Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS PRAKTIK KERJA LAPANGAN STASE II PERSALINAN

DAN BAYI BARU LAHIR


ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. TH BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS
DI RUANG BERSALIN RSUD KABUPATEN KARANGANYAR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan tugas


Praktik Kerja Lapangan (PKL) Stase II Persalinan Dan Bayi Baru Lahir
di Program Studi Profesi Kebidanan Surakarta

Disusun Oleh :

SITI NURLAILI
NIM. P 2722 4017 353

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
SURAKARTA
2017
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah

“Pada Bayi Ny. TH Lahir Normal”

Di Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Karanganyar


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena memberikan
kesempatan dan kesehatan kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas laporan
kasus ini guna untuk memenuhi tugas praktikum Asuhan Kebidanan. Kami ucapkan
terimakasih pula kepada dosen pembimbing kasus kami, ibu Endang Suwanti, S.Pd.,
S.S.T., M.Kes. yang telah membimbing kami dalam pembuatan laporan kasus ini.

Laporan kasus asuhan kebidanan ini membahas mengenai asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir normal. Kami selaku penyusun makalah ini berharap laporan kasus ini
dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan dengan baik dalam perkuliahan.

Kami menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca supaya laporan
kasus ini bisa menjadi lebih baik.

Waalaikumussalam wr.wb

Klaten, Maret 2017

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologis
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3
kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari
kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia
danfaali.
Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi
pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga
kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan
kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak
bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu
melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.
Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah salah satu indikator di
suatu negara. Angka kematian maternal dan neonatal masih tinggi, salah satu faktor
penting dalam upaya penurunan angka tersebut dengan memberikan pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas keadaan masyarakat yang belum
terlaksana. (Prawirohardjo, 2009 ; 54 ). Menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira
3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini
kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57%
meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu
bayi meninggal. Penyebab kematian BBL di indonesia adalah BBLR 29%, Asfiksia
27%, trauma lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital
(JNPK-KR, 2008; h.145)
Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan yang
berkualitas maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk
dapat melaksanakan pelayanan essensial neonatal.
Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk belajar
melakukan Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah Pada
di Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Karanganyar.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan adalah :
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah
di Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Karanganyar?”
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Pra Sekolah di Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Karanganyar dengan
menggunakan metode manajemen Menurut Varney, tahun 1977
2. Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data
objektif.
2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa masalah dan diagnosa
kebutuhan.
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain.
4. Mahasiswa mampu mengetahui kebutuhan bayi baru lahir.
5. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan bayi baru lahir yang menyeluruh.
6. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan.
7. Mahasiswa mampu mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan.

D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan tenaga kesehatan tentang asuhan bayi baru lahir.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang asuhan
bayi baru lahir serta sebagai penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan.
3. Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada
bayi serta masalah pada bayi sehingga timbul kesadaran bagi klien untuk
memperhatikan bayinya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI MEDIS
1. Pengertian Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.
a. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat
badan antara 2500 gr APGAR sampai 4000 gram nilai APGAR >7 dan
tanpa cacat bawaan. (Rukiyah, 2010; hal. 2)
b. Neonatus adalah bayi baru lahir sampai 28 hari pertama kehidupan
(Surasmi, 2003).
c. Bayi adalah manusia yang berusia 28 hari sampai usia 24 bulan.
d. Balita adalah singkatan dari bawah lima tahun. Manusia dalam masa
balita berumur 2 sampai 5 tahun. Pada masa-masa balita balita biasanya
sudah dapat berjalan atau berlari, menggunakan banyak energi untuk
melakukan aktivitas.
e. Anak pra sekolah yaitu anak yang berusia aniara 3-6 tahun menurut
Biechler dan Snowman (1993). 
2. Bayi Baru Lahir
a. Ciri-ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal
1) Berat badan 2500-4000 gram;
2) Panjang badan 48-52 cm;
3) Lingkar dada 30-38 cm;
4) Lingkar kepala 33-35 cm;
5) Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 kali/menit,
kemudian menurun sampai 120-140 denyut/menit;
6) Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit,
kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit;
7) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan yang
cukup terbentuk dan diliputi verniks kaseosa;
8) Rambut lanugo tidak terlihat lagi, rambut kepala biasanya telah
sempurna;
9) Kuku agak panjang dan lunak;
10) Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada
perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki);
11) Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik
12) Reflek moro sudah baik, bayi ketika dikejutkan akan
memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk;
13) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 48 jam
pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Wahyuni, 2012).
b. Masa Adaptasi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0 – 28 hari, selama
periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra
uteri, yang terbagi dalam dua masa antara lain :
1) Masa Portunate 
Masa portunate pada bayi berlangsung antara 15 - 30 menit pertama
sejak bayi lahir sampai tali pusatnya dipotong.
2) Masa Neonate
Masa neonate berlangsung dari pemotongan dan pengikatan tali
pusar sampai akhir mingggu kedua dari kehidupan pascamatur. Ada
empat penyesuaian utama yang harus dilakukan sebelum anak dapat
memperoleh kemajuan perkembangan tingkah laku, yaitu :
a) Perubahan suhu dalam rahim ibu dengan suhu lingkungan.
b) Perubahan pernafasan, sebelum lahir bayi bernafas dengan
plasenta dan setelah lahir bernafas dengan paru-paru.
c) Dan menelan sebagai cara untuk memperoleh makanan yang
semula dari plasenta melalui tali pusat.
d) Cara pembuangan melalui organ-organ sekresi yang mana
sebelum lahir melalui plasenta dan tali pusat.
Pada masa neonatus, bayi akan lebih banyak tidur dan untuk
mempertahankan hidupnya dengan beberapa kemampuan antara lain : 
1) Insting
Insting adalah kemampuan yang ada sejak lahir, bersifat psikofisis
yang bertujuan untuk memberikan reaksi terhadap lingkungan
dengan rangsangan yang khas dan terjadi tanpa belajar. Misalnya :
reaksi menyusui, kebutuhan akan rasa aman, insting sosial yang
memungkinkan anak berkomunikasi dengan lingkungan misalnya
senyum bila ibu mengajak bayi bicara.
2) Reflek
Refleks adalah gerakan yang terjadi secara otomatis/spontan tanpa
disadari pada bayi yang normal. Macam-macam reflek pada bayi
antara lain :
a) Tonic Neck reflek (reflek tonus leher) adalah gerakan spontan
otot kuduk, apabila bayi ditengkurapkan, maka secara spontan
bayi akan memiringkan kepalanya.
b) Rooting reflek (reflek menghisap) adalah reflek apabila ada yang
menyentuh disekitar mulut bayi, maka bayi akan membuka
mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah yang menyentuh.
c) Graps reflek (reflek menggenggam), apabila tangan kita
menyentuh telapak tangan bayi, maka bayi akan berusaha
menggenggam tangan kita dengan kuat.
d) Moro reflek adalah reaksi emosional yang timbul di luar kemauan
atau kesadaran bayi. Reflek ini seolah-olah bayi mendekatkan
tubuhnya pada orang yang mendekapnya.
e) Startle reflek (reflek mengehntak) adalah rekasi emosional berupa
hentakan dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan tangan
dan sering diikuti dengan tangisan rasa takut.
f) Stapping reflek bersifat reflek belajar seolah-olah akan berjalan.
(Rukiyah : 2013)
3) Kemampuan untuk belajar
c. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian
fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus.
1) Sistem pernapasan
Selama didalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran
gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas harus melalui
paru-paru bayi. Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama :
a) Tekanan mekanik torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi
mekanik).
b) Penurunan O2 dan kenaikan CO2 merangsang kemoreseptor
yang terletak di sinus karotikus (stimulasi kimiawi).
c) Rangsangan dingin di daerah muka dan penurunan suhu didalam
uterus (stimulasi sensorik).
Pernapasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi dalam
waktu 30 detik pertama sesudah lahir. (Indrayani & Moudy, 2013).
2) Sirkulasi darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis
sebagian ke hati, sebagian langsung ke serambi kiri jantung,
kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui
aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke
paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta. Setelah bayi
lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteriol dalam
paru menurun. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh
jumlah darah yang melalui transfusi plasenta dan pada jam-jam
pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi
konstan kira-kira-kira 85/40 mmHg (Indrayani & Moudy, 2013).
3) Perlindungan termal (termoregulasi)
Mekanisme pengaturan suhu tubuh ada bayi baru lahir belum
berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan
kehilangan panas dari tubuh bayi karena bayi beresiko mengalami
hipotermi. Beberapa mekanisme kehilangan panas tubuh pada BBL
menurut Wahyuni (2012) :
a) Evaporasi
Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan pada tubuh
bayi.
b) Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dan benda atau permukaan yang
temperaturnya lebih rendah.
c) Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat tubuh
bayi terpapar udara atau lingkungan yang bertemperatur dingin.
d) Radiasi
Kehilangan panas badan bayi melalui pancaran/ radiasi dari
tubuh bayi ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin.
4) Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh
orang dewasa sehingga metabolisme basal per KgBB akan lebih
besar, sehingga BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan
baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan
lemak.
5) Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Fungsi ginjal belum sempurna karena :
a) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
b) Ketidak seimbangan luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal.
c) Renal blood flow relatif kurang bila dibanding dengan orang
dewasa (Indrayani & Moudy, 2013).
6) Immunoglobulin
a) Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang
belakang dan lamina propia ilium dan apendiks.
b) Plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan
stress imunologis.
c) Pada BBL hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi
dari ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil.
d) Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (Lues,
toksoplasma, herpes simpleks) reaksi imunologis dapat terjadi
dengan pembentukan sel plasma dan antiboti gama A, G dan M
(Indrayani & Moudy, 2013)
7) Traktus digestivus
Traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam
kehijauan yang disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya
dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinjanya sudah
berbentuk dan berwarna biasa. Gumoh sering terjadi akibat dari
hubungan esophagus bawah dengan lambung belum sempurna, dan
kapasitas dari lambung juga terbatas yaitu + 30 cc (Indrayani &
Moudy, 2013).
8) Hati
Segera setelah lahir, terjadi kenaikan kadar protein dan
penurunan kadar lemak dan glikogen.
9) Keseimbangan asam basa
PH darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis anaerobik.
(Indrayani & Moudy, 2013).
d. Pemeriksaan Pada BBL
Pengkajian setelah lahir terjadi dalam tiga tahapan. (Suwanti : 2007)
1) Tahap I
Segera selama menit-menit pertama kelahiran menggunakan system
scoring APGAR untuk fisik dan skrining GRAY untuk interaksi bayi
dengan orang tua.
Klasifikasi klinik :
a) Nilai 7-10 : bayi normal
b) Nilai 4-6 : bayi asfiksia ringan-sedang
c) Nilai 0-3 : bayi asfiksia berat

Skor
Tanda
0 1 2
A : Apperance colon Biru Badan merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) pucat ekstermitas biru kemerahan
P : Pulse (frekuensi Tidak <100 >100
jantung) ada
G : Grimage Tidak Sedikit gerakan, Menangis,
(rangsangan) ada minim batuk, bersin
Lumpuh Ekstermitas Gerakan aktif
A : Activity
dalam sedikit
(aktivitas tonus otot)
fleksi
R : Respiration Tidak Lemah, tidak Menangis kuat
(pernafasan) ada teratur

2) Tahap II
Transisional selama aktivitas yaitu pengkajian selama 24 jam
pertama juga penting.
3) Tahap III
Periodic, pengkajian, setelah 24 jam pertama yaitu masing-masing
sistem tubuh diperiksa.
Penilaian APGAR dilakukan pada :
1’ : menentukan pelaksanaan resusitasi aktif (untuk mengetahui
apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.
5’ : menentukan kemungkinan adanya gangguan neurologi di
kemudian hari untuk menghindari APGAR <7 maka penanganan
sebagai berikut :
a) Dilakukan pemeriksaan lendir serta cairan pada mulut, hidung,
dan mata dengan kassa.
b) Posisi badan dibuat kepala lebih rendah agar cairan atau lender
keluar dari trachea dan faring, kemudian lendir dihisap dengan
penghisap lendir.
Keadaan umum : Bayi tampak sehat, aktif, tonus otot baik, menangis
kuat.
Vital sign
Berat Badan, BAK ± 3-8x/hari, BAB 1x/hari
Kemampuan menghisap
Warna kulit
Tidur 18-20 jam/hari
Pemeriksaan Reflek
Anak yang dilahirkan mempunyai sejumlah reflek, ini
merupakan dasar bayi untuk mengadakan reaksi dan tindakan aktif.
1) Reflek Permanen
Reflek urat achialis (kontraksi otot/bisa urat daging dipukul)
Reflek urat patelair (kontraksi bawah lutut bila dipukul)
Reflek pupil (pupil mengecil bila ada sinar)
2) Reflek sementara
Reflek morro/reflek peluk (reflek berkejut).
Reflek tonic neck (reflek otot leher) : anak akan mengangkat leher
dan menoleh jika ditelungkupkan
3) Reflek rooting : timbul karena stimulasi taktil pada pipi dan daerah
mulut anak bereaksi dengan memutar kepala seakan-akan mencari
putting susu.
4) Reflek sucking : timbul bersama rangsangan pipi untuk menghisap
putting susu dan menelan ASI.
5) Reflek babinsky : bila ada rangsangan pada telapak kaki, ibu jari
akan bergerak ke atas.
6) Reflek staping : jika bayi dibuat posisi berdiri, maka akan ada
gerakan seperti kaki melangkah ke depan walaupun belum dapat
berjalan.

e. Pemantauan Tanda-Tanda Vital


Suhu tubuh, nadi, pernafasan bayi baru lahir bervariasi dalam
berespon terhadap lingkungan.
1) Suhu bayi
Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5-37,50 C pada
pengukuran diaxila.
2) Nadi
Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-140 kali permenit.
3) Pernafasan
Pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan,
iramanya. Pernafasannya bervariasi dari 30 sampai 60 kali
permenit.
4) Tekanan darah
Tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk di ukur secara
akurat. Rata-rata tekanan darah pada waktu lahir adalah 80/64
mmHg.
f. Penatalaksanaan Awal Pada Bayi Baru Lahir
1) Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Bila
bayi baru lahir segera menangis spontan atau segera menangis,
hindari melakukan penghisapan secara rutin pada jalan nafasnya
karena penghisapan pada jalan nafas yang tidak dilakukan secara
hati-hati dapat menyebabkan perlukaan pada jalan nafas hingga
terjadi infeksi, serta dapat merangsang terjadinya gangguan denyut
jantung dan spasme (gerakan involuter dan tidak terkendali pada
otot, gerakan tersebut diluar kontrol otak). Pada laring dan
tenggorokan bayi. Bayi normal akan segera menangis segera setelah
lahir. Apabila tidak langsung menangis maka lakukan :
a) Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan
hangat.
b) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
c) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan
jari tangan yang dibungkus kassa steril.
d) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok
kulit bayi dengan kain kering dan kasar agar bayi segera
menangis.
2) Memotong dan merawat tali pusat
Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut
bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Luka
tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan perawatan terbuka tanpa
dibubuhi apapun.
3) Mempertahankan suhu tubuh bayi
Cegah terjadinya kehilangan panas dengan mengeringkan tubuh
bayi dengan handuk atau kain bersih kemudian selimuti tubuh bayi
dengan selimut atau kain yang hangat, kering, dan bersih. Tutupi
bagian kepala bayi dengan topi dan anjurkan ibu untuk memeluk dan
menyusui bayinya serta jangan segera menimbang atau memandikan
bayi baru lahir karena bayi baru lahir mudah kehilangan panas
tubuhnya.
4) Pemberian vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi Vitamin K pada bayi baru
lahir dilaporkan cukup tinggi, sekitar 0,25 – 0,5 %. Untuk mencegah
terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan
cukup bulan perlu diberi Vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari,
sedangkan bayi resiko tinggi diberi Vitamin K perenteral dengan
dosis 0,5-1 mg IM.
5) Upaya profilaksis terhadap gangguan mata.
Pemberian obat tetes mata Eritromisin 0,5% atau Tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia
(penyakit menular seksual). (Abdul Bari Saifuddin, 2009). Tetes
mata / salep antibiotik tersebut harus diberikan dalam waktu 1 jam
pertama setelah kelahiran. Upaya profilaksis untuk gangguan pada
mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam 1 jam pertama
kehidupannya. Teknik pemberian profilaksis mata :
a) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
b) Jelaskan pada keluarganya tentang apa yang anda lakukan,
yakinkan mereka bahwa obat tersebut akan sangat
menguntungkan bayi.
c) Berikan salep / teki mata dalam satu garis lurus, mulai dari
bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke
bagian luar mata.
d) Jangan biarkan ujung mulut tabung / salep atau tabung penetes
menyentuh mata bayi.
e) Jangan menghapus salep / tetes mata bayi dan minta agar
keluarganya tidak menghapus obat tersebut.
6) Identifikasi
Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya
mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang
efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap
di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. Peralatan identifikasi
bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di
kamar bersalin, dan di ruang rawat bayi. Alat yang digunakan
hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus dan tidak mudah
melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas. Pada alat
identifikasi harus tercantum: nama (bayi, nyonya), tanggal lahir,
nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu. Di setiap tempat
tidur harus di beri tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir
dan nomor identifikasi. Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu
harus dicetak di catatan yang tidak mudah hilang. Sidik telapak kaki
bayi harus dibuat oleh personil yang berpengalaman menerapkan
cara ini, dan dibuat dalam catatan bayi. Bantalan sidik jari harus
disimpan dalam ruangan bersuhu kamar. Ukurlah berat lahir,
panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam
medik.
7) Mulai Pemberian ASI
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam
setelah bayi lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu untuk memeluk dan
mencoba untuk menyusukan bayinya segera setelah tali pusat diklem
dan dipotong berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan
bayinya. Keuntungan pemberian ASI :
a) Merangsang produksi air susu ibu
b) Memperkuat reflek menghisab bayi
c) Mempromosikan keterikatan antara ibu dan bayinya
d) Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui
kolostrum
e) Merangsang kontraksi uterus
Posisi untuk menyusui :
a) Ibu memeluk kepala dan tubuh bayi secara urus agar muka bayi
menghadapi ke payudara ibu dengan hidung di depan puting
susu ibu.
b) Perut bayi menghadap ke perut ibu dan ibu harus menopang
seluruh tubuh bayi tidak hanya leher dan bahunya.
c) Dekatkan bayi ke payudara jika ia tampak siap untuk menghisap
puting susu, karena dapat :
(1) Membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada
puting susu di payudaranya.
(2) Dagu menyentuh payudara ibu.
(3) Mulut terbuka lebar.
(4) Mulut bayi menutupi sampai ke areola.
(5) Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar.
(6) Bayi menghisap dengan perlahan dan dalam, serta kadang-
kadang berhenti.
g. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
1) Sebelum bayi lahir, segera di periksakan di ruang VK. Alat-alat yang
dibutuhkan :
a) Alat penghisap lendir (aseptor aspirator).
b) Tabung oksigen dan alat untuk membantu pernafasan bayi.
c) Alat resusitasi untuk pemasaran seperti laringaskop kecil,
kanula trachea, masker ventilaton kecil.
d) Obat-obatan lain seperti glukosa 40%, larutan bikarbonat 75%,
kalorfin sebagai antidotum morfin dan bethidin.
e) Alat pemotong tali pusat, alat pengikat tali pusat, obat
antiseptic, kain kassa steril untuk merawat tali pusat.
f) Tanda pengenal bayi (identifikasi) sesuai dengan ibunya.
g) Tempat tidur berserta kain katon/selimut, dan incubator
h) Kapas, baju steril yang dipakai penolong.
i) Stopwatch dan thermometer.
j) Ruang yang sesuai dengan bayi, suhu 30⁰C
2) Pertolongan Pada Waktu Bayi Baru Lahir
a) Mulai melakukan pembersihan lendir. Pada saat keluar dengan
membersihkan mulut, hidung, dan mata dengan kassa steril.
b) Jam lahir di catat dengan stopwatch.
c) Lendir dihisap sebersih mungkin sambil bayi ditidurkan dengan
kepala lebih rendah dari kaki dan kaki dalam posisi sedikit
ekstensi, supaya lendir mudah keluar.
d) Tali pusat diikat dengan baik dan bekas luka diberi antiseptic
kemudian dijepit dengan klem jepit plastic atau ikat dengan
benang tali pusat.
e) Segera setelah lahir, bayi sehat akan menangis kuat, bernafas,
serta menggerakkan tangan dan kakinya, kulit berwarna
kemerahan.
f) Bayi dibersihkan dari lumuran darah, air ketuban, mekonium,
vernik kaseosa.
g) Menilai APGAR score.
h) Bayi ditimbang berat badannya dan diukur panjang badannya
saat setelah lahir kemudian catat hasilnya,
i) Perawatan mata bayi, dibersihkan kemudian beri salep/obat.
(1) Metode crase : dengan tetesan nitras 1-2% sebanyak 2 tetes
pada masing-masing mata.
(2) Penicillin salep atau geramicin salep mata.
j) Pemeriksaan anus, alat genetalia eksterna dan jenis kelamin
bayi. Pada bayi laki-laki, periksa apakah ada atau didapatkan
fimosis desconsus testis krilorum telah lengkap atau belum. Di
beberapa Negara barat pada bayi laki-laki segera lakukan,
apalagi bila terjadi femosis.
k) Bayi akhirnya diperlihatkan kepada ibu, ayah, dan keluarga
yang mendampingi. (Mochtar, 1998)
3. Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah
a. Kebutuhan Imunisasi
1) Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan
kekebalan aktif seseorang terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh bayi atau anak. Imunisasi
dasar adalah pemberian imunisasi untuk mencapai kadar kekebalan
diatas ambang perlindungan (Depkes, 2005). Yang dimaksud
dengan imunisasi dasar lengkap menurut Ranuh dkk (2001), adalah
pemberian imunisasi BCG 1x, hepatitis B 3x DPT 3x, polio 4x, dan
campak 1x sebelum bayi berusia 1 tahun.
2) Tujuan Pemberian Imunisasi
Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia
seperti pada imunisasi cacar (Ranuh dkk, 2000). Memberikan
kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
yaitu polio, campak, difteri, pertusis, tetanus, TBC, dan hepatitis B
(Depkes, 2000).
3) Syarat Imunisasi
Menurut Depkes RI (2005), dalam pemberian imunisasi ada
syarat yang harus diperhatikan yaitu : diberikan pada bayi atau anak
yang sehat, vaksin yang diberikan harus baik, disimpan pada lemari
es dan belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi dengan
teknik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat
umur dan jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin
yang diberikan, memberikan dosis yang akan diberikan, mencatat
nomor batch pada buku anak atau kartu imunisasi serta memberikan
informed concent kepada orang tua atau keluarga sebelum
melakukan imunisasi yang sebelumnya telah dijelaskan kepada
orang tuanya tentang manfaat dan efek samping atau Kejadian
Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang timbul setelah pemberian
imunisasi.
4) Macam-macam Imunisasi Dasar Menurut Theophilus (2007)
a) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerrin)
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette Guerrin hidup
yang dilemahkan, diberikan secara intra cutan dengan dosis 0,05
ml pada insertio muskulus deltoideus. Kontraindikasi untuk
vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan
(misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani
pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).
Reaksi yang mungkin terjadi :
(1) Reaksi local : 1-2 minggu setelah penyuntikkan, pada
tempat suntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang
teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi
pustule (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan
membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh
secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengam
meningkatkan jaringan parut yang disebut scar.
(2) Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak
atau leher tanpa disertai nyeri tekan maupun demam yang
akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan. Kemungkinan
yang mungkin timbul :
1) Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat
penyuntikkan karena penyuntikkan terlalu dalam.
Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk
mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang,
sebaiknya dilakukan aspirasi (penghisapan abses
dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.
2) Limfadenis supurativa, terjadi jika penyuntikkan
dilakukan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu
tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6
bulan.
b) Imunisasi DPT (Difteri Pertusis dan Tetanus)
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3 in 1 yang
melindungi terhadap difetri, pertusis, dan tetanus. Difteri adalah
suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius dan fatal. Pertusis (batuk
rejak) adalah infeksi bakteri pada saluran udara yang ditandai
dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang
melengking. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi yang
serius seperti pneumonia, kejang, dan kerusakan otak. Tetanus
adalah infeksi yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang
serta kejang.
Vaksin DPT dapat diberikan kepada anak yang berumur
kurang dari 7 bulan. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam
bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot paha secara sub
kutan. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada
anak saat umur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II), 4 bulan (DPT
III), selang waktu tidak kurang dari 4 minggu dengan dosis 0,5
ml.
c) Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit poliomyelitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan
kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan atau tungkai.
Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot
pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan
kematian. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II,III,
dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Vaksin
polio diberikan sebanyak 2 tetes (0,2 ml) langsung ke mulut
anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
d) Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit campak. Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis
pada saat anak berumur 9 bulan dan diulang 6 bulan kemudian.
Vaksin disuntikkan secara sub kutan sebanyak 0,5 mL. jika
terjadi wabah campak, dan ada bayi yang belum berusia 9 bulan,
maka imunisasi campak boleh diberikan.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam
kulit, diare, konjungtivitis, dan gejala katarak serta ensefalitis
(jarang).
e) Imunisasi HB (Hepatitis B)
Imunisasi HB memberikan kekebalan terhadap hepatitis
B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan
kanker hati dan kematian. Dosis pertama (HB 0) diberikan
segera setelah bayi lahir atau kurang dari 7 hari setelah
kelahiran. Pada umur 2 bulan, bayi mendapat imunisasi HB 1
dan 4 minggu kemudian mendapat imunisasi HB II. Imunisasi
dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan.
Vaksin disuntikkan pada otot paha secara sub kutan dalam
dengan dosis 0,5 ml.
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat
sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Efek samping
dari vaksin HB adalah efek local (nyeri di tempat suntikan) dan
sistemik (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran
pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.
b. Jadwal Imunisasi
1) Imunisasi Dasar
Umur Jenis
0 bulan Hepatitis B0
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan DPT-Hb-Hib 3, Polio 4
9 bulan Campak

2) Imunisasi lanjutan pada anak <3 tahun (imunisasi booster)


Umur Jenis
18 bulan DPT-HB-Hib
24 bulan Campak

3) Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar


Waktu
Sasaran Imunisasi
Pelaksanaan
Campak Agustus
Kelas 1 SD
DT November
Kelas 2 SD Td November
Kelas 3 SD Td November
B. Teori Kebidanan
1. Manajemen Kebidanan
Menurut Hallen Varney ada 7 langkah dalam manajemen kebidanan yaitu:
a. Langkah I : Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.
Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
(Ambarwati, 2010), meliputi :
1) Data Subjektif
Yaitu informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang
diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau klien
(anamnesis) atau dari keluarga (Hidayat, 2008).
a) Biodata Pasien :
(1) Nama bayi
Digunakan untuk membedakan antar bayi yang satu
dengan yang lain. (Marmi, 2012)
(2) Umur
Untuk menginterprestasi apakah data pemeriksaan klinis
bayi tersebut normal sesuai dengan umurnya.
(Matondang, 2013)
(3) Tanggal/jam lahir
Untuk mengetahui kapan bayi lahir. (Kosim, 2004)
(4) Berat badan/panjang badan
Untuk mengetahui berat badan bayi, mengidentifikasi
dan mengantisipasi masalah yang berhubungan dengan
berat lebih rendah dan untuk mengukur panjang badan
bayi. Normal berat badan bayi adalah 2500-4000 gram
dan panjang badan bayi 48-52 cm. (Putra, 2012)
(5) Jenis kelamin
Untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-
nilai baku, insiden seks, penyakit-penyakit seks.
(Matondang, 2013)
(6) Nama ibu/ayah
Nama jelas dan lengkap, agar tidak keliru dengan orang
lain. (Matondang, 2013)
(7) Umur
Untuk menambah keakuratan data. (Matondang, 2013)
(8) Pekerjaan
Guna untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut. (Ambarwati, 2010)
(9) Agama dan suku bangsa
Untuk memantapkan identitas serta untuk mengetahui
perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit yang
sering berhubungan dengan agama dan suku bangsa.
(Matondang, 2013)
(10) Pendidikan
Berperan dalam pendekatan selanjutnya sesuai tingkat
pengetahuannya. (Matondang,2013)
(11) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan. (Matondang, 2013)
b) Data Ibu
Data ibu yang meliputi :
Riwayat obstetri, frekuensi ANC, Imunisasi TT, Obat/jamu
yang dikonsumsi, kenaikan BB, riwayat penyakit penyerta,
komplikasi selama hamil, serta riwayat persalinan terakhir.
c) Keadaan BBL
2) Data Objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus kebidanan, data penunjang. (Hidayat, 2008).
a) Pemeriksaan Khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan apgar score pada menit
pertama, kelima, dan kesepuluh untuk mengetahui gejala sisa,
meliputi : Appearance (warna kulit), Pulse rate (frekuensi
nadi), Grimace (reaksi rangsang), Activity (tonus otot),
Respiration (pernafasan). (Kosim, 2005)
b) Pemeriksaan Umum
(1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum baik, sedang, lemah
dari pasien (Saifuddin, 2003).
(2) Kesadaran
Untuk mengetahui kesadaran bayi meliputi tingkat
kesadaran (sadar penuh yaitu memberikan respon yang
cukup terhadap stimulus yang diberikan, apatis yaitu acuh
tak acuh terhadap keadaan sekitarnya, gelisah yaitu tidak
responsive terhadap rangsangan ringan dan masih
memberikan respon terhadap rangsangan yang kuat, koma
yaitu tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau
rangsangan apapun) gerakan yang ekstrem dan
ketegangan otot. (Hidayat, 2009)
(3) Tanda-tanda Vital, meliputi :
(a) Nadi
Untuk mengetahui jumlah denyut nadi bayi dalam
satu menit, sehingga diketahui normal atau tidaknya
nadi bayi tersebut. Normalnya yaitu 120-160
kali/menit. (Putra, 2012)
(b) Pernafasan BBL normal 30-60 kali/menit, tanpa
retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase
ekspirasi. (Sudarti, 2013)
(c) Suhu
Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Suhu
bayi normalnya adalah 36,5-37,7⁰C. (Sudarti, 2013)
c) Pemeriksaan Fisik
(1) Kepala
Periksa sutura, molase, caput succedaneum, cephal
hematoma, hidrosefalus, ubun-ubun kecil. (Sudarti, 2013)
(2) Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva dan kesimetrisan. (Sudarti, 2013)
(3) Hidung
Periksa kebersihannya. (Sudarti, 2013)
(4) Telinga
Untuk memeriksa posisi telinga, apakah bayi
terkejut/menangis dalam reaksi terhadap bunyi yang keras.
(Varney, 2007)
(5) Mulut
Adakah kemungkinan adanya kelainan kongenital labio-
palatoskisis, trush, sianosis, mukosa kering/basah.
(Sudarti, 2013).
(6) Leher
Adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah keretakan
pada clavikula (normal, rata atau tanpa gumpalan di
sepanjang tulang simetris). (Varney,2007)
(7) Dada
Periksa bentuk dada, putting susu, bunyi jantung, dan
pernafasan. (Sudarti, 2013)
(8) Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, bentuk,
perdarahan tali pusat, dinding perut, adanya benjolan,
gastroskisis, omfalokel. (Sudarti, 2013)
(9) Kulit
Memeriksa adanya laserasi, tanda lahir, ruam, mongolian,
memar, dan setiap trauma kelahiran. (Chapman, 2006)
(10) Genetalia
Kelamin laki-laki : testis berada dalam penis berlubang
dan ada di ujung penis. Kelamin perempuan : vagina,
uretra berlubang, labia mayora, dan labia minora. (Sudarti,
2013)
(11) Ekstermitas
Adakah kelainan seperti polidaktili atau sinidaktili, adakah
tulang yang retak misalnya clavikula. (Varney, 2007)
(12) Tulang Punggung
Adakah kerusakan yang terlihat misalnya masa, lekuk atau
tonjolan. (Varney, 2007)
(13) Anus
Berlubang atau tidak, fungsi spingter ani. (Sudarti, 2013)
d) Pemeriksaan Reflek
(1) Reflek morro
Tangan pemeriksa menyangga pada punggung dengan
posisi 45 derajat, dalam keadaan rileks kepala dijatuhkan
10 derajat, normalnya akan terjadi abduksi sendi bahu dan
ekstensi lengan. (Dewi, 2012)
(2) Reflek rooting
Yaitu mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada
pipi dan daerah mulut. (Dewi, 2012)
(3) Reflek walking
Yaitu bayi akan menunjukkan respon berupa gerakan
berjalan dan kaki akan bergantian dari fleksi ke ekstensi.
(Dewi, 2012)
(4) Reflek grasping
Bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemeriksa
meletakkan jari telunjuk pada palmar yang ditekan dengan
kuat. (Dewi, 2012)
(5) Reflek sucking
Reflek menghisap dan menelan yaitu dilihat pada waktu
bayi menyusu. (Dewi, 2012)
(6) Reflek tonic neck
Letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar kepala ke
satu sisi dengan badan ditahan, ekstermitas terekstensi
pada sisi kepala yang diputar, tetapi ekstermitas padda ssi
lain fleksi. Pada keadaan normal, bayi akan berusaha
untuk mengembalikan kepala ketika diputar ke sisi
pengujian saraf asesori. (Dewi, 2012)
e) Pemeriksaan Antropometri
(1) Lingkar kepala
Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan pita
melingkar pada lingkar oksipito-frontal. Pengukuran yang
dicatat adalah rata-rata dari tiga kali pengukuran,
normlanya pada bayi 32-37 cm. (Chapman, 2006)
(2) Lingkar dada
Deteksi dini bayi berat lahir rendah, normalnya adalah 30-
38 cm. (Putra, 2012)
(3) Berat badan
Menimbang berat badan tujuannya untuk mengetahui
pertumbuhan bayi sehingga diketahui normal atau
tidaknya pertumbuhannya. Berat badan normal bayi
adalah 2500-4000 gram. (Putra, 2012)
(4) Panjang badan
Bervariasi antara 48-52 cm. (Dewi, 2012)
f) Pola Eliminasi
Bayi baru lahir normal biasanya BAK lebih dari 6 kali
per hari. Dicurigai diare apabila frekuensi meningkat, tinja
hijau atau mengandung lender atau darah. (Sudarti, 2013)
g) Data Penunjang
Data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium
(Sulistyawati, 2009)

b. Langkah II : Interpretasi Data


Pada langkah ini melakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosis, masalah, dan kebutuhan bayi berdasarkan data-data yang
telah dikumpulkan. (Sudarti, 2013)
1) Diagnose kebidanan
Menurut Hani dkk (2010), diagnose kebidanan adalah
diagnose yang tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan
dan memenuhi standart nomenklatur diagnosis kebidanan.
a) Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang menggambarkan
pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui
anamnesis tanda gejala subjektif yang diperoleh dari bertanya
dari pasien dan atau keluarga. (Rukiyah dkk, 2009)
b) Data Objektif
Data objektif adalah data yang menggambarkan
pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, yang
dirumuskan dalam data focus. (Rukiyah dkk, 2009)
2) Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang
ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.
(Hani dkk, 2010)
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan
dengan melakukan analisis data. (Hani dkk, 2010)

c. Langkah III : Diagnosa Potensial


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnose
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi memungkinkan
dilakukan pencegahan dan kolaborasi dengan dokter dapat
dilakukan, menunggu sambil menunggu pasien, bidan bersiap-siap
bila masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007).

d. Langkah IV : Antisipasi
Pada langkah ini perlunya tindakan segera bidan atau dokter dan
atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi bayi. (Sudarti,
2013)

e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah
sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose
yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi
pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan
dengan kerangka pedoman antisipasi bagi pasien tersebut yaitu apa
yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010)

f. Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan dilaksanakan secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009).

g. Langkah VII : Evaluasi


Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan, yakni
dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan
yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang
dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan secara
komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien. (Hidayat, 2008)

C. Pendokumentasian
Metode pendokumentasian yaitu dengan menggunakan metode SOAP.
Semua metode dokumentasi memiliki kesamaan dalam pengkajiannya, tetapi
dari semua metode tersebut yang dipakai dalam pendokumentasian asuhan
kebidanan pada saat ini, yaitu memakai metode SOAP.
SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan
mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat
komprehensif.
S ( Subyektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa.
O ( Obyektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab,
dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
assesmen.
A ( Analisa )
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalm suatu identifikasi.
P ( Penatalaksanaan )
Mengambarkan pendokumentasian dari penatalaksanaan berdasarkan
assesmen. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah – langkah sebelumnya. Semua keputusan yang dikembangkan
dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar – benar valid
berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan apa
nyang dibutuhkan dan baik untuk pasien.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL

“Pada Bayi Ny. TH Lahir Normal”

Tempat Praktek : Ruang Bersalin RSUD Kab. Karanganyar

Tanggal : 11 Desember 2017 pukul 17.40 WIB

I. PENGKAJIAN DATA/PENGUMPULAN DATA DASAR


A. Data Subjektif
1. Identitas
a. Bayi
1) Nama : By. Ny TH
2) Tanggal/Jam lahir : 11 Desember 2017, pukul : 17.40 WIB
3) Jenis kelamin : Laki-laki
b. Orangtua
Nama Ibu : Ny. TH Nama Ayah : Tn. S
Umur : 30 Tahun Umur : 33 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Blorong Jumantono

2. Data ibu
a. Riwayat Obstetric : G2P1A0 UK 39+2 Minggu
b. Frekuensi ANC : 11 kali di BPM
c. Imunisasi TT : TT 4 kali
d. Obat-obatan/Jamu yang pernah diminum
1) Suplemen Asam folat
2) Tablet Fe
3) Kalsium
e. Kenaikan BB : 12 kg
f. Riwayat penyakit penyerta : Tidak ada
g. Komplikasi Selama hamil : Tidak ada
h. Riwayat persalinan terakhir
1) Tanggal : 11 Desember 2017
2) Jenis persalinan : Normal
3) Penolong : Bidan
4) Tempat Persalinan : RSUD Karanganyar
5) Lama persalinan : 7 jam
6) Komplikasi/Penyulit : Tidak ada
B. Data Objektif
a. Keadaan BBL
BB/PB : 2900 gr/49 cm
LK/LD : 30/31 cm
b. Keadaan fisik : baik, tidak ada cacat kongenital
c. Penanganan awal BBL : mengeringkan seluruh badan bayi kecuali telapak tangan
dengan kain bersih dan kering lalu memberikan topi, kaos kaki dan selimut
d. Apgar Score
APGAR Score 1/5/10 menit

Jenis Nilai Waktu (menit)


0 1 2 1 5 10
Warna kulit Pucat/ Tubuh merah, Seluruh 2 2 2
(appearance) biru ekstremitas biru tubuh
kemerahan
Denyut jantung Tidak <100/mnt >100/mnt 2 2 2
( pulse) ada
Tonus otot Tidak Ekstremitas Gerakan 2 2 2
(grimace) ada sedikit fleksi aktif
Aktivitas Tidak Sedikit gerak Langsung 2 2 2
(activity) ada menangis
Pernapasan Tidak Lemah/ tidak Menangis 2 2 2
(respiration) ada teratur kuat

1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik, kesadaran : compos mentis
b. Tanda-tanda vital :
 Suhu : 36,8oC
 Respirasi : 42 kali/menit
 Denyut jantung : 140 kali/menit
c. BB/PB : 2900 gr / 49 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Tidak ada caput suksedaneum, tidak ada cephal hematoma, tidak ada
bagian yang teraba cekung pada bagian kepala
b. Telinga
Simetris, tulang rawan sudah terbentuk
c. Mata
Simetris, tidak ada strabismus, tidak ada sekret, sklera tidak ikterus, ada
Refleks eyeblink ketika mata terkena sinar
d. Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret
e. Mulut dan Bibir
Simetris, tidak ada labiopalatoskizis, tidak ada labioskizis, ada reflex
sucking, tidak ada bercak putih pada gusi atau palatum.
f. Leher
Simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan vena jugularis
g. Dada
Simetris, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak simetris
h. Bahu, Lengan, Tangan
Kedua lengan sama panjangnya, tidak polidaktili, tidak sidaktil, telapak
tangan dapat terbuka, ada reflex moro, ada reflex grasping
i. Abdomen
Tidak ada massa/benjolan, tali pusat tidak ada nanah dan darah
j. Genetalia
Terdapat lubang saluran uretra, lubang penis di ujung, testis sudah masuk
ke skrotum
k. Anus
Lubang sudah terbentuk dengan baik
l. Tungkai dan kaki
Simetris, tidak sidaktil, tidak polidaktil, ada reflex babinsky
m. Punggung
Tidak ada pembengkakan, tidak ada lesung dan tidak ada bercak kecil
berambut
n. Kulit
Kulit berwarna kemerahan, tidak ada tanda lahir
3. Pola pemenuhan kebutuhan dasar
1. Nutrisi : jenis : ASI yang diberikan langsung
2. Eliminasi : BAK : sudah dapat BAK, berwarna jernih; BAB : sudah dapat BAB
berupa mekonium warna hijau kehitaman, konsistensi lunak
3. Hygiene : bayi sudah dikeringkan dan dibersihkan menggunakan handuk tanpa
dimandikan terlebih dahulu dan tali pusat telah dipotong
4. Perawatan tali pusat : tali pusat dipotong kemudian diikat dengan umbilical cord
clamp dan dibalut dengan kassa tanpa diberi betadine/alkohol
5. Refleks bayi :
1. Roofing reflek : baik, ada reflek mencari putting susu
2. Tonic neck reflek : baik
3. Grasping reflek : baik, terkejut bila ada rangsangan
4. Moro reflek : baik, terkejut bila ada rangsangan
5. Reflek menghisap : baik
6. Reflek menelan : baik
4. Pemeriksaan penunjang : tidak ada

II. INTERPRETASI DATA DASAR


A. Diagnosa kebidanan
Bayi Ny. TH baru lahir normal
B. Masalah
Tidak ada
C. Kebutuhan
Tidak ada

III. RENCANA TINDAKAN (11 Desember 2017, pukul 17.30 WIB)


1. Segera keringkan bayi
2. Potong dan rawat tali pusat
3. Lakukan IMD
4. Jaga kehangatan bayi (beri selimut dan topi)
5. Berikan :
1) Salep mata, pada jam 18.00
2) Injeksi vitamin K, pada jam 18.05
3) Imunisasi Hepatitis B 0 (HB 0), pada jam 19.05
6. Observasi keberhasilan IMD dan kondisi bayi

IV. IMPLEMENTASI
1. Mengeringkan bayi dengan segera
Rasionalisasi :
Menjaga kehangatan bayi dan mengurangi resiko terjadinya hipotermi
Hasil :
Bayi sudah dalam keadaan kering dan hangat
2. Memotong dan merawat tali pusat
Rasionalisasi :
Mencegah terjadinya infeksi noenatus
Hasil :
Tali pusat telah dipotong dan dilakukan perawatan dengan dibungkus
menggunakan kassa steril yang kering
3. Melakukan IMD
Rasionalisasi :
Memberi kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segara pada bayi,
meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan
nafas, meningkatkan jalinan kasih saying ibu dan bayi, mencegah kehilangan
panas
Hasil :
Bayi sudah berada di atas dada ibu
4. Menjaga kehangatan bayi
Rasionalisasi :
Saat lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan
pengaturan dari luar untuk membuat badannya tetap hangat. Bayi baru lahir
harus dibungkus dengan hangat.
Hasil :
Telah dilakukan upaya menjaga kehangatan bayi
1) Membedong bayi dengan kain bersih dan hangat
2) Menutupi kepala bayi dengan topi bayi
3) Menyelimuti bayi dengan kain bersih
5. Memberikan :
1) Salep mata, pada jam 18.00
Rasionalisasi :
Pemberian obat tetes mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1% dianjurkan
untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular
seksual).
2) Injeksi vitamin K, pada jam 18.05
Rasionalisasi :
Untuk mencegah terjadinya perdarahn karena defisiensi vitamin K.
3) Imunisasi Hepatitis B 0 (HB 0), pada jam 19.05
Rasionalisasi :
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat mencegah infeksi Hepatitis B pada bayi
terutama jalur penularan ibu ke bayi
Hasil :
Bayi sudah diberikan salep mata, injeksi vitamin K, dan imunisasi HB 0
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal, Jam : 11 Desember 2017, Pukul 19.30 WIB

I. PENGKAJIAN DATA/PENGUMPULAN DATA DASAR


A. Data Subjektif
1. Ibu mengatakan bahwa bayinya sudah bisa menyusui dengan baik,
menghisap dengan kuat
2. Ibu mengatakan bahwa bayi nya belum BAK
3. Ibu mengatakan bahwa bayi nya belum BAB
4. Ibu mengatakan bahwa setelah disusui, bayi tidur pulas.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tanda-tanda Vital
1) Suhu : 36.7 º C
2) Respirasi : 48 x/menit
3) Heart Rate : 130 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Tidak ada caput suksedaneum, tidak ada cephal hematoma, tidak ada
bagian yang teraba cekung pada bagian kepala
b. Telinga
Simetris, tulang rawan sudah terbentuk
c. Mata
Simetris, tidak ada strabismus, tidak ada sekret, sklera tidak ikterus,
ada Refleks eyeblink ketika mata terkena sinar
d. Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada secret
e. Mulut dan Bibir
Simetris, tidak ada labiopalatoskizis, tidak ada labioskizis, ada reflex
sucking, tidak ada bercak putih pada gusi atau palatum.
f. Leher
Simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan vena jugularis
g. Dada
Simetris, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan tampak
simetris
h. Bahu, Lengan, Tangan
Kedua lengan sama panjangnya, tidak polidaktili, tidak sidaktil,
telapak tangan dapat terbuka, ada reflex moro, ada reflex grasping
i. Abdomen
Tidak ada massa/benjolan, tali pusat tidak ada nanah dan darah
j. Genetalia
Terdapat lubang saluran uretra, lubang penis di ujung, testis sudah
masuk ke skrotum
k. Anus
Lubang sudah terbentuk dengan baik
l. Tungkai dan kaki
Simetris, tidak sidaktil, tidak polidaktil, ada reflex babinsky
m. Punggung
Tidak ada pembengkakan, tidak ada lesung dan tidak ada bercak kecil
berambut
n. Kulit
Kulit berwarna kemerahan, tidak ada tanda lahir
3. Pola Pemenuhan kebutuhan kebutuhan dasar
a. Nutrisi :
1) Jenis : ASI
2) Cara pemberian : disusui secara langsung
3) Keluhan : Tidak ada
b. Eliminasi :
1) BAK : sudah
2) BAB : belum
c. Hygiene : Bayi belum dimandikan
d. Perawatan tali pusat : Membungkus tali pusat dengan kassa steril
yang kering
4. Pemeriksaan penunjang :
Tidak dilakukan
2. Bayi sudah diberikan salep mata, injeksi vitamin K 1, dan imunisasi HB 0

II. INTERPRETASI DATA DASAR


A. Diagnosa kebidanan
Bayi Ny. TH usia 2 jam lahir normal
B. Masalah
Tidak ada
C. Kebutuhan
Tidak ada

III. RENCANA TINDAKAN


1. Berikan ASI secara on demand
2. Jaga kehangatan bayi
3. Jaga kebersihan bayi
4. KIE kepada ibu tentang perawatan tali pusat yang benar
5. KIE kepada ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir

VI. IMPLEMENTASI
1. Memberikan ASI secara on demand
Rasionalisasi :
Memberikan ASI kepada bayi sesuai dengan kebutuhan bayi
Hasil :
ASI telah diberikan on demand
2. Menjaga kehangatan bayi
Rasionalisasi :
Saat lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan
pengaturan dari luar untuk membuat badannya tetap hangat. Bayi baru lahir harus
dibungkus dengan hangat.
Hasil :
Telah dilakukan upaya menjaga kehangatan bayi
1) Membedong bayi dengan kain bersih dan hangat
2) Menutupi kepala bayi dengan topi bayi
3) Menyelimuti bayi dengan kain bersih

3. Menjaga kebersihan bayi


Rasionalisasi :
Mencegah terjadinya infeksi pada bayi
Hasil :
Bayi sudah bersih dan dijaga selalu kebersihannya
4. Memberikan KIE ibu tentang perawatan tali pusat yang benar
Rasionalisasi :
Mencegah terjadinya infeksi tali pusat bayi
Hasil :
Tali pusat sudah terbungkus kassa steril kering
5. Memberikan KIE kepada ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir
Rasionalisasi :
Membantu ibu mengenali tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir sehingga dapat
diantisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi.
Hasil :
Ny. TH telah mengerti tentang perawatan tali pusat dan tanda bahaya pada bayi
baru lahir tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir, diantaranya : bayi tidak mau
menyusu, kejang, lemah, sesak nafas, merintih, pusat kemerahan, demam atau
tubuh merasa dingin, mata bernanah banyak serta kulit terlihat kuning.

1.
BAB IV

PEMBAHASAN

Bayi Ny. TH lahir cukup bulan dengan masa gestasi 39+2 minggu, lahir spontan
pada tanggal 11 Desember 2017 pukul 17.40 WIB. Tidak ditemukan adanya masalah, bayi
menangis spontan, kuat, tonus otot positif, warna kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki,
tidak ada cacat bawaan, dengan panjang badan lahir 49 cm, berat badan lahir 2900 gram
dan nilai APGAR pada menit pertama yaitu 10. Menurut teori dari Rukiyah 2010, bahwa
bayi baru lahir normal yaitu bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu
dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram, nilai APGAR >7 dan tanpa cacat
bawaan. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara praktik dengan teori.

Pada bayi Ny. TH dilakukan penanganan segera setelah lahir. Menurut Saifudin
(2009), penanganan segera pada bayi baru lahir yang harus dilakukan antara lain sebagai
berikut :

a. Bayi segera dikeringkan. Setelah lahir, bayi Ny. TH segera dikeringkan dan diselimuti
dengan kain bersih serta dipakaikan topi.
b. Potong dan rawat tali pusat. Pada bayi Ny. TH, tali pusat dipotong 5 cm dari dinding
perut bayi dengan gunting steril, kemudian di klem menggunakan klem tali pusat.
c. Lakukan IMD. Segera setelah bayi lahir dan tali pusat diikat, kemudian bayi
diletakkan tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu.
Manfaat IMD bagi bayi meliputi : memberi kesehatan bayi dengan kekebalan pasif
yang segara pada bayi, meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan
hisap, telan dan nafas, meningkatkan jalinan kasih saying ibu dan bayi, mencegah
kehilangan panas.
d. Jaga kehangatan. Saat lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan
membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuat badannya tetap hangat. Bayi baru
lahir harus dibungkus dengan hangat.
e. Memberi salep mata. Bayi Ny. TH telah diberikan salep mata tetrasiklin 1% pada 1
jam pertama setelah kelahiran. Menurut teori dari Abdul Bari Saifuddin 2009, bahwa
pemberian obat tetes mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
f. Memberi vitamin K. Bayi Ny. TH telah diberikan vitamin K 1 mg pada sepertiga paha
kiri bagian luar untuk mencegah terjadinya perdarahn karena defisiensi vitamin K.
g. Imunisasi Hb 0. Bayi Ny. TH telah diberikan imunisasi Hb 0 1 jam setelah pemberian
vitamin K. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat mencegah infeksi Hepatitis B pada bayi
terutama jalur penularan ibu ke bayi.

Dalam hal penanganan bayi setelah lahir, tidak ada kesenjangan antara teori dengan
praktik.

Kemudian dilakukan observasi kondisi pada bayi Ny. TH selama 2 jam. Bayi Ny.
TH dalam kondisi baik dan sehat. Pemberian ASI secara on demand juga terus dipantau.
Bayi Ny. TH menyusui aktif secara on demand. Kemudian menjaga kebersihan bayi
dengan diberi pakaian bersih dan dibungkus menggunakan kain bersih, bayi Ny. TH sudah
dalam keadaan bersih dan hangat.

Memberikan KIE kepada Ny. TH tentang perawatan tali pusat yang benar.
Usahakan tali pusat tetap kering, jaga agar tidak basah dan lembab karena kondisi lembab
memicu pertumbuhan kuman yang menyebabkan infeksi. Tali pusat tidak perlu
dibersihkan oleh sabun ataupun cairan lainnya dan biarkan terbuka tanpa ditutup dengan
kasa kering. Saat memakaikan popok bayi, usahakan tali pusat tidak tertutup popok, agar
tidak terkena air seni dan tinja untuk menghindari terjadinya infeksi tali pusat.

Memberikan KIE kepada Ny. TH tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir,
diantaranya : bayi tidak mau menyusu, kejang, lemah, sesak nafas, merintih, pusat
kemerahan, demam atau tubuh merasa dingin, mata bernanah banyak serta kulit terlihat
kuning. Ny. TH telah mengerti tentang perawatan tali pusat dan tanda bahaya pada bayi
baru lahir.

Telah dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital pada bayi Ny. TH dan dapat diperoleh
suatu data bahwa : nadi bayi 130 kali tiap menit. Hal ini fisiologis karena sesuai dengan
teori Putra 2012, bahwa nadi normal pada bayi berkisar antara 120-160 kali tiap menit.
Kemudian setelah itu dilakukan pemeriksaan pada frekuensi pernafasan bayi didapatkan
hasil pemeriksaan bahwa frekuensi pernafasan bayi Ny. TH yaitu 48 kali tiap menit.
Menurut teori dari Sudarti 2013, bahwa frekuensi pernafasan BBL normal adalah 30-60
kali tiap menit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi. Setelah
memeriksa frekuensi pernafasan bayi, maka dilakukan pemeriksaan suhu. Didapatkan hasil
pemeriksaan bahwa suhu Bayi Ny. TH adalah 36.7º C. Hal ini fisiologis karena menurut
teori dari Sudarti 2013, bahwa suhu normal bayi adalah 36,5 ºC-37,7 ºC. Dalam hal
pemeriksaan tanda-tanda vital tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik di lahan.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada Bayi Ny. TH Neonatus
Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan dengan Fisiologis di Ruang Bersalin RSUD
Kab. Karanganyar maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :
Bayi Ny. TH merupakan neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan
berat badan (BB) 2900 gram, panjang badan 49 cm, jenis kelamin laki-laki, tidak
terdapat masalah/kelainan/komplikasi, baik pada waktu hamil maupun saat
persalinan, sehingga Bayi Ny. TH neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan
dapat beradaptasi di luar uterine, maka tidak terjadi kesenjangan antara teori dan
praktek.

B. SARAN
1. Bagi bidan
Hendaknya perawatan bayi baru lahir sesuai dengan prosedur agar tidak terjadi
komplikasi pada bayi baru lahir.
2. Bagi Mahasiswa
Menggali ilmu semaksimal mungkin untuk menambah pengetahuan dan
ketrampilan mahasiswa tentang masalah-masalah dan cara imunisasi pada bayi,
serta perawatan bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes,RI.2009.Pedoman Asuhan Bayi Baru Lahir Terpadu.Jakarta:Depkes


RI.

Prawirohardjo,Sarwono.2002.Buku Acuan Nasional pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal.Jakarta : Yayasan bina pustaka.

Universitas Padjadjaran.2000.Asuhan Bayi Baru Lahir.Bandung.Universitas


Padjadjaran.

Chris Tanto, dkk.2014. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai