Anda di halaman 1dari 14

MODUL

PENGETAHUAN LINGKUNGAN

PENYUSUN
Prof. Dr. Ir. Mary Selintung, Msc
Dr. Ir. Sumarni Hamid Aly, MT
Dr. Ir. Achmad Zubair, MT
Dr. Eng. Muralia Hustim, ST., MT

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018

Modul Pengetahuan Lingkungan


Pertemuan 02

DAYA DUKUNG ALAM DAN


KONSERVASI LINGKUNGAN

Modul Perinsip Rekayasa Lingkungan 1


I.3. Daya Dukung alam dan Konservasi Lingkungan

Daya Dukung Alam adalah kemampuan lingkungan alam beserta segenap unsur dan
sumbernya untuk menunjang peri kehidupan manusia serta makhluk lain secara berkelanjutan.

Sumber daya alam adalah suatu kekayaan yang dimiliki oleh suatu wilayah tertentu
dimana kekayaan yang dimaksud bisa berarti sumber daya alam berupa benda mati atau pun
sumber daya alam yang sifatnya benda hidup. SDA dapat digunakan untuk memenuhi segala
kebutuhan-kebutuhan manusia, namun dalam pemanfaatannya harus dilakukan dengan cara-
cara yang baik jangan sampai merusak ekosistem yang berada disekitarnya. Dibawah ini
penjelasan tentang daya dukung lingkungan .

Konservasi itu sendiri berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together)
dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita
punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan
oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang
mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi dalam pengertian sekarang, sering
diterjemahkan sebagai the wise use of nature resource (pemanfaatan sumberdaya alam secara
bijaksana). Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi
dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang,
sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang
dan masa yang akan datang. Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan
dalam beberapa batasan, sebagai berikut :

1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan


manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).
2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal
secara sosial (Randall, 1982).
3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup
termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang
meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian,
administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).
4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat
memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk
generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).

Modul Perinsip Rekayasa Lingkungan 2


Pengertian konservasi sumber daya alam hayati menurut pasal 1 ayat (2) UU No 5
Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
dirumuskan bahwa” pengelolalaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatanya dilakukan
secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya”. Dengan demikian konservasi dalam
undang-undang ini mencakup pengelolaan sumber alam hayati, yang termasuk didalamnya
hutan.

Sasaran konservasi yang ingin dicapai menurut UU No. 5 Tahun 1990, yaitu:

1. Menjamin terpeliharanya proses ekologis yang menunjang sistem penyangga


kehidupan bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan manusia (perlindungan
sistem penyangga kehidupan);
2. Menjamin terpeliharanya keanekaragaman sumber genetik dan tipe-tipe ekosistemnya
sehingga mampu menunjang pembangunan, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang
memungkinkan pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan sumber daya alam
hayati bagi kesejahteraan (pengawetan sumber plasma nutfah);
3. Mengendalikan cara-cara pemanfaatan sumber daya alam hayati sehingga terjamin
kelestariannya. Akibat sampingan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang
bijaksana, belum harmonisnya penggunaan dan peruntukan tanah serta belum
berhasilnya sasaran konservasi secara optimal, baik di darat maupun di perairan dapat
mengakibatkan timbulnya gejala erosi genetik, polusi, dan penurunan potensi sumber
daya alam hayati (pemanfaatan secara lestari).

1.3.1. Program – Program Konservasi

Adapun program-program konservasi sumber daya alam adalah sebagai berikut:

a. Program Konservasi Di Dalam Kawasan

Tujuanya utamanya adalah menciptakan suatu system pengelolahan kawasan


konservasi yang lebih evesien dan efektif sehingga dapat dirasakan manfaat adanya kawasan
konservasi ini oleh masyarakat luas baik langsung atau tdak langsung dan pada akhirnya
diharapkan kesadaran ekologis masyarakat dapat ditingkatkan sehingga kehadiran kawasan

Modul Perinsip Rekayasa Lingkungan 3


konservasi dirasakan benar - benar merupakan suatu kebetulan yang luas ada di dalam
lingkungan .

b. Program Konservasi Di Luar Kawasan

Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam
hayati.

c. Program Pengembangan Wisata Alam

Penyelenggaraan Program ini dilaksanakan dengan cara pengembangan Wisata dalam


kawasan / di luar kawasan konservasi bagi kepentingan rekreasi dan pariwisata secara alami
dalam rangka pendidikan dan mengikutsertakan masyarakat atas kegiatan konservasi .

d. Program Pembinaan Cinta Alam

Pokok Kegiatan yang dilaksanakan ialah peningkatan kesadaran masyarakat atas


pentingnya upaya konservasi sumberdaya alam .

e. Program Monitoring Dampak Lingkungan

Penyelenggaran Program ini adalah dalam bentuk pengawasan pembinaan dan


bimbingan / pengendalian di bidang lingkungan hidup khususnya yang berkaitan dengan
pemanfaatan sumberdaya alam , baik yang berada di dalam kawasan konservasi maupun di luar
kawasan konservasi termasuk pemanfaatan setiap jenis sumberdaya alam .

f. Program Pembinaan Dan Pengembangan Unsur Penunjang

Dalam Pelaksanaannya diperlukan suatu sarana penunjang yang seimbang dan


memadai , baik yang meliputi dukungan kesempurnaan peraturan perundangan ,maupun
organisasi dan manajemennya yang disertai dengan pengembangan personil , kelengkapan
sarana dan fasilitas kerja .

Modul Perinsip Rekayasa Lingkungan 4


1.3.2. Jenis-jenis Sumber Daya Alam

Menurut kemungkinan pemulihannya, kita mengenal 2 (dua) macam sumber daya alam,
yaitu :

1. Renevable, sumber daya alam yang dapat dipulihkan/ diperbaharui, yaitu sumber daya
alam yang dapat dipakai kembali setelah diadakan beberapa proses. Contoh : air, pohon,
hewan dll
2. Anrenevable, yaitu sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui/ dipulihkan apabila
dipakai terus menerus akan habis dan tidaka dapat diperbarui. Contoh : minyak bumi,
batubara, Emas dll.

1.3.3 Masalah yang terjadi pada sumber daya alam

Kealpaan dapat merupakan hasil pelecehan IPTEK sebaliknya, pendewaan IPTEK


secara membuta. Kita telah menjadi saksi kontradiksi perbuatan teknologi atas umat
manusia.Teknologi telah membunuh berjuta-juta maniusia. Mendatangkan kesusahan kepada
masyarakat secara keseluruhan, dan menyebabkan kemiskinan pada masa perang. Akan tetapi
orang juga menikmati kehidupan beradap dan kesejahteraan dengan teknologi pada masa
damai. Kata ini menunjukan bahwa peran yang harus dijalankan oleh teknologi ditentukan oleh
orang sendiri yang mempunyai kekuasaan dan kesempatan memerintah teknologi tertentu
untuk menghadapi suasana khusus atau menangani keadaan khusus. Teknologi bukankah
sesuatu yang netral.Teknologi diciptakan dan dikembangkan sebagai faktor perantara
kepentingan dan keinginan masyarakat dengan sumber daya dan lingkungan.

Dampak terjadi karena penggunaan sumber daya yang salah atau oleh limbah dan sisa
proses yang berlangsung dalam kehidupan manusia. Pengguanan sumber daya yang salah
menimbulkan erosi,sedimentasi yang merusak, penggaraman tanah dan air. Penggersangan
lahan (desertification),banjir,dan sebagainya. Limbah dan sisa proses menimbulkan
pengotoran (contamination) dan pencemaran (polution) atas udara,tanah dan air. Dampak
menyebar dan meluas cepat lewat udara (angin) dan air (aliran). Penyebaran dan perluasan
dampak lewat tanah langsung berjalan sangat lambat. Akan tetapi tanah dapat bertindak sebagai
penyimpan zat atau bahan pencemar atau pengotor selama waktu lama dan dengan demikian
menjadi sumber dampak yang nantinya akan tersebar lewat udara dan air.

Modul Perinsip Rekayasa Lingkungan 5


Disamping dampak yang bersifat kebendaan(material),adapula dampak yang bersifat
niskala (immaterial) yang tidak kalah berbahaya. Dampak niskala terjadi oleh peresapan
gagasan. Pandangan hidup atau ajaran kedalam alam fikiran orang dan kemudian menyebar
dan meluas lewat proses komunikasi.

Pencemaran dapat datang dari sumber pasti (point source polution),misalnya dari
saluran pembuangan limbah pabrik atau datang dari sumber baur (nonpoint source polution),
misalnya dari aliran limpas (run off) lahan pertanian,pencemaran sumber pasti (PSP) secara
nisbi lebih mudah ditangani karena titik pelepasan bahan pencemar jelas dan susunan bahan
pencemar terbatas keanekaannya. Pencemaran sumber bau (PSB) lebih sulit ditangani karena
titik pelepasannya dan titik asalnya berada dimana-mana,dan susunan bahan pencemar sangat
beraneka.

1.3.4. Upaya untuk melakukan konservasi sumber daya alam

Agar usaha pembangunan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup di
Indonesia dapat mencapai harapan yang telah ditetapkan secara garis besar perlu ditempuh
upaya sebagai berikut :

Ø Intensifikasi pengelolaan kawasan konservasi

Peningkatan dan perluasan kawasan konservasi sehingga mewakili tipe-tipe ekosistem


yang ada. Recruitment dan peningkatan ketrampilan personel melalui pendidikan dan latihan.
Peningkatan sarana dan prasarana yang memadai. Peningkatan kerjasama dengan isntansi lain
didalam dan luar negeri. Penyempurnaan peraturan perundang-undanagn dibidang konservasi
sumber daya alam dan lingkungan hidup. Peningkatan pengamanan dan pengawasan terhadap
kawasan konservasi (dengan pemberian pal-pal batas) peradaran flora dan fauna.
Memasyarakatkan konservasi ke seluruh lapisan masyarakat sehingga dapat berperan serta
dalam upaya konservasi sumber daya alam dan lingkungan

Contoh Konservasi sumber daya alam di Indonesia

1. Kawasan suaka alam,

adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik didarat dan diperairan yang mempunyai
fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan, satwa, dan
ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah penyangga kehidupan.

Modul Perinsip Rekayasa Lingkungan 6


2. Kawasan pelestarian alam,

adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik didarat maupun diperairan yang
mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman
jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatannya secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.

3. Cagar alam,

adalah hutan suaka alam yang berhubungan dengan keadaan alam yang khas termasuk
alam hewani dan alam nabati yang perlu dilindungi untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan.

Selain contoh yang disebutkan diatas tentunya masih banyak lagi contoh yang lainnya
seperti,melakukan reboisasi,membuang sampah pada tempatnya,tidak melakukan penebangan
hutan secara liar dan lain-lain.

1.3.5. Kendala dalam konservasi sumber daya alam

Dalam melaksanakan pembangunan konservasi sumber daya alam, dan ekosistemnya


masih ditemui kendala pada umumnya diakibatkan oleh :

1. Tekanan penduduk
Jumlah penduduk Indonesia yang padat sehingga kebutuhan akan sumber daya alam
meningkat.
2. Kesadaran
Tingkat kesadaran ekologis dari masyarakat masih rendah, hal ini dikarenakan tingkat
pendidikan yang rendah dan pendapatan yang belum memadai. Sebagai contoh
beberapa kawasan konservasi yang telah ditetapkan banyak mengalami kerusakan
akibat perladangan liar / berpindah-pindah.
3. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi yang cukup pesat akan menyerap kekayaan (eksploitasi sumber
daya alam) dan kurangnya aparat pengawasan serta terbatasnya sarana prasarana.
4. Peraturan dan perundang-undangan

Modul Perinsip Rekayasa Lingkungan 7


Peraturan perundang-undangan yang ada saat ini belum cukup mendukung
pembentukan kawasan konservasi khususnya laut (perairan).

Gambar 1.4 Pemanfaatan sumber daya alam

Modul Perinsip Rekayasa Lingkungan 8


1.4. Hubungan Ekologi dan Pembangunan
1.4.1. Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan merupakan aktivitas memanfaatkan seluruh sumberdaya,


guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat manusia. Pelaksanaan
pembangunan pada dasarnya juga merupakan upaya memelihara keseimbangan antara
lingkungan alami (sumberdaya alam hayati dan non hayati) dan lingkungan binaan
(sumberdaya manusia dan buatan), sehingga sifat interaksi maupun interdependensi antar
keduanya tetap dalam keserasian yang seimbang. Pembangunan berkelanjutan merupakan
pembangunan yang dilakukan guna pemenuhan kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi
kebutuhan untuk generasi yang akan datang. Dalam kaitan ini, eksplorasi maupun eksploitasi
komponen-komponen sumberdaya alam untuk pembangunan, harus seimbang dengan
hasil/produk bahan alam dan pembuangan limbah ke alam lingkungan. Prinsip pemeliharaan
keseimbangan lingkungan harus menjadi dasar dari setiap upaya pembangunan atau perubahan
untuk mencapai kesejahteraan manusia dan keberlanjutan fungsi alam semesta.

Sistem masukan dan keluaran dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan, dapat
dikontrol dari segi sains dan teknologi. Penggunaan perangkat hasil teknologi diarahkan untuk
tidak merusak lingkungan alam, serta bersifat ‘teknologi bersih’, dan mengutamakan sistem
daur ulang. Arah untuk menjadikan produk ramah lingkungan, dan menekan beaya eksternal
akibat produksi tersebut harus menjadi orientasi bagi setiap usaha pemanfaatan sumberdaya
alam untuk kesejahteraan masyarakat. Mekanisme pengaturan keseimbangan sistem masukan
dan keluaran akan ditentukan oleh kepedulian atau komitmen sumberdaya manusia, sistem
yang berlaku, infrastruktur fisik, sumberdaya lain yang dibutuhkan. Dengan prinsip
keterlanjutan, pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan perlu disusun dalam arah strategis
untuk menyelamatkan aset lingkungan hidup bagi generasi mendatang. Upaya peningkatan
kesejahteraan manusia harus seiring dengan kelestarian fungsi sumberdaya alam, agar
keseimbangan lingkungan tetap terjaga dan potensi keanekaragaman hayati tidak akan
menurun kualitasnya.

Terpeliharanya keberlanjutan lingkungan hidup merupakan kepentingan rakyat sehingga


menuntut tanggung jawab, keterbukaan, dan peran serta anggota masyarakat, yang dapat di
disalurkan melalui perseorangan, oraganisasi lingkungan hidup, seperti lembaga swadaya
masyarakat dan lain-lain untuk memelihara dan meningkatkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup mendukung yang menjadi tumpuan keberlanjutan pembangunan.

Modul Perinsip Rekayasa Lingkungan 9


Faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan
ialah:

1. Terpeliharanya proses ekologi yang esensial


2. Tersedianya sumber daya alam yang cukup
3. Lingkungan sosial-budaya dan ekonomi yang sesuai

Syarat untuk dapat tercapainya pembangunan berkelanjutan tidak hanya fisik saja, yaitu
tidak terjadinya kerusakan pada ekosistem tempat kita hidup, melainkan juga dengan adanya
pemerataan hasil dan biaya pembangunan yang adil antar-negara dan antara kelompok
masyarakat kaya dan masyarakat miskin dimasing-masing negara harus dikurangi.

Pembangunan yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumber daya alam, menjadi
sarana untuk mencapai keberlanjutan pembangunan dan menjadi jaminan bagi kesejateraan dan
mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Oleh karena itu, lingkungan hidup
Indonesia harus dikelola dengan prinsip melestarikan fungsi lingkungan hidup yang serasi,
selaras dan seimbang untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan dan mutu generasi masa kini dan generasi
masa depan.

1.4.2. Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan Hidup

Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup merupakan terjemahan


dari “suistainabledevelopment” yang sangat populer dipergunakan di negara-negara Barat.
Istilah “Pembangunan Berkelanjutan” secara resmi dipergunakan dalam Tap MPR No.IV
/MPR/1999 tentang GBHN, sedangkan istilah Pembangunan berkelanjutanyang berwawasan
Lingkungan Hidup digunakan dalam UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup. Selain itu juga dikenal ada lingkungandan pembangunan, sedang sebelumnya lebih
popular digunakan sebagai istilah “Pembangunan yang berwawasan Lingkungan” sebagai
terjemah dari “Eco-development” Menurut Sonny Keraf, sejak tahun 1980-an agenda politik
lingkungan hidup mulai dipusatkan pada paradigma pembangunan berkelanjutan. Mulai
pertama istilah ini muncul dalam World Conservation Strategy dari the International Union for
the conservation of nature (1980), lalu dipakai oleh Lester R. Brown dalam bukunya Building
a Suistainable Society (1981). Istilah tersebut kemudian menjadi sangat popular melalui
laporan Bruntland, Our Commo Future(1987). Tahun 1992 merupakan puncak dari proses

Modul Perinsip Rekayasa Lingkungan 10


politik, yang akhirnya pada konferensi tingkat tinggi (KTT) Bumi di Rio de Jainero, Brazil,
paradigma Pembangunan Berkelanjutan di terima sebagai sebuah agenda politik pembangunan
untuk semua negara di dunia.

Asumsi dasar serta ide pokok yang mendasari konsep pembangunan berlanjut

1. Pertama, proses pembangunan itu mesti berlangsung secara berlanjut, terus menerus di
topang oleh sumber alam, kualitas lingkungan dan manusia yang berkembang secara
berlanjut
2. Kedua, sumber alam terutama udara, air dan tanah memiliki ambang batas, diatas mana
penggunaannya akan menciutkan kualitas dan kuantitasnya. Penciutan itu berarti
berkurangnya kemampuan sumber alam tersebut untuk menopang pembangunan secara
berlanjut, sehingga menimbulkan gangguan pada keserasian sumber alam dengan daya
manusia.
3. Ketiga, kualitas lingkungan berkolerasi langsung dengan kualitas hidup. Semakin baik
kualitas lingkungan, semakin posistif pengaruhnya pada kualitas hidup, yang antara lain
tercermin pada meningkatnya kualitas fisik, pada harapan usia hidup, pada turunnya
tingkat kematian dan lain sebagainya. Oleh karena itu pembangunan berkelanjutan,
supaya memberi pengaruh positif terhadap kualitas hidup
4. Kelima, pembangunan berkelanjutan mengadaikan solidaritas transgenerasi, dimana
pembangunan ini memungkinkan generasi sekarang untuk meningkatkan
kesejahteraannya, tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan untuk
meningkatkan kesejahteraannya

Adapun ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan antara lain,


1. Menjamin pemerataan dan keadilan.
2. Menghargai keanekaragaman hayati.
3. Menggunakan pendekatan integratif.
4. Menggunakan pandangan jangka panjang.

1.4.3. Peran Ekologi dalam Pembangunan

a. Manfaat dan Risiko Lingkungan dalam Pembangunan

Pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat, melainkan juga membawa risiko. Kita
dapat melihatnya di sekitar kita. Sungai kita bendung. Dengan bendungan itu kita dapatkan
manfaat listrik, bertambahnya air pengairan dan terkendalinya banjir. Risikonya ialah

Modul Perinsip Rekayasa Lingkungan 11


tergenangnya kampung dan sawah, tergusurnya penduduk, dan kepunahan jenis tumbuhan dan
hewan. Contoh lainnya adalah batubara, batubara kita manfaatkan untuk membangkitkan
tenaga listrik.

Dengan itu kita mendapatkan risiko pencemaran udara oleh debu, jelaga, dan SO2. Di
dalam pembangunan selalu didapatkan manfaat pada satu pihak dan risiko pada lain pihak.
Pasangan manfaat dan risiko tidak terpisahkan. Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan
selalu bersifat dilema. Pandangan kita terhadap dilema ini suka berlainan. Pada umumnya para
pelaksana proyek pembangunan lebih melihat manfaatnya dan mengentengkan risikonya.
Bagaimanapun baik manfaat maupun risiko harus kita perhitungkan secara berimbang. Risiko
kita terima sebagai biaya manfaat yang kita ambil. Hanya memperhatikan manfaatnya saja
dapat membahayakan lingkungan. Sebaliknya hanya memperhatikan risikonya atau terlalu
membesar-besarkan risikonya akan membuat kita menjadi takut untuk berbuat. Baik
memperhatikan manfaat saja atau sebaliknya memperhatikan risiko saja akan menimbulkan
pertentangan.
Tetapi dengan tidak berbuat sesuatu pun akan ada orang yang setuju dan tidak setuju. Dan
apabila kita tidak berbuat sesuatu, jadi menghentikan pembangunan, kita akan terlanda oleh
risiko lingkungan, sehingga mutu hidup kita akan terus merosot. Karena itu, keputusan untuk
membangun harus diambil. Masalahnya bukanlah membangun atau tidak membangun,
melainkan bagaimana membangun agar sekaligus mutu lingkungan-dan dengan demikian mutu
hidup-dapat terus ditingkatkan. Pembangunan itu berwawasan lingkungan Analisis Manfaat
dan Risiko Lingkungan (AMRIL) merupakan alat untuk pembangunan yang berwawasan
lingkungan.

b. Tantangan Pembangunan dalam Kaitannya dengan Lingkungan

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta aplikasinya dalam pembangunan
negara, pemanfaatan sumber daya alam akan meningkat. Demikian pula dengan buangan
berbahayanya, sehingga kualitas lingkungan hidup akan terus berubah secara dinamis. Beban
lingkungan dalam menunjang pembangunan akan semakin berat. Pertumbuhan industri di
berbagai bidang serta tekanan terhadap sumber daya alam menyebabkan timbulnya
permintaan, inovasi, dan produksi sumber bahan sintesis, yang sering tergolong dalam bahan
berbahaya, demikian pula buangannya. Industrialisasi akan membawa serta kebutuhan akan
pemukiman tenaga kerja yang terkonsentrasi di daerah urban/periurban. Kota-kota akan
bertambah, baik jumlah maupun besarnya. Dengan demikian permintaan akan pelayanan

Modul Perinsip Rekayasa Lingkungan 12


kesehatan lingkungan akan bertambah dan semakin komplex. Perubahan kualitas lingkungan
yang cepat ini merupakan tantangan bagi manusia untuk dapat menjaga fungsi lingkungan
hidup agar tetap normal sehingga daya dukung kelangsungan hidup manusia di bumi ini tetap
lestari, dan kesehatan masyarakat tetap terjamin.

c. Peran Ekologi dalam Pembangunan

Akibat pertumbuhan, pertambahan, dan perkembangan manusia, masalah sosial yang terjadi di
masyarakat tidak ada kunjung reda. Usaha manusia mengatasi masalah tadi juga tidak akan
pernah berhenti. Tindakan manusia yang lebih positif dan terarah dalam mengatasi masalah
serta meningkatkan kesejahteraannya adalah dalam bentuk pembangunan. Pembangunan yang
dilaksanakan di Indonesia dikenal sebagai pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Mengingat masalah sosial yang tidak akan pernah lenyap, dan mengingat pula bahwa
pembangunan yang menunjang kesejahteraan masyarakat tidak akan pernah berhenti, maka
pendekatan ekologi baik bagi kepentingan preventif, refresif, dan rehabilitatif maupun untuk
pembangunan, tetap akan berperan. Apalagi jika diingat bahwa populasi manusia akan terus
berkembang, sedangkan sumber daya lingkungan cepat atau lambat akan sampai kepada batas
kemampuan daya dukungnya. Dengan demikian, pendekatan ekologi baik sebagai AMDAL
maupun sebagai AMRIL, akan tetap menempati kedudukan yang penting. Makin tinggi
kesadaran manusia akan pentingnya sumber daya lingkungan mampu menjamin kehidupan,
makin penting pula kedudukan pendekatan ekologi dalam kehidupan ini. Hanya barangkali
pada masa yang akan datang pendekatan ekologi ini akan lebih memanfaatka hasil kemajuan
teknologi canggih, sehingga hasilnya menjadi lebih meyakinkan.

Modul Perinsip Rekayasa Lingkungan 13

Anda mungkin juga menyukai