengan operasi distilasi, seperti
kesetimbangan uap cair dan pemisahan lewat multitahap kesetimbangan.
Perangkat ini dapat juga dimanfaatkan untuk mempelajari dasar-dasar penilaian
untuk kerja kolom distilasi pacing dan mempelajari perpindahan massa dalam
kolom distilasi packing.
Proses pemisahan secara destilasi dipengaruhi oleh :
- Besaran-besaran lainnya (laju uap naik, laju cairan turun/ reflux, luas
permukaan kontak antara fasa gas dan cair, dan effisiensi perpindahan
massa).
Pada operasi destilasi, terjadinya pemisahan didasarkan pada gejala bahwa
bila campuran zat cair dalam keadaan setimbang dengan uapnya, maka fasa
uapnya akan lebih banyak mengandung komponen yang lebih mudah menguap,
sedangkan faksi cairanya akan mengandung lebih sdikit komponen yang mudah
menguap. Apabila uap tersebut kemudian dikondensasikan, maka akan didapatkan
cairan yang berbeda komposisinya dari cairan yang pertama. Cairan yang
didapatkan dari kondensasi tersebut mengandung lebih banyak komponen yang
lebih mudah menguap (volatile) dibandingkan dengan cairan yang tidak
teruapkan. Bila cairan yang berasal dari kondensasi diuapkan lagi sebagian, maka
akan didapatkan uap dengan komponen volatile yang lebih tinggi. Keberhasilan
suatu operasi destilasi tergantung pada keadaan setimbang yang terjadi antara fasa
uap dan fasa cair dari suatu campuran biner yang terdiri dari komponen volatile
dan non-volatile. (Ir. Ema H. Muhari MT)
Keterangan :
D = laju alir distilat, mol/jam
yD = komposisi distilat, fraksimol
V = jumlah uap dalam labu
W = jumlah cairan dalam labu
Pada alat ini, cairan dalam labu dipanaskan sehingga sebagian cairan akan
menguap dengan komposisi uap yD yang dianggap berada dalam kesetimbangan
dengan komposisi cairan yang ada di labu, xw. uap keluar labu menuju kondenser
dan diembunkan secara total. Cairan yang keuar dari kondenser memiliki
komposisi xD yang besarnya sama dengan yD. Dalam hal ini, distilas berlangsung
satu tahap.
Uap yang keluar dari labu kaya akan komponen yang lebih sukar menguap
(A), sedangkan cairan yang tertinggal kaya akan komponen yang lebih sukar
menguap (B). Apabila hal ini berlangsung terus, maka komposisi di dalam cairan
akan berubah; komponen A akan semakin sedikit dan komponen B akan semakin
banyak. Hal ini juga berdampak pada komposisi uap yang dihasilkan. Jika
komposisi komponen A di dalam cairan menurun, maka komposisi komponen A
di dalam uap yang berada dalam kesetimbangan dengan cairan tadi juga akan
menurun. Berdasarkan fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa komposisi dalam
operasi ini berubah terhadap waktu.
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam proses distilasi yaitu:
1. Satu set alat sieve tray tower
2. Gelas ukur 100 mL
3. Stopwatch
2.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang dipakai dalam proses distilasi yaitu
1. Etanol 50 %
2. Aquades
2.2. Prosedur Kerja
2.2.1 Menvariasikan power controller 0,8 kW dan 0,9 kW.
1. Semua valve dipastikan dalam keadaan tertutup.
2. Valve V10 pada pipa refluks dibuka.
3. Reboiler diisi dengan campuran etanol dan aquades dengan komposisi
50% etanol sebanyak 10 L.
4. Air pendingin dialirkan ke kondensor dan valve V5 dibuka.
5. Power pada control panel dihidupkan.
6. Power controller diputar ke angka 0,8 kW dan refluks setting di set dalam
keadaan refluk total.
7. Reboiler dibiarkan memanaskan campulan etanol tadi hingga etanolnya
menguap.
8. Setelah konstan, valve V3 dibuka untuk mengukur laju boil-up dan
lakukan sebanyak 3 kali pengulangan.
9. Sampel pada overhead dan bottom diambil secara bersamaan dari V3 dan
V2 secara bersamaan sebanyak 3 kali. Komposisi dari sampel tersebut
diukur dengan menggunakan alcoholmeter.
10. Suhu pada T1 dan T8 dicatat.
11. Percobaan diulangi kembali setelah 30 menit lalu putar power controller
dengan 0,9 kW.
2.2.2 Menvariasikan reflux setting 4:1 dengan power controller yang sama
yaitu 0,8 kW.
1. Semua valve dipastikan dalam keadaan tertutup.
1. Valve V10 pada pipa refluks dibuka.
2. Reboiler diisi dengan campuran etanol dan aquades dengan komposisi
50% etanol sebanyak 10 L.
3. Air pendingin dialirkan ke kondensor dan valve V5 dibuka.
4. Power pada control panel dihidupkan.
5. Power controller diputar ke angka 0,8 kW dan refluks setting di set dalam
keadaan refluk total.
6. Reboiler dibiarkan memanaskan campulan etanol tadi hingga etanolnya
menguap.
7. Setelah konstan, valve V3 dibuka untuk mengukur laju boil-up dan
lakukan sebanyak 3 kali pengulangan.
8. Sampel pada overhead dan bottom diambil secara bersamaan dari V3 dan
V2 secara bersamaan sebanyak 3 kali. Komposisi dari sampel tersebut
diukur dengan menggunakan alcoholmeter.
9. Suhu pada T1 dan T8 dicatat.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari gambar 3.1.1 didapatkan jumlah plat secara teoritis adalah 5 keping
dan efesiensi kolom yang terhitung adalah 62,5 %.
3.1.2. Pada keadaan refluks total Power 0,9 kW
Rata-rata komposisi Destilat = 98 %
Rata-rata kompoisi Bottom = 34 %
Dari data diatas didapatkan fraksi mol pada masing-masing komponen sebagai
berikut,
XD = 0,95
XB = 0,17
Dari gambar 3.1.2 didapatkan jumlah plat secara teoritis adalah 7 keping
dan efesiensi kolom yang terhitung adalah 87,5 %.
Gambar 3.1.3 Kurva keseimbangan Alkohol-Air pada Rasio Refluks 4:1 untuk
Dari gambar 3.1.3 didapatkan jumlah plat secara teoritis adalah 1 keping
dan efesiensi kolom yang terhitung adalah 12,5 %.
Dari perhitungan plat teoritis menggunakan metode Mc. Cabe-Thiele, pada
kondisi refluks total dengan power 0,8 kW didapatkan jumlah plate 5 , dan pada
refluks total dengan power 0,9 kW didapatkan jumlah plate yaitu 7, tetapi pada
rasio refluks terjadi penurunan jumlah yaitu pada rasio refluks 4:1 didapatkan 1
plate. Efisiensi keadaan refluks total power 0,8 kW adalah 62,5 % , pada refluks
total power 0,9 kW adalah 87,5% dan pada rasio refluks 4:1 efisiensinya 12,5.
Rendahnya efisiensi refluks total power 0,8 kW dan rasio refluks 4:1 , disebabkan
oleh jumlah piringan yang didapatkan secara perhitungan jauh berbeda dari yang
actual (8 plate) dan karena peningkatan power sehingga mengakibatkan suhu
mengalami penguapan bersamaan dengan menguapnya air oleh sebab itu kadar
destilat menurun, sedangkan pada refluks total 0,9 Kw efisiensinya bagus dan
jumlah piringan yang didapatkan secara perhitungan hampir mendekati nilai
actualnya dan hal ini disebabkan oleh kenaikan power mengakibatkan suhu pada
boiler meningkat sehingga etanol yang menguap lebih banyak, maka kadar destilat
meningkat yang mempengaruhi efisiensi semakin bagus.
Dari data diatas didapatkan fraksi mol pada masing-masing komponen sebagai
berikut,
XD = 0,95
XB = 0,17
XF = 0,28
αD = 1,336
Komposisi air
Rata-rata komposisi Destilat =2%
Rata-rata komposisi Bottom = 66 %
Komposisi Feed = 50 %
Dari data diatas didapatkan fraksi mol pada masing-masing komponen sebagai
berikut,
XD = 0,0078
XB = 0,43
XF = 0,28
αB = 4,269
Berdasarkan persamaan Fenske didapatkan jumlah plat secara teoritis adalah 6
keping dan efisiensinya adalah 75 %
Komposisi air
Rata-rata komposisi Destilat = 15%
Rata-rata komposisi Bottom = 68,4%
Komposisi Feed = 50%
Dari data diatas didapatkan fraksi mol pada masing-masing komponen sebagai
berikut,
XD = 0,063
XB = 0,46
XF = 0,28
αB = 4,269
Berdasarkan persamaan Fenske didapatkan jumlah plat secara teoritis adalah 3
keping dan efisiensinya adalah 37,5%.
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
a. Berdasarkan metode Mc. Cabe-Thiele dan persamaan Fenske menentukan
jumlah plat teoritis, hasil yang didapatkan agak berbeda dari jumlah plat
secara aktual.
b. Efesiensi kolom yang dihasilkan rendah terdapat pada refluks total 0,8 Kw
dan rasio refluks 4:1, hal ini disebabkan karena efisiensi dipengaruhi oleh
jumlah plat yang didapatkan secara perhitungan, sedangkan efisiensi yang
tertinggi diperoleh pada refluks total 0,9 Kw, karna jumlah piringan yang
didapatkan secara perhitungan hampir berdekatan dengan actualnya.
4.2. Saran
McCabe,Warren L., Smith, Julian C., dan Harriot, Peter. 1999. Operasi Teknik
Kimia Jilid I Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.
Suparni Setyowati Rahayu.distilasi batch. 22-08-2009.
96,3
46
XD =
96,3 3,7
+
46 18
= 0,91
34
46
XB =
34 66
+
46 18
= 0,17
5
E= x 100 %
8
= 62,5 %
7
E= x 100 %
8
= 87,5 %
85
46
XD =
85 15
+
46 18
= 0,7
31,6
46
XB =
31,6 68,4
+
46 18
= 0,15
1
E = x 100 %
8
= 12,5 %
n+1 =
log
[( ) ( ) ]
XA
XB D
.
XB
XA B
log ( √ ∝D . ∝B ) AV
=
log ([ 0,015
0,91
0,17 )]
).( 0,43
log ( √ 1,336 x 4,269)
2,186
=
0,378
n =6-1
=5
Efisiensi kolomnya adalah :
5
E= x 100 %
8
= 62,5%
n+1 =
log
[( ) ( ) ]
XA
XB D
.
XB
XA B
log ( √ ∝D . ∝B ) AV
=
log ([ 0,0078
0,95
0,17 ) ]
).( 0,43
log ( √1,336 x 4,269)
2,49
=
0,378
n =7-1
=6
Efisiensi kolomnya adalah :
6
E= x 100 %
8
= 75 %
n+1 =
log
[( ) ( ) ]
XA
XB D
.
XB
XA B
log ( √ ∝D . ∝B ) AV
=
log
[( ) ( ) ]
0,7
.
0,46
0,063 0,15
log ( √ 1,336 x 4,269)
1,53
=
0,378
n =4-1
=3
3
E= x 100 %
8
= 37,5 %