Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN

URGENSI DALAM PROSES DEMOKRATISASI PENYELENGGARAAN PILKADA


OLEH :

DENNY PRAMUDYA K.P BENNY WIJAYA CICI H.D DWI MARIANTI FRIZT DANIEL

0712011156 0712011134 0712011144 0712011170 0712011194

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

2009
I. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG Pemilihan kepala daerah atau sering disebut juga Pilkada menjadi suatu momentum masyarakat untuk memilih pemimpin didaerahnya masing-masing. Apalagi pada saat ini sistem pemilihan adalah sistem pemilihan secara langsung untuk menentukan seorang kepala daerah. Akan tetapi pada proses pelaksanaanya sering terjadi suatu kendala-kendala yang menghambat proses pilkada itu menjadi tidak berjalan dengan semestinya.

Demokratisasi dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) sangat bergantung kepada pihak penyelenggara, yaitu komisi pemilihan umum. Dalam hal ini komisi pemilihan umum (KPU) memiliki andil yang sangat berpengaruh bagi kelancaran dan tercapainya proses pilkada dalam suatu daerah. Pilkada memiliki urgensi didalam pelaksanaan penyelenggaraan pilkada untuk proses keberlangsungan pemerintahan disuatu daerah yang bertujuan untuk mengatur segala aspek tata pemerintahan demi kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut.

2. PERMASALAHAN Adapun permasalahaan terkait dengan urgensi dalam proses demokratisasi penyelenggaraan pilkada adalah :
1. Bagaimana proses pelaksanaan pilkada sampai pada tahap keputusan

pemenangan pilkada ?

2. Permasalahan permasalahan seperti apakah yang muncul dalam proses

penyelenggaraan pilkada ?

3. TUJUAN Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk membahas permasalahanpermasalahan yang sering timbul di dalam hal penyelenggaraan pilkada, serta dalam kesempatan ini juga, tim penulis ingin memberikan pandangan-pandangan yang terkait dengan demokratisasi dalam proses penyelenggaraan pilkada agar proses pelaksanaan pemilihan.

4. MANFAAT Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai panduan mahasiswa dalam mengkaji dan meneliti permasalahan - permasalahan yang sering terjadi di dalam proses penyelenggaraan pilkada yang bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan tentang politik yang berkembang di Indonesia terutama di daerah daerah otonom. Selain hal tersebut, mahasiswa juga dapat mengkritisasi proses penyelanggaraan pilkada selama masa demokratisasi ini, apakah telah sesuai

dengan UU No 32 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

II. TELAAH PUSTAKA


II.1 Pengertian Pilkada dan syarat syarat peserta pilkada

Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, atau seringkali disebut Pilkada, adalah pemilihan umum untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung di Indonesia oleh penduduk daerah setempat yang memenuhi syarat. Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah:

Gubernur dan Wakil Gubernur untuk provinsi Bupati dan Wakil Bupati untuk kabupaten Walikota dan Wakil Walikota untuk kota

Sebelumnya, Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Dasar hukum penyelenggaraan Pilkada adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam undang-undang ini, Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah) belum dimasukkan dalam rezim Pemilihan Umum (Pemilu). Pilkada pertama kali diselenggarakan pada bulan Juni 2005. 1) Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Pilkada dimasukkan dalam rezim Pemilu, sehingga secara resmi bernama Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pilkada pertama yang diselenggarakan berdasarkan undang-undang ini adalah Pilkada DKI Jakarta 2007.

II.2

Penyelenggara pilkada Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Provinsi dan Panwaslu Kabupaten / Kota.
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_Umum_Kepala_Daerah_dan_Wakil_Kepala_Daera
h 18 desember 2009 jam 10.14

Khusus di Nanggroe Aceh Darussalam, Pilkada diselenggarakan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) dengan diawasi oleh Panitia Pengawas Pemilihan Aceh (Panwaslih Aceh).

II.3

Peserta Pilkada Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, peserta Pilkada adalah pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik.

Ketentuan ini diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 yang menyatakan bahwa peserta pilkada juga dapat berasal dari pasangan calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah orang. Undang-undang ini menindaklanjuti keputusan Mahkamah Konstitusi yang membatalkan beberapa pasal menyangkut peserta Pilkada dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Khusus di Nanggroe Aceh Darussalam, peserta Pilkada juga dapat diusulkan oleh partai politik lokal. 2)

2. http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_Umum_Kepala_Daerah_dan_Wakil_Kepala_Daera
h 18 desember 2009 jam 10.14

III.METODE PENULISAN IV. ANALISIS SINTESIS

IV.1

Proses Pelaksanaan Pilkada

Mekanisme pelaksanaan pilkada yaitu calon peserta mendaftarkan diri melalui jalur partai politik maupun jalur independen atau perorangan yang kemudian KPU akan menverifikasi berkas pencalonan peserta pilkada, kemudian setelah itu KPU akan menverifikasi data pemilih tetap (DPT), lalu akan menentukan jadwal kapan diperbolehkan melakukan kampanye ke masyarakat umum. Dasar hukum penyelenggaraan Pilkada adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

IV.2

Masalah yang timbul dalam penyelenggaraan pilkada

Dalam pelaksanaan pilkada takjarang kita dengar adanya penggunaan ijazah palsu, ini sangat memprihatinkan sebab dari proses awal masih saja terdapat bakal calon yang tidak fair dan mejadi calon pemimpin yang bermental korup. Konsekuensi sebuah petarungan politik pilkada adalah pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Seringkali bagi pihak yang kalah tidak dapat menerima kekalahannya dengan lapang dada. Sehingga dia akan melakukan cara guna mengkritisi lembaga penyelenggara pilkada, bahkan tidak jarang melakukna mengerahkan massa sebagai luapan kekecewaan terhadap proses penyelenggaran. dan ataukah merupakan kekecewaan atas kekalahan dalam sebuah pertarungan. Hal ini membuktikan rendahnya kesadaran poltik masyarakat. Sebagai langkah antisipasi maka lembaga penyelenggara (KPU) biasanya melakukan ikrar siap menang dan siap kalah. demikian juga kelompok seperti mahasiswa dan LSM/NGO dengan melakukan kampanye damai. namun demikian tetap saja ada masalah yang muncul, diselah-selah perubahan konstalasi politik, Masalah-masalah pilkada dimaksudkan sebagai berikut

Intimidasi Di tengah tengah idealisme masyarakat untuk memilih kepala daerah berdasarkan hati nurani, namun juga masih ada pihak yang melakukan pemaksaan (intmidasi). Sebagai masyarakat yang lemah akan goyah dilemma untuk tidak menerima, sebab akan menjadi ketakutan akan keamanan secara individu dan keluarganya. Disinilah pentingnya panwaslu dan pihak kepolisian untuk menjamin keamanan pemilih. Maka disetiap daerah kabupaten, kecamatan, desa, bahkan sampai RT/RW selama dalam proses pilkada ditempatkan pihak keamanan untuk memberikan jaminan keselamatan pemilih. Selain dari itu juga pentingnya masyarakat bekerja sama dengan pihak keamanan dan proaktif memberikan laporan ketika terjadi intimidasi. Menggunakan kekerasan intimidasi terhadap masyarakat lemah sangat beresiko fatal sebab selain mencederai proses demokratisasi juga pontesial untuk terjadinya konflik horizontal. Hal ini sangat melanggar cita asas penyelenggaraan pilkada yang jurdil dan luber. Start kampanye Tindakan ini paling sering terjadi. Berbagai cara dilakukan seperti pemasangan baliho, spanduk, selebaran. Ditengah-tengah masyarakat yang justru merusak pemandangan kota. Sering juga untuk bakal calon incumbent melakukan tour kebeberapa daerah dengan kedok kunjungan kepala daerah. Juga melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat dengan alasan silaturrahmi. Hal tersebut terlihat intensitasnya sangat tinggi ketika mendekati pemilu. Selain itu media TV lokal sering digunakan sebagi media kampanye. Bakal calon menyampaikan visi misinya dalam acara tersebut padahal jadwal pelaksanaan kampanye belum dimulai..

Money politik Money politik adalah istilah buruk dalam pilkada, namun demikian terkadang juga dilakukan oleh para kontestan, sebab money politik sebagi cara pintas untuk meraut suara lebih banyak. Dan menjadi kebutuhan pangsa pasar (konstituen) yang secara ekonomi masyarakat yang cenderung masih rendah. Sehingga dimanfaatkan untuk menghalalkan segala cara. Money politik bukan hanya dimaksudkan praktek uang sebelum proses pemilihan, tetapi juga dimaksudkan dengan pembagian sembako dengan deal harus memilih calon tertentu. Dengan rendahnya tingkat pendidikan seseorang maka pertama dengan mudah diperalat dan diatur hanya karena kepentingan sesaat. Kedua masyarakat tidak kritis dan tidak siap mental untuk berkata tidak.! demi sebuah demokrasi.3) Kampanye negatif Kampanye negatif dimaksudkan melakukan penebaran fitnah Black campigne terhadap rival. Sesungguhnya sikap tersebut bukan hanya beresiko pada integritas pada calon akan tetapi juga akan mengancam dan merusak integritas daerah tersebut. Sebab lambat laun akan terpublikasi oleh media sampai pada daerah tetangga yang menyaksikan proses pilkada yang dianggap tidak beretika. Kampanye negative sangat berpengaruh pada munculnya bibit-bibit perpecahan ditengah-tengah masyarakat. Sebab siapapun sebagai tim sukses atau simpatisan tentunya tidak senang dengan adanya issue negative yang diarahkan pada kandidatnya. Disinilah pentingnya sikap toleransi dan perbedaan dalam berdemokrasi.

3. http://patawari.wordpress.com/2009/02/22/lahirnya-masalah-pilkada/

18 desember 2009 pukul 11.58

Dalam berdemokrasi tentunya selalu ada masalah demikian pada proses pilkada yang memang melibatkan orang banyak. Namun demikian menjadi harapan masalah tersebut dapat dieliminir, karena bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan peyelenggara pilkada. Tetapi yang lebih penting adalag peran serta masyarakat untuk membangun daerah yan lebih baik, dengan menjaga ketertiban dan kelancara dalam proses pilkada. Inilah subtansi awal belajar berdemokrasi.

V. PENUTUP 1. KESIMPULAN

2. SARAN

Anda mungkin juga menyukai