Gilang Idfi
Abstrak: Permodelan aliran banjir pada suatu sungai biasa dimodelkan dengan aliran satu
dimensi. Banjir merupakan salah satu bentuk aliran unsteady flow yang dapat disimulasikan
dengan program HEC-RAS. Hasil permodelan unsteady flow sering terjadi error dikarena-
kan analisis program yang tidak stabil. Kestabilan model dipengaruhi oleh alur sungai, ke-
miringan dasar sungai yang curam dan perubahan penampang melintang dari sungai. Kare-
na dalam peramalan banjir dibutuhkan data debit maksimal dan muka air banjir maksimal,
maka model aliran steady flow sering digunakan sebagai alternatif untuk perhitungan pera-
malan banjir. Penelitian kali ini bertujuan untuk membandingkan kelebihan dan kekuran-
gan dari model aliran banjir steady flow dan unsteady flow. Lokasi penelitian di Sungai
Ngotok Ring Kanal, Kabupaten Mojokerto. Permodelan hidrologi menggunakan program
bantu HEC-HMS sedangkan permodelan hidrolika menggunakan program bantu HEC-
RAS. Hasil permodelan yang dihasilkan menunjukkan bahwa profil elevasi muka air dari
model steady flow memiliki kecenderungan lebih tinggi dari elevasi muka air yang dihasil-
kan oleh model unsteady flow. Waktu yang dibutuhkan untuk simulasi model unsteady flow
lebih lama dari model steady flow. Elevasi muka air rata-rata yang dihasilkan oleh mod-
el unsteady flow adalah +27.17 m, sedangkan untuk model steady flow adalah +29.62 m.
Kata-kata kunci: Steady flow, Unsteady flow, Banjir
Abstract: One-dimensional flow is often used as a flood simulation. Flood is a type of unsteady
flow that can be simulated using HEC-RAS. The result of this model sometimes refers to error
due to the unstable analysis program. The stability of the program is affected by the river geo-
metric, the slope of the river bed, and the cross-section characteristic of the river. In the step of
flood forecasting, it requires the maximum discharge data and maximum of the water level. The
steady flow model is an alternative way to simulate the flood flow. This study aimed to compare
the advantages and the disadvantages of steady flow and unsteady flow modeling. Ngotok Riv-
er, Mojokerto was selected as the case study location. The hydrology modeling was conducted
by using the HEC-HMS, and HEC-RAS was equipped for the hydraulic modeling. The result of
this study shows that the water level from the steady model is higher than the unsteady model.
The time consumption to analyze the unsteady model is longer than the steady model. The aver-
age flood water level from the unsteady model is +27.17 m and the steady model is +29.62 m.
Keywords: Steady flow, Unsteady flow, Flood
31
32 JURNAL BANGUNAN, VOL. 22, NO.2, OKTOBER 2017: 31-40
dangkan steady flow merupakan permodelan Apabila simulasi banjir yang dihasilkan den-
dengan komponen aliran yang tetap sama di- gan unsteady flow kurang stabil, maka simulasi
setiap tempat dan waktunya. Pada permod- dapat dialihkan ke steady flow. Pada aliran un-
elan unsteady flow sering dijumpai kesulitan steady flow harus diubah kebentuk diskrit (finite
dalam kestabilan model. Hal ini dikarenakan difference approximation) untuk memecah-
kannya, sehingga ada beberapa bentuk error.
pada permodelan tersebut komponen inpu-
tan lebih banyak, sebagai contoh data poton- LOKASI PENGAMATAN
gan melintang sungai, data debit dan kondisi Wilayah untuk penelitian dipilih adalah
batas di bagian hulu dan hilir sungai. Ketika Sungai Ngotok Ring Kanal yang berada di
permodelan unsteady flow pada HEC-RAS wilayah Kabupaten Mojokerto dan Kabu-
terjadi kendala, biasanya para engineer meng- paten Jombang dengan panjang sungai ± 26
gantinya dengan permodelan steady flow. km dengan lebar dasar sungai berkisar antara
Penggunaan model analisis banjir unsteady 30 m sampai dengan 60 m dan bermuara di
flow dan steady flow mempunyai perbedaan Sungai Brantas. Sungai Ngotok dipilih karena
hasil. Pada penelitian ini, hasil berbeda diper- dasar kemiringan dari sungai ini landai dari
oleh pada elevasi muka air banjir dari kedua bagian hulu sampai bagian hilir sehingga di-
harapkan model alirannya stabil. Kondisi ba-
model tersebut. Menurut (Istarto, 2014), sim-
tas hulu (upstream boundary condition) adalah
ulasi aliran tidak permanen dilakukan untuk hidrograf debit banjir rencana yang diinput-
melakukan penelusuran banjir (flood rout- kan pada potongan melintang dengan nomor
ing) di sungai. Jika hanya ingin memperki- 267 dan inputan batas hilir adalah elevasi
rakan muka air banjir di sungai, dapat dilaku- muka air di Sungai Brantas pada potongan 1
kan dengan model aliran permanen. Dengan (muara Sungai Ngotok). Wilayah penelitian
catatan elevasi muka air yang dihasilkan me- dan geometrik Sungai Ngotok dapat dijelas-
lebihi daripada seharusnya (over estimate). kan pada gambar 1 dan gambar 2 berikut :
Gambar 3 menunjukkan diagram alir dari terdiri dari persamaan kontinuitas (prinsip
penelitian. Data pendukung penelitian yang konversi massa) dan persamaan momentum.
diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas
Brantas (2015) yaitu peta DAS Ngotok, peta dan akurasi perhitungan numerik pada per-
topografi, peta tata guna lahan, data curah hu- modelan HEC-RAS unsteady flow, antara lain :
jan, dan data geometrik sungai. Perhitungan • Penempatan potongan melintang harus tepat
hujan rencana menggunakan metode Thiessen untuk menggambarkan perubahan geometri
Polygon. Menurut Suripin (2004), Thiessen penampang sungai. Dasar saluran yang curam
Polygon dibentuk dengan menarik garis tegak
sangat berpengaruh terhadap penentuan ja-
lurus pada tengah-tengah tiap garis. Data un-
rak potongan melintang. Dasar saluran yang
tuk perhitungan hujan rencana diambil sela-
curam memerlukan potongan melintang yang
ma 20 tahun dari periode tahun 1995 sampai
dengan tahun 2014. Analisis hidrologi pada lebih banyak atau bisa dikatakan jarak antar
penelitian ini menggunakan program bantu potongan melintang lebih rapat. Jarak poton-
HEC-HMS versi 4.1 dengan metode Soil Con- gan melintang yang terlalu dekat juga tidak
servation Service (SCS). Metode SCS berang- baik, karena program akan membaca terdapat
gapan bahwa hujan yang menghasilkan lim- perubahan dasar saluran secara tiba-tiba.
pasan merupakan fungsi dari hujan kumulatif, • Pemilihan interval waktu komputasi yang
tata guna lahan, jenis tanah serta kelembaban. tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek.
Model perhitungannya adalah sebagai berikut: Bila interval waktu terlalu panjang, maka akan
terjadi peredaman gelombang banjir sehingga
puncak gelombang banjir menjadi lebih rendah.
Dimana : Namun jika waktu terlalu pendek maka pro-
Pe = hujan kumulatif pada waktu ke t gram tidak stabil karena perubahan perhitun-
P = waktu konsentrasi hujan (jam) gan waktu seakan-akan terjadi secara tiba-tiba.
Ia =kehilangan mula-mula (initial loss) • Penurunan dasar saluran yang secara tiba-
S = kemampuan menyimpan maksimum tiba menyebabkan model melewati kedalaman
Hubungan antara nilai kemampuan yang kritis dan mengurangi stabilitas. Pele-
penyimpanan maksimum dengan ni- takan struktur inline (bendung) dengan faktor
lai dari karakteristik daerah aliran sun- peredaman yang tepat mampu membuat mod-
gai (DAS) yang diwakili oleh nilai Curve
Number (CN) adalah sebagai berikut: el lebih stabil.
HASIL
Permodelan Hidrologi
Sebelum menampilkan hasil dari pene-
Permodelan hidraulika aliran satu dimensi litian, model harus dikalibrasi untuk men-
steady flow dan unsteady flow menggunakan getahui apakah model yang dibangun sesuai
HEC-RAS bersi 4.1. HEC-RAS dalam me- dengan kejadian di lapangan. Dikarenakan
nyelesaikan hitungan aliran permanen untuk data debit eksisting dan data Automatic Water
menghitung elevasi muka air di sepanjang Level Recorder (AWLR) tidak ada pencatatan
penampang melintang dan memanjang sun- lapangan, maka kalibrasi dilakukan dengan
gai. Aliran tidak permanen pada HEC-RAS melakukan survei kepada warga di sekitar
digambarkan dengan persamaan matematis, Sungai Ngotok Ring Kanal untuk mengeta-
yang dikenal sebagai persamaan St. Venant. hui perilaku aliran sungai Ngotok Ring Kanal.
Menurut Istarto (2014), persamaan St. Venant Perilaku aliran meliputi, ketinggian air, bila
Gilang Perbandingan model aliran banjir unsteady flow 35
terjadi banjir lokasi mana saja yang tergenang Dalam penelitian ini, debit digunakan
termasuk ketinggian kenangan yang terjadi. dengan periode ulang 25 tahunan. Data hi-
Gambar 4a, 4b, 4c dan 4d menunjukkan drologi untuk model aliran steady flow yang
bahwa survei dilakukan untuk mengkalibrasi digunakan adalah debit maksimum. Model
model yang dibangun pada tanggal 29 Okto- aliran steady flow pada HEC-RAS berdasar-
ber 2016. Desa Pesantren, Kecamatan Tem- kan fungsi waktu diasumsikan sebagai aliran
belang, Kabupaten Jombang pada saat hujan permanen, berdasarkan fungsi ruang menjadi
turun, kapasitas alir pada Sungai Ngotok di aliran berubah beraturan (gradually varied
daerah tersebut tidak mampu menampung flow) dan saat menemui struktur hidarulik/
debit air yang ada sehingga terjadi luapan struktur melintang sungai, maka akan men-
yang menggenangi daerah persawahan dan jadi aliran berubah secara tiba-tiba (rapidly
permukiman sekitar. Daerah ini berada di varied flow). Apabila input data aliran hanya
bagian hulu Sungai Ngotok. Menurut in- terdapat pada hulu sungai, aliran yang terjadi
formasi dari penduduk sekitar, setiap tahun adalah aliran konstan. Sebagai pendekatan
rumahnya tergenang setinggi betis orang de- aliran steady flow terhadap aliran unsteady
wasa. Pada saat dilakukan survei tersebut, flow pada fungsi ruang, diperlukan data tam-
pada hari kemarinnya terjadi hujan sehingga bahan debit berupa peredaman debit dari hasil
ketinggian air pada Kali Ngotok sudah seba- hidrologic routing pada beberapa potongan
tas tanggul kiri dan kanan yang berbatasan melintang. Pada HEC-HMS, titik-titik untuk
langsung dengan area persawahan dan pe- memberikan input berupa debit disimbol-
rumahan penduduk. Dari permodelan HEC- kan dengan junction. Pada setiap pertemuan
HMS, didapat hidrograf debit rencana sebagai anak-anak sungai dengan sungai utama di-
input data permodelan hidraulika menggu- wakili oleh junction. Pada setiap hulu anak
nakan HEC-RAS. Debit rencana pada hulu sungai diinputkan hidrograf rencana sebagai
Sungai Ngotok Ring Kanal digunakan seb- inputan debit yang mengalir ke sungai uta-
agai input untuk model aliran unsteady flow. ma. Skema ini dapat dilihat pada gambar 5.
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 4. Survei Penduduk
36 JURNAL BANGUNAN, VOL. 22, NO.2, OKTOBER 2017: 31-40
Ada 17 anak sungai yang bermuara di Sun- Pada gambar 4 disajikan hasil perhitungan
gai Ngotok Ring Kanal. Junction pada HEC- debit rencana berupa hidrograf banjir yang
HMS digambarkan sebagai potongan melint- terjadi pada system geometric Sungai Ngotok.
ang HEC-RAS. Pada tabel 1 disajikan letak
junction dan debit maksimum yang diinputkan.
Tabel 1. Debit Maksimal sebagai Hasil Model
HEC-HMS untuk inputan Steady flow
Anak Sungai Junction Debit maks
(m3/s)
Balong 283 24.35
Bening 291 58.37
Brangkal 275 497.12
Gunting 281 272.73
Jombang Kulon 295 60.76
Jombang Wetan 293 55.34
Konto 297 30.15 Gambar 6. Hidrograf Banjir Rencana
Mojokrapyak 299 30.06 Pada gambar 6 dapat dilihat bahwa debit
Panemon 279 42.27 puncak banjir yang terjadi 566.72 m3/s. Junc-
277 14.64
tion yang diamati berada di muara Sungai
Prajuritkulon Ngotok yaitu di Junction 18.
Sambong 305 64.26
Permodelan Hidrolika
Sawedang 287 47.51 Pada permodelan hidrolika yang meng-
Sidomulyo Kanan 301 8.3 hasilkan elevasi muka air yang ada di Sungai
Sidomulyo Kiri 303 6.05 Ngotok, akan dikalibrasi dengan data survei
yang telah dilakukan kepada penduduk diseki-
Sebani 307 24.2 tar Sungai Ngotok. Permodelan ini dilakukan
Talun Kidul 285 8.56 dengan 2 kondisi yaitu pada saat keadaan steady
flow dan unsteady flow. 2 hasil model ini dapat
Trawasan 289 58.41 dilihat pada gambar 7 dan gambar 8 berikut:
Gilang Perbandingan model aliran banjir unsteady flow 37
30 K K K ROB
4 3 2
28
model. Inputan data aliran maupun boundary
conditions terdapat perbedaan. Pada model
Elevation (m)
22
Gambar 9. Perbandingan Hasil Model aliran Steady Flow dan Unsteady Flow
38 JURNAL BANGUNAN, VOL. 22, NO.2, OKTOBER 2017: 31-40
• Perlu dilakukan kajian lebih mendalam ten likasinya di Bidang Teknik Sumber Daya
tang pengaruh dari pengambilan jarak po Air (CV Citra, Malang. 2008), pp.12-13
tongan melintang sungai sebagai inputan B. Triatmojo . Hidrologi Terapan (Beta Offset,
pada program terhadap kestabilan dari model. Yogyakarta, 2008), pp.30-31
V.Rijn and C. Leo, Principles of Fluid Flow
DAFTAR RUJUKAN
P.T.S.R. Nusantara, “SID Normalisasi Kali and Surface Waves in Rivers, Estuaries,Seas
Ngotok Ring Kanal di Kabupaten Mo and Ocean (Delft Hydraulic, Delft, 1990),
jokerto”, edited by R.B. Antara, ( Balai pp.23-24
Besar Wilayah Sungai Brantas, Mojokerto, U.S. A Enginneering, HEC-RAS User Manu
2009), pp.23-24 al (Davis, California, 2008), pp.4-5
S. Harto, Analisa hidrologi (PT Gramedia Uta
ma, Jakarta, 1993), pp.9-10 A.T. Oktaga and Suripin, Perbandingan Hasil
C.D. Soemarto, Hidrologi Teknik (Erlangga, Permodelan Aliran Satu Dimensi Unsteady
Jakarta, 1987), pp.11-12 dan Steady flow pada Banjir Kota 21, 2570-
Anggrahini, Hidrolika Saluran Terbuka (CV. 2582 (2015).
Citra Media, Surabaya,1997), pp.14-15 R. F. Luciana, Edijatno and F. Sofia, Analisis
V. T. Chow, Hidrolika saluran Terbuka (Er Sistem Drainase Saluran Kupang Jaya Aki
langga, Jakarta,1992), pp.46-47
W.H. Graf, Fluvial Hydraulic (John Wiley & bat Pembangunan Apartemen Puncak Bukit
Sons, New York,1997), pp.55-56 Golf di Kota Surabaya 1, 1-5 (2013).
Jansen, Bendegon, Berg, Vries and Zanen, R. Wiganti, Soedarsono and T. Mutia, Analisis
Principle of River Engineering The Non- Banjir Menggunakan Software HEC-RAS
Tidal Aluvial River, ( Uitgevers Maatss 4.1.0 (Studi Kasus Sub-DAS Ciberang HM
chappij, Delft, 1979), pp.13-14
Lensley, Ray, Franzini and Joseph, Teknik 0+00-HM 34+00) 5, 2-13 (2016).
Sumber Daya Air Jilid II, (CV. Citra Media, R. F. Luciana, “Analisis Kebutuhan Kolam
Surabaya, 1991), pp.65-66 Tampungan pada Sistem Drainase Kampus
E. Suhartanto, Panduan HEC-HMS dan Ap ITS Surabaya,” Master Thesis, ITS, 2015.
40 JURNAL BANGUNAN, VOL. 22, NO.2, OKTOBER 2017: 31-40