Anda di halaman 1dari 4

Saudara mahasiswa. Silahkan diskusikan topik berikut ini.

Permintaan uang dalam ekonomi moneter juga dipakai dalam ekonomi Islam. Namun terdapat
perbedaan mendasar pada keduanya. Menurut anda, dimanakah letak perbedaan permintaan uang
dalam ekonomi moneter dan ekonomi Islam. Apakah faktor yang mempengaruhi permintaan uang
dalam ekonomi Islam?

Silahkan dikemukakan pendapatnya masing masing, jika perlu dukung dengan tabel atau gambar yang
menguatkan pendapat tersebut.

Jangan lupa menulis sumber materi untuk menghindari indikasi plagiasi. Hindari copy paste jawaban
teman. Copy paste diperbolehkan dari sumber utama (buku/jurnal) namun diwajibkan untuk
di rewrite  terlebih dahulu dan dilengkapi sumber referensi sebelum di upload.

Selamat berdiskusi. Salam literasi.

Ekonomi Moneter merupakan suatu cabang ilmu ekonomi yang membahas tentang peranan uang dalam
mempengaruhi tingkat harga-harga dan tingkat kegiatan ekonomi dalam suatu Negara yang bertujuan
untuk menjaga tingkat kestabilan harga dan juga mengatur tingkat tinggi rendahnya inflasi. Ekonomi
moneter merupakan salah satu instrument penting dalam perekonomian modern. Dalam ekonomi
modern terdapat dua kebijakan perekonomian yang di jadikan istrumen oleh pemerintah dalam
menstabilkan perekonomian suatu Negara. Yang pertama adalah kebijakan fiksal, yaitu kebijakan yang di
ambil pemerintah untuk membeanjakan pendapatannya dalam merealisasi tujuan-tujuan ekonomi.
Yang kedua adalah kebijakan moneter, yaitu langkah pemerintah untuk mengatur penawaran dan
tingkat bunga.

Ada dua jenis system moneter, yaitu system moneter konvensional dan system moneter islam.
Keduanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu menjaga stabilitas sehingga pertumbuhan ekonomi yang
merata yang di harapkan dapat tercapai. Hanya saja dalam ekonomi moneter islam terjadi penghapusan
bunga dan penerapan LPS. Dalam tulisan ini saya sebagai penulis akan menyajikan konsep-konsep dasar
ekonomi moneter konvensional dan ekonomi moneter islam.

Dalam pandangan  ekonomi konvensional maka tujuan memegang uang terdiri dari tiga keinginan,
Pertama,yaitu tujuan transaksi dalam rangka membayar pembelian-pembelian yang akan mereka
lakukan. Kedua, tujuan berjaga-jaga sebagai alat untuk menghadapi kesusahan yang mungkin timbul
dimasa yang akan dating. Ketiga, tujuan spekulasi dimana pelaku ekonomi dengan cermat mengamati
tingkat bunga yang berlaku saat itu. jika menguntungkan bila di bandingkan investasi maka masyarakat
cenderung mendepositokan uangnya, dengan harapan mendapat imbalan bunga.

Dalam ekonomi moneter konvensional maka tidak bisa dipisahkan dengan kebijakan moneter. Bentuk
kebijakan moneter ini terdiri dari kebijakan moneter kuantitatif dan kebijakan moneter kualitatif.
Kebijakan moneter kuantitatif merupakan suatu kebijakan umum yang bertujuan untuk mempengaruhi
jumlah penawaran uang dan tingkat bunga dalam perekonomian. Yang terdiri dari operasi pesar
terbuka, mengubah tingkat bunga dan tingkat disconto, dan mengubah tingkat cadangan minimum.
Sedangkan kebijakan moneter kualitatif dapat berupa pengawasan pinjaman secara kolektif,
pembujukan moral, dan mengambil asumsi.
Dalam pandangan  ekonomi moneter islam, tidak mengutamakan suku bunga. Bahkan sejak zaman
rosulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin, kebijakan moneter dilaksanakan tanpa menggunakan
instrument bunga sama sekali. Sedangkan dalam pandangan kebijakan moneter konvensional bunga ini
menjadi hal yang sangat dominan bias di lihat dari fungsi uang dalam kebijakan ekonomi moneter salah
satunya adalah tujuan spekulasi. Maka tujuan memegang uang dalam pandangan ekonomi moneter
islam terdiri dari dua keinginan, yaitu tujuan transaksi dan tujuan berjaga-jaga. Selain melarang riba,
ekonomi moneter islam juga melarang penumpukan harta atau bisa juga di sebut iktinaz. Iktinaz
memang jarang di bahas dalam masalah perekonomian dan lebih terfokus kepada pembahasan riba.
Tapi iktinaz juga sangat berpengaruh pada keuangan suatu Negara.  Islam secara tegas melaraang
praktik penimbunan uang. Praktik ini adalah praktik yang sangat merusak, sama halnya dengan riba.
Menurut imam Al-Ghazali, fitrah uang adalah Allah menciptakan uang adalah untuk di transaksikan,
bukan hanya di simpan. Pada QS At-Taubah, 9 : 34-35 di jelaskan praktik apa yang dapat dikatakan
sebagai praktik iktinaz. Yaitu mereka yang hanya menyimpan uang mereka dan tidak mengeluarkan
harta mereka untuk di nafkahkan pada jalan Allah. Praktik iktinaz lainnya adalah mencetak emas dan
perak untuk di jadikan ornament-ornamen penghias gedung dimana emas dan perak kala itu adalah
mata uang. Hal itu juga mendapat perhatian iman Al-Ghazali sehingga beliau juga melaknat praktik itu
sebab bertentangan dengan fitrah fungsi uang.

Iktinaz sebenarnya memiliki hubungan dengan riba. Kembali kepada pembahasan bahwa banyak kajian
ekonomi islam yang terfokus pada riba. Kajian-kajian tersebut mengkaji riba dimana riba berada disisi
penawaran pada kurva penawaran uang. Pada system moneter, penawaran uang dan permintaan uang
bersama-sama menentukan jumlah uang beredar serta harga dari uang tersebut. 

Penawaran uang adalah berapa jumlah uang yang di berikan atau di sediakan. Sebagai contoh bank
sentral mencetak uang bertambah sehingga jumlah uang beredar juga bertambah. Contoh lain adalah
ketika bank umum menyalurkan kredit pinjaman. Bagaimana kredit di salurkan, bagaimana uang di
cetak, bagaimana system perbankan bekerja didalam penyediaan uang, adalah cakupan dari
pembahasan riba. Padahal iktinaz juga penting.

Permintaan uang yang kita kenal dalam ekonomi moneter juga dipakai dalam ekonomi Islam. Ada dua
alasan permintaan uang dalam ekonomi Islam yaitu permintaan uang untuk tujuan transaksi dan
permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga. Permintaan uang untuk tujuan spekulasi seperti yang
diungkapkan oleh Keynes tidak pernah ada dalam ekonomi Islam, sehingga fungsi permintaan uang
untuk tujuan spekulasi (sebagai fungsi tingkat bunga) menjadi nol. Permintaan uang dalam ekonomi
Islam dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Besarnya persediaan uang kas yang dipengaruhi oleh tingkat
pendapatan dan frekuensi pengeluaran. Analisis yang sama dapat digunakan untuk perusahaan yang
memerlukan uang kas untuk pembelian bahan baku dan penerimaan dari penjualan produk dalam
bentuk uang kas. Kebutuhan uang kas tersebut akan berubah dalam interval tingkat waktu dan tingkat
aktivitas usaha.

Permintaan uang untuk berjaga-jaga muncul karena individu dan perusahaan menganggap perlu uang
kas selain yang digunakan untuk bertransaksi. Permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga ini diperlukan
untuk memenuhi kewajiban dan berbagai peristiwa yang tidak disan gka. Jumlah uang yang diminta
dalam ekonomi Islam hanya terdiri dari dua motivasi yang telah disebutkan di atas, yang merupakan
fungsi dari tingkat pendapatan, namun pada tingkat tertentu telah ditentukan zakat atas aset yang
kurang produktif. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan permintaan atas uang oleh
masyarakat, untuk tingkat pendapatan tertentu yang terkena zakat dirumuskan sebagai berikut (Suheri,
2011)

Peningkatan biaya transaksi pada tingkat pendapatan tertentu akan cenderung mengurangi jumlah uang
permintaan uang. Pada gambar berikut, bila pendapatan adalah Y1 dan tingkat biaya adalah 1 maka
jumlah permintaan uang adalah M1 D . Kenaikan tingkat biaya ke 2 akan mengakibatkan penurunan
jumlah permintaan ke M2 D, begitu seterusny

Terkait dengan fungsi liquidity preference yang digambarkan Keynes, dari hasil analisis statistik terhadap
seluruh negara Islam (khususnya yang umat Islamnya lebih dari lima puluh persen) maka dapat
disimpulkan bahwa :

1. Permintaan uang pada negara Islam ditentukan oleh pendapatan, dalam hal ini motif transaksi dan
berjaga-jaga mendominasi alasan penduduk muslim

2. Kekayaan merupakan determinan yang penting dalam permintaan uang pada beberapa negara

3. Permintaan uang dalam arti sempit maupun luas tidak dipengaruhi oleh tingkat bunga sehingga
implikasinya adalah :

a. Preferensi umat Islam berbeda dengan model Keynes, sehingga motif spekulasi tidak
ditemukan di negara-negara Islam
b. Penghapusan tingkat bunga secara menyeluruh di negara-negara Islam tidak akan
menimbulkan masalah yang serius dalam hubungannya dengan efektivitas kebijakan moneter di
negara-negara tersebut

Sumber :

- Ekonomi moneter (BMP); 1—9 / ESPA4227 / 3 SKS / Etty Puji Lestari. – Cet. 3; ed. 2--. Tangerang
Selatan : Universitas Terbuka, 2018.
- https://www.kompasiana.com/yuliamys/59b4dcf508e6ba4e3400b902/perbedaan-konsep-
ekonomi-moneter-konvensional-dan-konsep-ekonomi-moneter-islam

Anda mungkin juga menyukai