Anda di halaman 1dari 21
PANDUAN PELAYANAN PASIEN TAHAP TERMINAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAMPANG PRAPATAN JL. KAPTEN TENDEAN NO.9, MAMPANG PRAPATAN JAKARTA SELATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAMPANG PRAPATAN DINAS KESEHATAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAMPANG PRAPATAN NOMOR : 222 TAHUN 2018 TENTANG PANDUAN PASIEN TAHAP TERMINAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAMPANG PRAPATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAMPANG PRAPATAN, Menimbang : Mengingat : a. s N » » Bahwa pemberian panduan_pasien tahap terminal di Rumah Sakit Umum Daerah Mampang Prapatan merupakan hak dari setiap pasien sehingga perlu adanya kebijakan sebagai acuan dalam pelayanan kesehatan yang mengaturnya. bahwa pemberian panduan pasien tahap terminal di Rumah Sakit Umum Daerah Mampang Prapatan di tetapkan dan di berlakukan dengan keputusan Direktur. Undang — undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Undang - undang Republik Indonesia Nomer 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Undang — undang Republik Indonesia Nomer 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Peraturan Menteri Kesehatan no 69 Tahun 2014 tentang Hak dan kewajiban Pasien Menetapkan : KESATU KEDUA KETIGA MEMUTUSKAN : PERATURAN DIREKTUR RSUD MAMPANG PRAPATAN TENTANG PANDUAN PASIEN TAHAP TERMINAL DI RUMAH SAKIT UMUM. DAERAH MAMPANG PRAPATAN : Kebijakan Direktur tentang Panduan pasien tahap terminal di RSUD Mampang Prapatan : Keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari temyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya Ditetapkan di: Jakarta Pada tanggal : 1 Maret 2018 NIP.196005261984102011 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS yang memeriukan perawatan lebih lanjut, disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatit. Namun saat ini, pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarganya. Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin. berbagai_masalah fisik seperti nyeri Pada perawatan pasien dalam kondisi terminal menekankan pentingnya integrasi perawatan lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik. B. Tujuan Tujuan umum: Sebagai arahan bagi perawatan pasien terminal di rumah sakit Tujuan khusus: 1. Terlaksananya perawatan pasien terminal yang bermutu sesuai standar yang berlaku di rumah sakit 2. Tersusunnya panduan pasien terminal 3. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih. 4. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan. C. Pengertian 1. Keadaan Terminal Adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan. 2. Kematian Adalah suatu pengalaman tersendiri, dimana setiap individu akan mengalami/menghadapinya seorang diri, sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan merupakan suatu kehilangan. D. Masalah di Akhir Kehidupan Masalah di akhir kehidupan beragam dari usaha memperpanjang hidup pasien yang sekarat sampai_ teknologi eksperimental canggih seperti implantasi organ binatang, percobaan mengakhiri hidup lebih awal melalui euthanasia dan bunuh diri secara medis. Di antara hal-halyang ekstrim tersebut ada banyak masalah seperti memulai atau menghentikan perawatan yang dapat memperpanjang hidup, perawatan pasien dengan penyakit stadium terminal serta kelayakan dan penggunaan peralatan bantuan hidup lanjut. Dua masalah yang pantas mendapat perhatian khusus: euthanasia dan bantuan bunuh dir. 1. Euthanasia Adalah tahu dan secara sadar melakukan suatu tindakan yang jelas dimaksudkan untuk mengakhiri hidup orang lain dan juga termasuk elemen- elemen berikut: subjek tersebut adalah orang yang kompeten dan paham dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan yang secara sukarela meminta hidupnya diakhiri; agen mengetahui tentang kondisi pasien dan menginginkan kematian dan melakukan tindakan dengan niat utama mengakhiri hidup orang tersebut; dan tindakan dilakukan dengan belas kasih dan tanpa tujuan pribadi. 2. Bantuan Bunuh Diri berarti tahu dan secara sadar memberikan kepada seseorang pengetahuan atau alat atau keduanya yang diperlukan untuk melakukan bunuh diri, termasuk konseling mengenai obat dosis letal, meresepkan obat dosis letal, atau memberikannnya. Euthanasia dan bunuh diri dengan bantuan sering dianggap perlu menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair atau Intra Vena/Infus. f. Eliminasi Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi, inkontinensia urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah konstipasi. Pasien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara teratur atau dipasang duk yang diganti setiap saat atau dipasang kateter. Harus dijaga kebersinan pada daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan salep g. Perubahan Sensori Pasien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, pasien biasanya menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang. Pasien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapatmampu merespon, perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik. . Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial Pasien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan: a, Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan pasien dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-teman dekat, atau anggota keluarga lain b. Menggali perasaan-perasaan pasien sehubungan dengan sakitnya dan perlu diisolasi c. Menjaga penampilan pasien pada saat-saat menerima kunjungan kunjungan teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan pasien untuk membersihkan diri dan merapikan diri d. Meminta saudara/teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi pasien apabila pasien mampu membacanya, Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual - Menanyakan kepada pasien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana pasien selanjutnya menjelang kematian - Menanyakan kepada pasien untuk bila ingin mendatangkan pemuka agama dalam hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinannya - Membantu dan mendorong pasien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas kemampuannya. Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah sesuai dengan keyakinanya/ ritual harus diberi dukungan. Petugas kesehatan dan keluarga harus mampu memberikan ketenangan melalui keyakinan-keyakinan spiritualnya. Petugas kesehatan dan keluarga harus sensitive terhadap kebutuhan ritual pasien yang 4) Pada Fase Depresi Pada fase ini dokter/perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi- reaksi non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien. 5) Pada Fase Penerimaan Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program Pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya. . Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis a. Kebersihan Diri Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan, dan sebagainya b. Mengontro! Rasa Sakit Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada pasien dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dan lainya, Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan pasien. Obat- obatan lebih baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra Muskular/Subcutan, karena kondisi sistem sirkulasi sudah menurun . Membebaskan Jalan Nafas Untuk pasien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi pasien yang tidak sadar, posisi yang baik adalah dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen d. Bergerak Apabila kondisinya memungkinkan, pasien dapat dibantu untuk bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur (miring kiri, miring kanan ) untuk mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh pasien, karena tonus otot sudah menurun fe. Nutrisi Pasien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik, Dapat diberikan anti ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia, dokter 4. Gambaran mendatar pada EKG. J. Macam Tingkat Kesadaran/Pengertian Pasien dan Keluarganya Terhadap Kematian. Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 type: 1. Closed Awareness/Tidak Mengerti Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak memberitahukan tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan keluarganya. Tetapi bagi perawat hal ini sangat menyulitkan karena kontak perawat lebih dekat dan sering kepada pasien dan keluarganya. Perawat sering kal dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan sembuh, kapan pulang, dan sebagainya. 2. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan segala sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat baginya. 3. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka Pada situasi ini, pasien dan orang-orang disekitamya mengetahui akan adanya ajal yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun dirasakan getir. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk berpartisipasi dalam merencanakan saat-saat akhimya, tetapi tidak semua orang dapat melaksanaan hal tersebut. K. Bantuan yang dapat Diberikan 1. Bantuan Emosional » Pada fase Denial/Menolak Dokter/perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat mengekspresikan perasaan-perasaannya. 2) Pada Fase Marah Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang marah. Dokter/Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me rupakan hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya, memberikan rasa aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman. 3) Pada Fase Menawar Pada fase ini dokter/perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak masuk akal. G. Tanda-tanda Klinis Menjelang Kematian 4. Kehilangan Tonus Otot, ditandai: a. Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi turun. b. Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek menelan. cc. Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal, ditandai: nausea, muntah, perut kembung, obstipasi, dan lainnya. ry |. Penurunan kontrol spingter urinari dan rectal. Gerakan tubuh yang terbatas. 2. Kelambatan dalam Sirkulasi, ditandai: a. Kemunduran dalam sensasi. b. Sianosis pada daerah ekstermitas. ¢. Kulit dingin, pertama kali pada daerah kaki, kemudian tangan, telinga dan hidung. 3. Perubahan-perubahan dalam tanda-tanda vital a. Nadi lambat dan lemah b. Tekanan darah turun, c. Perafasan cepat, cepat dangkal dan tidak teratur. 4. Gangguan Sensori a. Penglihatan kabur. b. Gangguan penciuman dan perabaan. Variasi-variasi tingkat kesadaran dapat dilihat sebelum kematian, kadang-kadang pasien tetap sadar sampai meninggal. Pendengaran merupakan sensori terakhir yang berfungsi sebelum meninggal. H. Tanda-tanda klinis saat meninggal Pupil mata melebar. Tidak mampu untuk bergerak. Kehilangan reflek. Nadi cepat dan kecil Pemafasan chyene-stoke dan ngorok. Tekanan darah sangat rendah Mata dapat tertutup atau agak terbuka “NP Ppe ps |. Tanda-tanda meninggal secara Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui perubahan- Perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian, yaitu: 1. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total. 2. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan. 3. Tidak ada refiek m ini?".Beberapa orang bereaksi pada fase ini dengan menunjukkan keceriaan yang palsu (biasanya orang akan sedih mengalami keadaan menjelang ajal).. 2. Marab/Anger Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya. Timbul pemikiran pada diri klien, seperti: “Mengapa hal ini terjadi dengan diriku kemarahan-kemarahan tersebut biasanya diekspresikan kepada obyek-obyek yang dekat dengan pasien, seperti: keluarga, teman dan tenaga kesehatan yang merawatnya, » Menawarlbargaining Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.Pada pasien yang sedang dying, keadaan demikian dapat terjadi, seringkali Klien berkata:‘Ya Tuhan, jangan dulu saya mati dengan segera, sebelum anak saya lulus jadi sarjana’. » . KemurunganiDepresi Selama tahap ini, pasien cenderung untuk tidak banyak bicara dan mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal 5. Menerima/Pasrah/Acceptance Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh pasien dan keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu kematian. Fase ini sangat membantu apabila pasien dapat menyatakan reaksi-reaksinya atau fencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal. Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat, dan sebagainya . Type-type Perjalanan Menjelang Kematian ‘Ada 4 type dari perjalanan proses kematian, yaitu: 1. Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan yang cepat dari fase akut ke kronik 2. Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada kondisi penyakit yang kronik. 3. _Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker. 4. Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu. Terjadi pada pasien dengan sakit kronik dan telah berjalan lama. tetap memberikan perawatan dengan belas kasih bahkan jika sudah tidak mungkin disembuhkan. Pendekatan terhadap kematian memunculkan berbagai tantangan etis kepada pasien, wakil pasein dalam mengambil keputusan, dan juga dokter. Kemungkinan memperpanjang hidup dengan memberikan obat-obatan, intervensi resusitasi, prosedur radiologi, dan perawatan intensif memerlukan keputusan mengenai kapan memulai tindakan tersebut dan kapan menghentikannya jika tidak berhasil Seperti dibahas di atas, jika berhubungan dengan komunikasi dan ijin, pasien yang kompeten mempunyai hak untuk menolak tindakan medis apapun walaupun jika penolakan itu dapat”....dokter tidak boleh membiarkan pasien sekarat namun tetap memberikan perawatan dengan belas kasih bahkan jika sudah tidak mungkin disembuhkan.’menyebabkan kematian. Setiap orang berbeda dalam menanggapi kematian; beberapa akan melakukan apapun untuk memperpanjang hidup mereka, tak peduli seberapapun sakit dan menderitanya; sedang yang lain sangat ingin mati sehingga menolak bahkan tindakan yang sederhana yang dapat membuat mereka tetap hidup seperti antibiotik untuk pneumonia bakteri. Jika dokter telah melakukan setiap usaha untuk memberitahukan kepada pasien semua informasi tentang perawatan yang ada ‘serta kemungkinan keberhasilannya, dokter harus tetap menghormati keputusan pasien apakah akan memulai atau melanjutkan suatu terapi. Pengambilan keputusan di akhir kehidupan untuk pasien yang tidak kompeten memunculkan kesulitan yang lebih besar lagi. Jika pasien dengan jelas mengungkapkan keinginannya sebelumnya seperti menggunakan bantuan hidup lanjut, keputusan akan lebih mudah walaupun bantuan seperti itu kadang sangat samar-samar dan harus diinterpretasikan berdasarkan kondisi aktual pasien Jika pasien tidak menyatakan keinginannnya dengan jelas, wakil pasien dalam mengambil keputusan harus menggunakan kriteria-kriteria lain untuk keputusan perawatan yaitu kepentingan terbaik pasien. E. Tahap-tahap Menjelang Ajal Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan/ membagi tahap-tahap menjelang ajal (dying) dalam 5 tahap, yaitu: 1, Menolak/Denial Pada fase ini , pasien tidak siap menerima keadaan yang sebenamya terjadi, dan — menunjukkan —reaksi_—menolak. Timbul_—_pemikiran-pemikiran seperti"Seharusnya tidak terjadi dengan diriku, tidak salahkah keadaan sama secara moral, walaupun antara keduanya ada perbedaan yang jauh secara praktek maupun dalam hal yuridiksi legal. Euthanasia dan bunuh diri dengan bantuan secara definisi harus dibedakan dengan menunda atau menghentikan perawatan medis yang tidak diinginkan, sia-sia atau tidak tepat at ketentuan perawatan paliatif, bahkan jika tindakan-tindakan tersebut dapat memperpendek hidup. Permintaan euthanasia dan bantuan bunuh diri muncul sebgai akibat dari rasa sakit atau penderitaan yang dirasa pasien tidak tertahankan. Mereka lebih memilih mati dari pada meneruskan hidup dalam keadaan tersebut. Lebih jauh lagi, banyak pasien menganggap mereka mempunyai hak untuk mati dan bahkan hak memperoleh bantuan untuk mati. Dokter dianggap sebagai instrumen kematian yang paling tepat karena mereka mempunyai pengetahuan medis dan akses kepada obat-obatan yang sesuai untuk mendapatkan kematian yang cepat dan tanpa rasa sakit. Tentunya dokter akan merasa enggan memenuhi permintaan tersebut karena merupakan tindakan yang ilegal di sebagian besar negara dan dilarang dalam sebagian besar kode etik kedokteran. Larangan tersebut merupakan bagian dari sumpah Hippocrates dan telah dinyatakan kembali oleh WMA dalam Declaration on Euthanasia: Euthanasia yang merupakan tindakan mengakhiri hidup seorang pasien dengan segera, tetaplah tidak etik bahkan jika pasien sendiri atau keluarga dekatnya yang memintanya. Hal ini tetap saja tidak mencegah dokter dari kewajibannya menghormati keinginan pasien untuk membiarkan proses kematian alami dalam keadaan sakit tahap terminal. Penolakan terhadap euthanasia dan bantuan bunuh diri tidak berarti dokter tidak dapat melakukan apapun bagi pasien dengan penyakit yang mengancam jiwa pada ‘stadium lanjut dan dimana tindakan kuratif tidak tepat. Pada tahun-tahun terakhir telah terjadi kemajuan yang besar dalam perawatan paliatif untuk mengurangi rasa sakit dan penderitaan serta meningkatkan kualitas hidup. Pengobatan paliatif dapat diberikan pada pasien segala usia, dari anak-anak dengan penyakit kanker sampai orang tua yang hampir meninggal. Satu aspek dala pengobatan paliatif yang memerlukan perhatian lebih adalah kontrol rasa sakit. Semua dokter yang merawat pasien sekarat harus yakin bahwa mereka mempunyai cukup ketrampilan dalam masalah ini, dan jika mungkin juga memiliki akses terhadap bantuan yang sesuai dari ahli pengobatan paliatif. Dan di atas semuanya itu, dokter tidak boleh membiarkan pasien sekarat namun akan menghadapi kematian, sehingga kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat terpenuhi. L. Kesimpulan Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit/sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses kematian. Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal. Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup. Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitamya sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai. Ditetapkan di: Jakarta Pada tanggal_: 1 Maret 2018 Se NIP.196005261984102011 PELAYANAN PASIEN TAHAP TERMINAL, No. Revisi Halaman No. Dokumen (GeRSUD-MPIRSIK2OIS 01 412 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Tanggal Terbit 1 Maret 2018 PENGERTIAN Usaha bimbingan kepada pasien tahap terminal, yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit/ sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh yang diakibatkan kegagalan organ atau multiorgan sehingga sangat dekat proses kematian TUJUAN 1. Memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa. 2. Untuk mendampingi pasien rawat inap, agar mampu memahami arti dan makna hidup sesuai dengan keyakinan ‘agama yang dianut masing-masing KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Nomorazs tahun 2018 PROSEDUR ~ Ucapkan salam Perkenalkan diri dan jelaskan tugas dan peran anda . Dokter penanggungjawab memberikan informasi kepada Pasien dan atau keluarga yang diberi wewenang mengenai penyakit pasien berada pada kondisi tahap terminal 4. Berikan kesempatan pasien dan atau keluarga untuk bertanya dan atau pendapat yang berkaitan dengan kebutuhan pelayanan tahap terminal en 5. Berikan pengertian kepada pasien dan atau keluarga,apabila menghendaki pelayanan pasien tahap _terminal,dapat menghubingi perawat. PELAYANAN PASIEN TAHAP TERMINAL No. Dokumen 015 IRSUD-MPIRS/IIU2018 No. Revisi 01 Halaman 22 6. Pasien dan atau keluarga meminta pelayanan pasien tahapterminal kepada perawat membantu mengisikan form tersebut. 7. Lakukan verifikasi kembali mengenai informasi pelayanan pasien tahap terminal kepada pasien dan atau keluargauntuk ditindak lanjuti oleh pihak-pihak yang terkait. 8. Formulir diarsip di rekam medis pasien 9. Pastikan identitas diri pasien dari atau keluarganya 10.Berikan pelayanan pasien tahap terminal sesuai dengan formulir permintaan pasien dan keluarga oleh petugas pelayanan pasien tahap terminal yang diminta. 11. Ucapkan terima kasih dan semoga anda puas UNIT TERKAIT 1, IGD 2. Instalasi Rawat Inap 3. HCU PEMERINTAH PROVINS! DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA No. RM DINAS KESEHATAN Nama Lengkep : RUMAH SAKIT UNUM DAERAH MAMPANG PRAPATAN apes No.8 aang Patan), Fa 2) EET Jenis Kelamin : L/P Eel: rutreremresenQgeatcon Tanggal Lahir : IATA (Tempelkan stiker pasien jika perlu) ASESMEN AWAL PASIEN TAHAP TERMINAL DAN KELUARGANYA ASESMEN KEPERAWATAN (di Beri tanda (\/) pada kolom yang sesuai atau Asesmen awaltanggal » pukul. Diperoleh dari__ oleh perawat) sesuai asesmen hubungan keluarga Asesmen pasien tahap terminal 4. Pemahaman Pasien / Keluarga 1 Close Awareness : pasien & keluarga percaya bahwa pasien akan sembuh Mutual Pretense : eluarga mengetahui kondisi terminal pasien & tidak membicarakannya | Open Awareness : keluarga mengetahui tentang proses kematian & merasa tidak keberatan untuk memperbincangkan walaupun sult & sakit, disampaikan isu seperti donasi organ, autopsy 2. Kegawatan Pernapasan( Breath) : 0 Pemafasan teratur / tidak x/ mnt 1 Sesak nafas Ada / tidak © Ada suara nafas tambahan seperti ronki, stridor, wheezing, crakles dll Ada batuk/ tidak, bila ada produktif/ tidak 0 $p02 © Sputum ada / tidak , jika ada jml:_, Warna , bau , jenis. 1 Memakai ventilasi mekanik ( ventilator ) ya / tidak 3. Kardiovaskuler ( Blood ) 1D rama jantung regular ireguler 1 Akral hangat/ kering/ merah/ dingin / basah/pucat 15 Pulsasi kual/ lemah/ hilang timbul tidak teraba © perdarahan tidak / ada lokasi 0 CVC tidak / ada ukuran CmH20 OTD. mmHg, MAP- mmHg, © Lain- lain 4. Persyarafan ( Barin 0 GCS: E Vv. . Kesadaran : 10 Peningkatan TIK: tidak / ada nyeri kepala , muntah proyektil © Konjungtiva anemis / kemerahan 0 Lain-tain 5. Perkemihan ( Blader 3 Area genital tidak bersihy bersih cara berkemih spontan / bantuan dower cathether , jml_, warna bau 6. Pencernaan ( Bowel 1D Nafsu makan baik/ menurun , porsi makan habis/ tidak 0 Minum _ ce! hari, jenis cairan cara oral / NGT 15 Mulut bersih/ kotor/ berbau , muntah tidak / ada 0 BAB X /hari, teratur / tidak , konsistensi __, wana bau! 7. Muskuloskeletal ( integumen 1D Penurunan pergerakan sendi bebas/ terbatas 0 Sulit berbicara 5 Sulit menelan 5 Warna kul : iktorik/ sianotik/kemerahan/ pucat/ hiperpigmentasi 5 Odema tidak / ada lokasi: © Decubitus tidak / ada 1 luka tidak / ada lokasi 3 Kontraktur tidak / ada © Fraktur tidak / ada lokasi . jenis 1 Jalur infuse tidak/ ada 1 Kehilangan reflex di kaki/ tangan RM.141/RSMP/ 2018/ REVOO/Hal 1/2 2/2 IBHIOOASH /8 102 /WSH/LPL WH ‘seBmed Bueso eng YeIO UEYMYEIIG UOWISEsy |EWIUIN, ‘Sejep SWEN Uep UeBUE] epueL SejoP EWEN UEP UeBUE epUEL Pid ye66uel [ebienjey euld 71SeS | UeyfeyBueg ueNMeIOW 6 1G | JEMELO uyeruiey HeANS _juewnBaqul /leyejaySonosNW UeNBBUED ueewisoued uen6Bue9 3 ueyworied uenBBue9 9 eyesefsied uenB6ue9 © eByenjey sesoid UeYeGnied 9 —_ymyajo HEPA NPIAIPU! BUIdoy Jeuwuey deye) sesoid ueweyed yepneyo ueewuouad jjeisosoyisd inyny 0 up ueyemered ysyeq 2 sedysuoy 9 —yosuas isdasied ueYeqnieg O upjaye epn Sedeu vere! UeYISIE O —_ yyejo yepy sedeU eIOd 0 reno uejemeiodoy yereseW “St ueydeveylp SueA ueed 1ynuewew uendwewyepney 2 Jsequesuoy UeUTUNUed O° jseyiunuioy ejod uReseIqay UeYeGned 9 siBueuew ypeg 9 npg uenBGueg © ypja| jyo1 yeesieqeseyo fsaideqa yee : ueypeBBupip Buek eByenjoy 1Geq oy!SH40pe4 “pL urer-ure| / sdoyny / uebu0 \seUOG) :eA 0 YePLL + uye} ueuefejed eyBup neye eapeuseye ueye UeYNINGey epE YeyedY “EL weruie Bunfunyaq npyem seniip arsed \Gun{unBuew yedep yeqeyes / ebxenjey} 0 Yewruip UeVeMeIag O yesidiay /uipuesia) Bueny O e6uenjey \Suldwepip nyed usised O :uley ueuefejed wequied uep eByenjoy ‘uejsed 6eq ueuefejod ueLe66uojey /ueBUMYINp UeYMNGey “ZL YePLL eA LaDes YeWNU Yao IseWISEIP Nod Yerede ' ePLLO eXIC elo ‘ZyeuITuIp Uaised yemesows ndwew Buek epe Yeyede ' eA o exit yep eA ¢ ueydeysip yepns yews ueBuNy6uy| Yexedy yeunuip yemenig 3 ywyes Yeuns Ip yemeuip deja]. 2 4 eAujnfuejes ueyemesod eueouas euewlebeg °q dH diel ON ~ euewig je6eqes uersed ueBuap ueBungny~ —edeis'e, 0 HePLL o 2 [ul qees jBungnujp uj6uy Bued epe yeyedy “e eBrenjoy ueg UaIsed [e1SOSO¥!Sd SMEIS “1 Ue}0 "2 3 YePLL © ueUeYoNOY UeUeKE|ad Ned YEYedy eBienjay ueg uased jemuids Joye “OF ( ewyeuew ) sourjdecoy 0 (wejepuew ueyIpesey JuoIssaideg © (yesew ) se6uy 9 (emeueui seme} ) BulureBieg 0 ueueyBulBued / jeueq © ‘S804-11814N)4 weqesiia 4a yunueW (eBsenjeyjue|sed) eynpseg deyeyjueewoUed~ 6 aku ejeyg ‘ —— : ueku soys' epyo yepLL © THBAN *8 RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAMPANG PRAPATAN. ee ge PT ry Pp ap 02) Fe 2) —, Jenis Kelamin > L/P. Tanggal Lahir (Tempelkan stiker pasien jka perty) PENEROTA PROV DAA JUS BUKOTAIACATA No. RM NAS KESEHATAN @ ASESMEN AWAL PASIEN TAHAP TERMINAL DAN KELUARGANYA ASESMEN KEPERAWATAN (diisi oleh perawat) Beri tanda (\/) pada kolom yang sesuai atau diisi sesuai asesmen ‘Asesmen awal tanggal___, pukul___ Diperoleh dari hubungan keluarga ‘Asesmen pasien tahap terminal 4. Pemahaman Pasien / Keluarga Close Awareness : pasien & keluarga percaya bahwa pasien akan sembuh ‘oMutual Pretense : Keluarga mengetahul kondisi terminal pasien & tidak membicarakannya 3 Open Awareness : keluarga mengetahui tentang proses kematian & merasa tidak keberatan untuk memperbincangkan walaupun sult & sakit, disampaikan isu seperti donasi organ, autopsy 2. Kegawatan Pernapasan( Breath) : a Pemafasan teratur / tidak mnt Sesak nafas Ada / tidak Ada suara nafas tambahan seperti ronki, stridor, wheezing, crakles dll Ada batuk’ tidak, bila ada produktif/ tidak a Spo2 a Sputum ada / tidak ,jika ada jml: _, Wana |g Memakai ventilasi mekanik ( ventilator ) ya / tidak 3. Kardiovaskuler (Blood ‘Sans ng ogc jantung regular’ ireguler 10 Akral hangat/ Kering/ merah/ dingin / basah/pucat 5 Pulsasi kuat/ lemab/ hilang timbul/ tidak teraba perdarahan tidak / ada lokasi 8 CVC tidak / ada ukuran mH20 aT. mmHg, MAP- mmHg Laine lain 4. Persyarafan (Barin) DGCS:E ™. v. . Kesadaran 10 Peningkatan TIK: tidak / ada nyeri Kepala , muntah proyektil 10 Konjungtiva anemis / kemerahan Laintain bau, ienige Perkemihan ( Blader) _ ‘a Area genital tidak bersih/ bersih 1D cara berkemih spontan / bantuan dower cathether , jml_, wana _, bau 6. Pencemaan ( Bowel 13 Nafsu makan baik/ menurun , porsi makan habis/ tidak. ‘2 Minum ‘co! hari, jenis cairan 1a Mulut bersih/ kotor! berbau , muntah tidak / ada: OBA X/hari, teratur / tidak , konsistensi wama bau) 7. Muskuloskeletal ( Integumen. 'D Penurunan pergerakan sendi bebas/ terbatas 1 Sulit berbicara 1B Sulit menelan 13 Wama kulit:ikterik sianotikikemerahan/ pucal/hiperpigmentasi a Odema tidak / ada lokasi: 0 Decubitus tidak / ada luka tidak /adalokasi__—— SS Knitraktur tidak / ada 9 Fraktur tidak / ada lokasi Jenis___&_Jalur infuse tidak! ada 1 Kehilangan refiex di kaki/ tangan cara oral /NGT RM.141/RSMP/ 2018/ REVOO/Hal 1/2 Neri; 0 Tidak ‘5 Ada ,skor nyeri : . Skala nyeri : 8 i Penerimaan/Tahap Berduka (Pasien/Keluarga) Menurut Dr. Elisabeth Kubler-Ross «Denial / pengingkaran 10 Bargaining ( tawar menawar) c Anger ( marah ) 1a Depression( kesedihan mendalam) —_& Acceptance ( menerima ) 10. Faktor Spiritual Pasien Dan Keluarga ‘Apakah perlu pelayanan kerohanian ? a Tidak © Ya, oleh 11. Status Psikososial Pasien Dan Keluarga ‘a. Apakah ada yang ingin dihubungi saat ini ? oTidak 2 YaSiapa Hubungan dengan pasien sebagai Dimana No Telp./ HP b, Bagaimana rencana perawatan selanjutnya ? ‘a Tetap dirawat di rumah sakit 13 Dirawat dirumah ‘Apakah lingkungan rumah sudah disiapkan ? Ya Tidak ika 0 Ya , apakah ada yang mampu merawat pasien dirumah?, oleh. Jika_ 0 Tidak , apekah pertu difasiltasi oleh rumah sakit? Ya 0 Tidak 12. Kebutuhan dukungan/ kelonggaran pelayanan bagi pasien, keluarga dan pemberi pelayanan lain: 13 Pasien perlu didampingi keluarga 13 Ruang tersendiri terpisah 1a Perawatan dirumah 1c Keluarga / sahabat dapat mengunjungi pasien diluar waktu berkunjung 1 Laindain, 43. Apakah ada kebutuhan akan alternative atau tingkat pelayanan fain : 13 Tidak o Ya: (Donasi organ / Autopsi /lainain 14. Faktor risiko bagi keluarga yang ditinggalkan : aMarah cDepresi_ oRasabersalah cLetih/lelah cj Gangguan tidur co Sedih menangis |. Perubahan kebiasaan pola Komunikas! 5 Penurunan konsentrasi ‘a Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan 15, Masalah keperawatan oMual _____ a Pola napas tidak efekf _ Bersihan jalan napas tidak efektit aPerubahan persepsi sensor _c Konstipasi a Defisit perawatan dir ‘aKultur psikososial/ penerimaan a Ketidak pahaman proses tahap terminal ‘a Koping individu tidak efektif > Perubahan proses keluarga a Gangguan persyarafan |aGangguan perkemihan 3 Gangguan pencemaan aGangguan musculoskeletal integument Nyeri Laintain Perawat /Bidan Yang Melakukan Pengkajian ‘Saksi / Pihak Keluarga Tanggal Pukul: ‘Tanda Tangan dan Nama Jelas | Tanda Tangan dan Nama Jelas “Minimal Asesmen Dilakukan Oleh Dua Orang Petugas RM.141/RSMP/ 2018/ REVOO/Hal 2/2

Anda mungkin juga menyukai