PENDAHULUAN
Manusia bangsa itu sendiri. Dalam mencetak Sumber Daya Manusia yang
berkualitas, ada satu faktor yang wajib hukumnya untuk tidak ditinggalkan,
yaitu gizi yang baik dan cukup. Gizi yang baik dan cukup merupakan hal yang
fisik yang baik. Oleh karena itu, gizi seseorang perlu dirancang sejak dini
terutama pada masa awal kehamilan sampai anak berusia dua tahun (Hamzah,
2017)
2015-2019, salah satu sasaran pokok ialah meningkatkan status kesehatan gizi
ibu dan anak. Status gizi ibu memegang peranan penting terhadap
sangat vital, dimulai dari sejak kehamilan trimester pertama hingga seribu hari
dengan risiko terjadinya penyakit kronis pada masa dewasa. (Teguh dkk, 2019)
Status gizi ibu hamil yang baik sangat menentukan perkembangan dan
Status gizi ibu hamil yang baik dapat diperoleh dengan seimbangnya antara
asupan dan kebutuhan gizi. Jika selama masa kehamilan asupan tidak
seimbang dengan kebutuhan gizi, ibu dan janin mengalami berbagai masalah,
1
antara lain janin dapat mengalami kecacatan, berat badan lahir rendah (BBLR)
yakni kurang dari 2500 gram, anemia selama masa kehamilan, perdarahan, dan
kematian neonatal. Ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi akan menderita
keadaaan fisik. Selain itu, ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi berisiko
melahirkan bayi dengan berat badan rendah sebesar 2-3 kali lebih besar
trimester pertama dan kedua. WHO juga mencatat 40 % kematian ibu di negara
kematian ibu (AKI) adalah sebesar 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup. Ibu meninggal akibat dari komplikasi pada masa kehamilan, persalinan
dan nifas. Komplikasi yang terjadi tentunya tidak terlepas dari buruknya status
gizi si ibu dan pada akhirnya berdampak kepada kondisi kesehatannya begitu
tahun 2018 dengan LiLA <23,5 cm sebesar 17,3% dan wanita tidak hamil
dengan LiLA < 23,5 cm sebesar 14,5%. Jumlah KEK ibu hamil di Propinsi
Jawa Barat sebanyak 14,1%. Tingginya prevalensi ibu hamil usia subur (15-49
2
tahun) yang mengalami KEK di Jawa Barat pada tahun 2018 memiliki
Hasil survei data tentang kejadian KEK di Puskesmas Telagasari pada ibu
hamil, yaitu kejadian KEK pada tahun 2018 sebanyak 50 kasus ibu hamil yang
mengalami KEK, tahun 2019 sebanyak 90 kasus ibu hamil yang mengalami
KEK. Data tersebut menunjukkan bahwa adanya kenaikan kasus KEK pada
ibu hamil sebanyak 80%. Ibu hamil dengan KEK berisiko mengalami
dilakukan perbaikan gizi pada ibu hamil (Data Gizi PKM Telagasari, 2019).
Penyebab utama terjadinya KEK pada ibu hamil yaitu sejak sebelum hamil
ibu sudah mengalami kekurangan energi, karena kebutuhan orang hamil lebih
tinggi dari ibu yang tidak dalam keadaan hamil. Kehamilan menyebabkan
meningkatnya metabolisme energi, karena itu kebutuhan energi dan zat gizi
KEK dapat dibagi menjadi dua, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung.
Penyebab langsung terdiri dari asupan makanan atau pola konsumsi, infeksi,
zat-zat gizi, hambatan absorbsi karena penyakit infeksi atau infeksi cacing,
yang kurang baik, jumlah anak yang terlalu banyak, usia ibu , usia menikah,
penghasilan rendah, perdagangan dan distribusi yang tidak lancar dan tidak
3
Menurut penelitian Teguh dkk, 2019 mengatakan bahwa ada beberapa
Faktor resiko yang dapat mempengaruhi asupan energi dan protein pada ibu
hamil antara lain umur, jumlah paritas, jarak kehamilan, tingkat pendidikan,
(KEK) pada ibu hamil yang disebabkan karena masih kurangnya informasi
mengenai Kekurangan Energi kronis pada ibu hamil. Untuk itu penulis ingin
Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Telagasari Tahun 2020.
Tahun 2020.
4
2. Diketahui Distribusi Frekuensi dan hubungan Usia, Paritas, Status
resiko terjadinya KEK pada ibu hamil sehingga ibu hamil dapat melakukan
kehamilan untuk mencegah kejadian KEK pada ibu hamil serta mengevaluasi