Disusun Oleh :
SITI NURLAILI
NIM. P 2722 4017 353
LAPORAN KASUS
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena memberikan
kesempatan dan kesehatan kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas laporan
kasus ini guna untuk memenuhi tugas praktikum Asuhan Kebidanan. Kami ucapkan
terimakasih pula kepada dosen pembimbing kasus kami, ibu Endang Suwanti, S.Pd.,
S.S.T., M.Kes. yang telah membimbing kami dalam pembuatan laporan kasus ini.
Laporan kasus asuhan kebidanan ini membahas mengenai asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir normal. Kami selaku penyusun makalah ini berharap laporan kasus ini
dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan dengan baik dalam perkuliahan.
Kami menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca supaya laporan
kasus ini bisa menjadi lebih baik.
Waalaikumussalam wr.wb
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologis
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3
kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari
kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia
danfaali.
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi
pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga
kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan
kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak
bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu
melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.
Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah salah satu indikator di
suatu negara. Angka kematian maternal dan neonatal masih tinggi, salah satu faktor
penting dalam upaya penurunan angka tersebut dengan memberikan pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas keadaan masyarakat yang belum
terlaksana. (Prawirohardjo, 2009 ; 54 ). Menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira
3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini
kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57%
meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu
bayi meninggal. Penyebab kematian BBL di indonesia adalah BBLR 29%, Asfiksia
27%, trauma lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital
(JNPK-KR, 2008; h.145)
Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan yang
berkualitas maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk
dapat melaksanakan pelayanan essensial neonatal.
Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk belajar
melakukan Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah Pada
di Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Karanganyar.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah :
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah
di Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Karanganyar?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Pra Sekolah di Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Karanganyar dengan
menggunakan metode manajemen Menurut Varney, tahun 1977
2. Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data
objektif.
2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa masalah dan diagnosa
kebutuhan.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain.
4. Mahasiswa mampu mengetahui kebutuhan bayi baru lahir.
5. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan bayi baru lahir yang menyeluruh.
6. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan.
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan.
D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan tenaga kesehatan tentang asuhan bayi baru lahir.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang asuhan
bayi baru lahir serta sebagai penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan.
3. Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada
bayi serta masalah pada bayi sehingga timbul kesadaran bagi klien untuk
memperhatikan bayinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI MEDIS
1. Pengertian Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.
a. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat
badan antara 2500 gr APGAR sampai 4000 gram nilai APGAR >7 dan
tanpa cacat bawaan. (Rukiyah, 2010; hal. 2)
b. Neonatus adalah bayi baru lahir sampai 28 hari pertama kehidupan
(Surasmi, 2003).
c. Bayi adalah manusia yang berusia 28 hari sampai usia 24 bulan.
d. Balita adalah singkatan dari bawah lima tahun. Manusia dalam masa
balita berumur 2 sampai 5 tahun. Pada masa-masa balita balita biasanya
sudah dapat berjalan atau berlari, menggunakan banyak energi untuk
melakukan aktivitas.
e. Anak pra sekolah yaitu anak yang berusia aniara 3-6 tahun menurut
Biechler dan Snowman (1993).
2. Bayi Baru Lahir
a. Ciri-ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal
1) Berat badan 2500-4000 gram;
2) Panjang badan 48-52 cm;
3) Lingkar dada 30-38 cm;
4) Lingkar kepala 33-35 cm;
5) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 kali/menit,
kemudian menurun sampai 120-140 denyut/menit;
6) Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit,
kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit;
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan yang
cukup terbentuk dan diliputi verniks kaseosa;
8) Rambut lanugo tidak terlihat lagi, rambut kepala biasanya telah
sempurna;
9) Kuku agak panjang dan lunak;
10) Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki);
11) Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik
12) Reflek moro sudah baik, bayi ketika dikejutkan akan
memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk;
13) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 48 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Wahyuni, 2012).
b. Masa Adaptasi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0 – 28 hari, selama
periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra
uteri, yang terbagi dalam dua masa antara lain :
1) Masa Portunate
Masa portunate pada bayi berlangsung antara 15 - 30 menit pertama
sejak bayi lahir sampai tali pusatnya dipotong.
2) Masa Neonate
Masa neonate berlangsung dari pemotongan dan pengikatan tali
pusar sampai akhir mingggu kedua dari kehidupan pascamatur. Ada
empat penyesuaian utama yang harus dilakukan sebelum anak dapat
memperoleh kemajuan perkembangan tingkah laku, yaitu :
a) Perubahan suhu dalam rahim ibu dengan suhu lingkungan.
b) Perubahan pernafasan, sebelum lahir bayi bernafas dengan
plasenta dan setelah lahir bernafas dengan paru-paru.
c) Dan menelan sebagai cara untuk memperoleh makanan yang
semula dari plasenta melalui tali pusat.
d) Cara pembuangan melalui organ-organ sekresi yang mana
sebelum lahir melalui plasenta dan tali pusat.
Pada masa neonatus, bayi akan lebih banyak tidur dan untuk
mempertahankan hidupnya dengan beberapa kemampuan antara lain :
1) Insting
Insting adalah kemampuan yang ada sejak lahir, bersifat psikofisis
yang bertujuan untuk memberikan reaksi terhadap lingkungan
dengan rangsangan yang khas dan terjadi tanpa belajar. Misalnya :
reaksi menyusui, kebutuhan akan rasa aman, insting sosial yang
memungkinkan anak berkomunikasi dengan lingkungan misalnya
senyum bila ibu mengajak bayi bicara.
2) Reflek
Refleks adalah gerakan yang terjadi secara otomatis/spontan tanpa
disadari pada bayi yang normal. Macam-macam reflek pada bayi
antara lain :
a) Tonic Neck reflek (reflek tonus leher) adalah gerakan spontan
otot kuduk, apabila bayi ditengkurapkan, maka secara spontan
bayi akan memiringkan kepalanya.
b) Rooting reflek (reflek menghisap) adalah reflek apabila ada yang
menyentuh disekitar mulut bayi, maka bayi akan membuka
mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah yang menyentuh.
c) Graps reflek (reflek menggenggam), apabila tangan kita
menyentuh telapak tangan bayi, maka bayi akan berusaha
menggenggam tangan kita dengan kuat.
d) Moro reflek adalah reaksi emosional yang timbul di luar kemauan
atau kesadaran bayi. Reflek ini seolah-olah bayi mendekatkan
tubuhnya pada orang yang mendekapnya.
e) Startle reflek (reflek mengehntak) adalah rekasi emosional berupa
hentakan dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan tangan
dan sering diikuti dengan tangisan rasa takut.
f) Stapping reflek bersifat reflek belajar seolah-olah akan berjalan.
(Rukiyah : 2013)
3) Kemampuan untuk belajar
c. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus.
1) Sistem pernapasan
Selama didalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran
gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas harus melalui
paru-paru bayi. Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama :
a) Tekanan mekanik torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi
mekanik).
b) Penurunan O2 dan kenaikan CO2 merangsang kemoreseptor
yang terletak di sinus karotikus (stimulasi kimiawi).
c) Rangsangan dingin di daerah muka dan penurunan suhu didalam
uterus (stimulasi sensorik).
Pernapasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi dalam
waktu 30 detik pertama sesudah lahir. (Indrayani & Moudy, 2013).
2) Sirkulasi darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis
sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung,
kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui
aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke
paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta. Setelah bayi
lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteriol dalam
paru menurun. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh
jumlah darah yang melalui transfusi plasenta dan pada jam-jam
pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi
konstan kira-kira-kira 85/40 mmHg (Indrayani & Moudy, 2013).
3) Perlindungan termal (termoregulasi)
Mekanisme pengaturan suhu tubuh ada bayi baru lahir belum
berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas dari tubuh bayi karena bayi beresiko mengalami
hipotermi. Beberapa mekanisme kehilangan panas tubuh pada BBL
menurut Wahyuni (2012) :
a) Evaporasi
Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan pada tubuh
bayi.
b) Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dan benda atau permukaan yang
temperaturnya lebih rendah.
c) Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat tubuh
bayi terpapar udara atau lingkungan yang bertemperatur dingin.
d) Radiasi
Kehilangan panas badan bayi melalui pancaran/ radiasi dari
tubuh bayi ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin.
4) Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh
orang dewasa sehingga metabolisme basal per KgBB akan lebih
besar, sehingga BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan
baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan
lemak.
5) Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Fungsi ginjal belum sempurna karena :
a) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
b) Ketidak seimbangan luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal.
c) Renal blood flow relatif kurang bila dibanding dengan orang
dewasa (Indrayani & Moudy, 2013).
6) Immunoglobulin
a) Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang
belakang dan lamina propia ilium dan apendiks.
b) Plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan
stress imunologis.
c) Pada BBL hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi
dari ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil.
d) Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (Lues,
toksoplasma, herpes simpleks) reaksi imunologis dapat terjadi
dengan pembentukan sel plasma dan antiboti gama A, G dan M
(Indrayani & Moudy, 2013)
7) Traktus digestivus
Traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam
kehijauan yang disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya
dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinjanya sudah
berbentuk dan berwarna biasa. Gumoh sering terjadi akibat dari
hubungan esophagus bawah dengan lambung belum sempurna, dan
kapasitas dari lambung juga terbatas yaitu + 30 cc (Indrayani &
Moudy, 2013).
8) Hati
Segera setelah lahir, terjadi kenaikan kadar protein dan
penurunan kadar lemak dan glikogen.
9) Keseimbangan asam basa
PH darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis anaerobik.
(Indrayani & Moudy, 2013).
d. Pemeriksaan Pada BBL
Pengkajian setelah lahir terjadi dalam tiga tahapan. (Suwanti : 2007)
1) Tahap I
Segera selama menit-menit pertama kelahiran menggunakan system
scoring APGAR untuk fisik dan skrining GRAY untuk interaksi bayi
dengan orang tua.
Klasifikasi klinik :
a) Nilai 7-10 : bayi normal
b) Nilai 4-6 : bayi asfiksia ringan-sedang
c) Nilai 0-3 : bayi asfiksia berat
Skor
Tanda
0 1 2
A : Apperance colon Biru Badan merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) pucat ekstermitas biru kemerahan
P : Pulse (frekuensi Tidak <100 >100
jantung) ada
G : Grimage Tidak Sedikit gerakan, Menangis,
(rangsangan) ada minim batuk, bersin
Lumpuh Ekstermitas Gerakan aktif
A : Activity
dalam sedikit
(aktivitas tonus otot)
fleksi
R : Respiration Tidak Lemah, tidak Menangis kuat
(pernafasan) ada teratur
2) Tahap II
Transisional selama aktivitas yaitu pengkajian selama 24 jam
pertama juga penting.
3) Tahap III
Periodic, pengkajian, setelah 24 jam pertama yaitu masing-masing
sistem tubuh diperiksa.
Penilaian APGAR dilakukan pada :
1’ : menentukan pelaksanaan resusitasi aktif (untuk mengetahui
apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.
5’ : menentukan kemungkinan adanya gangguan neurologi di
kemudian hari untuk menghindari APGAR <7 maka penanganan
sebagai berikut :
a) Dilakukan pemeriksaan lendir serta cairan pada mulut, hidung,
dan mata dengan kassa.
b) Posisi badan dibuat kepala lebih rendah agar cairan atau lender
keluar dari trachea dan faring, kemudian lendir dihisap dengan
penghisap lendir.
Keadaan umum : Bayi tampak sehat, aktif, tonus otot baik, menangis
kuat.
Vital sign
Berat Badan, BAK ± 3-8x/hari, BAB 1x/hari
Kemampuan menghisap
Warna kulit
Tidur 18-20 jam/hari
Pemeriksaan Reflek
Anak yang dilahirkan mempunyai sejumlah reflek, ini
merupakan dasar bayi untuk mengadakan reaksi dan tindakan aktif.
1) Reflek Permanen
Reflek urat achialis (kontraksi otot/bisa urat daging dipukul)
Reflek urat patelair (kontraksi bawah lutut bila dipukul)
Reflek pupil (pupil mengecil bila ada sinar)
2) Reflek sementara
Reflek morro/reflek peluk (reflek berkejut).
Reflek tonic neck (reflek otot leher) : anak akan mengangkat leher
dan menoleh jika ditelungkupkan
3) Reflek rooting : timbul karena stimulasi taktil pada pipi dan daerah
mulut anak bereaksi dengan memutar kepala seakan-akan mencari
putting susu.
4) Reflek sucking : timbul bersama rangsangan pipi untuk menghisap
putting susu dan menelan ASI.
5) Reflek babinsky : bila ada rangsangan pada telapak kaki, ibu jari
akan bergerak ke atas.
6) Reflek staping : jika bayi dibuat posisi berdiri, maka akan ada
gerakan seperti kaki melangkah ke depan walaupun belum dapat
berjalan.
d. Langkah IV : Antisipasi
Pada langkah ini perlunya tindakan segera bidan atau dokter dan
atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi bayi. (Sudarti,
2013)
e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah
sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose
yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi
pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan
dengan kerangka pedoman antisipasi bagi pasien tersebut yaitu apa
yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010)
f. Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan dilaksanakan secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009).
C. Pendokumentasian
Metode pendokumentasian yaitu dengan menggunakan metode SOAP.
Semua metode dokumentasi memiliki kesamaan dalam pengkajiannya, tetapi
dari semua metode tersebut yang dipakai dalam pendokumentasian asuhan
kebidanan pada saat ini, yaitu memakai metode SOAP.
SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan
mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat
komprehensif.
S ( Subyektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa.
O ( Obyektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab,
dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
assesmen.
A ( Analisa )
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalm suatu identifikasi.
P ( Penatalaksanaan )
Mengambarkan pendokumentasian dari penatalaksanaan berdasarkan
assesmen. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah – langkah sebelumnya. Semua keputusan yang dikembangkan
dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar – benar valid
berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan apa
nyang dibutuhkan dan baik untuk pasien.
BAB III
TINJAUAN KASUS
2. Data ibu
a. Riwayat Obstetric : G2P1A0 UK 39+2 Minggu
b. Frekuensi ANC : 11 kali di BPM
c. Imunisasi TT : TT 4 kali
d. Obat-obatan/Jamu yang pernah diminum
1) Suplemen Asam folat
2) Tablet Fe
3) Kalsium
e. Kenaikan BB : 12 kg
f. Riwayat penyakit penyerta : Tidak ada
g. Komplikasi Selama hamil : Tidak ada
h. Riwayat persalinan terakhir
1) Tanggal : 11 Desember 2017
2) Jenis persalinan : Normal
3) Penolong : Bidan
4) Tempat Persalinan : RSUD Karanganyar
5) Lama persalinan : 7 jam
6) Komplikasi/Penyulit : Tidak ada
B. Data Objektif
a. Keadaan BBL
BB/PB : 2900 gr/49 cm
LK/LD : 30/31 cm
b. Keadaan fisik : baik, tidak ada cacat kongenital
c. Penanganan awal BBL : mengeringkan seluruh badan bayi kecuali telapak tangan
dengan kain bersih dan kering lalu memberikan topi, kaos kaki dan selimut
d. Apgar Score
APGAR Score 1/5/10 menit
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik, kesadaran : compos mentis
b. Tanda-tanda vital :
Suhu : 36,8oC
Respirasi : 42 kali/menit
Denyut jantung : 140 kali/menit
c. BB/PB : 2900 gr / 49 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Tidak ada caput suksedaneum, tidak ada cephal hematoma, tidak ada
bagian yang teraba cekung pada bagian kepala
b. Telinga
Simetris, tulang rawan sudah terbentuk
c. Mata
Simetris, tidak ada strabismus, tidak ada sekret, sklera tidak ikterus, ada
Refleks eyeblink ketika mata terkena sinar
d. Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret
e. Mulut dan Bibir
Simetris, tidak ada labiopalatoskizis, tidak ada labioskizis, ada reflex
sucking, tidak ada bercak putih pada gusi atau palatum.
f. Leher
Simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan vena jugularis
g. Dada
Simetris, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris
h. Bahu, Lengan, Tangan
Kedua lengan sama panjangnya, tidak polidaktili, tidak sidaktil, telapak
tangan dapat terbuka, ada reflex moro, ada reflex grasping
i. Abdomen
Tidak ada massa/benjolan, tali pusat tidak ada nanah dan darah
j. Genetalia
Terdapat lubang saluran uretra, lubang penis di ujung, testis sudah masuk
ke skrotum
k. Anus
Lubang sudah terbentuk dengan baik
l. Tungkai dan kaki
Simetris, tidak sidaktil, tidak polidaktil, ada reflex babinsky
m. Punggung
Tidak ada pembengkakan, tidak ada lesung dan tidak ada bercak kecil
berambut
n. Kulit
Kulit berwarna kemerahan, tidak ada tanda lahir
3. Pola pemenuhan kebutuhan dasar
1. Nutrisi : jenis : ASI yang diberikan langsung
2. Eliminasi : BAK : sudah dapat BAK, berwarna jernih; BAB : sudah dapat BAB
berupa mekonium warna hijau kehitaman, konsistensi lunak
3. Hygiene : bayi sudah dikeringkan dan dibersihkan menggunakan handuk tanpa
dimandikan terlebih dahulu dan tali pusat telah dipotong
4. Perawatan tali pusat : tali pusat dipotong kemudian diikat dengan umbilical cord
clamp dan dibalut dengan kassa tanpa diberi betadine/alkohol
5. Refleks bayi :
1. Roofing reflek : baik, ada reflek mencari putting susu
2. Tonic neck reflek : baik
3. Grasping reflek : baik, terkejut bila ada rangsangan
4. Moro reflek : baik, terkejut bila ada rangsangan
5. Reflek menghisap : baik
6. Reflek menelan : baik
4. Pemeriksaan penunjang : tidak ada
IV. IMPLEMENTASI
1. Mengeringkan bayi dengan segera
Rasionalisasi :
Menjaga kehangatan bayi dan mengurangi resiko terjadinya hipotermi
Hasil :
Bayi sudah dalam keadaan kering dan hangat
2. Memotong dan merawat tali pusat
Rasionalisasi :
Mencegah terjadinya infeksi noenatus
Hasil :
Tali pusat telah dipotong dan dilakukan perawatan dengan dibungkus
menggunakan kassa steril yang kering
3. Melakukan IMD
Rasionalisasi :
Memberi kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segara pada bayi,
meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan
nafas, meningkatkan jalinan kasih saying ibu dan bayi, mencegah kehilangan
panas
Hasil :
Bayi sudah berada di atas dada ibu
4. Menjaga kehangatan bayi
Rasionalisasi :
Saat lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan
pengaturan dari luar untuk membuat badannya tetap hangat. Bayi baru lahir
harus dibungkus dengan hangat.
Hasil :
Telah dilakukan upaya menjaga kehangatan bayi
1) Membedong bayi dengan kain bersih dan hangat
2) Menutupi kepala bayi dengan topi bayi
3) Menyelimuti bayi dengan kain bersih
5. Memberikan :
1) Salep mata, pada jam 18.00
Rasionalisasi :
Pemberian obat tetes mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1% dianjurkan
untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual).
2) Injeksi vitamin K, pada jam 18.05
Rasionalisasi :
Untuk mencegah terjadinya perdarahn karena defisiensi vitamin K.
3) Imunisasi Hepatitis B 0 (HB 0), pada jam 19.05
Rasionalisasi :
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat mencegah infeksi Hepatitis B pada bayi
terutama jalur penularan ibu ke bayi
Hasil :
Bayi sudah diberikan salep mata, injeksi vitamin K, dan imunisasi HB 0
CATATAN PERKEMBANGAN
VI. IMPLEMENTASI
1. Memberikan ASI secara on demand
Rasionalisasi :
Memberikan ASI kepada bayi sesuai dengan kebutuhan bayi
Hasil :
ASI telah diberikan on demand
2. Menjaga kehangatan bayi
Rasionalisasi :
Saat lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan
pengaturan dari luar untuk membuat badannya tetap hangat. Bayi baru lahir harus
dibungkus dengan hangat.
Hasil :
Telah dilakukan upaya menjaga kehangatan bayi
1) Membedong bayi dengan kain bersih dan hangat
2) Menutupi kepala bayi dengan topi bayi
3) Menyelimuti bayi dengan kain bersih
1.
BAB IV
PEMBAHASAN
Bayi Ny. TH lahir cukup bulan dengan masa gestasi 39+2 minggu, lahir spontan
pada tanggal 11 Desember 2017 pukul 17.40 WIB. Tidak ditemukan adanya masalah, bayi
menangis spontan, kuat, tonus otot positif, warna kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki,
tidak ada cacat bawaan, dengan panjang badan lahir 49 cm, berat badan lahir 2900 gram
dan nilai APGAR pada menit pertama yaitu 10. Menurut teori dari Rukiyah 2010, bahwa
bayi baru lahir normal yaitu bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu
dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram, nilai APGAR >7 dan tanpa cacat
bawaan. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara praktik dengan teori.
Pada bayi Ny. TH dilakukan penanganan segera setelah lahir. Menurut Saifudin
(2009), penanganan segera pada bayi baru lahir yang harus dilakukan antara lain sebagai
berikut :
a. Bayi segera dikeringkan. Setelah lahir, bayi Ny. TH segera dikeringkan dan diselimuti
dengan kain bersih serta dipakaikan topi.
b. Potong dan rawat tali pusat. Pada bayi Ny. TH, tali pusat dipotong 5 cm dari dinding
perut bayi dengan gunting steril, kemudian di klem menggunakan klem tali pusat.
c. Lakukan IMD. Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, kemudian bayi
diletakkan tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu.
Manfaat IMD bagi bayi meliputi : memberi kesehatan bayi dengan kekebalan pasif
yang segara pada bayi, meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan
hisap, telan dan nafas, meningkatkan jalinan kasih saying ibu dan bayi, mencegah
kehilangan panas.
d. Jaga kehangatan. Saat lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuat badannya tetap hangat. Bayi baru
lahir harus dibungkus dengan hangat.
e. Memberi salep mata. Bayi Ny. TH telah diberikan salep mata tetrasiklin 1% pada 1
jam pertama setelah kelahiran. Menurut teori dari Abdul Bari Saifuddin 2009, bahwa
pemberian obat tetes mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
f. Memberi vitamin K. Bayi Ny. TH telah diberikan vitamin K 1 mg pada sepertiga paha
kiri bagian luar untuk mencegah terjadinya perdarahn karena defisiensi vitamin K.
g. Imunisasi Hb 0. Bayi Ny. TH telah diberikan imunisasi Hb 0 1 jam setelah pemberian
vitamin K. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat mencegah infeksi Hepatitis B pada bayi
terutama jalur penularan ibu ke bayi.
Dalam hal penanganan bayi setelah lahir, tidak ada kesenjangan antara teori dengan
praktik.
Kemudian dilakukan observasi kondisi pada bayi Ny. TH selama 2 jam. Bayi Ny.
TH dalam kondisi baik dan sehat. Pemberian ASI secara on demand juga terus dipantau.
Bayi Ny. TH menyusui aktif secara on demand. Kemudian menjaga kebersihan bayi
dengan diberi pakaian bersih dan dibungkus menggunakan kain bersih, bayi Ny. TH sudah
dalam keadaan bersih dan hangat.
Memberikan KIE kepada Ny. TH tentang perawatan tali pusat yang benar.
Usahakan tali pusat tetap kering, jaga agar tidak basah dan lembab karena kondisi lembab
memicu pertumbuhan kuman yang menyebabkan infeksi. Tali pusat tidak perlu
dibersihkan oleh sabun ataupun cairan lainnya dan biarkan terbuka tanpa ditutup dengan
kasa kering. Saat memakaikan popok bayi, usahakan tali pusat tidak tertutup popok, agar
tidak terkena air seni dan tinja untuk menghindari terjadinya infeksi tali pusat.
Memberikan KIE kepada Ny. TH tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir,
diantaranya : bayi tidak mau menyusu, kejang, lemah, sesak nafas, merintih, pusat
kemerahan, demam atau tubuh merasa dingin, mata bernanah banyak serta kulit terlihat
kuning. Ny. TH telah mengerti tentang perawatan tali pusat dan tanda bahaya pada bayi
baru lahir.
Telah dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital pada bayi Ny. TH dan dapat diperoleh
suatu data bahwa : nadi bayi 130 kali tiap menit. Hal ini fisiologis karena sesuai dengan
teori Putra 2012, bahwa nadi normal pada bayi berkisar antara 120-160 kali tiap menit.
Kemudian setelah itu dilakukan pemeriksaan pada frekuensi pernafasan bayi didapatkan
hasil pemeriksaan bahwa frekuensi pernafasan bayi Ny. TH yaitu 48 kali tiap menit.
Menurut teori dari Sudarti 2013, bahwa frekuensi pernafasan BBL normal adalah 30-60
kali tiap menit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi. Setelah
memeriksa frekuensi pernafasan bayi, maka dilakukan pemeriksaan suhu. Didapatkan hasil
pemeriksaan bahwa suhu Bayi Ny. TH adalah 36.7º C. Hal ini fisiologis karena menurut
teori dari Sudarti 2013, bahwa suhu normal bayi adalah 36,5 ºC-37,7 ºC. Dalam hal
pemeriksaan tanda-tanda vital tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik di lahan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Bayi Ny. TH Neonatus
Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan dengan Fisiologis di Ruang Bersalin RSUD
Kab. Karanganyar maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :
Bayi Ny. TH merupakan neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan
berat badan (BB) 2900 gram, panjang badan 49 cm, jenis kelamin laki-laki, tidak
terdapat masalah/kelainan/komplikasi, baik pada waktu hamil maupun saat
persalinan, sehingga Bayi Ny. TH neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan
dapat beradaptasi di luar uterine, maka tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
praktek.
B. SARAN
1. Bagi bidan
Hendaknya perawatan bayi baru lahir sesuai dengan prosedur agar tidak terjadi
komplikasi pada bayi baru lahir.
2. Bagi Mahasiswa
Menggali ilmu semaksimal mungkin untuk menambah pengetahuan dan
ketrampilan mahasiswa tentang masalah-masalah dan cara imunisasi pada bayi,
serta perawatan bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA