Anda di halaman 1dari 10

JURNAL BANGUNAN, VOL. 22, NO.

2, OKTOBER 2017: 31-40

PERBANDINGAN MODEL ALIRAN BANJIR


UNSTEADY FLOW DAN STEADY FLOW PADA SUNGAI
NGOTOK RING KANAL

Gilang Idfi

Abstrak: Permodelan aliran banjir pada suatu sungai biasa dimodelkan dengan aliran satu
dimensi. Banjir merupakan salah satu bentuk aliran unsteady flow yang dapat disimulasikan
dengan program HEC-RAS. Hasil permodelan unsteady flow sering terjadi error dikarena-
kan analisis program yang tidak stabil. Kestabilan model dipengaruhi oleh alur sungai, ke-
miringan dasar sungai yang curam dan perubahan penampang melintang dari sungai. Kare-
na dalam peramalan banjir dibutuhkan data debit maksimal dan muka air banjir maksimal,
maka model aliran steady flow sering digunakan sebagai alternatif untuk perhitungan pera-
malan banjir. Penelitian kali ini bertujuan untuk membandingkan kelebihan dan kekuran-
gan dari model aliran banjir steady flow dan unsteady flow. Lokasi penelitian di Sungai
Ngotok Ring Kanal, Kabupaten Mojokerto. Permodelan hidrologi menggunakan program
bantu HEC-HMS sedangkan permodelan hidrolika menggunakan program bantu HEC-
RAS. Hasil permodelan yang dihasilkan menunjukkan bahwa profil elevasi muka air dari
model steady flow memiliki kecenderungan lebih tinggi dari elevasi muka air yang dihasil-
kan oleh model unsteady flow. Waktu yang dibutuhkan untuk simulasi model unsteady flow
lebih lama dari model steady flow. Elevasi muka air rata-rata yang dihasilkan oleh mod-
el unsteady flow adalah +27.17 m, sedangkan untuk model steady flow adalah +29.62 m.
Kata-kata kunci: Steady flow, Unsteady flow, Banjir

Abstract: One-dimensional flow is often used as a flood simulation. Flood is a type of unsteady
flow that can be simulated using HEC-RAS. The result of this model sometimes refers to error
due to the unstable analysis program. The stability of the program is affected by the river geo-
metric, the slope of the river bed, and the cross-section characteristic of the river. In the step of
flood forecasting, it requires the maximum discharge data and maximum of the water level. The
steady flow model is an alternative way to simulate the flood flow. This study aimed to compare
the advantages and the disadvantages of steady flow and unsteady flow modeling. Ngotok Riv-
er, Mojokerto was selected as the case study location. The hydrology modeling was conducted
by using the HEC-HMS, and HEC-RAS was equipped for the hydraulic modeling. The result of
this study shows that the water level from the steady model is higher than the unsteady model.
The time consumption to analyze the unsteady model is longer than the steady model. The aver-
age flood water level from the unsteady model is +27.17 m and the steady model is +29.62 m.
Keywords: Steady flow, Unsteady flow, Flood

K apasitas alir dari suatu sungai diharap-


kan mampu menampung debit banjir
yang melintas. Untuk mendapatkan model
sering digunakan dalam simulasi perencanaan
banjir dengan metode unsteady flow maupun
steady flow. Software yang biasa digunakan
perencanaan yang optimal, maka diperlu- untuk menganalisis banjir adalah HEC-RAS.
kan metode perhitungan dan analisis yang Metode unsteady flow merupakan permodelan
mendekati kondisi eksisting. Model simulasi dengan komponen aliran yang tidak tetap dan
perencanaan dengan menggunakan software berubah menurut fungsi jarak dan waktu. Se-
Gilang Idfi adalah Dosen Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Alamat: Jln Semarang No 5;
E-mail:gilang.idfi@gmail.com ; mobile: 087784333415

31
32 JURNAL BANGUNAN, VOL. 22, NO.2, OKTOBER 2017: 31-40

dangkan steady flow merupakan permodelan Apabila simulasi banjir yang dihasilkan den-
dengan komponen aliran yang tetap sama di- gan unsteady flow kurang stabil, maka simulasi
setiap tempat dan waktunya. Pada permod- dapat dialihkan ke steady flow. Pada aliran un-
elan unsteady flow sering dijumpai kesulitan steady flow harus diubah kebentuk diskrit (finite
dalam kestabilan model. Hal ini dikarenakan difference approximation) untuk memecah-
kannya, sehingga ada beberapa bentuk error.
pada permodelan tersebut komponen inpu-
tan lebih banyak, sebagai contoh data poton- LOKASI PENGAMATAN
gan melintang sungai, data debit dan kondisi Wilayah untuk penelitian dipilih adalah
batas di bagian hulu dan hilir sungai. Ketika Sungai Ngotok Ring Kanal yang berada di
permodelan unsteady flow pada HEC-RAS wilayah Kabupaten Mojokerto dan Kabu-
terjadi kendala, biasanya para engineer meng- paten Jombang dengan panjang sungai ± 26
gantinya dengan permodelan steady flow. km dengan lebar dasar sungai berkisar antara
Penggunaan model analisis banjir unsteady 30 m sampai dengan 60 m dan bermuara di
flow dan steady flow mempunyai perbedaan Sungai Brantas. Sungai Ngotok dipilih karena
hasil. Pada penelitian ini, hasil berbeda diper- dasar kemiringan dari sungai ini landai dari
oleh pada elevasi muka air banjir dari kedua bagian hulu sampai bagian hilir sehingga di-
harapkan model alirannya stabil. Kondisi ba-
model tersebut. Menurut (Istarto, 2014), sim-
tas hulu (upstream boundary condition) adalah
ulasi aliran tidak permanen dilakukan untuk hidrograf debit banjir rencana yang diinput-
melakukan penelusuran banjir (flood rout- kan pada potongan melintang dengan nomor
ing) di sungai. Jika hanya ingin memperki- 267 dan inputan batas hilir adalah elevasi
rakan muka air banjir di sungai, dapat dilaku- muka air di Sungai Brantas pada potongan 1
kan dengan model aliran permanen. Dengan (muara Sungai Ngotok). Wilayah penelitian
catatan elevasi muka air yang dihasilkan me- dan geometrik Sungai Ngotok dapat dijelas-
lebihi daripada seharusnya (over estimate). kan pada gambar 1 dan gambar 2 berikut :

Gambar 1. Lokasi Sungai Ngotok


Gilang Perbandingan model aliran banjir unsteady flow 33

Gambar 2. Geometrik Sungai Ngotok


METODE

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian


34 JURNAL BANGUNAN, VOL. 22, NO.2, OKTOBER 2017: 31-40

Gambar 3 menunjukkan diagram alir dari terdiri dari persamaan kontinuitas (prinsip
penelitian. Data pendukung penelitian yang konversi massa) dan persamaan momentum.
diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas
Brantas (2015) yaitu peta DAS Ngotok, peta dan akurasi perhitungan numerik pada per-
topografi, peta tata guna lahan, data curah hu- modelan HEC-RAS unsteady flow, antara lain :
jan, dan data geometrik sungai. Perhitungan • Penempatan potongan melintang harus tepat
hujan rencana menggunakan metode Thiessen untuk menggambarkan perubahan geometri
Polygon. Menurut Suripin (2004), Thiessen penampang sungai. Dasar saluran yang curam
Polygon dibentuk dengan menarik garis tegak
sangat berpengaruh terhadap penentuan ja-
lurus pada tengah-tengah tiap garis. Data un-
rak potongan melintang. Dasar saluran yang
tuk perhitungan hujan rencana diambil sela-
curam memerlukan potongan melintang yang
ma 20 tahun dari periode tahun 1995 sampai
dengan tahun 2014. Analisis hidrologi pada lebih banyak atau bisa dikatakan jarak antar
penelitian ini menggunakan program bantu potongan melintang lebih rapat. Jarak poton-
HEC-HMS versi 4.1 dengan metode Soil Con- gan melintang yang terlalu dekat juga tidak
servation Service (SCS). Metode SCS berang- baik, karena program akan membaca terdapat
gapan bahwa hujan yang menghasilkan lim- perubahan dasar saluran secara tiba-tiba.
pasan merupakan fungsi dari hujan kumulatif, • Pemilihan interval waktu komputasi yang
tata guna lahan, jenis tanah serta kelembaban. tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek.
Model perhitungannya adalah sebagai berikut: Bila interval waktu terlalu panjang, maka akan
terjadi peredaman gelombang banjir sehingga
puncak gelombang banjir menjadi lebih rendah.
Dimana : Namun jika waktu terlalu pendek maka pro-
Pe = hujan kumulatif pada waktu ke t gram tidak stabil karena perubahan perhitun-
P = waktu konsentrasi hujan (jam) gan waktu seakan-akan terjadi secara tiba-tiba.
Ia =kehilangan mula-mula (initial loss) • Penurunan dasar saluran yang secara tiba-
S = kemampuan menyimpan maksimum tiba menyebabkan model melewati kedalaman
Hubungan antara nilai kemampuan yang kritis dan mengurangi stabilitas. Pele-
penyimpanan maksimum dengan ni- takan struktur inline (bendung) dengan faktor
lai dari karakteristik daerah aliran sun- peredaman yang tepat mampu membuat mod-
gai (DAS) yang diwakili oleh nilai Curve
Number (CN) adalah sebagai berikut: el lebih stabil.

HASIL
Permodelan Hidrologi
Sebelum menampilkan hasil dari pene-
Permodelan hidraulika aliran satu dimensi litian, model harus dikalibrasi untuk men-
steady flow dan unsteady flow menggunakan getahui apakah model yang dibangun sesuai
HEC-RAS bersi 4.1. HEC-RAS dalam me- dengan kejadian di lapangan. Dikarenakan
nyelesaikan hitungan aliran permanen untuk data debit eksisting dan data Automatic Water
menghitung elevasi muka air di sepanjang Level Recorder (AWLR) tidak ada pencatatan
penampang melintang dan memanjang sun- lapangan, maka kalibrasi dilakukan dengan
gai. Aliran tidak permanen pada HEC-RAS melakukan survei kepada warga di sekitar
digambarkan dengan persamaan matematis, Sungai Ngotok Ring Kanal untuk mengeta-
yang dikenal sebagai persamaan St. Venant. hui perilaku aliran sungai Ngotok Ring Kanal.
Menurut Istarto (2014), persamaan St. Venant Perilaku aliran meliputi, ketinggian air, bila
Gilang Perbandingan model aliran banjir unsteady flow 35

terjadi banjir lokasi mana saja yang tergenang Dalam penelitian ini, debit digunakan
termasuk ketinggian kenangan yang terjadi. dengan periode ulang 25 tahunan. Data hi-
Gambar 4a, 4b, 4c dan 4d menunjukkan drologi untuk model aliran steady flow yang
bahwa survei dilakukan untuk mengkalibrasi digunakan adalah debit maksimum. Model
model yang dibangun pada tanggal 29 Okto- aliran steady flow pada HEC-RAS berdasar-
ber 2016. Desa Pesantren, Kecamatan Tem- kan fungsi waktu diasumsikan sebagai aliran
belang, Kabupaten Jombang pada saat hujan permanen, berdasarkan fungsi ruang menjadi
turun, kapasitas alir pada Sungai Ngotok di aliran berubah beraturan (gradually varied
daerah tersebut tidak mampu menampung flow) dan saat menemui struktur hidarulik/
debit air yang ada sehingga terjadi luapan struktur melintang sungai, maka akan men-
yang menggenangi daerah persawahan dan jadi aliran berubah secara tiba-tiba (rapidly
permukiman sekitar. Daerah ini berada di varied flow). Apabila input data aliran hanya
bagian hulu Sungai Ngotok. Menurut in- terdapat pada hulu sungai, aliran yang terjadi
formasi dari penduduk sekitar, setiap tahun adalah aliran konstan. Sebagai pendekatan
rumahnya tergenang setinggi betis orang de- aliran steady flow terhadap aliran unsteady
wasa. Pada saat dilakukan survei tersebut, flow pada fungsi ruang, diperlukan data tam-
pada hari kemarinnya terjadi hujan sehingga bahan debit berupa peredaman debit dari hasil
ketinggian air pada Kali Ngotok sudah seba- hidrologic routing pada beberapa potongan
tas tanggul kiri dan kanan yang berbatasan melintang. Pada HEC-HMS, titik-titik untuk
langsung dengan area persawahan dan pe- memberikan input berupa debit disimbol-
rumahan penduduk. Dari permodelan HEC- kan dengan junction. Pada setiap pertemuan
HMS, didapat hidrograf debit rencana sebagai anak-anak sungai dengan sungai utama di-
input data permodelan hidraulika menggu- wakili oleh junction. Pada setiap hulu anak
nakan HEC-RAS. Debit rencana pada hulu sungai diinputkan hidrograf rencana sebagai
Sungai Ngotok Ring Kanal digunakan seb- inputan debit yang mengalir ke sungai uta-
agai input untuk model aliran unsteady flow. ma. Skema ini dapat dilihat pada gambar 5.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 4. Survei Penduduk
36 JURNAL BANGUNAN, VOL. 22, NO.2, OKTOBER 2017: 31-40

Gambar 5. Skema Permodelan Hidrologi HEC_HMS

Ada 17 anak sungai yang bermuara di Sun- Pada gambar 4 disajikan hasil perhitungan
gai Ngotok Ring Kanal. Junction pada HEC- debit rencana berupa hidrograf banjir yang
HMS digambarkan sebagai potongan melint- terjadi pada system geometric Sungai Ngotok.
ang HEC-RAS. Pada tabel 1 disajikan letak
junction dan debit maksimum yang diinputkan.
Tabel 1. Debit Maksimal sebagai Hasil Model
HEC-HMS untuk inputan Steady flow
Anak Sungai Junction Debit maks
(m3/s)
Balong 283 24.35
Bening 291 58.37
Brangkal 275 497.12
Gunting 281 272.73
Jombang Kulon 295 60.76
Jombang Wetan 293 55.34
Konto 297 30.15 Gambar 6. Hidrograf Banjir Rencana
Mojokrapyak 299 30.06 Pada gambar 6 dapat dilihat bahwa debit
Panemon 279 42.27 puncak banjir yang terjadi 566.72 m3/s. Junc-
277 14.64
tion yang diamati berada di muara Sungai
Prajuritkulon Ngotok yaitu di Junction 18.
Sambong 305 64.26
Permodelan Hidrolika
Sawedang 287 47.51 Pada permodelan hidrolika yang meng-
Sidomulyo Kanan 301 8.3 hasilkan elevasi muka air yang ada di Sungai
Sidomulyo Kiri 303 6.05 Ngotok, akan dikalibrasi dengan data survei
yang telah dilakukan kepada penduduk diseki-
Sebani 307 24.2 tar Sungai Ngotok. Permodelan ini dilakukan
Talun Kidul 285 8.56 dengan 2 kondisi yaitu pada saat keadaan steady
flow dan unsteady flow. 2 hasil model ini dapat
Trawasan 289 58.41 dilihat pada gambar 7 dan gambar 8 berikut:
Gilang Perbandingan model aliran banjir unsteady flow 37

Perbandingan model Steady flow dan Un-


steady flow
Perbandingan elevasi muka air pada per-
modelan steady flow dan unsteady flow dapat
dilihat pada gambar 9. Dapat dilihat bahwa, ha-
sil yang ditampilkan pada permodelan steady
flow menghasilkan elevasi muka air yang lebih
tinggi dibandingkan elevasi muka air yang dit-
Gambar 7. Hasil Model Steady flow ampilkan oleh model unsteady flow. Permod-
32
NGOTOK NGTK7 NGOTOK NGTK6 NGOTOK NGTK5 N
G
O
N
G
O
N
G
O
Le gen d
elan geometri system sungai unsteady flow
dan steady flow dapat dijadikan dalam satu
T T T
O O O WS Max WS

Elevasi Tanggul Elevasi Air


K
N
G
T
K
N
G
T
K
N
G
T
Ground
LOB

30 K K K ROB
4 3 2

28
model. Inputan data aliran maupun boundary
conditions terdapat perbedaan. Pada model
Elevation (m)

steady flow, input berupa debit maksimal di-


26

masukkan pada ruas bagian hulu dari sungai.


24

22

Dasar Sungai Pada permodelan unsteady flow boundary


20
0 1000 2000 3000 4000
Main Channel Distance (m)
5000 6000 7000 8000
condition dimasukkan hidrograf banjirnya.
Gambar 8. Hasil Model Unsteady flow Waktu analisis untuk model unsteady
Dari gambar 7 dan 8 dapat dijelaskan bah- flow membutuhkan waktu lebih lama dari-
wa pada ruas Sungai Ngotok di bagian hulu pada model steady flow. Pada penelitian ini
terjadi genangan baik pada model steady waktu yang dibutuhkan untuk menganalisis
flow maupun unsteady flow. Hal ini dapat permodelan steady flow adalah 1.39 detik,
dilihat dari elevasi muka air yang digambar- sedangkan unsteady flow adalah 2.53 detik.
kan dengan garis warna biru berada diatas Pada studi kali ini, untuk menghindari error-
elevasi tanggul kiri maupun kanan sungai
yang digambarkan dengan garis hijau dan pada model simulasi steady flow, perlu dilaku-
merah. Permodealan ini juga sesuai den- kan interpolasi untuk data cross section dari
sungai, sehingga jarak pengamatan lebih rapat
gan data survei yang dilakukan, bahwa pada
antara potongan 1 dengan potongan lain. Pada
ruas bagian hulu dari Sungai Ngotok terjadi studi kali ini jarak antar potongan adalah 5 m.
genangan, sehingga model yang telah diban- Hasil dari perbandingan model steady flow
gun sudah sesuai dengan keadaan eksisting. dan unsteady flow dapat dilihat pada tabel 2.

Gambar 9. Perbandingan Hasil Model aliran Steady Flow dan Unsteady Flow
38 JURNAL BANGUNAN, VOL. 22, NO.2, OKTOBER 2017: 31-40

Tabel 2. Hasil Permodelan Steady Flow dan Unsteady Flow


Bahan Pembahasan Model Unsteady Flow Model Steady Flow
Metode Berupa aliran berubah beraturan, kecuali di Berupa aliran tak permanen tak se-
tempat yang terdapat struktur hidraulik seperti ragam dengan analisis perhitungan
gorong-gorong, siphon, jembatan dan bendungan. menggunakan persamaan kekelana
Persamaan yang dipakai adalah persamaan mo- massa dan persamaan momentum
mentum atau empiris bukan persamaan energi
Data yang diperlukan Geometrik dan potongan melintang penampang Geometrik dan potongan melintang
untuk permodelan sungai. Sebisa mungkin data potongan melintang penampang sungai.
yang didapat lebih banyak, sehingga menghindari
error
Data yang diperlukan Bagian Hulu : hidrograf banjir rencana Bagian Hulu : Debit maksimal
untuk inputan aliran rencana
Bagian Hilir : data pasang surut air laut/sungai/ Bagian Hilir : data pasang surut air
tempat bermuara laut/sungai/tempat bermuara
Pengaruh Kestabilan Besaran debit, bentuk penampang, geometrik Tidak ada
sungai
Waktu simulasi Q25 = 2.53 detik Q25 = 1.39 detik
Elevasi Muka air Rata-rata = +27.17 m Rata-rata = +29.62 m

SIMPULAN DAN SARAN permodelan unsteady flow membutuhkan


Perbandingan model aliran satu di- waktu sekitar 2.53 detik.
mensi steady flow dan unsteady flow den- • Perubahan karakteristik geometrik pada setiap
gan menggunakan program bantu HEC- ruas sungai untuk permodelan unsteady flow
RAS 4.1 dapat disimpulkan bahwa : sangat berpengaruh terhadap kestabilan mod
• Pada permodelan hidrologi dengan meng el, sedangkan untuk steady flow tidak terpen
gunakan program HEC-HMS, data yang garuh perubahan karateristik geometrik
harus dipersiapkan adalah data hujan, luasan sungai.
DAS, peta topografi dan peta tata guna lahan. • Pada permodelan steady flow, profil eleva
• Pada permodelan hidrolika dengan meng si muka air yang dihasilkan cenderung
gunakan program HEC-RAS, data yang ha lebih tinggi daripada profil elevasi muka
rus dipersiapkan adalah data geometrik sun air yang dihasilkan oleh permodelan un
gai/saluran berupa potongan melintang dan steady flow. Nilai rata-rata elevasi muka air
data inputan. pada model steady flow adalah +29.62 m,
• Pada permodelan aliran satu dimensi steady sedangkan pada model unsteady flow adalah
flow data inputan aliran dibagian hulu berupa +27.17 m, sehingga ada perbedaan rata-rata
debit rencana maksimum dan bagian hilir elevasi muka air dari kedua model ini adalah
berupa inputan pasang surut air laut/ +1.45 m.
sungai/tempat bermuara. Sedangkan pada • Untuk memudahkan dalam pengumpulan
unsteady flow, data inputan bagian hulu data riwayat banjir, sebaiknya dipasang
berupa hidrograf banjir rencana dan inputan alat Automatic Water Level Records
bagian hilir adalah data pasang surut air (AWLR) pada sungai-sungai yang mempu
laut/sungai/tempat bermuara. nyai potensi rawan banjir oleh pihak terkait.
• Pada lokasi studi kali ini tidak ada data • Dalam peramalan perhitungan banjir di suatu
debit Automatic Water Level Records sungai, keakuratan hasilnya sangat ber
(AWLR), sehingga data kalibrasi yang gantung kepada ketersediaan data yang
digunakan adalah berupa data survei pen ada, sehingga kualitas dan kuantitas
duduk tentang letak dan ketinggian genangan. data dibutuhkan dalam hal ini. Sistem
• Dari segi lama waktu simulasi, permodelan pengumpulan dan perekaman data-data
steady flow membutuhkan waktu yang lebih hidrologi dan hidrolika sangat membantu
cepat yaitu sekitar 1.39 detik, sedangkan sekali untuk ketepatan dalam perhitungan.
Gilang Perbandingan model aliran banjir unsteady flow 39

• Perlu dilakukan kajian lebih mendalam ten likasinya di Bidang Teknik Sumber Daya
tang pengaruh dari pengambilan jarak po Air (CV Citra, Malang. 2008), pp.12-13
tongan melintang sungai sebagai inputan B. Triatmojo . Hidrologi Terapan (Beta Offset,
pada program terhadap kestabilan dari model. Yogyakarta, 2008), pp.30-31
V.Rijn and C. Leo, Principles of Fluid Flow
DAFTAR RUJUKAN
P.T.S.R. Nusantara, “SID Normalisasi Kali and Surface Waves in Rivers, Estuaries,Seas
Ngotok Ring Kanal di Kabupaten Mo and Ocean (Delft Hydraulic, Delft, 1990),
jokerto”, edited by R.B. Antara, ( Balai pp.23-24
Besar Wilayah Sungai Brantas, Mojokerto, U.S. A Enginneering, HEC-RAS User Manu
2009), pp.23-24 al (Davis, California, 2008), pp.4-5
S. Harto, Analisa hidrologi (PT Gramedia Uta
ma, Jakarta, 1993), pp.9-10 A.T. Oktaga and Suripin, Perbandingan Hasil
C.D. Soemarto, Hidrologi Teknik (Erlangga, Permodelan Aliran Satu Dimensi Unsteady
Jakarta, 1987), pp.11-12 dan Steady flow pada Banjir Kota 21, 2570-
Anggrahini, Hidrolika Saluran Terbuka (CV. 2582 (2015).
Citra Media, Surabaya,1997), pp.14-15 R. F. Luciana, Edijatno and F. Sofia, Analisis
V. T. Chow, Hidrolika saluran Terbuka (Er Sistem Drainase Saluran Kupang Jaya Aki
langga, Jakarta,1992), pp.46-47
W.H. Graf, Fluvial Hydraulic (John Wiley & bat Pembangunan Apartemen Puncak Bukit
Sons, New York,1997), pp.55-56 Golf di Kota Surabaya 1, 1-5 (2013).
Jansen, Bendegon, Berg, Vries and Zanen, R. Wiganti, Soedarsono and T. Mutia, Analisis
Principle of River Engineering The Non- Banjir Menggunakan Software HEC-RAS
Tidal Aluvial River, ( Uitgevers Maatss 4.1.0 (Studi Kasus Sub-DAS Ciberang HM
chappij, Delft, 1979), pp.13-14
Lensley, Ray, Franzini and Joseph, Teknik 0+00-HM 34+00) 5, 2-13 (2016).
Sumber Daya Air Jilid II, (CV. Citra Media, R. F. Luciana, “Analisis Kebutuhan Kolam
Surabaya, 1991), pp.65-66 Tampungan pada Sistem Drainase Kampus
E. Suhartanto, Panduan HEC-HMS dan Ap ITS Surabaya,” Master Thesis, ITS, 2015.
40 JURNAL BANGUNAN, VOL. 22, NO.2, OKTOBER 2017: 31-40

Anda mungkin juga menyukai