KOMUNIKASI POLITIK
Disusun Oleh:
Delvi Maysarah (2201113789)
Habibi (2201110909)
Destalian Bembi Nursal (2201136030)
Wahyu Hidayatullah (2201113793)
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
KOMUNIKASI POLITIK
Komunikasi politik secara sederhana dapat dimaknai sebagai proses komunikasi yang
memuat pesan politik. Komunikasi politik melibatkan aktor aktor politik sebagai
komunikator maupun komunikan, pesan pesan politik, media politik serta berkaitan dengan
tujuan politik yaitu power atau kekuasaan. Berbagai literatur bahkan mendefinisikan
komunikasi politik sebagai komunikasi antara yang memerintah dengan yang diperintah.
Siapa saja bisa melakukan komunikasi politik. Dari ranah paling kecil misalnya
keluarga, lingkungan RT, kelurahan, kecamatan sampai pada negara. Bahkan kita juga
mengenal ada komunikasi politik internasional, yaitu komunikasi politik yang melibatkan
satu negara dengan negara lainnya. Hal paling sederhana misalnya saat seseorang
berkomentar terhadap sosok kepala negara, kebijakan pemerintah atau memberikan dukungan
itu sudah bisa dikategorikan sebagai komunikasi politik.
Gambaran representasi ini adalah memberikan gambaran terhadap sesuatu tidak sama
dengan aslinya.
Sebagai sesuatu yang dimanipulasi, lupa ini dapat diciptakan bukan hanya untuk
beberapa orang namun puluhan hingga ratusan juta.
Mempelajari komunikasi politik tentu sangat menarik. Adapun manfaat yang dapat diambil
dari mempelajari komunikasi politik adalah :
Uraian diatas memberikan gambaran bahwa komunikasi politik ternyata cukup kompleks
karena melibatkan berbagai unsur dan komponen. Namun untuk memahaminya dalam
koridor komunikasi pasti tidak lepas dari komponen dasar komunikasi. Sebagai ilmu yang
interdisipliner kita sudah jelas melihat keterlibatan berbagai ilmu disini yaitu ilmu
komunikasi, ilmu politik, budaya bahkan psikologi sampai pada marketing politik.
Komponen komunikasi politik tetap saja sesuai dengan komponen dasar komunikasi yaitu
meliputi:
1. Komunikator
Komunikator politik merupakan sumber informasi politik. Dapat juga dimaknai sebagai pihak
yang memberikan pesan politik. Politikus, Pemerintah, Aktor politik atau Politikus, Aktifis,
Lembaga Non Ad Hoc ( KPU, Bawaslu), LSM atau NGO, Konsultan politik dapat dikatakan
sebagai komunikator politik
2. Pesan
Pesan politik merupakan inti dari proses komunikasi yang berjalan. Pesan politik adalah
pesan yang berisi tentang muatan politik seperti dukungan, ide, gagasan, nilai, budaya bahkan
materi seperti ajakan bahkan sosialisasi politik.
3. Media
Media politik adalah media atau medium yang digunakan untuk menyampaikan pesan politik
dari komunikator kepada komunikan. Tidak jauh berbeda dengan media komunikasi umum,
media dalam komunikasi politik saat ini sangat beragam bahkan hampir semua media dapat
digunakan sebagai media politik. Media konvensional sampai media digital saat ini
dimanfaatkan untuk media politik.
4. Komunikan
Komunikan dalam komunikasi politik adalah pihak yang menerima pesan politik. Komunikan
bisa masyarakat luas atau masyarakat tersegmen seperti ibu ibu, atau pemilih pemula.
Pemerintah pun bisa berlaku sebagai komunikan saat mendapatkan masukan dari publik.
5. Efek
Feedback dalam komunikasi politik adalah efek yang ditimbulkan dari proses politik. Efek ini
bisa jadi persuasi, dukungan, pengetahuan sampai pada partisipasi aktif khalayak dalam hal
politik. Contohnya mendukung salah satu kandidat atau menandatangani petisi politik.
6. Hambatan
Komunikasi politik juga memiliki hambatan, tidak jauh berbeda dengan hambatan pada
umumnya, hambatan komunikasi politik dapat bersifat teknis, semantik ataupun hambatan
sosial budaya.
Sebagai sebuah sistem politik memiliki berbagai fungsi strategis. Adapun fungsi Komunikasi
Politik yaitu :
Fungsi ini sangat jelas sebagai fungsi dasar komunikasi yaitu menyampaikan informasi.
Dalam komunikasi politik informasi dibatasi yaitu informasi politik. Namun informasi politik
juga sangat luas dari sosialisasi hingga informasi untuk melakukan persuasi bahkan
propaganda.
2. Mempertahankan nilai
Komunikasi politik berfungsi menjaga nilai dan mempertahankan nilai nilai yang menjadi
tradisi dalam masyarakat. Misalnya nilai demokrasi dengan adanya komunikasi politik maka
demokrasi dapat dipertahankan dan dijaga melalui berbagai upaya komunikasi
3. Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik tidak dapat dilakukan tanpa komunikasi. Bagaimana orang akan
berinteraksi dan melakukan hubungan tanpa komunikasi politik? Tentu sangat mustahil.
Komunikasi menjadi ruh dari sosialisasi dan interaksi dalam komunikasi politik
Melalui komunikasi dapat diciptakan tatanan yang dinamis sehingga memunculkan iklim
yang kondusif dalam menciptakan perubahan perubahan politik. Hal ini bisa dilihat dalam
berbagai kasus ketidaksetujuan yang memunculkan alternatif dan cara baru dalam berpolitik
5. Kontrol sosial
Komunikasi dibutuhkan untuk melakukan kontrol sosial. Dalam komunikasi politik ini sangat
mungkin misalnya saja dengan adanya hak jawab, hak berpendapat maupun menyampaikan
ide serta gagasan
6. Memberikan motivasi
Komunikasi politik dapat memberikan motivasi bagi golongan atau pihak yang
membutuhkan. Misalnya saja pihak yang menginginkan perubahan atau resah pada suatu
kebijakan, melalui komunikasi memberikan harapan untuk dapat berbuat dan melakukan
berbagai perubahan
7. Hiburan
Saat komunikasi dianggap sebuah seni, maka komunikasi politik dapat memberikan hiburan
bagi masyarakat. Misalnya adalah debat politik, joke politik maupun seni orasi yang
dilakukan oleh aktor politik.
Saat partisipasi meningkat dan ada keterlibatan warga negara dalam proses politik maka
secara otomatis rasa kebangsaan akan semakin tinggi. Misalnya adalah seseorang yang
berpartisipasi dalam pemilu maka dia akan merasa telah berartisipasi dan melaksanakan
kewajiban sekaligus hak sebagai warga negara yang baik serta ikut menentukan arah bangsa
Kedekatan komunikasi dan aspirasi adalah kunci. Saluran komunikasi dapat dimanfaatkan
untuk saluran aspirasi politik. Misalnya kolom opini politik dalam media, komentar pada
media sosial atau proses demonstrasi.
Jika membicarakan pola dalam komunikasi politik juga terdapat beberapa pola. Pola ini
meliputi pola komunikasi vertikal, horizontal, komunikasi formal maupun informal. Berikut
penjelasannya :
Pola komunikasi politik yang sifatnya top down bisa terjadi dari pimpinan ke yang dipimpin.
Misalnya presiden ke menteri atau ketua partai kepada partisipannya. Biasanya bersifat
koordinasi atau perintah kerja
Pola komunikasi politik yang terjadi antar individu dengan level yang sama misalnya partai A
dengan partai B, Member partai A dengan Member Partai B atau sesama member partai.
Komunikasi horizontal juga dapat terjalin antar warga negara, dalam komunikasi politik
internasional bisa terjadi antar kepala negara.
3. Pola komunikasi politik formal
Komunikasi politik yang berjalan pada jalur politik formal seperti pemilu, reses anggota
DPR, dialog partai politik maupun orasi politik pada lembaga lembaga politik yang sifatnya
legal dan formal.
Komunikasi politik yang berjalan pada saluran informal misalnya obrolan diwarung kopi,
obrolan antar individu dalam memperbincangkan kebijakan pemerintah maupun diskusi
ringan netizen dimedia sosial.
Membahas tentang saluran politik juga menarik. Selain saluran formal dan informal
terdapat saluran politik yang sifatnya langsung maupun tidak langsung. Saluran politik sangat
bermacam, apalagi dengan perkembangan media sosial dan era kebebasan informasi apapun
bisa menjadi saluran politik.
Jika zaman dulu hanya saluran yang sifatnya tatap muka (orasi), lalu berkembang era
bermedia dimana orang dapat menuliskan aspirasi, saat ini sudah tercipta saluran lain seperti
media sosial ataupun saluran politik yang sifatnya seni seperti aksi teatrikal, lagu maupun
karya seni lainnya seperti puisi dan sastra.
ISU PEREMPUAN
SEBAGAI STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK KAMPANYE
CALON DALAM PILKADA
Mengacu pada teori komunikasi politik (Lord Windlesham, 1992; Dan Nimmo, 2000)
visi misi yang diusung oleh kandidat dalam pilkada senyatanya merupakan bentuk
komunikasi politik yang dikemas dalam kampanye. Proses penyampaian dilakukan secara
sengaja oleh para kandidat dan tim suksesnya sebagai komunikator. Materi kampanye
merupakan pesan politik yang dikonstruksikan melalui berbagai macam program.
Melalui media kampanye, diharapkan suara pemilih akan terserap dan terwujud dalam
perolehan suara dalam pilkada yang menjadi dampak komunikasi politik yang
diinginkan.
Berkaitan dengan program perempuan di atas, tampak penyampaiannya hanya
menjadi “bagian kecil” dari keseluruhan visi misi yang diangkat oleh para kandidat dalam
pilbup ataupun pilgub. Artinya, isu tersebut terlihat masih kalah gaungnya dibanding
dengan isu kampanye lain. Kampanye Aris W.-Asroru dalam Pilbup Banyumas 2008
misalnya, meskipun program pemberdayaan wanita dan generasi muda tercantum
sebagai salah satu visi misi pasangan tersebut, namun penyampaiannya terasa kurang
mengena di masyarakat karena yang lebih sering dimunculkan kepada khalayak melalui
berbagai media kampanye adalah program-progam lainnya.
Mengapa isu pemberdayaan perempuan kurang begitu diangkat menjadi materi
kampanye untuk menarik suara pemilih dalam pilkada? Pertama, isu tentang persoalan
perempuan dalam kampanye mungkin dianggap kurang efektif untuk menarik suara
pemilih, bahkan bagi pemilih perempuan sekalipun. Kedua, anggapan tidak adanya
korelasi yang signifikan antara jenis kelamin (dalam hal ini perempuan) dengan
pilihan politik pemilih. Studi yang dilakukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) (2007)
juga menyimpulkan dalam kasus Pilkada Banten 2006, kemenangan yang dicapai Ratu
Atut Chosiyah sebagai gubernur lebih dikarenakan popularitas dan dukungan yang merata
di semua lapisan masyarakat Banten.
Studi tersebut menyimpulkan tidak ada perbedaan di antara pemilih laki-laki
ataupun perempuan dalam menentukan kandidat yang dipilih. Padahal, jumlah pemilih
perempuan di wilayah tersebut separuh dari 7.958.948 pemilih yang ada. Kasus di atas bisa
terjadi karena kurangnya pengemasan isu pemberdayaan perempuan dalam paket visi misi
yang disampaikan dalam kampanye para calon dalam pilkada berkaitan dengan hal tersebut.
Artinya, belum tentu dengan jumlah pemilih perempuan yang lebih banyak, maka akan
menjadi jaminan mereka akan memilih kandidat yang perempuan, atau kandidat yang
secara khusus membidik isu pemajuan perempuan.
Era reformasi telah memberi ruang yang lebih luas bagi peningkatan peran serta
perempuan dalam pembangunan. Isu tentang pemajuan perempuan seyogyanya menjadi
menarik dan penting untuk diangkat sebagai media komunikasi politik kepada
masyarakat, dalam bentuk visi misi yang diusung kandidat. Namun demikian, dari
beberapa contoh kasus pilkada yang dikemukakan, isu kampanye yang berkaitan
dengan program pemberdayaan perempuan ternyata kurang diangkat sebagai strategi
komunikasi politik utama.
Sedikit masukan, bahwa permasalahan pemajuan perempuan adalah masalah yang
penting untuk ditangani dan diselesaikan, demi tercapainya kesetaraan dan keadilan
gender di negeri ini. Pilkada, sebagai manisfestasi demokrasi di tingkat lokal, setidaknya
dapat menjadi salah satu media penyadaran bahwa persoalan ketertinggalan perempuan
adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat untuk diselesaikan.
BAB III
Kesimpulan
Komunikasi Politik Menurut Para Ahli Miriam Budiarjo salah satu pakar komunikasi
politik Indonesia menyatakan bahwa komunikasi politik merupakan salah satu fungsi dari
partai politik untuk menyalurkan beragam pendapat dan aspirasi dari masyarakat dan
mengaturnya sedemikian rupa, penggabungan kepentingan dan perumusan kepentingan untuk
diperjuangkan menjadi kebijakan publik atau public policy.
Adapun manfaat yang dapat diambil dari mempelajari komunikasi politik adalah
Memberikan pemahaman pentingnya fungsi komunikasi dan komunikasi politik dalam
kehidupan sehari hari sampai pada kehidupan bernegara Memberikan pendidikan politik
cerdas bagi pelaku maupun masyarakat Meningkatkan partisipasi politik masyarakat dan
mendorong pertumbuhan demokrasi Menghindari hal hal yang tidak diinginkan seperti
manipulasi, kebohongan politik, propaganda pesan maupun pemanfaatan publik untuk tujuan
politik tertentu Menjaga stabilitas politik Menumbuhkan pemikiran kritis bagi masyarakat
Mendorong tercapainya masyarakat madani Memunculkan ide baru, wacana wacana baru dan
mendorong munculnya aktor aktor politik Meningkatkan kontrol sosial publik atau
masyarakat terhadap kekuasaan.
REFERENSI
https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/yinyang/article/view/230/200
Mukarom, Zaenal. 2016. Komunikasi Politik. Bandung: Pustaka Setia.