Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PEMETAAN
NO. URUT PETA 9
OLEH :
MOHAMAH EFENDI
F12117043
PALU
2022
1
2
LAPORAN PEMETAAN
OLEH :
MOHAMAH EFENDI
F12117043
PALU
2022
2
3
Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing Penulis,
3
4
SARI
4
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas berkah
Diantaranya :
1. Ibu Riska Puspita, S.T., M.Eng. Sebagai Dosen Pembimbing yang telah
2. Bapak Ir. Irianto Uno, M.Sc Sebagai Kepala Program Studi Teknik
5
6
lokasi penelitian.
7. Saudara Muh Taufiq Ali dalam hal ini telah membantu dalam
banyak kekurangan karena hanya Allah SWT yang maha sempurna sesuai
diharapkan oleh penulis demi perbaikan laporan ini. Akhir kata, semoga
laporan hasil kegiatan penelitian ini dapat memberikan manfaat baik dalam
6
7
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN TUJUAN...............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii
KATA PENGANTAR............................................................................. iv
DAFTAR ISI...............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................ix
DAFTAR TABEL......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
I.2 Maksud dan Tujuan.................................................................................1
I.3 Batasan masalah........................................................................................2
I.4 Letak, Waktu dan Kesampaian Daerah.................................................2
I.5 Metode dan Tahapan Penelitian..............................................................4
1.5.1 Metode Penelitian..............................................................................4
I.5.2 Tahapan Penelitian............................................................................4
I.5.2.1 Tahap Persiapan..........................................................................5
I.5.2.2 Tahap Pengambilan Data..........................................................5
1.5.2.3 Tahap Analisis Data....................................................................7
I.5.2.4 Tahap Penyusunan Laporan.....................................................7
I.6 Alat dan Bahan........................................................................................10
I.7 Peneliti Terdahulu.................................................................................11
BAB II GEOMORFOLOGI ...........................................................................13
2.1 Geomorfologi Regional..........................................................................13
2.2.1 Satuan Geomorfologi.......................................................................14
2.2.1.1 Aspek Morfografi.....................................................................15
2.2.1.2 Aspek Morfometri....................................................................16
2.2.1.3 Aspek Morfogenesa..................................................................17
7
8
8
9
9
10
1 DAFTAR GAMBAR
10
11
11
12
12
13
13
14
Mc Clay (1987)....................................................................90
Gambar 4. 9 Kenampakan striasi pada batuan diorit. Difoto ke arah
N 240o E pada stasiun 59.....................................................92
Gambar 4. 10 Kenampakan kontur meperlihatkan berbedaan ketinggian 93
Gambar 4.11 Diagram klasifikasi sesar (Rickard, 1972)...........................94
Gambar 4.12 Kenampakan striasi pada batuan granodiorit. Difoto ke
arah N 55o E pada stasiun 05................................................95
Gambar 4.13 Kenampakan striasi pada batuan granodiorit. Difoto ke
arah N 62o E pada stasiun 23................................................96
Gambar 4.14 Kenampakan air terjun pada batuan diorit. Dengan
ketinggian ± 5 m. Difoto ke arah N 5o E pada stasiun 05. .96
Gambar 4.15 Diagram klasifikasi sesar (Rickard, 1972)...........................97
Gambar 4.16 Kenampakan striasi pada batuan granodiorit. Difoto
kearah N 5o E pada stasiun 20.............................................99
Gambar 4.17 Kenampakan striasi pada batuan basal. Difoto ke arah
N 300 E pada stasiun 58.......................................................99
Gambar 4.18 Kenampakan bidang offset di foto ke arah N 85o E pada
stasiun 11..........................................................................100
Gambar 4.19 Kenampakan pergesar punggung bukit ( garis kuning )
dan zona patahanan (warna merah)..................................100
Gambar 4.20 Diagram klasifikasi sesar (Rickard, 1972)........................101
Gambar 4.21 Mekanisme Sesar Berdasarkan Sistem Reidel dalam
McClay (1987)...................................................................102
14
15
2 DAFTAR TABEL
15
16
16
17
3 BAB I
PENDAHULUAN
terdapat pada daerah Pesik dan sekitanya. Adapun tujuan pemetaan geologi
antara lain :
geologi, sejarah geologi, potensi atau keterdapatan bahan galian dan untuk
Indonesia dengan tingkat keaktifan tektonik yang sangat tinggi. Hal tersebut
daerah yang berada tepat di atas pertemuan antar lempeng. Pulau Sulawesi
berarah barat laut - tenggara, lempeng Pasifik dengan arah timur - barat dan
lempeng indo-australia dengan arah selatan - uatara (Hall dan Smyth, 2008).
17
18
Oleh karena itu maka penulis merasa perlu dilakukan penelitian secara
lebih detail, agar nantinya dapat memperoleh data – data geologi yang
roda empat dan roda dua dua dengan jarak tempuh ±6 jam.
Pesik, desa Boe dan desa Lenju, kecamatan Sojol Utara, Kabupaten
18
19
kendaraan roda empat atau roda dua dengan jarak tempuh ±6 jam.
penelitian terletak sekitar 250 km dari Kota Palu . Dari Kota Palu
19
20
20
21
dari:
tadulako.
21
22
yang meliputi :
kondisi singkapan.
pelapukan (jenis dan tingkat pelapukan), soil (warna, jenis dan tebal
soil), erosi (jenis dan tingkat erosi), gerakan tanah, sungai (jenis
sungai, arah aliran, bentuk penampang dan pola aliran sungai serta
22
23
polarisasi.
bahan galian.
23
24
lereng, tutupan lahan dan jenis batuan) yang kemudian dilakukan overlay
geologi, kolom stratigrafi, peta potensi bahan galian, dan peta rawan
penelitian.. Ada pula peta pola aliran dan tipe genetik sungai yang
hasil dari penciri primer dan sekunder dari data lapangan hingga bisa
24
25
penelitian.
25
26
penelitian ini terbagi dalam dua kategori yakni alat yang digunakan
26
27
pada saat di lapangan dan alat yang digunakan pada saat analisa
laboratorium:
berikut:
3. Laptop
5. Palu geologi
8. Kamera
9. Larutan HCl
11. Komparator
14. Busur
15. Penggaris
16. Clipboard
27
28
6. Kamera
7. Literatur
geomorfologi.
Indonesia.
sulawesi.
28
29
BAB II
5 GEOMORFOLOGI
29
30
(Sukamto, 1975).
terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi sering disebut
Sunda dan dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam.
Tenggara dibatasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan
30
31
dekat Palu dengan ketinggian hingga lebih dari 2000 meter, namun
dengan tinggi puncak dari 400 meter hingga 1900 meter yang
gerakan tanah, soil, analisis sungai yang meliputi; jenis sungai, pola
2006).
31
32
tenaga asal dalam (endogen) dan tenaga asal luar (eksogen). Proses
1983).
32
33
dataran pantai, delta, dan laut, gurun, dan glasial), yang kemudian
di dalamnya adalah lembah dan dataran yang bisa dibentuk baik oleh
(Bermana,2006)
34
35
morfogenesa.
35
36
bentangalam ini memiliki luas meliputi 12,68 % atau sekitar 385 Ha.
merubah bentuk muka bumi, antara lain proses erosi, pelapukan dan
36
37
endapan sungai yang terendap pada tengah alur sungai (channel bar)
37
38
35 cm
tinggi dengan tebal soil kurang lebih 1–2 meter. Warna soil adalah
2.3).
38
39
± 2 Meter
Gambar 2.4 Kenampakan erosi lateral difoto kearah N 340°E pada stasiun 07.
39
40
b
a
Gambar 2.5 Kenampakan endapan channel bar (a) dan point bar (b)
pada Sungai
Ogo Talangan, Ogo Alang.Difoto kearah N 3400 E pada
stasiun 07.
Ogo Talenga, Ogo Alang, Ogo Pesik dan Ogo Bantayang. Kempat
volume air dan debit airnya besar pada musim hujan dan menjadi
40
41
ini menempati bagian barat laut hingga bagian barat daya desa pesik.
41
42
memiliki kemiringan lereng rata - rata 14% – 20%, dan beda tinggi
pelapukan yang relatif sedang. Perubahan suhu dan curah hujan yang
batuan diorit.
42
43
43
44
7 cm
44
45
Gambar 2.10 Kenampakan kekar tarik pada batuan diorit. Difoto kearah N 200 o
E
pada stasiun 59.
trend
rake
Plunge
Gambar 2.11 Kenampakan striasi pada batuan diorit. Difoto kearah N 240 o E
pada stasiun 59
45
46
Gambar 2.12 Kenampakan pelapukan biologi pada batuan diorit. Difoto kearah
N 80o E pada stasiun 39.
±50 cm
Gambar 2.13 Kenampakan tebal soil pada batuan diorit. Difoto kearah N 50 o E
pada stasiun 02.
46
47
penelitian terlihat dengan adanya air terjun (Gambar 2.8) striasi dan
bidang offsite sesar (Gambar 2.9) serta adanya struktur berupa kekar
(Gambar 2.12).
(Gambar 2.13). Dengan tata guna lahan berupa hutan dan sebagian
kecil perkebunan.
Ogo Talenga, Ogo Alang, Ogo Pesik, dan Ogo Bantayang. Keempat
47
48
karena memiliki volume air dan debit airnya besar pada musim
ini menempati bagian barat laut hingga bagian barat daya desa pesik.
48
49
memiliki kemiringan lereng rata - rata 21% – 50%, dan beda tinggi
kekar dan sesar diikuti oleh proses pelapukan fisika dengan tingkat
pelapukan yang relatif sedang. Perubahan suhu dan curah hujan yang
batuan granodiorit.
49
50
Gambar 2.14 Kenampakan perbukitan. Difoto kearah N 95o E pada stasiun 85.
Trend
Plunge rake
50
51
Gambar 2.16 Kenampakan kekar tarik. Difoto kearah N 850 E pada stasiun 52
51
52
Gambar 2.18 Kenampakan gerakan tanah berupa rock fall. Difoto kearah N
2500 E pada stasiun 53.
52
53
stasiun 35.
struktur berupa kekar pada batuan diorit (Gambar 2.16 dam Gambar
2.17).
(Gambar 2.20). Secara umum jenis soil pada daerah ini merupakan
53
54
dan batuan yang berupa rock fall (Gambar 2.18) dan debris slide
batuan yang jatuh bebas akibat lepasnya blok batuan ini terjadi pada
Ogo Talengan, Ogo Alang, Ogo Pesik Ogo Bantayang, Ogo Sisobol
dalam jenis sungai periodik karena memiliki volume air dan debit
airnya besar pada musim hujan dan menjadi kecil pada musim
kemarau.
54
55
ini menempati bagian barat laut hingga bagian barat daya desa pesik.
memiliki kemiringan lereng rata - rata 51% – 55%, dan beda tinggi
55
56
kekar dan sesar diikuti oleh proses pelapukan fisika dan biologi.
56
57
Gambar 2.22 Kenampakan kekar tarik. Difoto kearah N 300 E pada stasiun 71.
±0,15 cm
Gambar 2.23 Kenampakan tebal soil ±15 cm . Difoto kearah N 200 E pada
stasiun 100.
57
58
pelapukan fisika dan biologi. Secara umum jenis soil pada daerah ini
diorit dan granodiorit. Ketebalan soil pada daerah ini masih relatif
hutan.
Ogo Alang, Ogo bantayang dan Ogo sisobol. Ketiga sungai yang
58
59
memiliki volume air dan debit airnya besar pada musim hujan dan
2.3 Sungai
59
60
hujan debit airnya menjadi besar dan pada musim kemarau debit
hanya dialiri air pada musim hujan, pada musim kemarau sungainya
Jenis sungai ini terdapat pada sungai Ogo Talenga, Ogo Alang, Ogo
Pesi, Ogo Bantaynag, Ogo Sisobol dan Ogo Lenju (Gambar 2.25).
Gambar 2.25 Sungai Ogo Talenga, Ogo Alang, Ogo Pesi, Ogo Bantayang,
Ogo Sisobol dan Ogo Lenju merupakan jenis sungai periodik,
arah Foto N 280o E pada stasiun 80.
60
61
(1967) dan hasil interpretasi peta topografi, maka pola aliran sungai
(Gamabar 2.26).
61
62
profil dari sungai, panjang sungai, atau berdasarkan atas ganesa serta
evolusi dari sungai yang diakibatkan oleh struktur batuan dasar yang
tergantung dari strike dan dip dari lapisan batuan, struktur geologi
62
63
sungai kedalam tiga jenis yaitu sungai muda (young river), dewasa
(mature river), dan tua (old age river). Sungai muda (young river)
dijumpai air terjun, aliran air yang deras, dan biasa pula dijumpai
63
64
terputar-putar oleh arus sungai. Selain itu, pada sungai muda (young
dan volume air yang besar dan deras yang mampu mengangkut
tidak ditemukan adanya air terjun, arus air relatif sedang, dan erosi
yang bekerja relatif seimbang antara erosi vertikal dan lateral, dan
landai dan sangat luas, lebar lembah lebih luas dibandingkan dengan
profil “V”dominan dijumpai pada sungai Ogo Alang dan sungai Ogo
lainnya yang mengalir ke sungai utama dan dengan pola sungai yang
relatif berkelok.
64
65
Gambar 2.28 Kenampakan profil sungai “U”, arah foto N 240ºE pada stasiun
77.
65
66
Gambar 2.29 Kenampakan profil sungai “U”, arah foto N 350ºE pada stasiun
44.
Gambar 2.30 Kenampakan profil sungai “V”, arah foto N 110ºE pada stasiun
33.
66
67
Gambar 2.31 Kenampakan profil sungai “V”, arah foto N 30ºE pada stasiun 99.
(Thornbury,1969)
67
68
aktivitas konstruksional.
hingga U-halus’.
channel bar.
68
69
BAB III
6 STATIGRAFI
69
70
formasi:
yang tak terpetakan terdiri dari andesit, basalt, diorit, diorit porfir
QI : Batugamping Koral
70
71
71
72
daerah penelitian diurutkan dari yang paling muda hingga paling tua
terdiri atas:
3. Satuan granodiorit
4. Satuan diorit
72
73
memiliki ciri fisik berwarna segar abu-abu putih dan dalam keadaan
73
74
3.4).
Nikol // Nikol X
Plg
Bt
Bt Plg
Or
Or
Qz
Qz
74
75
75
76
fisik batuan diorit pada daerah penilitan yaitu berwarna segar abu-
76
77
benua.
40, 41, 42, 43, 44, 45 (a), 46 (a), 47, 51, 52, 54, 55, 56, 57,
59(a), 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 92, 93,
94, 96, 97, 98, 99, dan 100. Ketebalan dari satuan diorit dihitung
77
78
a
b
Gambar 3.5 kenampakan batuan basal porfiri (b) mengintrusi batuan diorit
(a) di jumpai pada stasiun 45. Arah foto N 2700E
78
79
Gambar 3.6 Singkapan granodiorit pada stasiun 34 dengan arah foto N 1600E
34/BB/ME/6/21.
79
80
Nikol // Nikol X
Or Or
Qz
Qz Bt
Bt
Plg
Plg
80
81
ciri fisik litologi dan posisi stratigrafi serta letak geografis yang
regional
81
82
yang lalu).
(141-100 juta tahun yang lalu), dimana terjadi proses tektonik, yaitu
82
83
12(a),13, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 56, 27, 28,
29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 86, 88, 89, dan 90 .
b
Gambar 3.9 kenampakan batuan granodiort (a) di intrusi batuan andesit
porfiri (b) di jumpai pada stasiun 12. Arah foto N 250E
83
84
3.11)
84
85
Gambar 3.10 Singkapan basal porfiri pada stasiun 48 dengan arah foto N 270E
85
86
Nikol // Nikol X
Ol
Ol Pr Qz
Pr Qz
Md
Or
Md Or
Plg
Plg
Bt
Bt
Gambar 3.12 Kenampakan petrografis basal porfiri pada sayatan 59(b)/BB/ME/6/21, yang
memperlihatkan kandungan mineral terdiri atas kuarsa (Qz), biotit (Bt),
ortoklas (Or), plagioklas (Plg), biotit (Bt), piroksin (Pr), olivin (Ol) dan
masa dasasr (Md).
86
87
regional.
87
88
vulkanik sampai kala Pliosen Akhir (3,2 juta tahun yang lalu).
satuan ini tersingkap pada stasiun 45(b), 46(b), 48, 49, 50, 51, 58,
dan 59(b). Ketebalan dari satuan basal porfiri dihitung dari sayatan
88
89
a b
a
b
89
90
dasar.(Gambar 3.15)
90
91
Gambar 3.14 Singkapan andesit porfiri pada stasiun 14 dengan arah foto N 1100E
hornblende (4%), opak (5%), piroksin (3%) dan masa dasar (53%).
(Gambar 3.16).
91
92
Nikol // Nikol X
Or Or
Md Md
Plg
Plg
Qz Pr Qz Pr
Hb Hb
Bt Bt
Opq Opq
Gambar 3.16 Kenampakan petrografis andesit porfiri pada sayatan 14/BB/ME/6/21, yang
memperlihatkan kandungan mineral terdiri atas kuarsa (Qz), biotit (Bt),
ortoklas (Or), plagioklas (Plg), biotit (Bt), piroksin (Pr), horblende (Hb),
opak (Opq) dan masa dasasr (Md).
92
93
ciri fisik litologi dan posisi stratigrafi serta letak geografis yang
regional.
lalu).
93
94
vulkanik sampai kala Pliosen Akhir (3,2 juta tahun yang lalu).
satuan ini tersingkap pada stasiun 11, 12(b), 13, dan 4. Ketebalan
94
95
Gambar 3.17 kenampakan batuan andesit porfiri (b) mengintrusi batuan granodiorit
(b) di jumpai pada stasiun 12. Arah foto N 250E
95
96
BAB IV
7 STRUKTUR GEOLOGI
2012).
96
97
Lokasi Pemetaan
97
98
struktur kekar, dan struktur sesar berupa sesar geser dan turun.
98
99
tersebut.
struktur rekahan dalam batuan dimana tidak ada atau sedikit sekali
dalam dari batuan. Terbentuk juga retakan lain yang searah dengan
99
100
perlapisan.
tarikan/pemekaran.
gaya bekerja.
Compression Joints atau kekar gerus dan extention joints atau kekar tarik.
100
101
tegasan utama maksimum (σ1) dan tegasan utama minimum (σ3). Di jumpai
2 319 80 17 305 63
3 320 82 18 298 60
4 321 83 19 315 77
5 320 82 20 310 67
101
102
6 310 75 21 304 64
7 315 76 22 260 49
8 314 76 23 268 50
9 321 84 24 280 52
10 323 84 25 320 83
11 325 84 26 325 84
12 321 81 27 319 80
13 324 85 28 316 76
14 326 85 29 269 50
15 317 76 30 270 51
σ1
σ3
102
103
Gambar 4.4 Kenampakan kekar tarik pada batuan granodiorit yang di jumpai
pada stasiun 05.Arah foto N 2650E.
2 140 50 17 143 55
3 150 65 18 138 50
4 65 50 19 165 50
5 155 70 20 160 51
6 65 40 21 195 75
7 55 30 22 115 30
8 125 45 23 145 60
9 142 53 24 147 65
10 60 50 25 140 47
11 133 45 26 140 45
12 134 47 27 142 48
13 141 50 28 134 43
14 140 50 29 132 40
103
104
15 139 45 30 125 35
σ1
σ3
104
105
2 290 42 17 340 50
3 310 50 18 335 49
4 303 45 19 337 48
5 299 48 20 342 52
6 315 51 21 342 53
7 310 55 22 341 50
8 301 53 23 345 60
9 130 40 24 340 58
10 307 46 25 331 50
11 309 46 26 165 40
12 311 55 27 160 38
105
106
13 120 40 28 337 59
14 131 48 29 339 58
15 306 50 30 170 45
σ1
σ3
106
107
(1987) sesar adalah bidang lurus tidak berlanjut yang mana terjadi
dengan arah umum yang sejajar dengan bidang rekahan yang terjadi.
sesar tersebut.
bagian, yaitu :
1. Sesar naik adalah sesar yang hanging wallnya relatif bergerak naik yang
2. Sesar turun adalah sesar yang hanging wallnya relatif bergerak ke arah
107
108
3. Sesar geser adalah sesar dimana blok yang patah bergeser secara
mendatar. Sesar ini disebabkan oleh gaya koppel dan kompresi, terbagi
atas sesar geser menganan (dekstral) dan sesar geser mengiri (sinistral).
dalam Mc Clay (1987) membagi struktur sesar menjadi 3 (tiga) jenis yaitu :
1. Sesar normal (normal fault), jika tegasan utama maksimum (1) adalah
vertikal dan (2) dan (3) adalah horizontal. Kemiringan dari bidang
vertikal dan (1) dan (3) adalah horizontal. Dalam hal ini bidang sesar
adalah vertikal dan (1) dan (2) adalah horizontal. Kemiringan dari
Gambar 4.8 Pola system tegasan dan jenis struktur yang terbentuk akibat system
tegasan, Anderson (1951) dalam Mc Clay (1987).
108
109
pada bidang cermin sesar, kontak litologi yang berbeda umur dan
peta topografi dan hasil analisa arah tegasan utama yang bekerja di
109
110
a. Dijumpai triasi memiliki nilai trend 67, plunge 75, rake 81, pada stasiun
110
111
Trend
rake
Plunge
111
112
112
113
a. Dijumpai triasi memiliki nilai trend 237, plunge 87, rake 90, stike/dip
(140/88) pada stasiun 05 (Gambar 4.12) dan memiliki nilai trend 229,
plunge 77, rake 84, stike/dip (132/81) pada stasiun 23 (Gambar 4.13).
4.14).
113
114
Trend
rake
Plunge
Trend
rake
Plunge
114
115
115
116
116
117
Trend
Plunge rake
117
118
Trend
Plunge
rake
25 cm
118
119
119
120
Sesar ini berada pada satuan andesit porfiri dan basal porfiri
4.21) yang dihubungkan dengan hasil analisis data kekar dan penciri
120
121
121
122
Miosen Tengah (15 juta tahun yang lalu), akibat dari arah gaya
122
123
Tahap ketiga pada kala Pliosen Akhir ( 3,2 juta tahun yang
lalu), aktivitas tektonik terus berlanjut, akibat dari gaya utama yang
123
124
4.25.
BAB V
SEJARAH GEOLOGI
124
125
(141-100 juta tahun yang lalu), dimana terjadi proses tektonik, yaitu
pada Kala Oligosen Awal- Akhir (38-33 juta tahun yang lalu).
Kala Miosen Awal (22,5 juta tahun yang lalu) terjadi aktivitas
125
126
Pada Kala Miosen Tengah (15 juta tahun yang lalu) masih
yang keduan yaitu sesar normal Ogo Alang. Pada kala Miosen
Kemudian pada kala Pliosen Akhir (3,2 juta tahun yang lalu)
dan sedimentasi. Proses geologi muda ini masih terus berlangsung hingga
126
127
BAB VI
SUMBERDAYA GEOLOGI DAN POTENSI BENCANA
yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal
berasaskan :
127
128
yang terdiri dari: minyak bumi, bitumen cair, lilin beku, gas alam,
2. Bahan galian vital disebut pula sebagai bahan galian golongan B yang
bauksit, tembaga, timbal, seng, emas, platina, perak, air raksa, arsen,
3. Bahan galian non strategis dan non vital disebut pula sebagai bahan
galian golongan C yang terdiri dari: nitrat, nitrit, fosfat, garam batu
(halit), asbes, talk, mika, grafit, magnesit, yarosit, leusit, tawas (alum),
feldspar, gips, bentonit, batu apung, tras, obsidian, perlit, tanah diatome,
tanah serap (fullers earth), marmer, batu tulis, batu Kapur, dolomit,
ekonomi pertambangan.
128
129
6.1.1.1 Bahan galian sirtu (Pasir dan Batu) dari batuan diorit dan
granodiorit
129
130
Gambar 6.1 Keberadaanan sirtu Difoto kearah N 3400 E pada stasiun 07.
disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor
antara lain banjir, longsor, erupsi gunung api, gempabumi, tsunami, angin
130
131
perpindahan massa batuan dan tanah pada suatu lereng atau jurang yang
kemiringan lereng yang curam dan intensitas hujan yang tinggi serta
longsor adalah curah hujan, kemiringan lereng, tutupan lahan dan jenis
tanah.
131
132
132
133
rawan longsor adalah pembagian kelas lereng, yaitu dengan membuat empat
zona klasifikasi terkait dengan potensi terjadinya tanah longsor yang terdiri
dari zona rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Semakin tinggi nilai
rentan suatu daerah maka semakin tinggi potensi terjadinya tanah longsor.
1 Curah hujan
tersebut memiliki
Tabel 6. skorhujan
6 Data curah 2 dengan bobot
Kabupaten 30%. tahun 2011-2021
Donggala
133
134
Gambar 6. 3 Peta rata-rata curah hujan daerah Pesik dan sekitarnya tahun 2011-2021
adalah sebesar 1612,39 mm/tahun (Sumber: Data curah hujan BMKG)
134
135
2 Jenis batuan
135
136
3 Kemiringan lereng
136
137
Gambar 6. 5 Peta kemiringan lereng daerah Pesik dan sekitarnya (Sumber: Peta
DEM)
4 Tutupan lahan
yaitu: hutan lahan kering primer, hutan lahan kering sekunder, dan
137
138
Gambar 6. 6 Peta tutupan lahan daerah Pesik dan sekitarnya Tahun 2019. (Sumber:
Indonesia-Geospasial)
5 Jenis tanah
terbentuk karena curah hujan yang tinggi dan suhu yang sangat
rendah dan juga merupakan jenis tanah mineral tua yang memiliki
10%.
138
139
Gambar 6. 7 Peta jenis tanah daerah Pesik dan sekitarnya tahun 2019. (Sumber: FAO-
UNESCO)
Keterangan:
139
140
yaitu kelas rendah, dengan nilai rentan antara 0,5 – 1,95 kelas
sedang, dengan nilai rentan 2 – 2,5 kelas tinggi, dengan nilai rentan
140
141
tanah.
141
142
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
ditinjau dari debit airnya adalah sungai periodik yang memiliki tipe
sesuai satuan termuda hingga tertua, yaitu : satuan andesit porfiri, satuan
3. Struktur geologi daerah penelitian terdiri dari analisa kekar dan sesar
142
143
longsor.
7.2 Saran
143
144
DAFTAR PUSTAKA
144
145
145