KRISIS EKONOMI
Disusun oleh:
1. Dewi Ayu Nugrahawati (B300180014)
2. Wahyu Tri Purbaningrum (B300180015)
3. Ika Mahardika Endah P (B300180016)
4. Wiwik Sri Wahyuni (B300180027)
KELOMPOK : 3 (Tiga)
KELAS : A
Aksi dalam membeli dollar bagi para debitur semakin memperburuk nilai
tukar. Pembayaran utang menjadi lebih sulit dan meningkatkan ancaman tidak
dapat membayar. Sehingga menyebabkan modal semakin deras keluar serta nilai
tukar semakin jatuh, kelalaian dalam membayar utang luar negeri akhirnya terjadi.
Sektor keuagan Indonesia menjadi lemah dan memperparah permasalahan
ekonomi Indonesia terutama ketika terjadinya krisis.
3. Tahun 2008
Pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi yang disebabkan oleh masalah ekonomi
Amerika Serikat. pada krisis AS 2008, perkembangan finansial yang terlalu cepat
dengan adanya akumulasi kredit dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat
telah menimbulkan instabilitas dan berujung pada krisis. Ketidaksesuaian antara
asumsi financial development dengan kenyataan yang terjadi membuktikan bahwa
financial development gagal dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi dan
stabilitas. Kegagalan tersebut lebih disebabkan oleh keterbatasan indikator serta
tidak adanya batasan terkait kecepatan ideal financial development.
Pada saat itu bulan September 2008 harga 1 dolar AS sebesar Rp 9.161 terjadi
kenaikan dibulan November tahun 2008 sebesar Rp 12.650.
4. Tahun 2013
Pada tahun 2013 terjadi krisis ekonomi yang disebabkan karena adanya kebijakan
ekonomi Amerika Serikat. Dimana harga 1 dolar AS dibulan Mei sebesar
Rp.9.753 mengalami kenaikan dibulan Agustus sebesar Rp.10.723.
E. Pertumbuhan Ekonomi
a. Tahun 1960-1965
Pada tahun ini mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 1,38% disebabkan
karena kebijakan ekonomi Indonesia mengalami inflasi mencapai 635%.
Kebijakan yang dilakukan untuk mengatasi pertumbuhan ekonomi pada tahun
ini yaitu dengan mencetak uang. Tahun 1965, jumlah uang beredar melonjak
tajam menjadi Rp2,713 triliun atau 4,2 kali lipat dibandingkan tahun
sebelumnya. Per triwulan I, jumlah uang beredar bahkan sudah melonjak
hingga Rp5,317 triliun. Namun Kebijakan itu tidak memberikan dampak yang
signifikan, malah kondisi terus memburuk. Ini dikarenakan masalah mendasar
yakni defisit anggaran tak teratasi, dan pada saat yang bersamaan pencetakan
uang terus berjalan.
b. Tahun 1997-1998
Krisis ekonomi global yang bermula pada 1997 dan carut marutnya politik di
dalam negeri membuat Soeharto akhirnya mundur pada 21 Mei 1998. BJ
Habibie yang sebelumnya bertindak sebagai wakil presiden pun naik
menggantikan Soeharto. Habibie tak membuat banyak perubahan pada
kebijakan yang menentukan arah PDB. Ia hanya sebentar menjabat sebagai
presiden. Pada tahun pertamanya tersebut, pertumbuhan ekonomi terjun bebas
menjadi minus 13,31 persen. Kondisi tersebut turut dipengaruhi krisis nilai
tukar yang membuat rupiah terdepresiasi dari Rp3.633 pada Juli 1997 menjadi
Rp15.100 pada Mei 1998. Kebijakan yang dilakukan untuk mengatasi
pertumbuhan ekonomi pada tahun ini yaitu Penarikan dana nasabah dalam
bentuk uang tunai dan kliring. Karena itu banyak bank yang saldo gironya di
Bank Indonesia menjadi negatif. Deposan-deposan besar menarik dananya
dari perbankan swasta. Bank Indonesia sampai harus menerbitkan fasilitas
darurat untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. Merespons ini, kreditur asing
mulai memangkas batas suku bunga antarbank dan menolak konfirmasi letters
of credit atau L/C dari bank-bank lokal Indonesia.
c. Tahun 2008
Pada tahun ini mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 6,01% disebabkan
karena masalah ekonomi AS 1 dolar AS = Rp 9.161 (September 2008) dan Rp
12.650 (November 2008). Kebijakan yang ditempuh BI bersifat front loading
dan preemptive yaitu merespon perkiraan kondisi ke depan sehingga stabilitas
dapat tetap terjaga termasuk pada saat hari libur.
d. Tahun 2013
Pada tahun ini mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 5,78% disebabkan
karena kebijaka ekonomi AS 1 dolar AS= Rp 9.753 (Mei 2013) dan Rp 10.723
(Agustus 2013). Kebijakan yang dilakukan yaitu pelonggaran Giro Wajib
Minimum (GWM) Primer, sehingga ada tambahan likuiditas masuk ke sistem
perbankan.
Penyebab Krisis Menurut Bank Dunia akumulasi utang swasta luar negeri yang
cepat dari tahun 1992 hingga Juli 1997, sehingga 95% dari total kenaikan utang luar
negeri berasal dari sektor swasta ini, dan jatuh tempo rata-ratanya hanyalah 18 bulan
Kelemahan pada sistem perbankan masalah governance, termasuk kemampuan
pemerintah menangani dan mengatasi krisis, yang kemudian menjelma menjadi krisis
kepercayaan dan keengganan donor untuk menawarkan bantuan finansial dengan
cepat.
Untuk keluar dari krisis terlebih dahulu harus ada suatu titik balik, suatu
‘turning point’, dari pesimisme menjadi optimisme, dari ketidak percayaan menjadi
percaya, dari tanpa harapan menjadi penuh harapan. Kemudian, tindakan yang diambil
harus disesuaikan dengan masalah yang dihadapi. Beberapa aspek seperti kebijakan
makro, moneter dan fiskal untuk mengatasi masalah nilai tukar, inflasi dan
memburuknya perekonomian, kebijaksanaan restrukturisasi keuangan dan
perbankan, termasuk restrukturisasi pinjaman perusahaan dan restrukturisasi
perusahaan, kebijaksanaan restrukturisasi sektor riil, kebijakan restrukturisasi
kelembagaan, dan penaggulangan dampak sosial krisis.
Karmeli Elly dan Fatimah Siti. Krisis Ekonomi Indonesia. Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Sumbawa. Sumbawa: 2008.
https://docplayer.info/64260928-Krisis-ekonomi-di-indonesia-mata-kuliah-
perekonomian-indonesia.html
Tirto.id, Rabu 18 November 2020.
https://tirto.id/krisis-moneter-1997-1998-adalah-periode-terkelam-ekonomi-
indonesia-f6YV
Kompas, Senin 10 Februari
2020.https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/10/170000769/penyeba
b-krisis-moneter-di-
indonesia?page=all#:~:text=Kompas.com%20%2D%20Krisis%20moneter
%20atau,makanan%20menimbulkan%20kekacauan%20di%20Indonesia.&t
ext=Akhirnya%20Presiden%20Soeharto%20dipaksa%20mundur%20pada
%20tanggal%2021%20Mei%201998.