Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEIMANAN dan KETAQWAAN


(MATKUL AGAMA ISLAM)

Disusun Oleh:

NAMA : TINA ELLISA

NPM 22010008

FAKULTAS : Hukum

UNIVERSITAS Prof. Dr. HAZAIRIN, S.H.


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita dan tak lupa pula kita mengirim
salam dan salawat kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawakan kita suatu ajaran yang benar yaitu agama Islam, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Keimanan dan Ketaqwaan” ini
dengan lancar.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan agama islam serta infomasi
dari media massa yang berhubungan dengan agama islam, tak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada pengajar matakuliah Pendidikan Agama Islam atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada pihak-pihak
yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi
kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai implementasi
iman dan takwa dalam kehidupan modern, khususnya bagi penulis. Memang
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Kudus, 29 Oktober 2015


Penulis

Tina Ellisa

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii


Daftar isi...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................ 2
1.4 Manfaat..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Iman........................................................................ 3
2. Tanda-tanda Orang yang Beriman ........................................... 5
3. Pengertian Taqwa ..................................................................... 7
4. Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan .............................. 8
BAB III KESIMPULAN............................................................................. 10
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 11
SARAN ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia
lain atau dengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan
interaksi sosial manusia harus memiliki akhlak yang baik agar dalam proses
interaksi tersebut tidak mengalami hambatan atau masalah dengan manusia
lain. Proses pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah keimanan
dan ketakwaan seseorang. Keimanan dan Ketakwaan seseorang berbanding
lurus dengan akhlak seseorang atau dengan kata lain semakin baik
keimanan dan ketakwaan seseorang maka semakin baik pula akhlak
seseorang hal ini karena keimanan dan ketakwaan adalah modal utama
untuk membentuk pribadi seseorang. Keimanan dan ketakwaan sebenarnya
potensi yang ada pada manusia sejak ia lahir dan melekat pada dirinya
hanya saja sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang
telah terjamah oleh lingkungan sekitarnya maka potensi tersebut akan
semakin muncul atau sebaliknya potensi itu akan hilang secara perlahan.
Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa,
oleh masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti
yang sebenarnya dari keimanan dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan
manusia selalu menganggap remeh tentang hal itu dan mengartikan
keimanan itu hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari makna yang
sebenarnya dari arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan begitu
saja. Oleh karena itu dari persoalan dan masalah-masalah yang terpapar
diataslah yang melatar belakangi kelompok kami untuk membahas dan
mendiskusikan tentang keimanan dan ketakwaan yang kami bukukan
menjadi sebuah makalah kelompok.

1
Rumusan Masalah
1 Apa pengertian iman?
2 Bagaimana tanda-tanda orang yang beriman?
3 Apa pengertian takwa?
4 Bagaimana korelasi antara keimanan dan ketakwaan?

Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan pengertian iman
2. Memaparkan tanda-tanda orang yang beriman
3. Mendeskripsikan pengertian takwa
4. Menjelaskan korelasi antara keimanan dan ketakwaan

Manfaat
1 Bagi penulis : melatih potensi penulis dalam menyusun makalah
2 Bagi pembaca : dapat menambah pengetahuan tentang keimanan dan
ketawaan serta mengimplementasikannya dalam
kehidupan sehari-hari

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Iman
Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan
demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan
yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal
dari kata kerja amina-yu’manu – amanan yang berarti percaya. Oleh karena
itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati.
Akibatnya, orang yang percaya kepada Allah dan selainnya seperti yang ada
dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak mencerminkan
ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih
disebut orang yang beriman. Hal itu disebabkan karena adanya keyakinan
mereka bahwa yang tahu tentang urusan hati manusia adalah Allah dan
dengan membaca dua kalimah syahadat telah menjadi Islam.
Dalam surah al-Baqarah ayat 165 :
‫الَّ ِذي َن‬ َ‫وال آ َمن وا ش ح ۗ َّ ول‬ ۖ ‫ي ِح ُّبو َن ه م‬ ‫ند‬ َّ‫ال[ ن م ت‬ ‫و ِم‬
‫َرى‬ ‫أَ[ ن دّ ًّبا ِلل و‬ َِ ‫ِ ب ل‬ َِ ‫ل‬ ‫َا ِس ن ِخذ و ِن م‬
‫َ ِذي‬
‫ا‬ ‫كح‬ ‫ا أَ[ ندَاًدا‬ ‫ن‬
‫ا ل‬ ‫ََل‬ َ‫ا لق ِمي وأ‬ ‫ظلَ موا ِإذ َي َر و ا ل‬
‫ال َعذَاب ش‬ ‫ًعا َّن‬ ‫َعذَا ن‬
‫ِديد‬ ‫ج‬ [َ‫َو َة ِ َّ ِلل ب أ‬

‫َن‬
Artinya :
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain
Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka
menyesal).”
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan
dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan
3
dengan amal perbuatan (Al-Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani
wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau

4
keselarasan antara hati, ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga
dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.
Definisi Iman Secara Istilah Syar’iy
berkata rahimahullah At-Taimiy Muhammad bin Ismaa’iil Al- : )1
‫ اإليمان في الشرع عبارة عن جميع الطاعات الباطنة والظاهرة‬Imaam
“Iman dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang mencakup
makna semua ketaatan lahir dan batin” [Al-Hujjah fii Bayaanil-
Mahajjah, 1/403].
An-Nawawiy menukil perkataannya :
‫اإليمان في لسان الشرع هو التصديق بالقلب والعمل باألركان‬
“Iman dalam istilah syar’iy adalah pembenaran dengan hati dan
perbuatan dengan anggota tubuh” [Syarh Shahih Muslim, 1/146].
2) Imaam Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :
‫ وال عمل إال نب ية‬،‫أجمع أهل الفقه والحديث على أن اإليمان قول وعمل‬
“Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu
perkataan dan perbuatan. Dan tidaklah ada perbuatan kecuali dengan
niat” [At-Tamhiid, 9/238].
3) Al-Imaam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :
،‫ وقول اللسان‬،‫ وهو االعتقاد‬،‫ قول القلب‬: ‫ والقول قسمان‬.‫حقي قة اإليمان مركبة من قول وعمل‬
‫ فإذا زالت‬.‫ وعمل الجوارح‬،‫ وهو نيته[ وإخالصه‬،‫ عمل القلب‬: ‫ والعمل قسمان‬.‫وهو التكلّم بكلمة اإلسالم‬
dua ada Perkataan ‫ لم تنفع قب ية األجزاء‬،‫ وإذا زال تصديق القلب‬،‫ زال اإليمان بكماله‬،‫هذه األربعة‬
perbuatan. dan perkataan dari terdiri iman “Hakekat
: perkataan hati, yaitu i’tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan
tentang kalimat Islam (mengikrarkan syahadat – Abul-Jauzaa’).
Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan keikhlasannya;
dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut,
akan hilang iman dengan kesempurnaannya. Dan apabila hilang
pembenaran (tashdiiq) dalam hati, tidak akan bermanfaat tiga hal yang
lainnya” [Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal. 35].
Kata iman yang tidak dirangkaikan dengan kata lain dalam al-
Qur’an, mengandung arti positif. Dengan demikian, kata iman yang tidak
dikaitkan dengan kata Allah atau dengan ajarannya, dikatakan sebagai

5
iman haq. Sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya, disebut iman
bathil.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran
dengan segala keyakinan tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang
dari Allah SWT dan rasulNya.

2. Tanda-tanda Orang yang Beriman


Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu
Allah tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-
Qur’an, maka bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-
Anfal: 2). Dia akan berusaha memahami ayat yang tidak dia pahami
sebelumnya.
2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu
Allah, diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran
Allah menurut Sunnah Rasul (Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2,
at-Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10, dan at-Taghabun: 13).
3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya
(al-Anfal:3dan al-Mu’minun: 2, 7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah
masuk waktu shalat, dia segera shalat untuk membina kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun: 4).
Hal ini dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan
di jalan Allah merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi
ketimpangan antara yang kaya dengan yang miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan
(al-Mukminun: 3, 5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah
yang berstandar ilmu Allah, yaitu al-Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan menempati janji (al-Mukminun: 6). Seorang
mu’min tidak akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan
menepati janji.

6
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74). Berjihad di
jalan Allah adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah,
baik dengan harta benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62).
Sikap seperti itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin,
orang yang berpandangan dengan ajaran Allah dan Sunnah Rasul.

Akidah Islam sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan


mempengaruhi kehidupan seorang muslim. Abu A’la Maududi
menyebutkan tanda orang beriman sebagai berikut:
1. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.
2. Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri.
3. Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat.
4. Senantiasa jujur dan adil.
5. Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap
persoalan dan situasi.
6. Mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan
optimisme.
7. Mempunyai sifat ksatria, semangat dan berani, tidak gentar
menghadapi resiko, bahkan tidak takut kepada maut.
8. Mempunyai sikap hidup damai dan ridha.
9. Patuh, taat, dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi. (A. Toto
Suryana AF, et.al, 1996 : 69).

7
3. Pengertian Taqwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut,
menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis
tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang
diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten
( istiqomah ).
Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan
perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini.
Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat
dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.
a. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan
kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan
memelihara fitrah iman.
b. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang –
orang miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang
yang meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki
kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya.
Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama
umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan
harta.
c. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain,
memelihara ibadah formal.
d. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara
kehormatan diri.
e. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata
lain memiliki semangat perjuangan.

8
4. Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan
Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Orang yang bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan
dan bersikap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang
yang melaksanakan shalat, sebagai upaya pembinaan iman dan menafkahkan
rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah. Iman yang benar kepada
Allah dan Rasulnya akan memberikan daya rangsang atau stimulus yang kuat
untuk melakukan kebaikan kepada sesama sehingga sifat-sifat luhur dan
akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada derajat
takwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang benar imannya dan orang
yang benar-benar beriman adalah orang yang memiliki sifat dan akhlak yang
mulia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang berakhlak mulia
merupakan cirri-ciri daro orang yang bertaqwa. Keimanan pada keesaan
Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid
teoritis dan tauhid praktis. Tahuid teoritis adalah tauhid yang membahas
tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaan Perbuatan Tuhan.
Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan
kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang
Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas
bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua
wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan
dengan amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid
teoritis. Kalimat Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih
menekankan pengartian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah adalah
ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah
selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan
menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengartian
beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan
Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa
mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah

9
bertauhid secara sampurna. Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan
tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam
perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada
kesatuan dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan
dalam kehidupan sehari-hari secara murni dan konsekuen.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan
amal, konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks.
Dengan demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengartian
yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran, membenarkan dalam hati,
mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh
karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah
mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah,
(Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan
mengamalkan semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

10
BAB III
KESIMPULAN

Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang mendasar bagi manusia


untuk merasakan kebahagiaan hidup. Seseorang dikatakan beriman kepada Allah
apabila memenuhi tiga unsure akidah dalam islam. Yaitu: isi hati, ucapan, dan
tingkah laku.
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah (QS: Al-Anfal 2-4) yang
artinya :
“bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah bergetar hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambah
iman mereka (karena-Nya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, yaitu
orang-orang yang mendirikan shalat dan yang mnafkahkkan sebagian dari rezeki
yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi Tuhan-
NYA dan ampunan serta rizki (nikmat) yang mulia. Keimanan dan ketakwaan
merupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan dari diri manusia. Oleh karenanya
orang yang bertakwa adalah orang yang berpandangan hidup dengan ajaran-ajaran
Allah menurut sunnah rasul.

11
BAB IV
PENUTUP

SARAN

Hendaknya umat muslim senantiasa berperilaku terpuji agar iman dalam dirinya
meningkat. Hindari sifat-sifat tercela agar iman dalam diri kita senantiasa terjaga.
Hendaknya umat muslim senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah diberikan
oleh Allah SWT.

Senantiasa tawakkal dan muhasabah diri agar tidak mengalami kesesatan hidup.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://amrhy.blogspot.co.id/2011/10/makalah-keimanan-dan-ketakwaan.html
http://mdwimartasadewo.blog.com/2012/11/04/makalah-keimanan-dan-
ketakwaan/

13
14

Anda mungkin juga menyukai