Anda di halaman 1dari 4

OTITIS MEDIA

A. Definisi
Infeksi saluran telinga meliputi, infeksi saluran telinga luar (otitis eksternal), saluran
telinga tengah (otitis media), mastoid (mastoiditis) dan telinga bagian dalam
(labyrinthitis). Otitis media, suatu inflamsi telinga tengah berhubungan dengan efusi
telinga tengah, yang merupakan penumpukan cairan ditelinga tengah. (Smeltzer &
Bare, 2002)
Klasifikasi Otitis Media: (Smeltzer, sussan 2013)
1. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu.
Ditandai dengan cairan pada telinga tengah biasanya berlangsung kurang dari 6
minggu. Patogen Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan
Moraxella catarrhalis) yang memasuki telinga tengah setelah tuba eustasius
mengalami disfungsi akibat obstruksi yang disebabkan oleh infeksi pernafasan
atas, inflamasi jaringan sekitar, atau reaksi alergi.
2. Otitis media sub akut
Kumpulan cairan tidak terinfeksi diruang telinga tengah. Dapat disebut serous
atau secretory otitis media, dapat disebabkan oleh flu, sakit tenggorokan, flu, atau
infeksi saluran pernafasan bagian atas.
3. Otitis media kronik terjadi infeksi dengan peforasi membran timpani dan secret
yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Secret mungkin
encer atau kental, bening atau berupa nanah. Otitis media akut menjadi otitis
media kronik apabila proses infeksi lebih dari 2 bulan.
B. Etiologi
Otitis media (OM) sering terjadi setelah infeksi saluran nafas atas oleh bakteri atau
virus yang menyebabkan peradangan di mukosa, gangguan drainase telinga tengah
dan menyebabkan penumpukan cairan steril. Bakteri atau virus masuk ke telinga
tengah melalui tuba eustachius, yang menyebabkan infeksi telinga tengah. Kuman
penyebab utama otitis media akut adalah bakteri piogenik seperti streptococcus
hemolitikus, stapilococcus aureus, diplococcus pneumokukus. Selain itu kadang
ditemukan juga hemofilus influens sering ditemukan pada anak yang berusia dibawah
5 tahun, Escherichia colli, streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris dan
pseudomonas aurugenos. (Efiaty, 2007).
C. Manifestasi Klinis
1. Otitis media akut
Berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah, OMA dapat dibagi atas 5 stadium:
a. Stadium radang tuba Eustachii (salpingitis)
Stadium ini ditandai dengan adanya gambaran retraksi membran timpani
akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, karena adanya
absorbsi udara. Kadang-kadang membran timpani sendiri tampak normal atau
berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi.
Dari penderita sendiri biasanya mengeluh telinga terasa tersumbat (oklusi
tuba), gemrebeg (tinnitus low frequence), kurang dengar, seperti mendengar
suara sendiri (otofoni) dan kadang-kadang penderita merasa pengeng tapi
belum ada rasa otalgia.
b. Stadium hiperemis (presupurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran
timpani atau seluruh membran timpani. Mukosa cavum timpani mulai tampak
hiperemis atau oedem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat
eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat. Pada stadium ini penderita
merasakan otalgia karena kulit di membran timpani tampak meregang.
c. Stadium supurasi
Oedem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superfisial serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum timpani,
menyebabkan membran timpani menjadi menonjol (bulging) ke arah telinga
luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat,
serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Pada anak-anak sering disertai
kejang dan anak menjadi rewel. Apabila tekanan eksudat yang purulen di
cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi iskemik akibat tekanan pada
kapiler-kapiler, serta terjadi trombophlebitis pada vena-vena kecil dan
nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat
sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan, di tempat ini
akan terjadi ruptur. Sehingga bila tidak dilakukan incisi membran timpani
(miringitomi) maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan
discharge keluar ke liang telinga luar. Dengan melakukan miringitomi luka
incisi akan menutup kembali karena belum terjadi perforasi spontan dan belum
terjadi nekrosis pada pembuluh darah. bulging pada saat stadium supurasi.
Lubang tempat ruptur (perforasi).
d. Stadium perforasi
Stadium ini terjadi apabila terjadi ruptur pada membran timpani yang bulging
pada saat stadium supurasi. Lubang tempat rupture (perforasi) tidak mudah
menutup kembali.
e. Stadium resolusi
Membran timpani yang utuh, bila terjadi kesembuhan maka keadaan membran
timpani perlaha-lahan akan normal kembali. Sedangkan pada membran
timpani yang utuh tapi tidak terjadi kesembuhan, maka akan berlanjut menjadi
Glue Ear. Pada keadaan ini sebaiknya dilakukan incisi pada membran timpani
(miringitomi) untuk mencegah terjadinya perforasi spontan. Pada membran
timpani yang mengalami perforasi, bila terjadi kesembuhan dan menutup
maka akan menjadi sikatrik, bila terjadi kesembuhan dan tidak menutup maka
akan menjadi Dry ear (sekret berkurang dan akhirnya kering). Sedangkan bila
tidak terjadi kesembuhan maka akan berlanjut menjadi Otitis Media Supuratif
Kronik (OMSK), di mana sekret akan keluar terus-menerus atau hilang timbul.
2. Otitis media subakut
Efusi 3 minggu-3 bulan.
3. Otitis media kronik/menetap
Efusi lebih dari 3 bulan.
D. Pemeriksaan Penunjang (NANDA NIC-NOC)
1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
2. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani
3. Kultur dan uji sensitifitas: dilakukan bila dilakukan timpanosensitesis (Aspirasi
jarum dari telinga tengah melalui membran timpani)
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan OMA pada prinsipnya memberikan terapi medikamentosa
Pemberian terapi medikamentosa ini tergantung pada stadium penyakitnya.
1. Stadium oklusi
Pada stadium ini pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba
Eustachius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan
obat tetes hidung. HCI efedrin 0,5% dalam larutan (<12 tahun) atau HCI efedrin
1% dalam larutan fisiologis (untuk anak yang berumur di atas 12 tahun dan pada
orang dewasa). Disamping itu sumber infeksi harus diobati, Antibiotika diberikan
apabila penyebab infeksi adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi.
2. Stadium Presupurasi
Pada stadium ini antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika perlu diberikan. Bila
membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan
miringotomi. Antibiotika yang dianjurkan adalah dari golongan penisilin atau
ampisilin. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal selama 7 hari. Bila pasien
alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin. Pada anak ampisilin
diberikan dengan dosis 50-100 mg/BB/hari, dibagi dalam 4 dosis, atau eritromisin
40 mg/BB/hari.
3. Stadium Supurasi/Perforasi
Disamping diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi, bila
membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala gejala klinis lebih cepat
hilang dan ruptur dapat dihindari. Pada stadium ini bila terjadi perforasi sering
terlihat adanya sekret berupa purulen dan kadang terlihat keluarnya sekret secara
berdenyut (pulsasi). Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H,O,
selam 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan
perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
4. Stadium Resolusi
Jika terjadi resolusi maka membran timpani berangsur normal kembali. sekret
tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Tetapi bila tidak terjadi
resolusi akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi
membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema
mukosa telinga tengah. Pada keadaan demikian antibiotika dapat dilanjutkan
sampai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih tetap banyak,
kemungkinan telah terjadi mastoiditis. Bila OMA berlanjut dengan keluarnya
sekret dari telinga tengah lebih dari 3 minggu,maka keadaan ini disebut otitis
media supuratif subakut. Bila perforasi menetap dan sekret masih tetap keluar
lebih dari satu setengah bulan atau dua bulan maka keadaan ini disebut otitis
media supuratif kronik (OMSK).
F. Discharge Planning
1. Istirahat yang cukup untuk mengatasi infeksi
2. Tidak dianjurkan mengobati sendiri sebelum konsultasi dengan dokter
3. Liang telinga dapat bersih dengan sendirinya sehingga tidak perlu dibersihkan
dengan katenbuds
4. Hindari memasukkan apapun ketelinga
5. Bila kotoran terbentuk berlebih konsultasikan dengan dokter sepesialis THT
6. Jagalah telinga tetap kering
7. Hindari penerbangan saat menderita infeksi telinga
G. Patofisiologi

Referensi:
- Brunner &Suddarth, (2013). Buku Ajar KeperawatanMedikalBedahEdisi
8Volume 3. Jakarta ECG.
- Smeltzer, S. C. (2001). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth Ed. 8
Vol. 3. EGC: Jakarta.
- Nanda NIC-NOC. 2015

Anda mungkin juga menyukai