Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi

KOMUNIKASI POLITIK

Disusun Oleh:
Delvi Maysarah (2201113789)
Habibi (2201110909)
Destalian Bembi Nursal (2201136030)
Wahyu Hidayatullah (2201113793)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS RIAU
T.P. 2022/2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


???
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi politik?
2. Permasalahan apa saja yang berkaitan dengan komunikasi politik?
3. Apa saja contoh kasus terkini yang berkaitan dengan komunikasi politik!
4. Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan mengenai komunikasi politik?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu komunikasi politik.
2. Merumuskan permasalahan mengenai komunikasi politik.
3. Menjabarkan contoh kasus terkini yang berkaitan dengan komunikasi politik.
4. Memberikan solusi mengenai permaslahan yang berhubungan dengan komunikasi
politik.
1.4 Konsep Teoritis
Mengetahui dampak yang akan muncul apabila komunikasi politik pada suatu
pemerintahan tidak berjalan dengan baik.
BAB II

PEMBAHASAN

KOMUNIKASI POLITIK

Pengertian Komunikasi Politik

Komunikasi politik secara sederhana dapat dimaknai sebagai proses komunikasi yang
memuat pesan politik. Komunikasi politik melibatkan aktor aktor politik sebagai
komunikator maupun komunikan, pesan pesan politik, media politik serta berkaitan dengan
tujuan politik yaitu power atau kekuasaan. Berbagai literatur bahkan mendefinisikan
komunikasi politik sebagai komunikasi antara yang memerintah dengan yang diperintah.

Siapa saja bisa melakukan komunikasi politik. Dari ranah paling kecil misalnya
keluarga, lingkungan RT, kelurahan, kecamatan sampai pada negara. Bahkan kita juga
mengenal ada komunikasi politik internasional, yaitu komunikasi politik yang melibatkan
satu negara dengan negara lainnya. Hal paling sederhana misalnya saat seseorang
berkomentar terhadap sosok kepala negara, kebijakan pemerintah atau memberikan dukungan
itu sudah bisa dikategorikan sebagai komunikasi politik.

Komunikasi Politik Menurut Para Ahli

1. Miriam Budiarjo salah satu pakar komunikasi politik Indonesia menyatakan bahwa


komunikasi politik merupakan salah satu fungsi dari partai politik untuk menyalurkan
beragam pendapat dan aspirasi dari masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa,
penggabungan kepentingan dan perumusan kepentingan untuk diperjuangkan menjadi
kebijakan publik atau public policy
2. Perloff bependapat bahwa komunikasi politik merupakan proses kepemimpinan
nasional, media, perubahan masyarakat dan pengupayaan pesan politik yang berujung
pada kebijakan publik. Dalam bukunya Perloff menyebutkan political communication
is process by which a nation’s leadership, media, and citizenry exchange and confer
meaning upon messages that relate to the conduct of public policy
3. Gabriel Almond (1960) memberikan definisi terkait komunikasi politik sebagai salah
satu fungsi yang selalu ada dalam sistem politik. Gabriel Almond mengatakan “ All
the function performed in the political system, political socialization and recruitment,
interest articulation, interest aggregation, rule making, rule application, rule
adjudication are performed by means communication.

Distorsi Komunikasi Politik

Hal menarik diungkapkan Mochtar Pabotinggi ( 1993) terkait proses komunikasi politik


dengan 4 distorsi:

1. Distorsi sebagai ideologi

Terdapat 2 distorsi dalam ideologi. Pertama adalah perspektif yang mengidentikan


kegiatan politik sebagai hak istimewa sekelompok orang atau praktik monopoli.
Sedangkan perspektif kedua lebih memandang pada kegiatan yang hanya melibatkan
sistem tinggi tanpa peduli kehendak rakyat.

2. Distorsi sebagai “topeng”

Ben Anderson dalam “bahasa topeng” mengidentifikasi bahwa komunikasi politik


menampikan sesuatu yang lain antara yang dimaksudkan dengan fakta atau realita.

3. Distorsi sebagai representasi

Gambaran representasi ini adalah memberikan gambaran terhadap sesuatu tidak sama
dengan aslinya.

4. Distorsi sebagai “proyek lupa”

Sebagai sesuatu yang dimanipulasi, lupa ini dapat diciptakan bukan hanya untuk
beberapa orang namun puluhan hingga ratusan juta.

Manfaat Mempelajari Komunikasi Politik

Mempelajari komunikasi politik tentu sangat menarik. Adapun manfaat yang dapat diambil
dari mempelajari komunikasi politik adalah :

a. Memberikan pemahaman pentingnya fungsi komunikasi dan komunikasi politik


dalam kehidupan sehari hari sampai pada kehidupan bernegara
b. Memberikan pendidikan politik cerdas bagi pelaku maupun masyarakat
c. Meningkatkan partisipasi politik masyarakat dan mendorong pertumbuhan demokrasi
d. Menghindari hal hal yang tidak diinginkan seperti manipulasi, kebohongan politik,
propaganda pesan maupun pemanfaatan publik untuk tujuan politik tertentu
e. Menjaga stabilitas politik
f. Menumbuhkan pemikiran kritis bagi masyarakat
g. Mendorong tercapainya masyarakat madani
h. Memunculkan ide baru, wacana wacana baru dan mendorong munculnya aktor aktor
politik
i. Meningkatkan kontrol sosial publik atau masyarakat terhadap kekuasaan

Uraian diatas memberikan gambaran bahwa komunikasi politik ternyata cukup kompleks
karena melibatkan berbagai unsur dan komponen. Namun untuk memahaminya dalam
koridor komunikasi pasti tidak lepas dari komponen dasar komunikasi. Sebagai ilmu yang
interdisipliner kita sudah jelas melihat keterlibatan berbagai ilmu disini yaitu ilmu
komunikasi, ilmu politik, budaya bahkan psikologi sampai pada marketing politik.

Komponen Komunikasi Politik

Komponen komunikasi politik tetap saja sesuai dengan komponen dasar komunikasi yaitu
meliputi:

1. Komunikator

Komunikator politik merupakan sumber informasi politik. Dapat juga dimaknai sebagai pihak
yang memberikan pesan politik. Politikus, Pemerintah, Aktor politik atau Politikus, Aktifis,
Lembaga Non Ad Hoc ( KPU, Bawaslu), LSM atau NGO, Konsultan politik dapat dikatakan
sebagai komunikator politik

2. Pesan

Pesan politik merupakan inti dari proses komunikasi yang berjalan. Pesan politik adalah
pesan yang berisi tentang muatan politik seperti dukungan, ide, gagasan, nilai, budaya bahkan
materi seperti ajakan bahkan sosialisasi politik.
3. Media

Media politik adalah media atau medium yang digunakan untuk menyampaikan pesan politik
dari komunikator kepada komunikan. Tidak jauh berbeda dengan media komunikasi umum,
media dalam komunikasi politik saat ini sangat beragam bahkan hampir semua media dapat
digunakan sebagai media politik. Media konvensional sampai media digital saat ini
dimanfaatkan untuk media politik.

4. Komunikan

Komunikan dalam komunikasi politik adalah pihak yang menerima pesan politik. Komunikan
bisa masyarakat luas atau masyarakat tersegmen seperti ibu ibu, atau pemilih pemula.
Pemerintah pun bisa berlaku sebagai komunikan saat mendapatkan masukan dari publik.

5. Efek

Feedback dalam komunikasi politik adalah efek yang ditimbulkan dari proses politik. Efek ini
bisa jadi persuasi, dukungan, pengetahuan sampai pada partisipasi aktif khalayak dalam hal
politik. Contohnya mendukung salah satu kandidat atau menandatangani petisi politik.

6. Hambatan

Komunikasi politik juga memiliki hambatan, tidak jauh berbeda dengan hambatan pada
umumnya, hambatan komunikasi politik dapat bersifat teknis, semantik ataupun hambatan
sosial budaya.

Fungsi Komunikasi Politik

Sebagai sebuah sistem politik memiliki berbagai fungsi strategis. Adapun fungsi Komunikasi
Politik yaitu :

1. Menyampaikan informasi politik

Fungsi ini sangat jelas sebagai fungsi dasar komunikasi yaitu menyampaikan informasi.
Dalam komunikasi politik informasi dibatasi yaitu informasi politik. Namun informasi politik
juga sangat luas dari sosialisasi hingga informasi untuk melakukan persuasi bahkan
propaganda.
2. Mempertahankan nilai

Komunikasi politik berfungsi menjaga nilai dan mempertahankan nilai nilai yang menjadi
tradisi dalam masyarakat. Misalnya nilai demokrasi dengan adanya komunikasi politik maka
demokrasi dapat dipertahankan dan dijaga melalui berbagai upaya komunikasi

3. Sosialisasi Politik

Sosialisasi politik tidak dapat dilakukan tanpa komunikasi. Bagaimana orang akan
berinteraksi dan melakukan hubungan tanpa komunikasi politik? Tentu sangat mustahil.
Komunikasi menjadi ruh dari sosialisasi dan interaksi dalam komunikasi politik

4. Mendorong iklim perubahan

Melalui komunikasi dapat diciptakan tatanan yang dinamis sehingga memunculkan iklim
yang kondusif dalam menciptakan perubahan perubahan politik. Hal ini bisa dilihat dalam
berbagai kasus ketidaksetujuan yang memunculkan alternatif dan cara baru dalam berpolitik

5. Kontrol sosial

Komunikasi dibutuhkan untuk melakukan kontrol sosial. Dalam komunikasi politik ini sangat
mungkin misalnya saja dengan adanya hak jawab, hak berpendapat maupun menyampaikan
ide serta gagasan

6. Memberikan motivasi

Komunikasi politik dapat memberikan motivasi bagi golongan atau pihak yang
membutuhkan. Misalnya saja pihak yang menginginkan perubahan atau resah pada suatu
kebijakan, melalui komunikasi memberikan harapan untuk dapat berbuat dan melakukan
berbagai perubahan

7. Hiburan

Saat komunikasi dianggap sebuah seni, maka komunikasi politik dapat memberikan hiburan
bagi masyarakat. Misalnya adalah debat politik, joke politik maupun seni orasi yang
dilakukan oleh aktor politik.

8. Meningkatkan partisipasi politik


Komunikasi politik mendorong meningkatnya partisipasi masyarakat dalam berpolitik. Saat
semua orang merasa bisa berkomunikasi dan memanfaatkan jalur politik maka mereka akan
memperjuangkan ide gagasan bahkan eksistensinya sehingga secara otomatis partisipasi
politik akan meningkat

9. Mempertinggi rasa kebangsaan

Saat partisipasi meningkat dan ada keterlibatan warga negara dalam proses politik maka
secara otomatis rasa kebangsaan akan semakin tinggi. Misalnya adalah seseorang yang
berpartisipasi dalam pemilu maka dia akan merasa telah berartisipasi dan melaksanakan
kewajiban sekaligus hak sebagai warga negara yang baik serta ikut menentukan arah bangsa

10. Menciptakan saluran aspirasi

Kedekatan komunikasi dan aspirasi adalah kunci. Saluran komunikasi dapat dimanfaatkan
untuk saluran aspirasi politik. Misalnya kolom opini politik dalam media, komentar pada
media sosial atau proses demonstrasi.

Pola Komunikasi Politik

Jika membicarakan pola dalam komunikasi politik juga terdapat beberapa pola. Pola ini
meliputi pola komunikasi vertikal, horizontal, komunikasi formal maupun informal. Berikut
penjelasannya :

1. Pola komunikasi politik vertikal

Pola komunikasi politik yang sifatnya top down bisa terjadi dari pimpinan ke yang dipimpin.
Misalnya presiden ke menteri atau ketua partai kepada partisipannya. Biasanya bersifat
koordinasi atau perintah kerja

2. Pola komunikasi politik horizontal

Pola komunikasi politik yang terjadi antar individu dengan level yang sama misalnya partai A
dengan partai B, Member partai A dengan Member Partai B atau sesama member partai.
Komunikasi horizontal juga dapat terjalin antar warga negara, dalam komunikasi politik
internasional bisa terjadi antar kepala negara.
3. Pola komunikasi politik formal

Komunikasi politik yang berjalan pada jalur politik formal seperti pemilu, reses anggota
DPR, dialog partai politik maupun orasi politik pada lembaga lembaga politik yang sifatnya
legal dan formal.

4. Pola komunikasi politik informal

Komunikasi politik yang berjalan pada saluran informal misalnya obrolan diwarung kopi,
obrolan antar individu dalam memperbincangkan kebijakan pemerintah maupun diskusi
ringan netizen dimedia sosial.

5. Saluran Komunikasi Politik

Membahas tentang saluran politik juga menarik. Selain saluran formal dan informal
terdapat saluran politik yang sifatnya langsung maupun tidak langsung. Saluran politik sangat
bermacam, apalagi dengan perkembangan media sosial dan era kebebasan informasi apapun
bisa menjadi saluran politik.

Jika zaman dulu hanya saluran yang sifatnya tatap muka (orasi), lalu berkembang era
bermedia dimana orang dapat menuliskan aspirasi, saat ini sudah tercipta saluran lain seperti
media sosial ataupun saluran politik yang sifatnya seni seperti aksi teatrikal, lagu maupun
karya seni lainnya seperti puisi dan sastra.

Contoh Analisis Kasus Komunikasi Politik

ISU PEREMPUAN
SEBAGAI STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK KAMPANYE
CALON DALAM PILKADA

Idealnya, pilkada secara langsung dilaksanakan di berbagai daerah untuk


meningkatkan rasa demokratisasi di masyarakat dengan harapan kontribusi masyarakat dalam
pemilihan suara menjadi lebih besar. Namun, berbagai macam persoalan seperti sosialisasi
yang kurang maksimal, relatif tingginya angka golput, sampai pada visi misi kandidat yang
belum sepenuhnya sampai ke masyarakat masih banyak terjadi.
Munculnya persoalan tersebut sudah seharusnya diantisipasi oleh calon-calon
yang maju dalam pilkada. Berbagai isu pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan
kerja, pendidikan, dan sebagainya –termasuk isu tentang perempuan– muncul sebagai
strategi komunikasi politik untuk menarik suara pemilih dalam kampanye.
Pertanyaannya, mengapa perempuan? Sebagaimana diketahui jumlah perempuan di
negeri ini relatif lebih banyak dibanding jumlah laki-laki. Era reformasi juga telah memberi
ruang lebih luas bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Komitmen
pemerintah ini tercermin dalam UU Nomor 25 tahun 2000 yang secara eksplisit telah
menjelaskan tujuan pembangunan yang harus juga mengarah pada pencapaian kesetaraan dan
keadilan gender (KKG). Artinya setiap kebijakan pembangunan harus dikembangkan secara
responsif gender melalui strategi pengharusutamaan gender (PUG) dalam setiap
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi seluruh kebijakan dan program
pembangunan. Meskipun demikian, peran perempuan di sektor publik sejauh ini masih
belum maksimal. Kaum perempuan juga masih mengalami ketertinggalan dalam
berperan aktif dalam pembangunan dibanding kaum laki-laki.
Pemanfaatan isu pemberdayaan perempuan menjadi menarik dan penting untuk
menjadi visi misi calon, sebagai bentuk komunikasi politik kandidat yang berlaga dalam
pilkada. Namun demikian, dari sejumlah pilkada yang sudah berlangsung, ternyata hanya
sedikit kandidat yang mengangkat persoalan perempuan. Isu pemajuan perempuan kurang
menjadi fokus sebagai pesan politik yang disampaikan untuk menarik suara pemilih.
Demikian juga segmen pemilih yang dituju, hal itu masih kurang memperhatikan secara
khusus apakah tertuju pada pemilih perempuan atau laki-laki.

Mengacu pada teori komunikasi politik (Lord Windlesham, 1992; Dan Nimmo, 2000)
visi misi yang diusung oleh kandidat dalam pilkada senyatanya merupakan bentuk
komunikasi politik yang dikemas dalam kampanye. Proses penyampaian dilakukan secara
sengaja oleh para kandidat dan tim suksesnya sebagai komunikator. Materi kampanye
merupakan pesan politik yang dikonstruksikan melalui berbagai macam program.
Melalui media kampanye, diharapkan suara pemilih akan terserap dan terwujud dalam
perolehan suara dalam pilkada yang menjadi dampak komunikasi politik yang
diinginkan.
Berkaitan dengan program perempuan di atas, tampak penyampaiannya hanya
menjadi “bagian kecil” dari keseluruhan visi misi yang diangkat oleh para kandidat dalam
pilbup ataupun pilgub. Artinya, isu tersebut terlihat masih kalah gaungnya dibanding
dengan isu kampanye lain. Kampanye Aris W.-Asroru dalam Pilbup Banyumas 2008
misalnya, meskipun program pemberdayaan wanita dan generasi muda tercantum
sebagai salah satu visi misi pasangan tersebut, namun penyampaiannya terasa kurang
mengena di masyarakat karena yang lebih sering dimunculkan kepada khalayak melalui
berbagai media kampanye adalah program-progam lainnya.
Mengapa isu pemberdayaan perempuan kurang begitu diangkat menjadi materi
kampanye untuk menarik suara pemilih dalam pilkada? Pertama, isu tentang persoalan
perempuan dalam kampanye mungkin dianggap kurang efektif untuk menarik suara
pemilih, bahkan bagi pemilih perempuan sekalipun. Kedua, anggapan tidak adanya
korelasi yang signifikan antara jenis kelamin (dalam hal ini perempuan) dengan
pilihan politik pemilih. Studi yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) (2007)
juga menyimpulkan dalam kasus Pilkada Banten 2006, kemenangan yang dicapai Ratu
Atut Chosiyah sebagai gubernur lebih dikarenakan popularitas dan dukungan yang merata
di semua lapisan masyarakat Banten.
Studi tersebut menyimpulkan tidak ada perbedaan di antara pemilih laki-laki
ataupun perempuan dalam menentukan kandidat yang dipilih. Padahal, jumlah pemilih
perempuan di wilayah tersebut separuh dari 7.958.948 pemilih yang ada. Kasus di atas bisa
terjadi karena kurangnya pengemasan isu pemberdayaan perempuan dalam paket visi misi
yang disampaikan dalam kampanye para calon dalam pilkada berkaitan dengan hal tersebut.
Artinya, belum tentu dengan jumlah pemilih perempuan yang lebih banyak, maka akan
menjadi jaminan mereka akan memilih kandidat yang perempuan, atau kandidat yang
secara khusus membidik isu pemajuan perempuan.
Era reformasi telah memberi ruang yang lebih luas bagi peningkatan peran serta
perempuan dalam pembangunan. Isu tentang pemajuan perempuan seyogyanya menjadi
menarik dan penting untuk diangkat sebagai media komunikasi politik kepada
masyarakat, dalam bentuk visi misi yang diusung kandidat. Namun demikian, dari
beberapa contoh kasus pilkada yang dikemukakan, isu kampanye yang berkaitan
dengan program pemberdayaan perempuan ternyata kurang diangkat sebagai strategi
komunikasi politik utama.
Sedikit masukan, bahwa permasalahan pemajuan perempuan adalah masalah yang
penting untuk ditangani dan diselesaikan, demi tercapainya kesetaraan dan keadilan
gender di negeri ini. Pilkada, sebagai manisfestasi demokrasi di tingkat lokal, setidaknya
dapat menjadi salah satu media penyadaran bahwa persoalan ketertinggalan perempuan
adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk diselesaikan.

BAB III

Kesimpulan

Komunikasi Politik Menurut Para Ahli Miriam Budiarjo salah satu pakar komunikasi
politik Indonesia menyatakan bahwa komunikasi politik merupakan salah satu fungsi dari
partai politik untuk menyalurkan beragam pendapat dan aspirasi dari masyarakat dan
mengaturnya sedemikian rupa, penggabungan kepentingan dan perumusan kepentingan untuk
diperjuangkan menjadi kebijakan publik atau public policy.

Adapun manfaat yang dapat diambil dari mempelajari komunikasi politik adalah
Memberikan pemahaman pentingnya fungsi komunikasi dan komunikasi politik dalam
kehidupan sehari hari sampai pada kehidupan bernegara Memberikan pendidikan politik
cerdas bagi pelaku maupun masyarakat Meningkatkan partisipasi politik masyarakat dan
mendorong pertumbuhan demokrasi Menghindari hal hal yang tidak diinginkan seperti
manipulasi, kebohongan politik, propaganda pesan maupun pemanfaatan publik untuk tujuan
politik tertentu Menjaga stabilitas politik Menumbuhkan pemikiran kritis bagi masyarakat
Mendorong tercapainya masyarakat madani Memunculkan ide baru, wacana wacana baru dan
mendorong munculnya aktor aktor politik Meningkatkan kontrol sosial publik atau
masyarakat terhadap kekuasaan.

REFERENSI

https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/yinyang/article/view/230/200
Mukarom, Zaenal. 2016. Komunikasi Politik. Bandung: Pustaka Setia.

Pureklolon, T. P. (2016). Komunikasi politik. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai