Anda di halaman 1dari 1

Dirgakkum Korlantas Polri, Brigjen Pol Aan Suhanan menjelaskan terkait instruksi Kapolri tentang Surat

Telegram Nomor: ST/2264/X/HUM. 3.4.5./2022, yang menyatakan larangan melakukan tilang manual harus
dipahami dengan dua prinsif penegakan hukum, yaitu projustitia dan non yustisial.

Dengan begitu, Dirgakkum mengatakan, dengan adanya ST Kapolri tersebut yang merujuk dengan arahan
Presiden Joko Widodo, maka Polantas Polri akan memaksimalkan untuk penindakan hukum melalui sistem
tilang elektronik atau ETLE.

“Kita lebih akan lebih memaksimalkan penegakan hukum yang berbasis IT karena sesuai dengan program
Kapolri, kita sudah gelar ETLE di seluruh Indonesia ada 280 lebih kamera statis kemudian ada 800 lebih
kamera mobile yang berbasis hand held kemudian ada 50 etle mobile yang menggunakan mobil yang
bergerak,” ungkap Aan, disitat dari laman resmi NTMC Polri, ditulis Senin (24/10/2022).

Sementara itu, penindakan tilang manual atau konvensional secara langsung oleh anggota akan diganti
secara teguran maupun memberikan edukasi, sosialisasi kepada masyarakat yang mana itu merupakan
bagian dari tindakan non yustisia anggota.

Hal tersebut sesuai arahan Kapolri, terkait operasi Simpatik yang akan digelar selama 2-3 bulan kedepan.

Anda mungkin juga menyukai