Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL PTK

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI MODEL


PROJECT BASED LEARNING PEKERJAAN DASAR
ELEKTROMEKANIK KELAS X TEKNIK INSTALASI TENAGA
LISTRIK SMK NEGERI 1 MIRI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan dalam Menempuh Program


Pendidikan Profesi Guru

Oleh:

Yudhy Priana BS
19532299041

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


PENDIDIKAN PROFESI GURU
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum yang berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia saat ini adalah

Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 sudah mulai diterapkan di hampir semua

sekolah mulai dari jenjang pendidikan SD sampai dengan SLTA (SMA/SMK).

Dalam Kurikulum 2013 siswa dituntut lebih aktif daripada guru atau kegiatan

pembelajaran yang diharapkan adalah berpusat pada siswa (student centered

learning) dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik. Dengan

diterapkannya pembelajaran yang berpusat pada siswa maupun model

pembelajaran lain yang lebih bervariasi dalam kegiatan belajar, diharapkan siswa

dapat mengikuti proses kegiatan belajar dengan lebih aktif, kreatif, dan tidak

mudah jenuh. Ketika dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan

menyenangkan, maka siswa akan mudah menguasai tujuan pembelajaran atau

kompetensi yang diharapkan sekolah. Sehinggaoutput akhir dari suatu sekolah

tersebut khususnya SMK sebagai pencetak tenaga kerja terampil dapat

menghasilkan alumni yang mempunyai kompetensi dan berdaya saing tinggi,

namun pada kenyataannyaoutput yang dihasilkan oleh SMK belum sesuai dengan

apa yang diharapkan.

Sebelum melakukan proses pembelajaran di kelas, seorang guru perlu

menentukan strategi, model, dan metode pembelajaran yang akan digunakan

untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dalam menentukan strategi, model,

dan metode pembelajaran guru perlu mempertimbangkan berbagai faktor seperti

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, materi yang akan disampaikan, kondisi

kelas, dan sebagainya. Sehingga suatu model pembelajaran tertentu tidak dapat
2
diterapkan dalam semua proses pembelajaran. Oleh karena itu, observasi perlu

dilakukan sebelum menentukan strategi, model, dan metode pembelajaran yang

akan digunakan.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, mayoritas proses pembelajaran

pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik kelas X SMK N 1 MIRI

Sragen masih belum menerapkan variasi model pembelajaran. Tanpa adanya

variasi model pembelajaran yang aktif dan menyenangkan siswa akan mudah

merasa jenuh. Disamping diperolehnya sikap siswa yang kurang berperan aktif dan

jenuh dalam menjalani proses pembelajaran diperoleh juga hasil belajar mata

pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik siswa kelas X SMK N 1 Miri Sragen

yang cenderung masih rendah, seperti siswa bermain smartphone ketika guru

menerangkan, berbicara dengan teman saat kegiatan pembelajaran, melakukan

aktivitas lain yang tidak berhubungan dengan KBM, dan siswa lebih menyukai

pembelajaran praktik.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas peneliti akan melaksanakan

penelitian tindakan kelas untuk mengatasi masalah kurangnya keakifan belajar

siswa. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan untuk

mengatasi permasalahan-permasalahan di dalam kelas. Adapun model

pembelajaran yang akan diterapkan pada penelitian tindakan kelas ini ini adalah

model Project Based Learning. ModelProject Based Learning merupakan model

untuk mengembangkan pola berpikir peserta didik dengan memberikan suatu

permasalahan/tugas/proyek yang berhubungan dengan dunia nyata. Pemilihan

model pembelajaranProject Based Learning dikarenakan pada mata pelajaran

Pekerjaan Dasar Elektromekanik terdapat materi bersifat keterampilan atau

psikomotorik yang banyak. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Pekerjaan

3
Dasar Elektromekanik Kelas X SMK N 1 Miri Sragen melalui model pembelajaran

Project Based Learning.

B. Rumusan Tindakan

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah penelitian adalah

sebagai berikut.

1. Apakah penggunaan model pembelajaran Project Based Learning dapat

meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran kelas X SMK

N 1 Miri Sragen pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik?

C. Pemecahan Masalah

Sesuai identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka pemecahan masalah

pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Keaktifan siswa dalam penelitian ini adalah peran aktif dalam kegiatan belajar

di kelas dan dibatasi pada ranah afektif.

2. Penelitian ini menerapkan model pembelajaranProject Based Learning karena

dinilai dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar.

3. Penelitian dilakukan pada kelas X TITL 1 mata pelajaran Pekerjaan Dasar

Elektromekanik semester genap dengan Kompetensi Dasar untuk pengetahuan

adalah 3.8 dan 3.9, sedangkan kompetensi dasar untuk keterampilan adalah

4.8 dan 4.9.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah penggunaan model pembelajaranProject Based Learning

dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran kelas X SMK N 1

Miri pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik.

4
E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam proses pembelajaran pada mata

pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik kelas X SMK N 1 Miri Sragen.

2. Mendorong guru untuk menerapkan variasi model pembelajaran di dalam kelas

agar siswa tidak mudah jenuh.

3. Membantu guru dalam memilih model pembelajaran yang kreatif dan

menyenangkan yang dapat mengaktifkan peran siswa dan meningkatkan hasil

belajar.

4. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan evaluasi dan pertimbangan guna

meningkatkan sistem pendidikan di sekolah.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Keaktifan Belajar Siswa

Dick & Carey dalam Abdul Gafur (2012:76) menjelaskan bahwa proses

belajar akan lebih berhasil bila siswa berpartisipasi secara aktif dengan melakukan

praktik atau latihan secara langsung relevan atau berkaitan dengan kompetensi

dasar atau tujuan pembelajaran khusus (kompetensi dasar). M. Ngalim Purwanto

dalam Paryanto 2010:174) berpendapat bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat

dari segi proses dan hasil proses pembelajaran. Dari segi proses, pembelajaran

dikatakan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar

(75%) peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun sosial, dalam

proses pembelajaran disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi.

Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi

perubahan perilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-

tidaknya sebagian besar (75%).

Keaktifan belajar siswa dapat dilihat melalui indikator yang muncul saat

proses kegiatan belajar. Terdapat berbagai jenis kegiatan yang dilakukan siswa di

dalam proses pembelajaran, menurut Paul D. Derich (Oemar Hamalik, 2008: 172-

173) keaktifan terdiri dari beberapa macam, antara lain sebagai berikut.

a. Kegiatan-kegiatan Visual

Kegiatan visual meliputi membaca, memperhatikan gambar, mengamati

eksperimen dan demonstrasi, dan mengamati pekerjaan orang lain.

6
b. Kegiatan-kegiatan Lisan (Oral)

Kegiatan lisan meliputi mengemukakan fakta dan pendapat, bertanya,

memberi saran, melakukan wawancara, diskusi, dan interupsi.

c. Kegiatan-kegiatan Mendengarkan

Kegiatan mendengarkan meliputi mendengarkan materi yang disajikan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok.

d. Kegiatan-kegiatan Menulis

Kegiatan menulis meliputi menulis cerita, menyusun laporan, mengerjakan

latihan soal, membuat rangkuman materi, dan mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan Menggambar

Kegiatan menggambar meliputi menggambar, melukis, membuat grafik,

diagram peta, maupun pola.

f. Kegiatan-kegiatan Metrik

Kegiatan metrik meliputi melakukan percobaan, memilih alat-alat percobaan

dan membuat model.

g. Kegiatan-kegiatan Mental

Kegiatan mental meliputi berpikir, mengingat, memecahkan masalah,

melakukan analisis permasalahan, serta membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan Emosional

Kegiatan emosional meliputi menaruh minat, merasa senang, bersemangat,

merasa bosan, dll. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua

jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.

Kegiatan-kegiatan dimana siswa melakukan aktivitas belajar seperti yang

dijelaskan oleh Paul D. Derich adalah yang disebut keaktifan belajar.

7
Di sisi lain Nana Sudjana (2014: 61) menjelaskan bahwa penilaian proses

pembelajaran pada ranah keaktifan siswa dapat dilihat dalam beberapa hal,

sebagai berikut:

a. Berpartisipasi dalam melaksanakan tugas belajarnya,

b. Ikut terlibat dalam pemecahan masalah,

c. Apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi berusaha bertanya kepada

siswa lain atau kepada guru,

d. Mencari berbagai informasi terkait pemecahan masalah yang dihadapi,

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan instruksi guru,

f. Menilai kemampuan dan hasil-hasil yang diperolehnya,

g. Melatih kemampuan diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis,

h. Berkesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya

dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Menurut Warsono & Hariyanto (2014: 9) peran siswa dalam CBSA dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

a. Belajar secara individual maupun kelompok untuk mempelajarai dan

menerapkan konsep, prinsip, dan hukum keilmuan;

b. Membentuk kelompok untuk memecahkan masalah (problem solving);

c. Berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru;

d. Berani bertanya, mengajukan pendapat, serta mengungkapkan kritik-kritik yang

relevan;

e. Tidak sekedar melaksanakan pemikiran tingkat rendah (lower order thinking),

tetapi juga melaksanakan pemikiran tingkat tinggi (higher order thinking)

8
seperti menganalisa, membuat sintesis, melakukan evaluasi, dan membuat

prediksi;

f. Menjalin hubungan sosial sebagai bentuk interaksi pembelajaran;

g. Berkesempatan menggunakan berbagai sumber belajar dan media belajar yang

tersedia atau dibawanya sendiri dari rumah sebagai hasil improvisasinya, karena

telah diberitahu sebelumnya oleh guru tentang jenis pembelajaran apa yang

akan dilaksanakan pada hari itu;

h. Berupaya menilai proses dan hasil belajarnya sendiri, walau tidak secara formal.

Berdasarkan teori dan konsep tersebut dapat dirumuskan bahwa keaktifan

belajar siswa dalam pembelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik dapat diukur

melalui beberapa indikator sebagai berikut: (1) memperhatikan penjelasan guru,

(2) mengajukan pertanyaan, (3) merespon pertanyaan, (4) berdiskusi dalam

kelompok (5) menyelesaikan masalah, (6) efisiensi dalam menyelesaikan

persoalan, dan (7) mencatat rangkuman materi. Ketujuh indikator keaktifan belajar

siswa tersebut dijadikan tolak ukur penilaian keaktifan belajar siswa mata pelajaran

Pekerjaan Dasar Elektromekanik dalam instrumen keaktifan belajar siswa.

2. Pekerjaan Dasar Elektromekanik

Sekolah Menengah Kejuruan mempunyai berbagai macam paket keahlian,

salah satu paket keahlian tersebut adalah Teknik Ketenagalistrikan. Pada paket

keahlian Teknik Ketenagalistrikan memiliki enam Kompetensi Keahlian,

diantaranya Teknik Pembangkit Tenaga Listrik, Teknik Jaringan Tenaga Listrik,

Teknik Instalasi Tenaga Listrik, Teknik Pendingin dan Tata Udara, Teknik

Otomasi Industri, dan Teknik Tenaga Listrik. Pekerjaan Dasar Elektromekanik

pada Kurikulm 2013 merupakan mata pelajaran dasar program keahlian pada

setiap

9
kompetensi keahlian dibawah paket keahlian Teknik Ketenagalistrikan.

Kurikulum 2013 mencakup empat aspek, yaitu (1) aspek kompetensi sikap

spritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan.

Rumusan kompetensi sikap spiritual (KI-1) yaitu, “Menghayati dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”. Sedangkan rumusan kompetensi

sikap sosial (KI-2) yaitu, “Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

santun, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), bertanggung-jawab,

responsif, dan proaktif melalui keteladanan, pemberian nasihat, penguatan,

pembiasaan, dan pengkondisian secara berkesinambungan serta menunjukkan

sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi

secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri

sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”. Kompetensi Inti 3

(Pengetahuan) pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik adalah

memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan

faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan

lingkup kerja Teknik Instalasi Tenaga Listrik pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan

kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan

humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari

keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan

internasional. Untuk Kompetensi Inti 4 (Keterampilan) pada mata pelajaran

Pekerjaan Dasar Elektromekanik adalah sebagai berikut: (1) Melaksanakan tugas

spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim

dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang kerja Teknik Instalasi

Tenaga Listrik Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan

10
kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja. (2) Menunjukkan

keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif,

kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait

dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu

melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. (3) Menunjukkan

keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir,

menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari

yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah

pengawasan langsung.

Kompetensi Dasar (KD) pada ranah pengetahuan (kognitif) mata pelajaran

Pekerjaan Dasar Elektromekanik adalah:

3.8 Mengevaluasi pekerjaan elektromekanik untuk komponen kelistrikan.

3.9 Mengevaluasi hasil pekerjaan elektromekanik untuk komponen mekanik.

Kompetensi Dasar (KD) pada ranah keterampilan (psikomotor) mata

pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik adalah:

4.8 Memodifikasi pekerjaan elektromekanik untuk komponen kelistrikan.

4.9 Memodifikasi pekerjaan elektromekanik untuk komponen mekanik.

3. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Sugiyono (2015: 487) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK)

merupakan cara ilmiah yang sistematis dan bersifat siklus digunakan untuk

mengkaji situasi sosial, memahami permasalahannya, dan selanjutnya menemukan

pengetahuan yang berupa tindakan untuk memperbaiki situasi sosial tersebut.

Sedangkan menurut Saur Tampubolon (2013: 19) berpendapat bahwa PTK adalah

praktis di dalam kelas untuk memperbaiki kualitas proses

11
pembelajaran, meningkatkan hasil belajar, dan menemukan model pembelajaran

inovatif untuk memecahkan masalah yang dialami oleh pendiddik dan peserta

didik.

4. ModelProject Based Learning

Menurut Sutirman (2013: 43) pembelajaran berbasis proyek adalah model

pembelajaran yang inovatif yang memfokuskan pada belajar konstekstual melalui

kegiatan yang kompleks. William N Bender (2012: 7), juga menyatakan bahwa

Project Based Learning adalah pembelajaran yang menarik karena dalam tugas

yang diberikan banyak dihubungkan dengan masalah yang ada di dunia nyata.

Menurut BIE (Ngalimun, 2013: 185) pembelajaran berbasis proyek adalah model

pembelajaran yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip utama

(central) dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan memecahkan

masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi bekerja siswa secara otonom

menginstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya

siswa bernilai, dan realistik.

Project Based Learning memiliki kelebihan dan kelemahan dalam

penggunaannya, menurut Sholeh Hamid (2013: 211) kelebihan dan kelemahan

tersebut antara lain:

a. Kelebihan

1) Dapat merombak pola pikir siswa dari yang sempit mejadi lebih luas dan

menyeluruh, ketika memandang dan memecahkan masalah yang dihadapi

dalam kehidupan.

12
2) Melalui model ini, siswa dibina untuk membiasakan diri menerapkan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara terpadu, sehingga diharapkan bisa

berguna dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Kelemahan

1) Kurikulum yang berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun

harisontal, belum menunjang pelaksanaan model proyek.

2) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan model ini sukar,

sehingga memerlukan keahlian khusus dari para guru, sedangkan mereka

belum disiapkan dalam penggunaan model ini.

3) Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan siswa, cukup

fasilitas, dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.

4) Bahan pelajaran sering menjadi luas, sehingga dapat menghamburkan pokok

unit yang dibahas.

5. Langkah-langkah Pembelajaran Model Berbasis Proyek

Menurut Nuroman (Sutirman, 2013: 49), langkah-langkah model

pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut:

a. Mulai dengan Pertanyaan Esensial

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang

mendorong siswa untuk melakukan suatu aktivitas.

b. Membuat Desain Rencana Proyek

Siswa dengan pendampingan dari guru membuat dasain rencana proyek

yang akan dilakukan. Rencana proyek ditentukan oleh siswa sendiri mengacu

kepada pertanyaan esensial yang telah dikemukakan sebelumnya.

13
c. Membuat Jadwal

Guru dan siswa secara berkolaboratif menyusun jadwal pelaksanaan

kegiatan pembelajaran. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline

untuk menyelesaikan proyek; (2) membuat deadline untuk menyelesaikan proyek;

(3) mengarahkan siswa agar merencanakan cara yang baru; (4) mengarahkan

siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek; dan

(5) meminta siswa untuk memberi alasan tentang cara yang dipilih.

d. Memantau Siswa dan Kemajuan Proyek

Guru bertanggung jawab memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan

proyek untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan proyek dan mengantisipasi

hambatan yang dihadapi siswa.

e. Menilai Hasil

Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar, mengevaluasi

kemajuan masing-masing siswa memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman

yang sudah dicapai, dan menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun strategi

pembelajaran berikutnya.

f. Refleksi

Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap

aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Aktivitas refleksi dilakukan secara

individu maupun kelompok.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dapat digunakan sebagai acuan dan referensi dalam

melakukan penelitian. Penelitian yang relevan tersebut antara lain sebagai berikut:

14
1. Penelitian yang dilakukan oleh Yanuar Eko Saputra dengan judul “Penerapan

Model PembelajaranProject Based Learning (PjBL) Untuk Meningkatkan

Keaktifan dan Hasil Belajar Perekayasaan Sistem Kontrol Siswa Kelas XII EI 3

SMKN 3 Wonosari”. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

tindakan kelas dengan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.

Taggart. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

project based learning (PjBL) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

Perekayasaan Sistem Kontrol siswa kelas XII EI 3 di SMK Negeri 3 Wonosari.

Ratarata keaktifan belajar Perekayasaan Sistem Kontrol pada pra siklus hanya

mencapai 35,33 %. Setelah diterapkan model pembelajaran project based

learning (PjBL) pada siklus I rata-rata keaktifan belajar siswa meningkat

menjadi 59,19% dan pada siklus II meningkat menjadi 79,4 %. Rata-hasil belajar

pada siklus I adalah 71,28 dan pada siklus II meningkat menjadi 79,89.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis pada penelitian diterima.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Munawir Haris dengan judul “Peningkatan

Keaktifan Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Project Based Learning

Pada Kompetensi Pekerjaan Dasar Elektromekanik di SMK Negeri 2 Depok”.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan model

yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Hasil penelitian

menunjukkan: 1) model pembelajaran project based learning dapat

meningkatkan keaktifan siswa sebesar 62,50%. 2) model pembelajaran project

based learning dapat meningkatkan kompetensi siswa pada mata pelajaran

PDE, persentase peningkatan siswa yang lulus dalam aspek afektif pada siklus

I dan siklus II berturut-turut adalah 46,88% dan 34,37%. Persentase

15
peningkatan siswa yang lulus dalam aspek kognitif pada siklus I dan siklus II

berturut-turut adalah 21,90% dan 53,20%. Persentase peningkatan siswa yang

lulus dalam aspek psikomotor pada siklus II adalah 46,96%. Berdasarkan

pencapaian kompetensi tersebut maka model pembelajaran project based

learning dapat meningkatkan kompetensi siswa.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Luqman dengan judul “Peningkatan

Keaktifan dan Kompetensi Siswa pada Mata Pelajaran Pekerjaan Dasar

Elektromekanik Kelas X SMKN 2 Depok Melalui Model Pembelajaran SMKN

2 Depok Melalui Model PembelajaranTwo Stay Two Stray”. Penelitian ini

merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa model pembelajaran Two Stay Two Stray dapat meningkatkan keaktifan

belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I keaktifan belajar siswa

sebesar 77,39%, siklus II sebesar 78,44%,dan siklus III sebesar 80,90%.

Peningkatan keaktifan belajar siswa diikuti peningkatan kompetensi ranah

kognitif. Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I kompetensi ranah kognitif

siswa sebesar 65,52%, siklus II sebesar 84,62% ,dan siklus III sebesar 93,55%.

Selain itu kompetensi ranah psikomotorik mengalami peningkatan pada siklus I

ke siklus II. Berdasarkan hasil penelitian dari siklus I kompetensi ranah

psikomotorik siswa sebesar 87,92%, siklus II sebesar 88,19%, dan siklus III

sebesar 86,39%. Penelitian dihentikan pada siklus III karena ketiga tujuan

penelitian telah sesuai dengan indikator keberhasilan.

16
C. Kerangka Pikir

Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat seperti pada Gambar 1

berikut.

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar

Elektromekanik kelas X SMK N 1 MIRI Sragen belum menerapkan model

pembelajaran yang variatif dan tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran

masih rendah. Kurang bervariasinya guru dalam menerapkan model pembelajaran

atau menyampaikan materi dan rendahnya keaktifan siswa menyebabkan siswa

mudah jenuh mengikuti pelajaran, ketika kondisi siswa jenuh pelajaran yang

disampaikan akan sulit ditangkap oleh siswa. Ketika siswa sulit menangkap materi

yang disampaikan guru maka akan berpengaruh pada hasil belajar, hal tersebut

dibuktikan dengan diperolehnya hasil belajar siswa yang kurang atau belum

17
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, diperlukan

penerapan model pembelajaran di dalam kelas yang lebih variasi untuk mengatasi

masalah-masalah yang telah diuraikan seperti di atas.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan salah satunya adalah model

pembelajaranProject Based Learning. Secara garis besar pada model

pembelajaranProject Based Learning berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-

prinsip utama (central) dari suatu disiplin, melibatkan siswa dalam kegiatan

memecahkan masalah dan tugas-tugas bermakna lainnya, memberi bekerja siswa

secara otonom menginstruk belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan

produk karya siswa bernilai, dan realistik (Ngalimun, 2013: 185). Dengan

diterapkannya model ini, selain suasana proses pembelajaran menyenangkan

diharapkan siswa yang sebelumnya kurang aktif akan menjadi lebih aktif.

Penelitian dengan penerapan model pembelajaranProject Based Learning

pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik kelas X SMK N 1 Miri

Sragen ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran atau dari segi ranah afektif (keaktifan). Penelitian akan dikatakan

berhasil jika hasil data dari keaktifan siswa memenuhi indikator yang sudah

direncanakan.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah diuraikan, maka

hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah model pembelajaranProject Based

Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas X SMK N 1 Miri Miri

kompetensi keahlian TITL pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik.

18
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Jenis penelitian ini dipilih karena dinilai dapat meningkatkan kompetensi

atau tujuan yang diharapkan melalui proses pembelajaran di kelas. Penelitian

tindakan kelas mempunyai banyak model yang dapat diterapkan. Pada penelitian

ini model yang digunakan mengacu desain penelitian milik P (1988). Desain

penelitian tindakan kelas milik Kemmis & Mc Taggart memiliki empat proses

penelitian, yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan, dan refleksi. Untuk proses

tindakan dan observasi pada desain penelitian oleh Kemmis & Mc Taggart

dikerjakan secara bersamaan. Desain penelitian oleh Kemmis & Mc Taggart dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Siklus PTK Model Kemmis & Mc Taggart

19
B. Setting Penelitian dan Latar Belakang Subyek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kompetensi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik

kelas X SMK 1 Miri Sragen pada tahun ajaran 2019/2020. Waktu penelitian

dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2019 saat

penyampaian kompetensi dasar (3.8) Mengevaluasi pekerjaan elektromekanik

untuk komponen kelistrikan, (4.8) Memodifikasi pekerjaan elektromekanik untuk

komponen kelistrikan, (3.9) Mengevaluasi hasil pekerjaan elektromekanik untuk

komponen mekanik, dan (4.9) Memodifikasi pekerjaan elektromekanik untuk

komponen mekanik.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X paket keahlian Teknik

Ketenagalistrikan dengan kompetensi keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik

(TITL). SMK N 1 Miri Sragen memiliki dua kelas kompetensi keahlian TITL yaitu

X TITL 1 dan X TITL 2. Pada penelitian ini subjek penelitian yang digunakan

adalah siswa kelas X TITL 1 yang sedang menempuh mata pelajaran Pekerjaan

Dasar Elektromekanik. Jumlah peserta didik dalam kelas adalah 30 siswa.

20
Jadwal penelitian

Waktu
No Kegiatan Agustus September Oktober Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyus una n
1
Propos a l
Penga mbi l a n
2 Da ta
3 Ana l i s i s Da ta
Penyus una n
4 La pora n
Semi na r Ha s i l
5 Penel i ti a n
6 Pel a pora n

D. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama indikator keberhasilan tercapai,

sehingga jika dalam siklus pertama indikator keberhasilan belum tercapai maka

dilaksanakan siklus selanjutnya. Dalam setiap siklus PTK terdapat tiga tahapan

yaitu perencanaan (plan), tindakan (act) dan observasi (observe), dan refleksi

(reflect).

21
Pada tahapan perencanaan, meliputi penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian. Tahapan tindakan dan observasi hal

yang sudah direncanakan pada tahap pertama dilaksanakan, pada tahap kegiatan

observasi dilaksanaan sekaligus ketika proses pembelajaran. Penjabaran lebih

lanjut mengenai prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan, yang dilakukan oeh peneliti adalah sebagai berikut:

1) Menentukan pokok materi.

2) Mengembangkan RPP mulai dari: (a) kompetensi inti, (b) kompetensi dasar, (c)

indeks pencapain kompetensi, (d) tujuan pembelajaran, (e) materi pokok, (f)

pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang digunakan, (g) kegiatan

pembelajaran, (h) penilaian hasil belajar, dan (i) media, alat, bahan, dan sumber

belajar. Kegiatan pembelajaran pada RPP disesuaikan dengan model

pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaranProject Based

Learning. RPP dikembangkan berdasarkan pertimbangan dari guru mata

pelajaran yang bersangkutan.

3) Menyiapkan semua perangkat yang sudah disebutkan pada RPP.

4) Menyiapkan instrumen pengamatan untuk mengukur keaktifan siswa

(kompetensi ranah afektif). Instrumen pengamatan kompetensi afektif disusun

berdasarkan pertimbangan dosen pembimbing.

22
b. Tahap Tindakan/Pelaksanaan

Pada tahap tindakan/pelaksanaan hasil dari tahap perencanaan direalisasikan

dengan menggunakan model pembelajaranProject Based Learning. Peneliti

bertindak sebagai guru mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik. Berikut

tindakan-tindakan yang dilakukan pada tahap ini:

1) Kegiatan awal

a) Guru membuka pelajaran dengan salam, sapa, dan mendata kehadiran siswa.

b) Guru menyampaikan kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, dan

tujuan pembelajaran beserta manfaat menguasai kompetensi dasar.

c) Guru membagi kelas menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok.

2) Kegiatan Inti

Prosedur kegiatan inti mengacu pada model pembelajaranProject Based

Learning oleh Nuroman (2013: 49) sebagai berikut:

a) Mulai dengan Pertanyaan Esensial

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang

mendorong siswa untuk melakukan suatu aktivitas. Tahap ini dilaksanakan pada

pertemuan pertama.

b) Membuat Desain Rencana Proyek

Siswa dengan pendampingan dari guru membuat desain rencana proyek

yang akan dilakukan. Rencana proyek ditentukan oleh siswa dengan

pendampingan guru mengacu kepada pertanyaan esensial yang telah dikemukakan

sebelumnya. Tahap ini dilaksanakan pada pertemuan pertama.

23
c) Membuat Jadwal

Guru dan siswa secara berkolaboratif menyusun jadwal pelaksanaan

kegiatan pembelajaran. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline

untuk menyelesaikan proyek; (2) membuat deadline untuk menyelesaikan proyek;

(3) mengarahkan siswa agar merencanakan cara yang baru; (4) mengarahkan siswa

ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek; dan

(5) meminta siswa untuk memberi alasan tentang cara yang dipilih. Tahap ini

dilaksanakan pada pertemuan pertama.

d) Memantau Siswa dan Kemajuan Proyek

Guru bertanggung jawab memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan

proyek untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan proyek dan mengantisipasi

hambatan yang dihadapi siswa. Tahap ini dilaksanakan selama proyek berjalan

(pertemuan pertama sampai perteman keempat)

e) Menilai Hasil

Penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaian standar, mengevaluasi

kemajuan masing-masing siswa memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman

yang sudah dicapai, dan menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun strategi

pembelajaran berikutnya. Menilai hasil dilaksanakan pada pertemuan keempat.

f) Refleksi

Pada akhir pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi terhadap

aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Aktivitas refleksi dilakukan secara

individu maupun kelompok. Refleksi dilaksanakan pada pertemuan keempat.

24
3) Kegiatan Penutup

a. Setelah selesai melaksanakan pembelajaran denganProject Based Learning

guru memberikan post test untuk mengevaluasi hasil belajar KD 3.8 dan 4.8.

b. Peserta didik mengerjakan post test secara individu selama waktu yang sudah

ditentukan.

c. Guru menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan pada

pertemuan berikutnya.

d. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan memberikan pesan dan motivasi

untuk terus belajar dan mengakhirinya dengan doa dan salam.

c. Tahap Pengamatan

Tahap pengamatan atau observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap

tindakan. Pengukuran keaktifan belajar siswa dilakukan oleh pengamat/observer

(peneliti dan rekan peneliti) pada setiap pertemuan dengan mengisi setiap

instrumen yang telah disusun. Observer juga mendokumentasikan kegiatan belajar

siswa sebagai gambaran nyata pemberian tindakan.

d. Tahap Refleksi

Refleksi dilakukan untuk melihat dan mengkaji keberhasilan atau kekurangan

yang terdapat pada siklus I. Kekurangan pada siklus I tersebut akan diperbaiki

pada siklus II.

2. Siklus II

Jika hasil keaktifan belajar siswa pada siklus I belum mencapai indikator

keberhasilan maka dilanjutkan pada siklus II. Tahapan pada siklus II sama dengan

tahapan pada siklus I. Perbedaannya siklus II akan dilakukan perbaikan tindakan

jika terdapat kekurangan atau kelemahan pada siklus sebelumnya. Kemudian jika

25
pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan maka siklus

bisa dihentikan dan penelitian dapat dikatakan berhasil.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini terdapat dua teknik pengumpulan data yang digunakan

antara lain:

1. Teknik Observasi

Observasi pada penelitian ini merupakan observasi berperan serta pasif karena

observer tidak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa dan tidak

melakukan interaksi sosial dengan siswa. Keterlibatan atau peran serta observer

terwujud dalam keberadaanya di lokasi kegiatan siswa. Selain itu observasi pada

penelitian ini juga termasuk observasi terbuka karena subjek atau siswa yang

diteliti tahu keberadaan observer dan menyadari adanya orang yang mengamati

apa yang subjek lakukan. Oleh karena itu teknik observasi pada penelitian ini

merupakan observasi berperan serta pasif dan terbuka.

Teknik observasi digunakan untuk mengumpulkan data dan gambaran pada

aspek keaktifan belajar siswa dan peningkatannya pada tiap siklus. Observer pada

penelitian ini berjumlah dua orang terdiri dari peneliti dan teman sejawat. Menurut

Uhar Suharsaputra (2014: 265), terdapat beberapa instrumen yang dapat

digunakan peneliti dan observer sebagai pedoman dalam melakukan observasi

yaitu: catatan lapangan, daftar cek perilaku, daftar partisipan, dan skala rating.

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan sebagai pedoman observasi berupa

skala rating.

26
2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan sarana pembantu peneliti dalam

mengumpulkan data informasi dengan cara membaca. Teknik dokumentasi

berperan untuk mengecek data yang telah didapat sebelumnya dan sebagai

pendukung data tersebut. Kelebihan teknik dokumentasi dapat dilakukan tanpa

menggangu subjek dan suasana penelitian.

Dokumen penelitian ini terdiri dari foto-foto kegiatan dan dokumen nilai.

Dokumen foto berguna sebagai bukti otentik tentang proses belajar mengajar yang

sedang berlangsung dan dokumen nilai digunakan untuk memperkuat nilai yang

sudah diperoleh peserta didik sehingga peneliti mendapat gambaran nyata hasil

belajar siswa di kelas.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti untuk mengukur dan penilaian

yaitu instrumen nontes. Instrumen nontes berupa skala rating keaktifan belajar

siswa.

1. Instrumen Skala Rating

Instrumen skala rating adalah salah satu instrumen observasi yang

digunakan untuk memandu observer dalam menentukan tingkat atau gradasi dari

suatu kegiatan. Pemilihan instrumen skala rating pada penelitian ini dikarenakan

observer dapat lebih cermat dalam mengamati ada tidaknya kejadian dan frekuensi

kejadian.

Menurut Djemari Mardapi (2008: 125), pengembangan instrumen non tes

atau afektif dilakukan melalui beberapa langkah antara lain: (1)menentukan

27
definisi konseptual atau konstruk yang akan diukur, (2)menentukan definisi

operasional, (3)menentukan indikator, (4)menulis instrumen, (5)penelaahan

instrumen, (6) perbaikan instrumen, dan (7) uji coba instrumen.

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah instrumen penelitian

yang dikembangkan oleh Muhammad Luqman (2016: 58) pada penelitiannya yang

mengacu pada dasar teori yang ada. Kisi-kisi instrumen keaktifan belajar siswa

dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Keaktifan Belajar Siswa

Kriteria Keaktifan Indikator Keaktifan Belajar Nomor


No.
Belajar Siswa Siswa Butir
1 Kegiatan Visual Memperhatikan penjelasan guru 1
Mengajukan pertanyaan 2
2 Kegiatan Lisan Merespon pertanyaan guru 3
Kegiatan Hubungan Berdiskusi dalam kelompok
3 4
Sosial/Kerjasama
4 Kegiatan Mental Menyelesaikan masalah 5
Efisiensi dalam menyelesaikan
6
persoalan yang diberikan
5 Kegiatan Menulis Mencatat rangkuman materi
7
pelajaran

G. Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif.

Menurut Wina Sanjaya (2013: 106), “… analisis data dalam PTK bisa dilakukan

dengan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.” Analisis ini digunakan agar

memberi gambaran tentang upaya yang dilakukan guru dalam peningkatan

keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik

dengan model pembelajaranProject Based Learning.

Analisis data kuantitatif digunakan dalam menentukan hasil peningkatan

keaktifan belajar siswa mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik. Data

28
keaktifan belajar siswa diperoleh melalui skala rating dianalisis menggunakan

presentase skor. Berikut langkah-langkah untuk mengetahui presentase skor

keaktifan belajar siswa:

1. Memberikan penilaian skor kriteria terhadap masing-masing rubrik atau

indikator yang diamati.

2. Menjumlahkan skor untuk masing-masing rubrik atau indikator yang diamati.

3. Menghitung persentase pada setiap rubrik atau indikator yang diamati dengan

rumus sebagai berikut:

𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐏𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡𝐚𝐧
𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐧𝐭𝐚𝐬𝐞% = 𝐗 𝟏𝟎𝟎
𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐌𝐚𝐤𝐬𝐢𝐦𝐚𝐥

H. Indikator Keberhasilan

Pencapaian target pada penelitian ini ditentukan dalam indikator

keberhasilan. Penelitian ini dinyatakan mencapai target atau berhasil apabila

terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar

Elektromekanik melalui model pembelajaranProject Based Learning. Indikator

keberhasilan keaktifan belajar siswa sekurang-kurangnya ketujuh indikator

keaktifan belajar siswa masing-masing memperoleh persentase 75%.

29
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Gafur. (2012).Desain Pembelajaran : Konsep, Model, dan Aplikasinya Dalam

Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran. Yogyakarta : Penerbit Ombak.

Bender, William N. (2012).Project-based Learning Differentiating Instruction for

the 21st Century. California: Corwin.

Muhammad Luqman (2016).Peningkatan Keaktifan dan Kompetensi Siswa pada

Mata Pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik Kelas X SMKN 2 Depok Melalui

Model Pembelajaran SMKN 2 Depok Melalui Model Pembelajaran Two Stay

Two Stray. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Munawir Haris. (2015).Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Melalui Model

Pembelajaran Project Based Learning Pada Kompetensi Pekerjaan Dasar

Elektromekanik di SMK Negeri 2 Depok. Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta:

tidak diterbitkan.

Nana Sudjana. (2014).Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Ngalimun. (2013).Strategi dan model pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja

Presindo.

30
Paryanto. (2010).Penerapan Metode Pembelajaran Kolaboratif Tipe Group

Investigation Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Teori Pemesinan

Dasar. Jurnal Pendidikan Teknik dan Kejuruan (Vol. 19, No.2). Hlm. 174.

Saur Tampubolon. (2013).Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Sistem

Pengembangan Profesi Pendidik Dan Keilmuan. Jakarta: Erlangga.

Soleh Hamid. (2013).Metode EDU tainment. Yogyakarta: DIVA Press

Sutirman. (2013).Media dan model-model pembelajaran inovatife. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Warsono & Hariyanto. (2014). Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Yanuar Eko Saputra. (2016).Penerapan Model Pembelajaran Project Based

Learning (PjBL) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar

Perekayasaan Sistem Kontrol Siswa Kelas XII EI 3 SMKN 3 Wonosari. Skripsi

Universitas Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan.

31
120

Anda mungkin juga menyukai