Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDesa)


TAHUN ANGGARAN 2018-2020
(STUDI KASUS DESA TALLE
KECAMATAN SINJAI SELATAN K A B U P A T E N
SINJAI)

PROPOSAL

ERNIH

105721141717

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2021
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Jl. Sultan Alauddin No. 259 gedung iqra Lt. 7 Tel. (0411) 866972 Makassar

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Analisis Efektivitas Dan Efisiensi Anggaran


Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDesa) Tahun
Anggaran 2018-2020 (Studi Kasus Desa Talle
Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai)
Nama Mahasiswa : Ernih
No. Stambuk/NIM : 105721141717
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar
Telah disetujui untuk dapat diseminarkan serta direview pada Seminar Proposal
Penelitian.
Makassar, 18 Dzulqaidah 1442 H
28 Juni 2021 M
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Andi Jam’an, SE., M.Si Faidul Adzim, SE., M.Si


NIDN : 0902116603 NIDN : 0921018002
Mengetahui

Ketua Program Studi Manajemen

Muh. Nur Rasyid, SE., MM


NBM : 1085576

ii
DAFTAR ISI

iii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

iv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan

nasional tidak bisa di lepaskan dari prinsip otonomi daerah. Daerah

mempunyai kewenangan dan tanggungjawab menyelenggarakan kepentingan

masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi, dan

pertanggungjawaban kepada masyarakat. Salah satu rasionalitas yang

penting dari pelaksanaan otonomi daerah adalah untuk memperbaiki kinerja

pemerintahan kabupaten dan kota.

Otonomi daerah merupakan konsep kajian aktual yang memberikan

porsi lebih kepada daerah untuk menyalurkan segala urusan dan kepentingan

daerah agar mampu dikelola sendiri sesuai dengan potensi masing-masing

daerah. Sebagaimana dikatakan oleh Todaro (2006:22) bahwa pembangunan

harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat,

dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta

pengentasan kemisikinan. Jadi pembangunan suatu negara dapat dikatakan

baik tidaknya hanya dilihat dari pertumbuhan ekonominya yang semakin

meningkat saja, tetapi juga diikuti oleh berbagai aspek-aspek pendukung

utama.

Provinsi, kabupaten atau kota, desa adalah kategori daerah otonom

mulai dari tingkat teratas sampai terendah yang memiliki kewenangan untuk

mengurus rumah tangganya sendiri. Undang-undang Nomor 6 tahun 2014

1
2

tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kabupaten Sinjai dengan berbagai pembagian jenis kewenangan mulai

dari sebuah kecamatan kemudian turun kedesa mempunyai tanggungjawab

yang sama dibawah pemerintah daerah dalam mengembangkan kewenangan

tadi secara maksimal untuk meningkatkan dukungan berbagai lapisan

masyarakat sehingga segala perencanaan pembangunan akan tercapai

sesuai yang ditetapkan oleh pemerintah daerah masing-masing pada setiap

tahun.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 tahun 2018, menyebutkan

pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) adalah

rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. Rencana keuangan tahunan

pemerintah desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Desa

dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan ditetapkan dengan Peraturan

Desa. Desa yang merupakan daerah otonom terendah, otomatis akan menjadi

objek dari berlangsungnya sistem desentralisasi fiskal yang diperoleh dari

pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan desa

diturunkan dalam bentuk kebijaksanaan desa berupa Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa (APBDesa). APBDesa adalah peraturan desa yang memuat

sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun

waktu satu tahun.


3

Kemudian proses penetapan rancangan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa (APBDesa) ditetapkan menjadi sebuah Anggaran yang syah

sehingga setiap desa tentunya mengupayakan penggunaanya harus

disesuaikan dengan tahapan proses pembangunan dengan baik dan sesuai

dengan prosedur yang ada. Hal ini harus dikedepankan mengingat

pengelolaan keuangan disetiap desa sifatnya sangat kompleks apabila tidak

dilakukan secara efisien dan seefektif mungkin untuk menghindari yang

dikatakan pemberosan yang sangat merugikan percepatan pembangunan

desa yang tidak dikehendaki sebelumnya.

Desa Talle merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan

Sinjai Selatan selalu memperhatikan dukungan sepenuhnya dari berbagai

pihak terutama upaya pemenuhan sumber penerimaan pada pos Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) yang ditetapkan setiap tahunnya,

dengan tujuan agar keberlangsungan kegiatan proses pelayanan, dan

dukungan aktivitas lainnya dapat berjalan lancar dan kesejahtraan masyarakat

dapat tercapai.

Berdasarkan hasil penelitian di Desa Talle Kecamatan Sinjai Selatan

Kabupaten Sinjai pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBDesa)

merupakan ujung tonggak pembangunan daerah yang perlu dilaksanakan

oleh pemerintah desa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari konteks

pembangunan daerah yang esensial. Oleh karena itu pelaksanaan APBDesa

memiliki peran penting dalam mensukseskan pembangunan daerah.

Dengan demikian, berdasarkan latar belakang dan penjelasan uraian

tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Efektivitas dan Efisiensi Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBDesa)


4

Tahun Anggaran 2018-2020 (Studi Kasus Desa Talle Kecamatan Sinjai

Selatan Kabupaten Sinjai)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah

dalam peneltian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat efektivitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDesa) tahun anggaran 2018-2020 di Desa Talle Kecamatan Sinjai

Selatan Kabupaten Sinjai?”

2. Bagaimana tingkat efisiensi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDesa) tahun anggaran 2018-2020 di Desa Talle Kecamatan Sinjai

Selatan Kabupaten Sinjai?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang

akan dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis tingkat efektivitas Anggaran Pendapatan dan Belanja

Desa (APBDesa) tahun anggaran 2018-2020 di Desa Talle Kecamatan

Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.

2. Untuk menganalisis tingkat efisiensi Anggaran Pendapatan dan Belanja

Desa (APBDesa) tahun anggaran 2018-2020 di Desa Talle Kecamatan

Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:


5

1. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

kondisi pertanggungjawaban pelaksanaan sehingga dapat meningkatkan

Efektivitas dan Efisiensi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDesa) khususnya di Desa Talle Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten

Sinjai sebagai bahan evaluasi mengenai pengelolaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).

2. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan kepada

calon peneliti selanjutnya khususnya yang akan melakukan penelitian

mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa).

3. Bagi Masyarakat Desa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi

masyarakat desa mengenai pengelolaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa (APBDesa) sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam

mensukseskan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDesa).
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Teori

E. Pengertian Efektivitas

Pengertian efektivitas yang umum menunjukkan pada taraf tercapainya

hasil, atau efektivitas dari pemerintah daerah adalah bila tujuan pemerintah

daerah tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006,

efektivitas adalah pencapaian hasil program dengan target yang telah

ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil

(output-outcome). Outcome adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah.

Efektivitas dalam pengertian yang umum menunjukkan pada taraf

tercapainya hasil, dalam bahasa sederhana hal tersebut dapat dijelaskan

bahwa efektivitas dari pemerintah daerah adalah apabila tujuan pemerintah

daerah tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

pasal 4 ayat 4, efektif adalah pencapaian hasil program dengan target yang

telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.

Efektivitas berfokus pada outcome atau hasil. Suatu organisasi, program atau

kegiatan dikatakan efektif apabila output yang dilaksanakan bisa memenuhi

target yang diharapkan (Mahmudi,2007:7). Pengertian efektivitas

berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada sektor publik

sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai

pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat

6
7

yang merupakan sasaran yang sebelumnya. Sedangkan menurut Halim

(2001:72), efektivitas adalah hubungan antara output pusat

tanggungjawabnya dan tujuannya atau target. Makin besar kontribusi output

terhadap tujuan makin efektiflah satu unit tersebut.

Mardiasmo (2009:132) efektifitas pada dasarnya berhubungan dengan

pencapaian tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektifitas merupakan

hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai.

Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai

tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely).

Ihyaul (2009:26) efektivitas merupakan hubungan antara keluaran

dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional

dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir

kebijakan (spending wisely).Efektivitas terkait dengan hubungan antara hasil

yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas

merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi

output terhadap pencapaian tujua, maka semakin efektif organisasi, program,

atau kegiatan. Karena output yang dihasilkan organisasi sektor publik lebih

banyak bersifat output tidak berwujud yang tidak mudah untuk di kuantifikasi ,

maka pengukuran efektivitas sering menghadapi kesulitan. Kesulitan dalam

pengukuran efektivitas tersebut adalah karena pencapaian hasil sering tidak

bisa diketahui dalam jangka pendek, akan tetapi jangka panjang setelah

program berakhir, sehingga ukuran efektivitas biasanya dinyatakan secara

kualitatif dalam bentuk pernyataan saja. Value for money menghendaki

organisasi bisa memenuhi prinsip efisiensi dan efektivitas tersebut secara

bersama-sama. Dengan pengertian lain, value for money menghendaki


8

organisasi dapat mencapai tujuan yang ditetapkan dengan biaya yang lebih

rendah.

Menurut Robbins (2010:129) mendefenisikan efektifitas sebagai tingkat

pencapaian organisasi jangka pendek dan jangka panjang. Indikator

efektivitas menggambarkan jangkauana akibat dan dampak (outcome) dari

keluaran atau output program dalam mencapai tujuan program. Semakin

besar kontribusi output pada pencapaian tujuan, maka semakin efektif

organisasi, program, atau kegiatan.

Keberhasilan organisasi pada umumnya diukur dengan konsep

efektivitas. Konsep efektivitas merupakan pernyataan secara menyeluruh

tentang seberapa jauh suatu organisasi telah mencapai tujuannya. Efektivitas

juga dapat berarti kegiatan yang selesai tepat pada waktunya sesuai rencana

yang telah ditetapkan, jadi apabila suatu organisasi tersebut telah mencapai

tujuannya, maka telah berjalan dengan efektif. Menurut Ravianto dalam

Masruri (2014:11): “Efektifitas adalah seberapa baik pekerjaan yang

dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang

diharapkan. Ini berarti bahwa apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan

dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya mau pun mutunya, maka dapat

dikatakan efektif.”

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

efektivitas adalah perbandingan antara output (keluaran) dengan tujuan,

sehingga untuk mengetahui efektivitas pengelolaan keuangan yaitu dengan

membandingkan antara realisasi belanja dengan target belanja. Dengan

demikian untuk menganalisis efektivitas Anggaran Pendapatan dan Belanja

Desa (APBDesa) dapat dilihat dari perbandingan antara realisasi belanja desa
9

dengan target belanja desa ×100%.

Standar efektivitas menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor

690.900-327 tahun 1996 tentang kriteria penilaian dan kinerja keuangan dapat

diketahui efektif atau tidak dengan memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Hasil perbandingan atau tingkat pencapaian diatas 100% berarti sangat

efektif

b) Hasil perbandingan antara 90%-100% berarti efektif

c) Hasil perbandingan 80%-90% berarti cukup efektif

d) Hasil perbandingan 60%-80% berarti kurang efektif

e) Hasil perbandingan dibawah 60% berate tidak efektif

F. Pengertian Efisiensi

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006, efisiensi adalah

hubungan antara masukan (input) dan keluaran (output), efisiensi merupakan

ukuran apakah penggunaan barang dan jasa yang dibeli dan digunakan oleh

organisasi perangkat pemerintahan untuk mencapai tujuan organisasi

perangkat pemerintahan dapat mencapai manfaat tertentu. Input adalah

segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan

untuk menghasilkan keluaran. Output adalah sesuatu yang diharapkan

langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan non-

fisik.

Mardiasmo (2009:132) efisiensi berhubungan erat dengan konsep

produktifitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan

perbandingan antara ouput yang dihasilkan terhadap input yang digunakan

(cost of output). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila

suatu produk atau hasil kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan
10

sumber daya dan dana yang serendah – rendahnya (spending well). Indikator

efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan sumber daya oleh suatu

unit organisasi (misalnya: staf, upah, biaya administratif) dan keluaran yang

dihasilkan.

Dedi (2010:161) efisiensi adalah hubungan antara barang dan jasa yang

dihasilkan sebuah kegiatan atau aktifitas dengan sumber daya yang

digunakan. Suatu organisasi, kegiatan atau program dikatakan efisien apabila

mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau

dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya

(spending well). .Efisiensi berbicara mengenai input dan output. Efisiensi

terkait dengan hubungan antara output berupa barang atau pelayanan yang

dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output

tersebut. Suatu organisasi, program atau kegiatan dikatakan efisien apabila

mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau

dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya.

Konsep efisiensi juga terkait dengan produktivitas. Produktivitas merupakan

perbandingan antara input dan output. Dalam pusat pertanggungjawaban

teknik, untuk mengukur efisiensi dilakukan dengan cara membandingkan

biaya sesungguhnya dengan biaya standar. Pengukuran efisiensi dilakukan

dengan cara membandingan realisasi dengan standar biaya.

Marbun (2010:101) menyatakan pengertian efisiensi sebagai berikut:

“pengertian umum efisiensi adalah menekan biaya serendah mungkin untuk

meningkatkan keuntungan. Secara luas pengertian efisiensi adalah

perbandingan terbaik antara masukan dan hasil”.


11

Efisiensi merupakan rasio antara biaya yang dikeluarkan untuk belanja

kegiatan Pemerintah Daerah. Ukuran ini dipakai untuk memperoleh

pendapatan tertentu digunakan seminimal mungkin sebagaimana motif

ekonomi. Karena itu tingkat efisiensi yang terjadi akan lebih besar apabila

biaya yang dikeluarkan untuk merealisasikan penerimaan ditekan serendah

mungkin, sehingga realisasi penerimaan semakin meningkat, maka efisiensi

untuk melihat upaya mengoptimalkan kombinasi penggunaan input, atau

untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan jumlah biaya yang

minimum, atau kemampuan untuk menghasilkan output sebesar mungkin dari

jumlah input tertentu.

Standar efisiensi menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor

690.900-327 tahun 1996 tentang kriteria penilaian dan kinerja keuangan dapat

diketahui efisien atau tidak dengan memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Hasil perbandingan atau tingkat pencapaian diatas 100% berarti tidak

efisien

b) Hasil perbandingan antara 90%-100% berarti kurang efisien

c) Hasil perbandingan 80%-90% berarti cukup efisien

d) Hasil perbandingan 60%-80% berarti efisien

e) Hasil perbandingan dibawah 60% berarti sangat efisien

G. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 tahun 2018, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut (APBDesa) adalah

rencana keuangan tahunan pemerintah Desa. APBDesa merupakan dasar

pengelolaan keuangan Desa dalam masa 1 (satu) tahun anggaran mulai

tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.


12

Menurut (IAI-KSAP, 2015, p. 2) Pedoman Asistensi Akuntansi Keuangan

Desa Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) pada dasarnya

adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. APBDesa terdiri atas:

1) Pendapatan Desa

Meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan

hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali

oleh desa. Pendapatan desa diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis.

2) Belanja Desa

Meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan

kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam

rangka mendanai penyelenggaraan kewenangan desa dan diklasifikasikan

menurut kelompok, kegiatan, dan jenis.

3) Pembiayaan Desa

Meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pembiayaan desa terdiri atas Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran

Pembiayaan yang diklasifikasikan menurut kelompok dan jenis.

Menurut (Sumpeno, 2011, p. 211) Anggaran Pendapatan dan Belanja

Desa (APB-Desa) merupakan bagian integral dari perangkat kebijakan

pembangunan dan rumah tangga desa. Dalam mendukung pelaksanaan

pembangunan di desa diperlukan kepastian biaya yang berasal dariberbagai

sumber baik pemerintah, swasta maupun masyarakat setempat.


13

APB-Desa pada dasarnya disusun untuk memenuhi kebutuhan

pembiayaan pembangunan dengan mengenali secara mendalam sumber-

sumber dana dan pengeluaran atau belanja rutin pembangunan desa. Melalui

APB-Desa, pemerintah dan masyarakat secara jelas dapat menentukan skala

prioritas dan operasionalisasi pembangunan yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Secara rinci manfaat

penyusunan APB-Desa diantaranya:

a. APB-Desa sebagai panduan bagi pemerintah desa dalam menentukan

strategi operasional kegiatan berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan

dana pendukung.

b. Indikator dalam menentukan jumlah dan besarnya pungutan yang

dibebankan kepada masyarakat secara proporsonal.

c. Bahan pertimbangan dalam menggali sumber pendapatan lain di luar

pendapatan asli desa, seperti melalui pinjaman atau jenis usaha lain.

d. Memberikan kewenangan kepada pemerintah desa untuk

menyelenggarakan administrasi keuangan desa sesuai dengan peraturan

yang telah ditetapkan.

e. Memberikan arahan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa

sekaligus sebagai sarana untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh

kegiatan pemerintahan desa.

f. Gambaran mengenai arah kebijakan pembangunan pemerintah desa

setiap tahun anggaran.

g. Memberi isi terhadap model penyelenggaraan pemerintahan desa dalam

mewujudkan good governance.


14

h. Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat melalui perencanaan

pembangunan dan pembiayaan secara komprehensif.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) adalah instrumen

penting dalam rangka mewujudkan penataan pengelolaan pemerintahan yang

baik dalam pengelolaan pemerintah desa. Penataan pengelolaan

pemerintahan yang baik dapat dilihat dari proses penyusunan, pelaksanaan,

dan pertanggungjawaban APBDesa. Aparatur desa wajib memahami tahapan

atau siklus pengelolaan APBDesa yang baik, karena ini akan dapat memberi

arti pada model penyelenggaraan pemerintahan desa itu sendiri.

Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa)

didasarkan pada prinsip partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas serta

dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran, sehingga akan mendorong dan

memastikan bahwa pemerintahan desa akan dikelola dengan baik. Berikut

fungsi-fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa):

a) Fungsi otorisasi

APBDesa menjadi target fiskal yang menggambarkan keseimbangan

antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan sebagai

dasar untuk melakukan pendapatan dan belanja desa pada tahun yang

bersangkutan.

b) Fungsi perencanaan

APBDesa adalah pernyataan kebijakan publik sebagai pedoman untuk

manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang

bersangkutan.
15

c) Fungsi pengawasan

APBDesa menjadi pedoman pengendalian yang mempunyai konsekuensi

hukum untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah desa

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

d) Fungsi alokasi

APBDes harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi

pengangguran, pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efektivitas

dan efisiensi perekonomian desa.

e) Fungsi distribusi

Kebijakan APBDes harus memperhatikan rasa kepatutan dan keadilan

Masyarakat

f) Fungsi akuntabilitas

APBDesa memberi landasan penilaian kinerja pemerintah desa; sebagai

pernyataan pertanggungjawaban pemerintah desa kepada publik dengan

hasil pelaksanaan anggaran yang dituangkan dalam laporan keuangan

pemerintah desa.
16

B. Tinjauan Empiris

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO Nama, Tahun, Judul Hasil Penelitian


1 Umi Yunianti (2015). Hasil ini menunjukkan rasio efisiensi
keuangan desa rata-rata sebesar
Analisis Efisiensi dan Efektivitas 103,12% dengan tidak kategori
Anggaran Pendapatan dan Belanja efisien tahun 2010-2013. Rasio
Desa (Apbdesa) efektivitas keuangan desa rata-rata
adalah sebesar 125,75% dengan
kecenderungan kategori sangat
efektif tahun 2010-2013.
2 Abdur Rokhim (2018). Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa tingkat efisiensi pengelolaan
Analisis Efisiensi dan Efektivitas keuangan desa di Desa Nguter
Pengelolaan Keuangan Desa di Kecamatan Pasirian Kabupaten
Desa Nguter Kecamatan Pasirian Lumajang berada pada tingkat
Kabupaten Lumajang pengelolaan keuangan desa yang
kurang efisien. Sementara itu, tingkat
efektivitas pengelolaan keuangan
desa di Desa Nguter Kecamatan
Pasirian Kabupaten Lumajang berada
pada tingkat pengelolaan keuangan
desa yang efektif.
3 Siti Sri Heni Setyowati (2019). Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa nilai rata-rata tingkat
Analisis Efektivitas dan Efisiensi efektivitas pengelolaan Anggaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Pendapatan dan Belanja Desa tahun
Desa (Apbdesa) Tahun Anggaran 2016-2018 di Desa Sendangsari
2016-2018 (Studi Kasus di Desa Kecamatan Garung yaitu sebesar
Sendangsari Kecamatan Garung) 95,93%, yang memenuhi kriteria
efektif. Sedangkan untuk tingkat
efisiensinya rata-rata 93,14% dengan
kategori kurang efisien.
4 Afridian Wirahadi Ahmad, dan Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat
Gustia Eka Putri (2020). efisiensi keuangan nagari sebesar
92,90% adalah termasuk dalam
Analisis Efisiensi dan Efektivitas kategori tidak efisien. Sedangkan
Keuangan Desa/Nagari Kabupaten efektivitas sebesar 83,41% yang
Tanah Datar Sumatra Barat termasuk dalam kategori cukup
efektif.
5 Ali Khadlirin, Edy Mulyantomo, dan Hasil penelitian ini menunjukkan
Sri Yuni Widowati (2021). bahwa tingkat rata-rata efisiensi
pengelolaan Dana Desa di Desa
Analisis Efisiensi dan Efektivitas Tegalarum Kecamatan Mranggen,
Pengelolaan Dana Desa (Study Kabupaten Demak sebesar 95,57%
Empiris Dana Dsa di Desa yang memenuhi kriteria efisien, dan
Tegalarum Kabupaten Demak tingkat rata-rata efektifitas sebesar
Tahun 2016-2020 95,60%, dalam kategori efektif.
17

C. Kerangka Konsep

Penellitian ini bertujuan untuk melihat tingkat/rasio efektivitas dan

efisiensi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) apakah telah di

kelolah secara efektivitas dan efisiensi sesuai syarat yang berlaku.

Penelitian ini akan mengulas tentang permasalahan efektivitas dan

efisiensi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa). Efektivitas dan

efisiensi adalah sejauh mana tercapainya suatu target yang telah ditentukan

sebelumnya.

Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan atau

dengan kata lain efektivitas diartikan menggambarkan kemampuan

Pemerintah Desa Talle Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai dalam

merealisasikan anggaran belanja desa yang direncanakan dibandingkan

dengan target yang ditetapkan. Tingkat efektivitas dihitung dengan cara

membandingkan realisasi anggaran belanja desa dengan target anggaran

belanja desa yang telah ditetapkan.

Efisiensi berarti tingkat pencapaian output yang maksimum dengan input

tertentu. Efisiensi dapat menggambarkan perbandingan antara besarnya

biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan realisasi

pendapatan yang diterima. Efisiensi merupakan rasio antara biaya yang

dikeluarkan untuk belanja kegiatan pemerintah Desa Talle Kecamatan Sinjai

Selatan Kabupaten Sinjai. Ukuran ini dipakai untuk memperoleh pendapatan

tertentu, digunakan seminimal mungkin sebagaimana motif ekonomi.

Untuk memperjelas konsep dan arah penelitian, maka peneliti membuat

kerangka konsep sebagai berikut:


18

Kantor Desa Talle

Efektivitas Efisiensi

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

Analisis

Gambar 2.1 Kerangka Konsep


19

D. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan maka dapat ditarik

sebuah hipotesis yaitu sebagai berikut:

a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) di Desa Talle

Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai Tahun Anggaran 2018-2020

pada kriteria efektif.

b) Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) di Desa Talle

Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai Tahun Anggaran 2018-2020

pada kriteria efisien.


III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian deskriptif kuantitatif. Jenis penelitian kuantitatif merupakan salah

satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan

terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya.

Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak

menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran

terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Menurut Sugiyono

(2013:13) penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metodepenelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada

populasi dan sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan

secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kauntitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesa

yang telah ditetapkan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan tujuan untuk

mendiskripsikan objek penelitian ataupun hasil penelitian. Adapun pengertian

deskriptif menurut Sugiyono (2013:29) adalah metode yang berfungsi untuk

mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui

data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa

melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.

18
19

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di Kantor Desa Talle yang beralamat di

Jl. Poros Lancibung Kecamataan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai Provinsi

Sulawesi Selatan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini mulai dari pengajuan judul sampai dengan

memperoleh data yang dibutuhkan, waktu yang direncanakan kurang lebih

2 (dua) bulan, dimulai dari bulan Juli sampai dengan Agustus 2021.

C. Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2013:38) variabel adalah suatu atribut atau sifat atau

nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dari definisi konsep terhadap variabel – variabel tersebut dapat dioperasikan

seperti aspek perencanaan dan pelaksanaan dengan indikator input proses

dan ouput. Adapun definisi dan pengukuran variabel dalam penelitian ini,

secara operasional adalah :

a. Efektivitas; Untuk menganalisis tingkat efektivitas pengelolaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) dilihat dari sisi pengeluaran

maka formula yang digunakan adalah rasio antara realisasi belanja desa

dengan target anggaran belanja yang telah ditetapkan.

b. Efisiensi; Untuk menganalisis tingkat efisiensi pengelolaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) dilihat dari sisi pengeluaran

maka formula perhitungannya adalah rasio antara realisasi pendapatan


20

desa dengan realisasi belanja desa, dimana semakin kecil rasionya maka

semakin efisien pengelolaan keuangan desa tersebut.

c. Variabel - variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah Variabel

Efektivitas dan Efisiensi.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2013:80) populasi adalah suatu wilayah

generalisasi yang terdiri dari objek-objek atau subjek-subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) pada kantor Desa Talle

Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2013:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan

sifat yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah laporan keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDesa) pada kantor Desa Talle Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten

Sinjai periode tahun 2018 sampai dengan tahun 2020.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan dua metode yaitu penelitian kepustakaan (Library research)

dan dokumentasi.
21

a. Penelitian kepustakaan (Library reseach) adalah studi yang mempelajari

berbagai buku referensi serta hasil penelitian sebelumnya yang sejenis

berguna untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan

diteliti.

b. Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data

dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan

gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung

penelitian. Dokumentasi digunakan dalam mengumpulkan data dan diolah.

Dokumentasi digunkan dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) dari periode tahun

2018 sampai dengan tahun 2020 dan Profil Desa Talle Kecamatan Sinjai

Selatan Kabupaten Sinjai.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan –

bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannnya dapat

diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2013:244). Sedangkan metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif,

deskriptif menurut Sugiyono (2012:29) adalah metode yang berfungsi untuk

mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui

data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa

melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum atau

generalisasi. Sedangkan pengujian instrumen dilakukan dengan cara sebagai

berikut:
22

1. Analisis Rasio Efektivitas

Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi

mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi tersebut dikatakan telah

berjalan dengan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa

efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah

dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Efektivitas hanya melihat

suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah di tetapkan

(Mardiasmo,2004:134). Efektivitas terkait dengan hubungan antara hasil

yang diharapkan dengan hasil yang sesunguhnya dicapai. Efektivitas

merupakan hubungan antara output dengan tujuan atau dengan kata lain

efektivitas diartikan menggambarkan kemampuan Pemerintah Desa Talle

Kecamatan Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai dalam merealisasikan

anggaran belanja desa yang direncanakan dibandingkan dengan target

yang ditetapkan. Tingkat efektivitas dihitung dengan cara membandingkan

realisasi anggaran belanja desa dengan target anggaran belanja desa yang

telah ditetapkan.

Menurut Halim (2001:72), efektivitas adalah hubungan antara output

pusat tanggungjawabnya dan tujuannya atau target. Suatu organisasi

program atau kegiatan dikatakan efektif apabila output yang dilaksanakan

bisa memenuhi target yang diharapkan (Mahmudi: 2007:7). Output dalam

hal ini adalah realisasi belanja sedangkan tujuan atau target adalah target

belanja. Makin besar kontribusi output terhadap tujuan makin efektiflah satu

unit tersebut. Dengan demikian untuk menganalisis efektivitas pengelolaan

keuangan dapat dilihat dari perbandingan antara realisasi belanja dengan

target belanja.
23

Rasio Efektivitas= Outcome (Realisasi Belanja) x 100%


Output (Tareget Belanja)

Sumber: Mahmudi, 2007

Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah desa

dalam merealisasikan belanja desa dengan target belanja desa yang

ditetapkan. Kinerja pemerintah desa akan dikatakan efektif apabila rasio

antara 90,01% - 100%, semakin tinggi rasio efektivitas berarti kinerja akan

semakin baik dan semakin rendah rasio efektivitas berarti semakin buruk.

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327

tahun 1996, kriteria tingkat efektivitas anggaran belanja sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kriteria Kinerja Keuangan (Efektivitas)

No Nilai Presentase Kinerja Keuangan Kategori

1 100% keatas Sangat Efektif

2 90 - 100% Efektif

3 80 - 90% Cukup Efektif

4 60 - 80% Kurang efektif

5 Kurang 60% Tidak Efektif

Sumber: Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996

2. Analisis Rasio Efisiensi Efisiensi

Efisiensi berarti tingkat pencapaian output yang maksimum dengan

input tertentu. Efisiensi dapat menggambarkan perbandingan antara

besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan dengan

realisasi pendapatan yang diterima.

Efisiensi merupakan rasio antara biaya yang dikeluarkan untuk

belanja kegiatan Pemerintah Desa Talle Kecamatan Sinjai Selatan


24

Kabupaten Sinjai. Ukuran ini dipakai untuk memperoleh pendapatan

tertentu, digunakan seminimal mungkin sebagaimana motif ekonomi.

Karena itu tingkat efisiensi yang terjadi akan lebih besar apabila biaya yang

dikeluarkan untuk merealisasikan penerimaan ditekan serendah mungkin,

sehingga realisasi penerimaan semakin meningkat, maka efisiensi untuk

melihat upaya mengoptimalkan kombinasi penggunaan input, atau untuk

menghasilkan tingkat output tertentu dengan jumlah biaya yang minimum,

atau kemampuan untuk menghasilkan output sebesar mungkin dari jumlah

input tertentu. Kinerja pemerintah akan dikatakan efisien apabila antara

60,01% - 80%, semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja akan semakin

baik dan semakin besar rasio berarti semakin buruk.

Rasio Efisiensi= Output (Realisasi Belanja) x 100%


Input (Realisasi Pendapatan)

Sumber: Mahmudi, 2007

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900- 327

tahun 1996, kriteria tingkat efisiensi anggaran belanja adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Kinerja Keuangan (Efisiensi)

No Nilai Presentase Kinerja Keuangan Kategori

1 100% keatas Tidak Efisien

2 90 - 100% Kurang Efisien

3 80 - 90% Cukup Efisien

4 60 - 80% Efisien

5 Kurang 60% Sangat Efisien

Sumber: Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996


DAFTAR PUSTAKA

25

Anda mungkin juga menyukai