Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH
KELOMPOK 3:
Cindy (12010927003)
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
mata kuliah “Metodologi pengembangan kemampuan bahasa” tepat waktu. Tidak
lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW semoga dengan
banyaknya kita bershalawat kepada baginda rasullah,di akhirat kelak kita
mendapat syafa‟atnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG.................................................................................. 1
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................. 1
C. TUJUAN....................................................................................................... 1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................... 2
BAB III.................................................................................................................. 17
PENUTUP..............................................................................................................17
A. KESIMPULAN...........................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam berkomunikasi manusia memerlukan bahasa karena bahasa merupakan
alat yang digunakan untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan
yang ingin disampaikan kepada orang lain. Bahasa juga berperan dalam
perkembangan di berbagai macam aspek kehidupan. Oleh karena itu fungsi dari
bahasa adalah sebagai media dalam menyampaikan informasi. Fungsi bahasa
dapat dikaji melalui dua cara yaitu, secara internal dan eksternal. Kajian secara
internal adalah pengkajian yang dilakukan hanya terhadap struktur intern bahasa
sedangkan kajian secara eksternal adalah pengkajian yang dilakukan terhadap
struktur yang berada di luar bahasa.
Untuk meningkatkan kemampuan bahasa, terdapat dua pendapat mengenai
pengajaranya. Yakni fokus mengajarkan bagaimana penggunaan bahasa atau
berfokus pada pengajaran bentuk bahasa. Namun nyatanya dalam mempelajari
bahasa kita membutuhkan informasi tentang bentuk bahasa, yaitu bentuk kata,
tanda bahasa, dan bagaimana bahasa itu digunakan dalam berkomunikasi. Bahasa
merupakan kaidah dan fungsi yang menggambarkan kesemestaan orang dalam
berpikir. Jika seseorang memahami fungsi dan bentuk dari bahasa, lalu
mengungkapkannya, berarti itulah gambaran pikirannya. Oleh karena itu, bentuk
kata dan kaidah atau struktur bahasa harus dipahami untuk menuntun cara berpikir
kita.1
1
Arnianti, A. (2019). Teori Perkembangan Bahasa. PENSA , 1 (1), 139-152.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu fonologi dan Morfologi?
C. TUJUAN
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang fonologi, morfologi, sintaksis,
semntik, kemajuan dalam pragmatik, kosa kata, tata bahasa, dan kesadaran
metalinguistik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
FONOLOGI
Selama masa pra sekolah, secara bertahap banyak anak anak menjadi lebih
sensitif terhadap bunyi dari sebuah kata yang diucapkan dan menjadi semakin mampu
menghasilkan sembunyi dari bahasa mereka. Saat anak berusia 3 tahun, ia mulai
mampu mengucapkan semua bunyi vokal dan sebagian besar konsonan. (Menn &
Stoel-Gammon, 2009).
Secara etimologis fonologi berasal dari 2 kata Yunani yaitu phone yang berarti "
bunyi " dan logos yang berarti ilmu. Maka, pengertian fonologi adalah "ilmu bunyi".
Fonologi merupakan ilmu bahasa yang mengkaji bunyi. Objek kajian fonologi yang
pertama adalah bunyi bahasa (fon) yang disebut tata bunyi (fonetik). Yang kedua yaitu,
mengkaji fonem yang disebut tata fonem (fonemik). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa fonologi merupakan sabang ilmu bahasa yang mengkaji bunyi
bahasa danproses terbentuk serta berubahnya bahasa. Bunyi bahasa dibedakan
menjadi 2, yakni :
1) Fonetik
Dari pendefenisian Abdul Chaer, fonetik merupakan sabang ilmu fonologi yang
mempelajari bunyi bahasa tanpa memikirkan apakah bunyi tersebut memiliki fungsi
sebagai pembeda makna atau tidak.
Ahmad Muaffaq berpendapat bahwa fonetik adalah ilmu yang mengkaji bunyi
bahasa, yang mencakup produki, tranmisi, dan prepepsi terhadapnya tanpa
memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna. Ada 3 urutan proses terjadinya
bunyi bahasa yang dibagi oleh Chaer, yaitu :
a) Fonetik artikulus/fonetik organis/fonetik fisiologi, yang mempelajari bagaimana
mekanisme alat bicara manusia berkerja untuk menghasilkan bunyi bahasa serta
pengklasifikasiannya.
b) Fonetik akustik yang mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa /fenomena
3
alam
c) Fonetik auditoris yang mempelajari bagaimana mekanisma penerimaan bunyi
bahasa oleh telinga kita.
2) Fonemik
Menurut Abdul Chaer fonemik adalah cabang ilmu fonologi yang mempelajari
bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna.
Ahmad Muffaq berpendapat bahwa fonemik merupakan cabang ilmu fonologi yang
mempelajari bunyi pengucapan/bahasa atau sistem fonem suatu bahasa dalam
fungsinya sebagai pembeda makna.
MORFOLOGI
Secara etimologi morfologi berasal dari kata morf yang berarti "bentuk". Dan logi
yang berarti "ilmu". Jadi, kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk di dalam kajian
linguistik, morfologi diartikan sebagai cabang ilmu bahasa yang mengkaji seluk beluk
bentuk dari kata dan perubahannya serta dampak dari perubahan tersebut terhadap
makna. Pada kamus linguistik, morfologi ialah bidang linguistik yang mempelajari
morfem dan kombinasi kombinasinya atau bagian dari struktur bahasa yang mencakup
kata dan bagian-bagian kata.
Nurhayati dan Siti Mulyani menyatakan bahwa morfologi adalah ilmu yang
membicarakan kata dan proses pengubahannya. Dengan demikian dapat didefinisikan
bahwa morfologi yaitu ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk kata yang meliputi
pembentukan atau perubahannya, mencakup kata dan bagian-bagian kata atau morfem.
Morfologi merupakan kajian lanjutan setelah fonologi. Kajian morfologi dilakukan
setelah memahami fonologi dengan baik. Dengan kata lain, morfologi membahas
pembentukan kata. Morfologi juga dijelaskan sebagai bidang ilmu yang mempelajari
morfem dan kombinasinya. Satuan bahasa dalam tataran morfologi berupa bentuk-
bentuk kebahasaan terkecil yang lazim disebut morf dan abstraknya disebut morfem.
Konsep ini hampir mirip dengan konsep font dan fonem yang di mana perbedaannya
adalah bahwa font dan fonem merupakan lingkup bunyi sedangkan morf dan morfem
merupakan lingkup bentuk kata.2
2
Gani, S. (2019). Kajian teoritis struktur internal bahasa (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik). A
Jamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, 7(1), 1-20.
4
B. SINTAKSIS, SEMANTIK, DAN PERKEMBANGAN PRAGMATIK
Anak prasekolah juga mempelajari dan menerapkan aturan sintaksis (Lieven,
2008; Tages Flushberg & Zukowski, 2009). Mereka menunjukkan kemajuan dalam
menguasai aturan kompleks yang berhubungan dengan cara mengurutkan kata-kata.
Masa prasekolah juga ditandai dengan adanya pemahaman dalam menguasai semantik.
Beberapa ahli menyimpulkan bahwa antara usia 18 bulan - 6 tahun, anak belajar
mengenai sebuah kata baru setiap jam (Gman & Kalish, 2006).
SINTAKSIS
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti "dengan" dan kata
tattein yang berarti "menempatkan". Jadi, secara etimologi sintaksis adalah
menempatkan secara bersama-sama kata menjadi kelompok kata atau kalimat.
Manaf menjelaskan bahwa sintaksis adalah cabang ilmu yang membahas struktur
internal dari kalimat. Struktur kalimat yang dibahas adalah frasa, klausa, dan kalimat.
Aisyah Chalik berpendapat bahwa sintaksis merupakan bagian dari tata bahasa yang
mengkaji struktur frasa dan kalimat. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
sintaksis adalah bagian dari ilmu bahasa yang mengkaji tentang kata dan kelompok
kata yang membentuk frasa, klausa, dan kalimat.
1) Frase
Rossa adalah suatu kelompok kata yang terdiri atas dua kata atau lebih yang
membentuk suatu kesatuan yang tidak melampaui batas subjek dan batas predikat.
Dalam pembentukan frasa tidak terdapat ciri-ciri klausa. Frasa adalah suatu
komponen yang berstruktur, yang dapat membentuk klausa dan kalimat.
2) Klausa
Klausa adalah sebuah konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang
mengandung unsur predikat. Klausa bisa menjadi kalimat. Berdasarkan penjelasan
Manaf bahwasannya yang membedakan klausa dan kalimat adalah intonasi final di
akhir satuan bahasa itu. Kalimat diakhiri dengan intonasi final, sedangkan klausa
tidak diakhiri intonasi final. Intonasi final dapat berupa intonasi berita, tanya,
perintah, dan kagum. Klausa merupakan satuan gramatikal yang setidaknya terdiri
dari subjek dan predikat.
3) Kalimat
Kalimat adalah tuturan yang mempunyai arti penuh dan turunnya suara menjadi
ciri sebagai batas keseluruhannya. Oleh karena itu, kalimat merupakan tuturan
5
yang diakhiri dengan intonasi final. Kalimat adalah suatu bentuk linguistik yang
terdiri atas komponen kata-kata, frase, dan klausa. Jika dilihat dari fungsinya,
unsur dari kalimat berupa subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
Menurut bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal serta kalimat
majemuk.
4.) Funsgi Sintaksis
Yang dimaksud fungsi sintaksis tersebut adalah subjek, predikat, objek,
pelengkap, dan keterangan. Realisasinya dalam sebuah kalimat, fungsi-fungsi
tersebut tidak selalu hadir secara bersamaan. Terkadang sebuah kalimat hanya
terdiri atas fungsi S-P, S-P-O, S-P-Pel, S-P-K, S-P-O-K, atau S-P-Pel-K. Namun
dilihat dari sifat kehadirannya dalam sebuah kalimat, fungsi tersebut dapat
dibedakan menjadi dua bagian yakni fungsi yang wajib hadir dan fungsi yang
tidak wajib untuk hadir. Yang termasuk fungsi wajib hadir ialah subjek, predikat,
objek, dan pelengkap sedangkan yang termasuk ke dalam fungsi yang tidak wajib
hadir adalah keterangan.
SEMANTIK
Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna
ungkapan dan struktur makna suatu wicara. Definisi lain tentang semantik adalah ilmu
yang berkaitan dengan makna atau arti kata. Makna merupakan maksud pembicaraan,
pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi, serta perilaku manusia atau
kelompok. Chaer berpendapat bahwa dalam semantik yang dibicarakan adalah
hubungan antara kata dengan konsep atau makna dari kata tersebut, serta benda atau
hal yang dirujuk oleh makna itu yang berada di luar bahasa. Makna dari sebuah kata,
ungkapan atau wacana ditentukan oleh konteks yang ada. berdasarkan dari beberapa
pendapat dapat disimpulkan bahwa semantik adalah ilmu yang menelaah lambang-
lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satunya
dengan yang lain, serta hubungan antara kata dengan konsep atau makna dari kata
tersebut.3
3
Jurnal SEMANTIKA, Volume 2, No. 02, Februari 2021, pp. 28-40
6
PERKEMBANGAN PRAGMATIK
Perkembangan pragmatik atau penggunaan bahasa merupakan hal paling penting
dibanding perkembangan aspek bahasa lainnya pada usia SD. Hal ini pada usia
prasekolah anak belum dilatih menggunakan bahasa secara akurat, sistematis, dan
menarik.
Berbicara tentang pragmatik ada 7 faktor penentu yang perlu dipahami anak (1)
kepada siapa berbicara (2) untuk tujuan apa, (3) dalam konteks apa, (4) dalam situasi
apa, (5) dengan jalur apa, (6) melalui media apa, (7) dalam peristiwa apa (Tarigan,
1990). Ke-7 faktor penentu komunikasi tersebut berkaitan erat dengan fungsi
(penggunaan) bahasa yang dikemukakan oleh M.A.K Halliday: instrumental, regulator,
interaksional, personal, imajinatif, heuristik, dan informatif. Pinnel (1975) dalam
penelitiannya tentang penggunaan fungsi bahasa di SD kelas awal menemukan bahwa
umumnya anak menggunakan fungsi interaksional (untuk bekomunikasi) dan jarang
menggunakan fungsi heuristik (mengunakan bahasa untuk mencari ilmu pengetahuan
saat belajar dan berbicara dalam kelompok kecil).
Dilihat dari segi perkembangan kemampuan bercerita, anak umur 6 tahun sudah
dapat bercerita secara sederhana tentang sesuatu yang mereka lihat. Kemampuan ini
selanjutnya berkembang secara teratur dan sedikit demi sedikit. Mereka belajar
menghubungkan kejadian tetapi bukan yang mengandung hubungan sebab akibat.
Kata penghubung yang digunakan: dan, kemudian.
Pada usia 7 tahun anak mulai dapat membuat cerita yang agak padu. Mereka
sudah mulai mengemukakan masalah, rencana mengatasi masalah dan penyelesaian
masalah tersebut meskipun belum jelas siapa yang melakukannya.
Pada umur 8 tahun anak menggunakan penanda awal dan akhir cerita, misalnya
“Akhirnya mereka hidup rukun”. Kemampuan membuat alur cerita yang agak jelas
baru mulai diperoleh anak pada usia lebih dari delapan tahun. Pada umur tersebut
barulah mereka dapat mengemukakan pelaku yang mengatasi masalah dalam cerita.
Anak-anak mulai dapat menarik perhatian pendengar atau pembaca cerita yang
mereka buat. Struktur cerita mereka semakin menjadi jelas.
Kaitannya dengan gaya bercerita antara anak laki-laki dan perempuan memiliki
perbedaan. Anak perempuan menganggap bahwa peranannya dalam percakapan
adalah sebagai fasilitator, sehingga mereka menggunakan cara yang tidak langsung
7
dalam meminta persetujuan dan lebih banyak mendengarkan, misalnya “Ibu tidak
marah, kan?”. Sementara itu, anak laki-laki menganggap dirinya sebagai pemberi
informasi, sehingga cenderung memberitahu.
Anak laki-laki biasanya kurang berbicara dan lebih banyak berbuat namun
kadangkala bertindak keras dan percakapan digunakannya untuk berjuang agar tidak
dikuasai oleh anak lain atau kelompok lain. Anak perempuan cenderung banyak bicara
dengan pasangan akrabnya, dan saling menceritakan rahasianya, masalah pribadinya
dikemukakan kepada teman.4
C. KOSA KTA, TATA BAHASA, DAN KESADARAN METALINGUISTIK
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kosakata adalah perbendaharaan
kata. Sedangkan, baku adalah tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas
yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Baku juga dapat diartikan sebagai standar.
Menurut Keraf (dalam Misriyah: 2011), tata bahasa merupakan suatu himpunan dari
berbagai patokan di dalam struktur bahasa. Struktur bahasa yang dimaksud meliputi
tata bunyi, tata bentuk, tata kata, tata kalimat, dan juga tata makna. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata metalinguistik adalah
penelitian tentang hubungan antara faktor bahasa dan faktor bukan bahasa dalam
masyarakat.
Selama masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, terjadi perubahan cara
mengorganisasikan kosa-kata secara mental. Ketika ditanya mengenai kata pertama
apa yang terpikir pada saat mendengar sebuah kata, anak-anak kecil biasanya akan
memberikan sebuah kata yang sering kali mengikuti kata tersebut di dalam sebuah
kalimat. Proses kategorisasi biasanya akan lebih mudah ketika anak-anak
meningkatkan kosa kata mereka. Kosa kata anakanak meningkat dari rata-rata 14.000
kata di usia 6 tahun menjadi rata-rata sekitar 40.000 kata di usia 11 tahun. Anak-anak
membuat kemajuan yang serupa untuk tata-bahasa (Tager-Flusberg & Zukowski,
2009). Selama sekolah dasar, kemajuan anak-anak di dalam penalaran logis dan
keterampilan analitis membantu mereka memahami konstruksi seperti penggunaan
yang tepat dari kata perbandingan (lebih tinggi, lebih pendek) dan subjektif
(“seandainya kamu menjadi presiden...”). Selama masa sekolah dasar, anak-anak
mulai memahami dan menggunakan tata-bahasa yang kompleks. Kemajuan dalam
4
Siddiq, Mohammad. "Tindak tutur dan pemerolehan pragmatik pada anak usia dini." KREDO: Jurnal
Ilmiah Bahasa dan Sastra 2.2 (2019): 268-290.
8
kosa-kata dan tata-bahasa yang berlangsung selama sekolah dasar disertai dengan
perkembangan kesadaran metalinguistik, di mana pengetahuan bahasa, seperti
pengetahuan mengenai preposisi atau kemampuann mendiskusikan bunyi bahasa.
Kesadaran metalinguistik memungkinkan anakanak “memikirkan bahasa yang mereka
gunakan, pemahaman mengenai katakata, dan bahkan mendefinisikannya” (Berko
Gleason, 2009, hal.4).
Mengajarkan tata bahasa tidak hanya dalam bentuk pembelajaran di
kelas.Pertanyaan-pertanyaan juga muncul bila tata bahasa disajikan dalam
pengembangan bahan ajar modul atau buku pelajaran.
(1) disajikan secara induktif atau deduktif?
(2) menggunakan istilah-istilah atau penjelasan tata bahasanya?
(3) tata bahasa dijelaskan tersendiri secara terpisah atau tergabung; dan bagaimana
hubungan tata bahasa dengan wacana?
Tantangan dalam mengajar tata bahasa yang juga harus dipahami oleh guru
yaitu:
(1) Adanya kata yang frekuensi bentuk dan pembentukannya rendah;
(2) Bentuk bahasa yang memiliki banyak fungsi penggunaan.
Untuk itu guru harus mengembangkan pemahaman atas fakta-fakta yang relevan
tentang bentuk, makna, dan penggunaan struktur morfologi dan sintaksisnya. (Murcia-
Freeman, op.cit1999)
Untuk itu Murcia dan Freeman menyarankan bahwa dalam merencanakan pengajaran
tata bahasa, juga dalam silabus, harus memperhitungkan (1) sekuensial struktur, (2)
mengenalkan berbagai aspek dalam tata bahasa (3) gradasi tingkat kesulitan tata bahasa (4)
mengajarkan tentang bahasa bukan bahasanya. Misalnya dalam mengajarkan kata. Brown
menyarankan bagaiman tata bahasa disajikan:
(1) Mengajarkan kosakata,
(2) Menggunakan kosakata dalam konteks,
(3) Menggunakan kamus bilingual,
(4) Strategi mengajar makna kata, dan
(5) Menerapkan strategi impromptu.
9
Pengajaran tata bahasa dapat dilakukan melalui penanaman kebiasaan dalam
menerapkan aturan-aturan bahasa. Proses pembelajaran tersebut dalam rangka
pemerolehan bahasa. Maka, bentuk latihan yang bermakna harus meliputi tiga dimensi,
yaitu: bentuk, makna , dan penggunaaan. Penggunaaan itu termasuk penggunaanberbagai
teknik mengajar yang sesuai seperti teknik repetisi, penggunaan bentuk yang bermakna,
dan untuk latihan dalam dimensi penggunaan ada latihan memilih bentuk yang sesuai
dengan konteksnya.5
5
Utami, S. R. (2017). Pembelajaran Aspek Tata Bahasa dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia. Aksis:
Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(2), 189-203.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara etimologis fonologi berasal dari 2 kata Yunani yaitu phone yang
berarti " bunyi " dan logos yang berarti ilmu. Secara etimologi morfologi berasal
dari kata morf yang berarti "bentuk". Dan logi yang berarti "ilmu". Jadi, kata
morfologi berarti ilmu mengenai bentuk di dalam kajian linguistik, morfologi
diartikan sebagai cabang ilmu bahasa yang mengkaji seluk beluk bentuk dari kata
dan perubahannya serta dampak dari perubahan tersebut terhadap makna.
Secara etimologi sintaksis adalah menempatkan secara bersama-sama kata
menjadi kelompok kata atau kalimat. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa
yang berhubungan dengan makna ungkapan dan struktur makna suatu wicara.
Definisi lain tentang semantik adalah ilmu yang berkaitan dengan makna atau arti
kata. Perkembangan pragmatik atau penggunaan bahasa merupakan hal paling
penting dibanding perkembangan aspek bahasa lainnya pada usia SD. Hal ini pada
usia prasekolah anak belum dilatih menggunakan bahasa secara akurat, sistematis,
dan menarik.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kosakata adalah
perbendaharaan kata. Sedangkan, baku adalah tolok ukur yang berlaku untuk
kuantitas atau kualitas yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan. Baku juga dapat
diartikan sebagai standar. Menurut Keraf (dalam Misriyah: 2011), tata bahasa
merupakan suatu himpunan dari berbagai patokan di dalam struktur bahasa.
Struktur bahasa yang dimaksud meliputi tata bunyi, tata bentuk, tata kata, tata
kalimat, dan juga tata makna. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), arti kata metalinguistik adalah penelitian tentang hubungan antara faktor
bahasa dan faktor bukan bahasa dalam masyarakat.
11
DAFTAR PUSTAKA
Arnianti, A. (2019). Teori Perkembangan Bahasa. PENSA , 1 (1), 139-152.
Siddiq, Mohammad. "Tindak tutur dan pemerolehan pragmatik pada anak usia
dini." KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra 2.2 (2019): 268-290.
12