Anda di halaman 1dari 15

REFORMA AGRARIA BERPARADIGMA PANCASILA DALAM

PENATAAN KEMBALI POLITIK AGRARIA NASIONAL

Yanis Maladi∗

Bagian Hukum Agraria Fakultas Hukum Universitas Mataram, Mataram


Jalan Majapahit No. 62 Mataram, Nusa Tenggara Barat, 83114

Abstract
Basic Agrarian Law Act (BAL) of 1960 which sets out the foundation for agrarian reform fails to solve
Indonesia’s many land-related problems. In addition to the fact that its mandate has not been implemented,
there are a cornucopia of inferior rules under the BAL that run afoul with the Pancasila and the 1945
Constitution. This normative research employs library research method. Library research was carried
out by studying documented materials. We find that an agrarian reform which encapsulates the paradigm
of Pancasila is yet to be realised given the many irregularities found in the implementation. We conclude
that the affirmation and the revitalization of Pancasila values in the national agrarian politics is of
utmost necessity.
Keywords: agrarian reform, Pancasila, agrarian politics.

Intisari
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) 1960 sebagai induk reforma agraria belum mampu menjadi
jawaban atas permasalahan agraria di Indonesia. Selain karena banyak amanatnya belum dilaksanakan,
banyak juga aturan-aturan di bawahnya yang bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945. Penelitian ini
merupakan penelitian normatif, yaitu penelitian yang didasarkan pada penelitian kepustakaan. Penelitian
kepustakaan dilakukan dengan merujuk pada bahan-bahan yang didokumentasikan dengan alat studi
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan reforma agraria berparadigma Pancasila belum mampu
diwujudkan karena banyak ditemukan penyimpangan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, sangat
mendesak adanya penegasan dan revitalisasi nilai-nilai Pancasila di dalam politik agraria nasional.
Kata Kunci: reforma agraria, Pancasila, politik agraria.

Pokok Muatan
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................................. 28
B. Metode Penelitian....................................................................................................................... 29
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan............................................................................................... 30
1. Reforma Agraria Berparadigma Pancasila........................................................................... 30
2. Penataan Kembali Politik Agraria Nasional Melalui Reforma Agraria
Berparadigma Pancasila....................................................................................................... 36
D. Kesimpulan................................................................................................................................. 39


Alamat korespondensi: yanis.maladi@yahoo.com
28 MIMBAR HUKUM Volume 25, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 27 - 41

A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, kendati telah lebih dari 50


Tanah memiliki hubungan yang abadi dengan tahun, UU Pokok Agraria (UUPA) lahir sebagai
manusia. Fungsinya yang begitu vital dalam tonggak reforma agraria, namun sampai saat ini
menunjang kehidupan manusia pun telah membuat belum banyak memberikan arti. Bahkan maraknya
tanah begitu sering diperebutkan oleh manusia. kasus-kasus konflik pertanahan seperti kasus
Bahkan, hubungan manusia dengan tanah yang sengketa Mesuji dan kasus pertambangan di Bima,
kosmis-magis-religius telah menyebabkan tanah merupakan dua di antara 163 kasus konflik agraria
tidak bisa dinilai hanya dari segi ekonomis saja, yang terjadi selama 2011 lalu. Bahkan banyak
tetapi lebih daripada itu. Oleh karena itu, urgensi pihak berpendapat bahwa terjadinya kasus-kasus
pengaturan tentang penguasaan pemilikan tanah seperti di atas adalah akibat inkonsistensi berbagai
telah disadari sejak berabad-abad lamanya oleh pihak, terutama pemerintah dalam pelaksanaan
negara-negara di dunia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Dari kajian historis gagasan penataan dan Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA).
pembagian wilayah atas tanah, diperkirakan su­ Terbukti dalam regulasi bidang ekonomi dan
dah terjadi sejak ribuan tahun sebelum Masehi. program-program yang dicanangkan pemerintah
Istilah ‘landreform’ itu pertama kali digunakan di selama ini justru banyak yang tidak mendukung
Yunani Kuno, sewaktu pemerintahan Solon, 594 tercapainya tujuan reformasi agraria tetapi malah
tahun sebelum Masehi. Sedangkan dibentuknya menjauhkan rakyat dari sektor agraris.
undang-undang reforma agraria yang pertama kali Berkaitan dengan uraian di atas Ben White
dimulai pada 486 tahun sebelum Masehi. Undang- menulis dan bertanya sebagai berikut:
undang tersebut menetapkan bahwa setiap warga Successful agraria reform requires a basis of
negara Romawi berhak memanfaatkan sebagian scientific knowledge, public awareness and
wilayah negara (burger gerechtigd zou zijn trained personnel at both national and regional
level, and a critical mass of such competencies
gebruik te maken van een deel van de nog niet among ‘scientists’ (researchers and teachers).
toegewezen staatsdomeinen). Undang-undang ‘officials’, and ‘activists’. Does such a criti-
ter­­­sebut memberikan batas maksimal bagian cal mass of knowledge and competence exist
tanah sebanyak-banyaknya “500 iugera” dan pe­ in Indonesia today, and if not, how can it be
achieved?”.
manfaatan tanah melebihi maksimum, diberikan
kepada rakyat miskin. Jadi suksesnya reforma agraria haruslah
Perombakan dan pembaharuan struktur kea- dibarengi dengan ilmu pengetahuan yang kompe­
grarian terutama tanah dilakukan untuk mening- ten (para ilmuwan, pejabat dan aktivis) dengan
katkan kesejahteraan rakyat terutama rakyat tani dukungan penuh dari kesadaran masyarakat.
yang semula tidak memiliki lahan olahan/garapan Lebih-lebih pada pelaksanaan UUPA yang saat ini
untuk memiliki tanah. Hal ini tak lepas dari ke- sudah berusia lebih dari 50 tahun itu makin terlihat
nyataan bahwa berdasarkan sejarah negara-negara banyak kekurangannya. Implementasi UUPA
di dunia, ternyata ketidakseimbangan pemilikan dinilai belum mampu menyelesaikan secara tuntas
tanah (agraria) merupakan hal yang paling ba­nyak dualisme hukum peninggalan penjajah maupun
menimbulkan masalah dan menyengsarakan rak­ hukum adat yang bersendikan eksploitasi maupun
yat. Sebaliknya indikasi sejahtera tidaknya rak­ feodalisme. Selain itu, perencanaan penggunaan
yat di suatu negara ditentukan oleh adanya peme­ tanah belum maksimal sehingga dalam praktiknya
rataan pemilikan dan penguasaan agraria negara pihak asing bisa menguasai dan memiliki tanah.
tersebut.

6
Bambang Sadono, “Reformasi (Setengah Hati) Agraria”, Media Indonesia, 17 Januari 2012.
Maladi, Reforma Agraria Berparadigma Pancasila 29

Apa pun penjelasannya, yang semakin terasa Selain itu, perlu juga dilakukan suatu pe­
adalah adanya persaingan antara ideologi lama dan nilaian sejauh apa UUPA telah mampu mencapai
ideologi baru. Ideologi lama jelas berpihak pada tujuan yang telah ditetapkan, apakah UUPA ma-
UUPA sedangkan ideologi baru identik dengan sih tetap valid secara hukum maupun sosial se­
liberalisasi yang mengacu pada pasar. Ideologi bagai sarana bagi penataan kembali struktur dan
lama yang sejak era reformasi menjelma menjadi penguasaan tanah dan apakah UUPA masih dapat
gerakan sosial telah menyusupkan pasukannya ke mengakomodasikan tuntutan masyarakat dalam
dalam sistem birokrasi. Namun, ideologi baru yang masa transisi ke arah masyarakat industrial. Inti-
menguasai perangkat sistematis terus-menerus nya, apakah UUPA masih relevan atau tidak un-
menjinakkan militansi gerakan sosial tersebut tuk menjawab tuntutan perkembangan masyarakat
melalui negosiasi kesejahteraan. Persaingan me­ yang timbul pada saat ini dilihat dari segi filosofi.
mang tak seimbang. Gerakan sosial ini bukanlah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, ada dua
Zapatista. Adapun birokrasi telah terjerat dengan rumusan masalah dalam penelitian ini yakni se­
penguasa modal, pebisnis dan mafia perundang- bagai berikut, yakni: Pertama, bagaimana konsep
undangan. Telah bertahun-tahun gerakan sosial ini reforma agraria berparadigma Pancasila? Kedua,
dikooptasi, diserap ideologi agrarisnya ke dalam bagaimana urgenitas reforma agraria berpara-
sistem kapitalisme global. digma Pancasila dalam penataan kembali politik
Artinya, reforma agraria tidak saja menjadi agraria nasional?
perbincangan yang bersifat ekonomi politik,
namun juga memiliki latar ideologis. Tidak hanya B. Metode Penelitian
melibatkan aktor politik dan aktor ekonomi, tetapi Penelitian ini merupakan penelitian hukum
juga melibatkan organisasi rakyat, baik antara normatif, yang ditujukan untuk menganalisis
yang setuju maupun tidak dengan upaya itu. norma hukum dengan mengadakan penelitian
Lebih menarik lagi, pasang surut perbincangan terhadap masalah hukum yang didasarkan pada
mengenai reforma agraria selama republik ini penelitian kepustakaan. Penelitian kepustakaan
berdiri telah melintasi beberapa kekuasaan politik dilakukan dengan merujuk pada bahan-bahan yang
dan ekonomi, baik dalam era demokrasi terpimpin, didokumentasikan dengan alat studi dokumentasi.
orde baru dan reformasi. Adapun data yang digunakan adalah data sekunder
Memang, reforma agraria tidak bisa dilepaskan yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan
dari dinamika politik, perdebatan ideologi, dan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.
campur tangan pihak internasional di masa Bahan hukum primer yang digunakan berupa
lampau. Apa yang terjadi di masa lampau tersebut peraturan perundang-undangan (law as what it is
masih beresonansi dengan keberadaan struktur written in the books), mulai dari UUD NRI Tahun
agraria di Indonesia kini. Sehingga sekarang ini 1945, UUPA 1960 (undang-undang organik) dan
sangat mendesak diperlukan suatu studi yang peraturan perundang-undangan di bidang agraria
lebih komprehensif mengenai gagasan reforma di bawahnya (undang-undang sektoral). Bahan
agraria di Indonesia, terutama dalam menata hukum sekunder adalah berupa buku-buku, jurnal
politik pertanahan nasional yang menuai banyak dan artikel dalam bidang hukum agraria dan
masalah. Tidak saja dalam wilayah konsepsional ranah filosofi (law as what ought to be) Pancasila,
dan teoretik, tetapi juga bagaimana dinamika dengan mendialogkan secara ekstrapolatif asas-
politik dan ideologi juga ikut mewarnai gagasan asas dan nilai-nilai mengenai keadilan. Sedangkan
itu. bahan hukum tersier dapat berupa kamus hukum
maupun kamus bahasa.
7
Gutomo Bayu Aji, “Penjinakan Agraria(isme)”, Kompas, 16 Januari 2012.
8
Tri Chandra Aprianto, “Reforma Agraria (Potret Pasang Surut Sejarah Kebangsaan Indonesia)”, Jurnal Ombudsman Daerah, Edisi V,
Tahun III, Januari-Juni 2009.
9
Ibid.
30 MIMBAR HUKUM Volume 25, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 27 - 41

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan hir. Pengertian ini dijelaskan oleh Padmo Wah-
1. Reforma Agraria Berparadigma Pancasila jono bahwa politik hukum merupakan kebijakan
Seperti diamanatkan konstitusi, idealnya setiap dasar yang menentukan arah, bentuk, maupun isi
hukum yang lahir di Indonesia harus berdasarkan dari hukum yang akan dibentuk. Dengan demikian
pada Pancasila dengan memuat konsistensi politik hukum nasional tentunya harus dapat men-
substansi mulai dari yang paling atas sampai dorong dan mengisi semua unsur di dalam sistem
yang paling rendah hirarkinya. Stufenbau Theorie kerja sesuai dengan cita-cita hukum nasional agar
mengajarkan bahwa sistem hukum tertata secara bekerja sesuai dengan cita-cita bangsa, tujuan
hirarkis di mana suatu ketentuan hukum tertentu negara, cita hukum, dan kaidah penuntun hukum
bersumber pada ketentuan hukum lainnya yang negara Indonesia yang terkandung dalam pembu-
lebih tinggi. Ketentuan yang lebih rendah adalah kaan UUD NRI 1945.12
ketentuan hukum yang lebih konkrit daripada Politik hukum agraria di Indonesia haruslah
yang lebih tinggi. Han Kelsen mengatakan, kaidah berpegangan pada paradigma Pancasila sebagai
tertinggi itu adalah grundnorm yang voraugestzt sumber hukum dasar nasional. Artinya, Pancasila
(diandaikan). Grundnorm sebagai kaidah tertinggi merupakan sumber dari segala hukum negara.13
berada di luar dan melandasi sistem hukum Seperti ditegaskan oleh A. Hamid Attamimi,
positif, isinya: “Man soll sich so verhalten, wie Pancasila adalah norma fundamental Negara Re­
die Verfassung vorschreibt” (orang seyogyanya publik Indonesia. Argumentasinya adalah karena
berperilaku seba­gaimana ditetapkan dalam kons­ Pancasila merupakan cita hukum rakyat Indonesia,
titusi).10 atau dengan kata lain norma fundamental negara,
Jadi hukum-hukum di Indonesia juga harus Pancasila itu menjadi dasar dan sumber bagi semua
ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan negara norma bawahannya.14 Pembaharuan hukum yang
sebagaimana tertuang di dalam pembukaan UUD berparadigma Pancasila berarti perubahan atas
1945 yakni untuk membangun segenap bangsa dan hukum-hukum yang ada atau pembuatan hukum-
seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan hukum baru yang memuat dan memancarkan
kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan nilai-nilai Pancasila.15
dan kemakmuran rakyat. Ketentuan konstitusi Dalam hal ini, reformasi agraria meliputi
tersebut haruslah dijadikan sebagai instrumen suatu restrukturisasi pemilikan, penguasaan dan
politik pembangunan dan politik hukum penataan penggunaan sumber-sumber agraria, terutama
kembali politik agraria nasional dalam kerangka ta­­nah untuk kepentingan petani, buruh tani, dan
reforma agraria dengan menjadikan Pancasila rak­yat kecil pada umumnya yang intinya adalah
sebagai paradigma politik hukum, sehingga re­distribusi tanah sekaligus menjadi landasan me­
Pancasila dapat berfungsi sebagai filosofische nuju kesejahteraan.16 Menurut Dianto Bachriadi,
grondslag dan common platforms dalam konteks inti dari reforma agraria adalah landreform dalam
kehidupan bernegara.11 pengertian redistribusi pemilikan dan pengua-
Politik hukum merupakan kebijakan dasar saan tanah.17 Sedangkan Maria S.W menjelaskan
dalam menentukan produk hukum yang akan la- bahwa pembaruan agraria adalah untuk mengatasi

10
B. Arif Sidharta, Stufenbau Theorie dari Hans Kelsen, Makalah lepas, tanpa tahun.
11
Jimly Asshiddiqie, “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Menegakkan Konstitusi Indonesia”, Makalah, Sarasehan Nasional
Kerjasama Mahkamah Konstitusi RI dengan Universitas Gajah Mada, 2-3 Mei 2011, Yogyakarta, hlm. 56.
12
Mahfud, 2011, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, Cetakan ke-2, Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 23.
13
Jazim Hamidi, 2006, Revolusi Hukum Indonesia, Konstitusi Press dan Citra Media, Yogyakarta, hlm.77.
14
Ibid., hlm. 177.
15
Maria S.W. Sumardjono, 2007, Tanah dalam Perspektif Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, Penerbit Kompas, Jakarta, hlm. 55.
16
Nur Adhim, “Reformasi Agraria Prasyarat Ketahanan Pangan”, Makalah, Konferensi Internasional tentang Regulatory Reform on Indone-
sia Land Laws for People’s Welfare, FH UI- BPN RI, Jakarta, 11 Desember 2012.
17
Dianto Bachriadi, “Reforma Agraria untuk Indonesia Pandangan Kritis tentang Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) atau Redis-
tribusi Tanah ala Pemerintahan SBY”, Makalah, Diskusi di Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, 2 Juni 2007.
Maladi, Reforma Agraria Berparadigma Pancasila 31

ketimpangan struktur pemilikan/penguasaan dan hukum harus mampu menjamin keadilan so­
pemanfaatan sumber daya alam (sumber-sumber sial dengan memberikan proteksi khusus bagi
golongan lemah agar tidak tereksploitasi dalam
agraria) termasuk diantaranya tanah […]”.18
persaingan bebas melawan golongan yang
Jadi substansi atau karakter reforma agraria kuat. Ketiga, hukum harus dibangun secara
berdasarkan orientasi politik untuk mencapai cita- demokratis sekaligus membangun demokrasi
cita dan tujuan bangsa berparadigma Pancasila sejalan dengan nomokrasi (negara hukum).
haruslah: Pertama, politik hukum agraria nasional Keempat, hukum tidak boleh diskriminatif
berdasarkan ikatan primordial apapun dan ha-
secara konsisten melindungi kepentingan rakyatnya
rus mendorong terciptanya toleransi beragama
mendapatkan hak untuk hidup sejahtera lahir dan berdasarkan kemanusiaan dan keberadaban.20
batin secara berkeadilan, berhak mempunyai hak-
Diundangkannya UUPA merupakan tonggak
milik dan hak milik tersebut tidak boleh diambil
penting dalam hukum nasional Indonesia, pada
alih sewenang-wenang oleh siapapun. Kedua,
saat itu Presiden Soekarno dan anggota DPR
politik hukum agraria nasional harus dipandu oleh
sesungguhnya dengan sangat brilian dan visioner
nilai-nilai moral agama dan melindungi hak-hak
melihat persoalan bangsa ini dari sisi pembangunan
asasi manusia tanpa diskriminasi. Dari dua hal
pembaharuan keagrariaan yang mendesak harus
tersebut dapat dilihat bahwa terdapat dua nilai
dilaksanakan. Dalam penjelasan umum, UUPA
sosial yang dipadukan menjadi satu dalam konsep
menilai pengabaian hak rakyat dan konflik
politik hukum agrarian berparadigma pancasila.
agraria terjadi karena struktur agraria warisan
Nilai sosial paguyuban dengan titik tekannya pada
kolonial memberlakukan hukum agraria Belanda
nilai kebersamaan haruslah dipadukan secara
Agrarische Wet 1870 hingga sistem tanam paksa
sinergis dengan nilai-nilai sosial patembayan
di masa kolonial.21
de­ngan titik tekannya pada kepentingan dan
Kebijakan agraria yang mengabaikan hak
kebebasan individu.
rakyat dan terjadinya berbagai konflik itu, karena
Nilai-nilai khas inilah yang membedakan
konsep-konsep yang melatarbelakangi struktur
sistem hukum Indonesia dari sistem hukum lain
penguasaan tanah pada masa kolonial tidak
sehingga muncul istilah negara Hukum Pancasila
mengakar pada prinsip dan nilai dasar kepribadian
yang, jika dikaitkan dengan literatur tentang
Indonesia. Oleh karenanya sejak diadakan pem­
kombinasi antara lebih dari satu pilihan nilai
baharuan agraria terbangunlah paradigma nilai-
sosial, disebut sebagai pilihan prismatik yang
nilai kerakyatan yang mengakar pada Pan­casila.
karenanya dalam konteks hukum dapat disebut
Dari sudut pandang hukum, Pancasila dijadikan
sebagai hukum prismatik.19 Oleh karena itu jika
kaidah penuntun hukum, menjadi cita hukum
paradigma Pancasila dijabarkan dalam reforma
(rechtside) atau cita negara (staatside) bangsa
agraria sebagai paradigma pembangunan hukum,
yang disebut filsafat kenegaraan, yang artinya
terutama untuk menjamin hukum itu dipatuhi
Pancasila menjadi dasar dan tujuan setiap hukum
atau hukum itu menjadi tegak memiliki sekurang-
di Indonesia.
kurangnya empat kaidah penuntun:
Ke depan diharapkan reforma agraria ti­
Pertama, hukum harus melindungi segenap
dak lagi menghidupkan kembali asas domein
bangsa dan menjamin keutuhan bangsa dan
karenanya tidak diperbolehkan ada hukum-hu- verklaring (wilayah yang tidak dapat dibuktikan
kum yang menanam benih disintegrasi. Kedua, pemilikan secara formal dianggap dipunyai oleh

18
Maria S.W. Sumardjono, Op.cit., hlm. 69.
19
Mahfud MD, Op.cit., hlm. 23.
20
Ibid., hlm. 55.
21
Khaerudin, “Waspadai Upaya Liberalisasi Agraria”, Kompas, 14 Januari 2012.
32 MIMBAR HUKUM Volume 25, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 27 - 41

negara), maka negara harus meletakkan dasar- kepastian penguasaan tanah bagi rakyat yang
dasar politik hukum agraria yang mengedepankan memanfaatkan tanah dan kekayaan alam yang
kandungan nilai-nilai populistic (nilai kerakyatan). menyertainya.24
Pencerminan prinsip kerakyatan terlihat pada Jadi lahirnya UUPA 1960 merupakan mani­
konsideran berpendapat UUPA yang dalam im­ festasi dari Pancasila dan UUD 1945 khusus ke­
plementasinya harus mewujudkan penjelmaan tentuan Pasal 33, selebihnya merupakan cer­min­an
kelima butir-butir Pancasila. Hal ini dimaksudkan dari adanya upaya pendiri negara (the found­ing
agar politik hukum agraria nasional mengakar fathers) Republik Indonesia saat itu untuk menata
pada cita-cita dan tujuan bersama dalam suatu kembali ketimpangan struktur agraria yang ada
landasan filosofi, the general goal of society or sebagai akibat dari corak sistem kolonialisme
general acceptance of the same philosophy of dan feodalisme menjadi struktur yang lebih adil.
government.22 Gambaran ketidakadilan agraria menurut sosio­
Melihat pada uraian kajian teoritis tersebut log Iman B. Prasojo, letaknya masih saja pada
diatas, maka dengan diundangkannya UUPA persoalan struktural, ia mendesak pemerintah ber­
menjadi tonggak penting dalam rangka program konsentrasi merampungkan masalah struktural
reforma agraria sekarang dan mendatang. di masyarakat itu terutama di bidang pertanahan,
Alasannya karena dalam UUPA telah diatur pengelolaan tanah kita lemah mulai dari batas-
ketentuan-ketentuan pokok dalam landreform batas tanah hingga ijin yang berlapis lapis dan lain
seperti ketentuan-ketentuan mengenai luas lainnya.25
maksimum-minimum hak milik atas tanah (Pasal Bermacam konflik agraria hingga 50 (lima
7 dan Pasal 17 ayat (1) UUPA), pembagian tanah puluh tahun) lebih berlakunya UUPA, masih
kepada petani tak bertanah (Pasal 17 ayat (3) didominasi soal konflik struktural, Seperti dicon­
UUPA) dan bidang-bidang yang lain. Selanjutnya, tohkan oleh Sekretaris Jendral Konsorsium
pengaturannya terdapat dalam Undang-Undang Agraria (KPA) persoalan struktural bisa berarti
Nomor 56 Prp 1960 tentang Penetapan Luas Tanah menerapkan kebijakan pemerintah atas suatu lahan.
Pertanian (lebih dikenal dengan Undang-Undang Pada umumnya lahan-lahan yang menjadi obyek
Landreform) dan Peraturan Pemerintah Nomor sengketa tersebut sudah lebih dahulu diklaim oleh
224 Tahun 1961 Tentang Pelaksanaan Pembagian masyarakat. Menyusul kemudian ada klaim baru
Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian. dari Pemerintah.26 Penyataan KPA tersebut adalah
Tidaklah berlebihan pernyataan A.P. Par­ kenyataan bukan dibuat-buat, sejumlah kasus
lindungan, bahwa UUPA sesungguhnya dapat sengketa yang dihimpun harian Kompas terutama
dikatakan sebagai induk dari reforma agraria konflik agraria yang berskala besar dari tahun
di Indonesia.23 Pada intinya, reforma agraria 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011, para pihaknya,
merupakan upaya perubahan struktural yang rakyat petani berhadapan dengan Pemerintah,
mendasarkan diri pada hubungan-hubungan intra BUMN dan pihak usaha Swasta yang di back-
dan antar subjek-subjek agraria dalam kaitan up oleh pemerintah pusat maupun pemerintah di
akses (penguasaan dan pemanfaatan) terhadap daerah.
objek-objek agraria. Konkritnya, pembaruan Dari gambaran berbagai kasus sengketa atau
agraria dilakukan untuk melakukan perubahan konflik diatas menunjukkan belum berakhirnya
struktur penguasaan tanah dan perubahan jaminan ketimpangan struktural yang menjadi prioritas

22
Jimly Asshiddiqie, Op.cit., hlm. 59.
23
AP. Parlindungan, 1989, Bunga Rampai Hukum Agraria Serta Landreform Bagian I, Mandar Maju, Bandung, hlm. 9.
24
Ida Nurlinda, 2009, Prinsip-Prinsip Pembaruan Agraria, Perspektif Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 77.
25
Iman B. Prasojo, “Potensi Konflik: Penyelesaian Persoalan Struktural Masyarakat”, Kompas, 30 Januari 2012.
26
Idham Arsyad, “Konflik Agraria Soal Struktural”, Kompas, 26 April 2011.
Maladi, Reforma Agraria Berparadigma Pancasila 33

reforma agraria (agraria reform). Menurut Ach­ liharaan sumber-sumber agraria sebagai pra-
mad Ya’kub, “Jiwa dan semangat UUPA sangat kondisi dari pembangunan. Pembaharuan agraria
tegas ingin menghentikan ketidakadilan struktu­ dipercayai pula sebagai proses perombakan dan
ral dalam rangka menyiapkan prakondisi sosial pembangunan kembali struktur sosial masyarakat
untuk membangun kemakmuran, kebahagiaan yang mengembangkan asas gotong royong,
dan keadilan bagi negara dan termasuk rakyat prinsip kebersamaan untuk mencapai kepastian
tani menuju masyarakat Indonesia yang adil dan dan perlindungan hukum serta keadilan dan
makmur melalui pembaharuan agraria dalam kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
rangka penuntasan revolusi nasional”.27 Nampaknya pelaksanaan berbagai agenda
Penggunaan kata revolusioner didengungkan perombakan struktur agraria yang diatur dalam
oleh para the founding fathers sebagai ungkapan UUPA pada saat itu tidak dilaksanakan secara
anti kolonialisme di bidang keagrariaan, me­ sungguh-sungguh, hanya lebih kurang 5 (tahun)
ngingat secara historis Indonesia terlanjur me­ lamanya berlaku efektif. Setelah itu UUPA lebih
warisi struktur agraria bercorak kolonial. Oleh banyak menjadi selokan.29 Kepemimpinan Orde
sebab itu, ketika mempersiapkan kemerdekaan Baru telah merubah orientasi politik hukum agraria
pada pendiri bangsa secara sengaja memulainya dari sifatnya yang populis menjadi kapitalis tanpa
dengan merumuskan Pancasila dan UUD 1945 merubah substansi UUPA 1960. Langkah tersebut
untuk dijadikan sumber dari segala sumber hukum bertentangan dengan landasan ideologi Pancasila
dalam perombakan struktur agraria. Pancasila dan yang dijadikan cita hukum dengan fungsinya
UUD 1945 dijadikan pemandu melangsungkan sebagai fungsi konstitutif maupun fungsi regulasi.
revolusi yang belum selesai di bidang politik Menurut Mahfud, Pancasila dengan fungsi
hukum agraria. kons­titutifnya menentukan dasar suatu tata hukum
Pernyataan di atas sejalan dengan pandangan yang memberi arti dan makna bagi hukum itu
penulis Belanda E.M.H Hirsch Ballin mengatakan, sendiri sehingga tanpa dasar yang diberikan oleh
“De staat is er ter wille van het recht, en niet Pancasila itu hukum akan kehilangan arti dan
omgekeerd. Het doel van de staat is immers,recht makna sebagai hukum. Sedangkan, dengan fungsi
tot gelding te brengen...de staat brengt door zijn regulatifnya, Pancasila menentukan apakah hukum
beleid recht tot gelding”.28 Dengan demikian positif sebagai produk itu adil ataukah tidak adil.30
perombakan mendasar struktur agraria setelah Di masa pemerintahan Orde Baru yang selalu
berakhirnya kekuasaan pemerintahan Kolonial mengaku melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
Belanda menurut pandangan E.M.H Hirsch Ballin secara murni dan konsekuen, pelaksanaan reforma
merupakan kebijakan negara untuk menerapkan agraria pun dijadikan sebagai pondasi pemba­
hukum. ngunan nasional. Sayangnya, beberapa pihak se­ring
Kesungguhan pemerintahan Presiden Soe­ ber­pandangan bahwa pelaksanaan reforma agra­ria
karno dalam melaksanakan agenda revolusi yang dan program-program pendistribusian tanah jus­tru
belum selesai di bidang reforma agraria antara lain dituduh sebagai program yang diilhami ideolo­gi
dengan dilakukannya nasionalisasi perusahaan sosial komunis.
asing pada tahun 1957, mengagendakan reforma Pandangan yang menganggap landreform
agraria berupa penataan kembali penguasaan, bersumber dari ideologi komunis tidak benar
penggunaan, pemanfaatan, peruntukan dan peme­ adanya, karena UUPA merupakan produk hukum

27
Achmad Ya’kub, Agenda Neoliberal, Menyusup Melalui Kebijakan Agraria di Indonesia, dalam Pembaharuan Agraria, Antara Negara dan
Pasar”, Jurnal Analisis Sosial, Vol. 9. No. 1 April 2004, hlm. 50.
28
E.M.H Hirsch Ballin, dalam ASS Tambunan, 2002, Politik Hukum Berdasarkan UUD 1945, Penerbit Puporis Publishers, Jakarta, hlm.
9-10.
29
Ahmad Sodiki, dan Yanis Maladi, 2009, Politik Hukum Agraria, Penerbit Mahkota Kata, Yogyakarta, hlm. 133.
30
Mahfud, Op.cit., hlm. 54.
34 MIMBAR HUKUM Volume 25, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 27 - 41

berdasarkan Pancasila yang tidak menganut dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk
sistem kolektif semata seperti sosialis komunis. melepaskan diri dari cengkeraman, pengaruh
Dalam tulisan Usep Setiawan, mengomentari dan sisa-sisa penjajahan kolonial. UUPA juga
bahwa relevansi TAP MPR No. IX/MPR/2001, merupakan perwujudan daripada ketentuan Pasal
UUPA 1960 dan Keppres No. 34 bagi Pelaksanaan 33 ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi: “Bumi, air
Pembaharuan Agraria Indonesia mengatakan, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
kalau dulu orang yang menganjurkan Pembaharuan dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
Agraria dapat mudah dituduh” komunis” dan “anti- sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Pemerintahan”, maka sekarang para penyokong Jika muncul pertanyaan tentang bagaimana
pelaksana pembaharuan agraria dapat dikatakan korelasi UUD 1945 dengan UUPA dan apakah
sebagai warga negara yang “baik” karena konsisten UUPA sebagai undang-undang organik, maka
menjalankan salah satu kebijakan penting yang jawabannya pelaksanaan Pasal 33 UUD 1945
sudah diambil negara.31 mempunyai hubungan yang konsisten secara
Di berbagai negara di dunia juga melaksanakan vertikal, mengingat terbentuknya UUPA atas
landreform atau reforma agraria. Bila mengutip perintah UUD 1945. Dan senyatanya secara
pada peristiwa-peristiwa sejarah yang dapat empiris-sosiologis undang-undang tersebut mulai
direkam dalam ensiklopedi maupun literatur lain, berlaku efektif sejak diundangkan pada tanggal
negara-negara di dunia lebih banyak menjalankan 24 September tahun 1960. Kehadiran undang-
land reform yang mengutamakan redistribusi tanah. undang ini pada saat itu sebagai karya beras
Seperti buku Leviticus dalam Perjanjian lama bangsa Indonesia, sebagai undang-undang organik
menggambarkan adanya redistribusi penguasaan yang dijadikan dasar untuk menyusun lebih lanjut
tanah setiap 50 (lima puluh tahun) sekali, pada Hukum Agraria Nasional sebagai perwujudan
masa pemerintahan Solon di masa Yunani Kuno. Pancasila serta berdasarkan UUD 1945.34
Peristiwa ini kemudian diterima dan disepakati Selain itu, dasar filosofis dari UUPA juga dapat
sebagai fakta sejarah oleh para sejarawan adalah dengan jelas dicermati dalam bagian pendahuluan
apa yang sekarang kita sebut dengan istilah land (konsideran) UUPA. Dalam “Konsideran me­
reform.32 Pada awal abad 20 (dua puluh) negara- nimbang” di­katakan bahwa:35
negara di dunia banyak yang melakukan program a. Bahwa di dalam Negara Republik Indo-
nesia yang susunan kehidupan rakyatnya,
pendistribusian tanah, seperti Rusia pada tahun
termasuk perekonomiannya terutama masih
1906 sebelum revolusi, di bawah Stolypin, disusul bercorak agraris, bumi, air dan ruang ang-
reforma agraria Soviet tahun 1917, reforma agraria kasa, sebagai karunia Tuhan Yang Maha
Mexico, reforma agraria di Jepang di bawah Esa mempunyai fungsi yang amat penting
Jendral Mac Arthur tahun 1945, reforma agraria di untuk membangun masyarakat yang adil
dan makmur;
Mesir tahun 1952.33
b. Bahwa hukum agraria yang masih berlaku
Padahal, dalam pidato pengantar Menteri sekarang ini sebagian tersusun berdasarkan
Agraria yang menjadi pengantar dan pendahuluan tujuan dan sendi-sendi dari pemerintahan
pada RUU Agraria dengan tegas dikatakan bahwa jajahan dan sebagian dipengaruhi olehnya,
perombakan hukum agraria nasional berjalan erat hingga bertentangan dengan kepentingan

31
Usep Setiawan, “Menemukan Pintu Masuk Untuk Keluar (Relevansi TaP MPR No. IX/MPR/2001, UUPA 1960 dan Keppres No. 34 Bagi
Pelaksanaan Pembaharuan Agraria Indonesia)”, Jurnal Analisis Sosial, Vol. 9, No. 1, April 2004, hlm. 66.
32
King Russel, Op.cit., hlm. 28.
33
Ibid.
34
Ari Hutagalung, “Konsistensi dan Korelasi Antara UUD 1945 dan UUPA 1960”, Jurnal Analisis Sosial, Vol. 9, No. 1, April 2004, hlm.
11.
35
Boedi Harsono, 2004, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah, Konsideran Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Djambatan, Jakarta, hlm. 3-4.
Maladi, Reforma Agraria Berparadigma Pancasila 35

rakyat dan negara di dalam menyelesaikan kemakmuran rakyat, baik secara perseoran-
revolusi nasional sekarang ini serta gan maupun secara gotong-royong;
pembangunan semesta;
e. Bahwa berhubung dengan segala sesua­
c. Bahwa hukum agraria tersebut mempunyai
sifat dualisme, dengan berlakunya hukum tu itu perlu diletakkan sendi-sendi dan
adat disamping hukum agraria yang disu­sun ketentuan-ketentuan pokok baru
didasarkan atas hukum barat; dalam bentuk undang-undang yang akan
d. Bahwa bagi rakyat asli hukum agraria merupakan dasar bagi penyusunan hukum
penjajahan itu tidak menjamin kepastian
agraria nasional tersebut diatas.
hukum;
Susunan konsideran tersebut secara tidak
Berpendapat:
lang­sung sesungguhnya telah mematahkan ang­
a. Bahwa berhubung dengan apa yang tersebut
gapan bahwa UUPA merupakan produk hukum
dalam pertimbangan-pertimbangan di atas
yang bercita rasa sosialis komunis (PKI). Justru,
perlu adanya hukum agraria nasional, yang
Pancasila telah menjadi roh dan semangat yang
berdasar atas hukum adat tentang tanah,
menjiwai pembentukan UUPA tersebut.
yang sederhana dan menjamin kepastian
Tidak hanya dalam konsideran, batang tubuh
hukum bagi seluruh rakyat Indonesia,
(pasal demi pasal) UUPA juga mengandung nilai-
dengan tidak mengabaikan unsur-unsur
nilai Pancasila, yakni sebagai berikut:
yang bersandar pada hukum agama;
a. Pedoman yang diambil dari Sila Ketuhanan
b. Bahwa hukum agraria nasional harus
yang Maha Esa, yaitu bahwa hubungan
memberi kemungkinan akan tercapainya,
manusia Indonesia dengan tanah di wilayah
fungsi bumi, air dan ruang angkasa, sebagai
Indonesia bersifat kodrati. Dapat ditemukan
yang dimaksud di atas dan harus sesuai
dalam Pasal 1 UUPA. Dalam pasal ini diakui
dengan kepentingan rakyat Indonesia serta
bahwa seluruh bumi, air dan ruang angkasa
memenuhi pula keperluannya menurut
termasuk kekayaan alam yang terkandung
permintaan zaman dalam segala soal
di dalamnya di wilayah Republik Indonesia
agraria;
adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa
c. Bahwa hukum agraria nasional itu harus
kepada bangsa Indonesia.
mewujudkan penjelmaan daripada Ketu-
b. Pedoman yang diambil dari Sila Kema­
hanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan,
nusiaan yang Adil dan Beradab, yaitu
Kebangsaan, Kerakyatan dan Keadilan
bahwa hubungan antara manusia dengan
Sosial, sebagai azas kerohanian Negara dan
tanah mempunyai sifat kolektif maupun
cita-cita bangsa, seperti yang tercantum di
sifat privat sebagai dwitunggal.
dalam Pembukaan Undang-undang Dasar.
1) Sifat kolektif ditemukan dalam Pasal
d. Bahwa hukum agraria tersebut harus pula
1 ayat (1) dan (2) UUPA, serta Pasal
merupakan pelaksanaan dari pada Dekrit
2 ayat (1) dan (3) UUPA.
Presiden tanggal 5 Juli 1959, ketentuan
2) Sifat privat ditemukan dalam Pasal 2
dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar dan
ayat (2b), Pasal 4, Pasal 16 dan pasal
Manifesto Politik Republik Indonesia, seba­
20 UUPA.
gai yang ditegaskan dalam pidato Presiden
c. Pedoman yang diambil dari Sila Persatuan
tanggal 17 Agustus 1960, yang mewajibkan
Indonesia, yaitu:
Negara untuk mengatur pemilikan tanah
1) Bahwa hanya orang Indonesia yang
dan memimpin penggunaannya, hingga
dapat mempunyai hubungan yang
semua tanah diseluruh wilayah kedaulatan
sepenuhnya dengan tanah. Dapat
bangsa dipergunakan untuk sebesar-besar
36 MIMBAR HUKUM Volume 25, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 27 - 41

ditemukan dalam Pasal 9 ayat (1), privat maupun kolektif dalam mengatur
Pasal 21 ayat (1) UUPA. hubungan antara manusia dengan tanah,
mementingkan kerja sama, gotong royong,
2) Mengenai orang asing yang mengingat
mencegah pemerasan dan melindungi
Sila Kemanusiaan Yang Adil dan golongan ekonomi lemah (Pasal 11, 12 dan
Beradab, dapat juga diberi kekuasaan 13 UUPA).
atas tanah menurut kebutuhan Bangsa
Indonesia. Dapat ditemukan dalam 2. Penataan Kembali Politik Agraria Nasional
Pasal 42 dan Pasal 55 ayat (2) UUPA Melalui Reforma Agraria Berparadigma
mengenai hak guna usaha dan hak Pancasila
guna bangunan. Menjalankan reforma agraria dapat diartikan
d. Pedoman yang dapat diambil dari Sila dan dimaknai sebagai suatu upaya sistematik,
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat terencana, dan dilakukan secara relatif cepat,
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ dalam jangka waktu tertentu dan terbatas, untuk
Perwakilan dan Sila Keadilan Sosial bagi menciptakan kesejahteraan dan keadilan sosial
Seluruh Rakyat Indonesia. Penjelmaannya serta menjadi pembuka jalan bagi pembentukan
dapat dilihat dalam Pasal 9 ayat (2), Pasal masyarakat ‘baru’ yang demokratis dan ber­
7 dan Pasal 17 UUPA. keadilan, yang dimulai dengan langkah menata
Dengan uraian tersebut di atas, semakin jelas ulang penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan
bahwa UUPA adalah undang-undang yang telah tanah dan kekayaan alam lainnya. Oleh karena
berhasil menjelmakan tiap-tiap sila dari Pancasila itu agar reforma agraria, telah menjadi agenda
dalam pasal-pasal yang penting. Sebagai induk re- negara sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat
forma agraria di Indonesia, implementasi UUPA menetapkan Tap MPR No. IX/2001 tentang
sesungguhnya dapat dimaknai sebagai bentuk Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan Sumber
implementasi reforma agraria berparadigma Pan- Daya Alam (PA/SDA).
casila. Kendati tak bisa dipungkiri, sama seperti Sebelum adanya undang-undang tersendiri
peraturan perundang-undangan lainnya, bahwa tentang reforma agraria, maka Tap MPR tersebut
UUPA tentu belum mampu menjawab semua per- diatas menjadi dasar politis bagi agenda reforma
masalahan agraria yang ada di negeri ini. Namun agraria. Agar Tap MPR No. IX/2001 semakin
demikian, UUPA tetap layak dijadikan roh dan se- eksis keberadaannya, maka pada sidang tahunan
mangat dalam reforma agraria di Indonesia. MPR 2003 mengukuhkan kembali Tap MPR No
Untuk lebih membuktikan bahwa UUPA IX/2001 melalui Tap MPR No. 1/2003 tentang
adalah produk hukum yang berdasarkan Pancasila, Hasil Peninjauan Materi dan Status Hukum
maka perbandingan UUPA dengan peraturan- Ketetapan MPR/MPRS. Tujuan pengukuhan
peraturan agraria di berbagai negara adalah: 36 kem­­bali khususnya Tap MPR No IX/2001 agar
a. UUPA tidak menganut sistem privat tetap memiliki landasan hukum sampai dengan
saja, seperti halnya negara-negara yang
menganut paham individualistis kapitalis. terbentuknya undang-undang tersendiri tentang
b. UUPA tidak menganut sistem kolektif reforma agraria. Bahkan Tap MPR No 1 /2003
semata, seperti halnya negara-negara memberikan rekomendasi tambahan kepada
sosialis komunis. Pemerintah agar melakukan langkah-langkah
c. UUPA selalu mendasarkan diri pada sifat
proporsional dan adil dalam penanganan konflik-
hakikat kodrat manusia sebagai individu
dan makhluk sosial. Oleh karena itu, konflik agraria mulai dari persoalan hukum sampai
UUPA banyak mengatur mengenai hak-hak dengan implementasinya di lapangan.

36
Iman Soetiknjo, 1985, Politik Agraria Nasional, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hlm. 43.
Maladi, Reforma Agraria Berparadigma Pancasila 37

Berbagai agenda reforma agraria yang membangun demokrasi sejalan dengan nomokrasi
tertuang dalam Tap MPR mulai dari menata (negara hukum).
ulang penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan Dalam penataan ulang Politik Hukum Agraria
tanah dan kekayaan alam lainnya sampai dengan Nasional di bidang reforma agraria setidaknya,
penanganan konflik, maka negara lah paling ada lima sasaran yang ingin dicapai dalam reforma
bertanggungjawab. Seperti dikemukakan oleh agraria menurut Boedi Harsono yaitu: 40
Franz Magnis dalam tulisan mengatakan, “The a. Unifikasi hukum yang berkonsepsi nasi-
state has the task of securing the common good. onal.
Including the just, peaceful, rational solving of b. Penghapusan hak asing dan konsesi nasi-
conflicts within society. Resolving land tenure onal.
conflict clearly is a task of state”.37 Meskipun c. Penghapusan semangat feodal.
negara memiliki kewenangan pada tingkat tertinggi d. Perombakan pemilikan dan penguasaan
sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat dalam tanah dalam mewujudkan pemerataan
mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, kemakmuran dan keadilan.
penggunaan, penyediaan dan pemeliharaan bumi, e. Perencanaan ke depan untuk pemanfaatan
air dan ruang angkasa, menentukan dan mengatur tanah dan kekayaan yang ada di dalam-
hubungan hukum dan lain-lainnya (Pasal 2 UUPA) nya.
tetap saja ada pembatasan hukum/negara terikat UUPA sebagai induk dari reforma agraria ber-
pada hukum. Franz Magnis menyatakan bahwa: paradigma Pancasila, kendati banyak dipuji seba­
“The state is bound to the law. Whatever it does,it gai suatu reformasi produk perundang-undangan
has to do it according to the law. People always yang bersifat nasionalistis seperti disebutkan se-
can challenge the state by addressing the law”.38 belumnya, namun harus diakui juga kalau UUPA
Untuk terlaksananya agenda reforma agraria belum mampu menjawab secara keseluruhan per-
seperti diinginkan oleh Tap MPR No IX/2001 jo Tap masalahan agraria yang ada. UUPA dianggap be-
MPR No 1/2003, maka Pemerintah harus menjamin lum mampu secara tuntas menyelesaikan dualisme
agar hukum dipatuhi terutama yang melanggar hukum peninggalan penjajah maupun hukum adat
hukum haruslah ditindak. Hal ini sejalan dengan yang bersendikan eksploitasi maupun feodalisme.
tulisan Franz Magnis dan Suseno SJ menyatakan: Selain itu, perencanaan penggunaan tanah belum
“It is the duty of the state to guarantee that the maksimal sehingga dalam praktiknya pihak asing
law is obeyed and transgressions are punished. bisa menguasai dan memiliki tanah.41
Nobody in society has the right to take the law in Ketidakmampuan UUPA dalam menyele­
his or her own hands. The state has a monopoly saikan berbagai permasalahan agraria di Indo­
on the use of force in order to enforce the law”.39 nesia semakin diperparah oleh; Pertama, penyim­
Oleh karena itu Pancasila sebagai paradigma pangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak
pembangunan hukum terutama untuk menjamin ber­wenang dalam membuat peraturan perundang-
hukum itu dipatuhi atau hukum itu menjadi tegak, undangan yang menjadi peraturan pelaksana
maka hukum itu harus mampu menjamin keadilan UUPA. Kedua, banyak pengaturan yang sudah
sosial berdasarkan kemanusiaan, keberadaban dan diamanatkan UUPA ternyata belum juga terwujud

37
Franz Magnis Suseno, 2005, Land and Resource Tenure: State Law and Conception of Justice, Tanah Masih di Langit, Penyelesaian
Masalah Pengusahaan Tanah dan Kekayaan Alam di Indonesia yang Tak Kunjung Tuntas di Era Reformasi, Program Kerja Sama Yayasan
Kemala The Ford Foundation, Jakarta, hlm. 807.
38
Ibid.
39
Ibid.
40
Boedi Harsono, 1998, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA, Isi, dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, hlm. 5.
41
Bambang Sadono, Loc.cit..
38 MIMBAR HUKUM Volume 25, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 27 - 41

sampai saat ini. Sebut saja misalnya Undang- negara menafsirkan makna, hakikat dan lingkup
Undang tentang Hak Milik Atas Tanah. Dalam hak menguasai negara sebagaimana yang diatur
UUPA ketentuan tentang hak milik baru diatur dalam Pasal 2 UUPA. Sebab dalam praktiknya
dalam pokok-pokoknya saja, yakni pada Pasal 20 di masa Orde Baru, makna kata ‘dikuasai’ justru
sampai dengan Pasal 27 UUPA. Padahal, dalam ditafsirkan seakan-akan memberikan wewenang
Pasal 50 ayat (1) UUPA dikatakan bahwa masalah yang tidak terbatas kepada pemerintah untuk
hak milik akan diatur lebih lanjut dalam undang- menguasai dan memiliki tanah.
undang tersendiri. Dan sampai saat ini, Undang- Penyimpangan yang menyebabkan tumpang-
Undang tentang Hak Milik tersebut belum pernah tindih dan bertentangannya hukum pertanahan
ada. Penyimpangan-penyimpangan ini telah antara lain ditunjukkan pada kasus Undang-
meng­akibatkan sasaran yang ingin dicapai dalam Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
reforma agraria dan penataan politik pertanahan Ketentuan Pokok Kehutanan yang selanjutnya
nasional melalui UUPA yang berparadigma diperbaiki dengan Undang-Undang Nomor 41
Pancasila tidak mudah untuk diwujudkan. Tahun 1999. Dalam undang-undang tersebut
Pancasila sebagai pokok kaidah fundamental tidak ada pengaturan hak ulayat seperti yang
negara (staatsfundamentalnorm) juga mempunyai dikukuhkan dalam UUPA. Justru terminologi
kekuatan sebagai grundnorm. Pancasila seharus­ yang digunakan adalah hutan negara untuk hutan
nya dijadikan sebagai cita-cita hukum (rechtsidee) ulayat yang sebelumnya dikelola masyarakat
yang menjadi pemandu seluruh produk hukum di hukum adat. Bahkan hak untuk memanfaatkan
suatu negara. Apa pun bentuk hukum positif harus hutan tersebut juga dihilangkan ketika hutan yang
ditujukan untuk mencapai ide-ide yang dikandung bersangkutan diberikan kepada pengusaha dengan
Pancasila. Dengan kata lain, penyusunan, penerap­ Hak Pengusahaan Hutan (HPH).
an, dan pelaksanaan hukum positif tidak dapat Padahal, jika negara mau benar-benar kon­
dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila karena sudah sisten dengan Pancasila dan Pasal 33 UUD 1945,
ditetapkan sebagai staatsfundamental norm.42 maka yang harus dilakukan pemerintah adalah
Sayangnya, menjadikan Pancasila sebagai mengembalikan tanah ulayat rakyat itu kepada
pokok kaidah hukum suatu negara, ternyata rakyat. Baik kepemilikan maupun pengusahaan-
belum mampu diterapkan dalam reforma agraria nya.43 Sekali lagi, ‘penguasaan’ tanah oleh negara
dan politik pertanahan nasional. Pada masa Orde tidaklah identik dengan ‘pemilikan’ tanah. Pemi-
Baru misalnya, penyelenggaraan pembangunan likan tanah yang di-HGU-kan oleh pemerintah
yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi kepada pengusaha tersebut tidak boleh diartikan
telah memberi peluang terjadinya penyimpangan sebagai ‘tidak bisa lagi dikembalikan’ kepada
semangat dan tujuan dari politik hukum pertanahan rakyat sebagai pemilik yang sah semua tanah-ta-
nasional. Oleh karena itu, pelaksanaan politik nah tersebut.
hukum pertanahan nasional selama Orde Baru Pemerintah selama ini telah melakukan ke­­­
seringkali dirasakan tidak menjamin perlindungan, teledoran, bahkan kesalahan besar dan fatal de­
bahkan sebaliknya. Politik pertanahan nasional ngan tidak dikembalikannya kepemilikan tanah
seringkali menimbulkan rasa diperlakukan tidak ulayat adat ataupun tanah-tanah rakyat itu kepada
adil bagi rakyat yang tanahnya diperlukan untuk pemiliknya semula. Kendati waktu pakai HGU-
kegiatan pembangunan. nya sudah habis. Lebih celaka lagi, HGU tersebut
Yang perlu dipertanyakan lebih jauh dalam bisa diperpanjang sampai sekian kali sehingga
hal ini adalah bagaimana para penyelenggara tanah rakyat itu pun sudah seperti layaknya milik

42
As’ad Said Ali, 2009, Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa, LP3ES, Jakarta, hlm. 62.
43
Mochtar Naim, “Nasib Tanah Adat”, Kompas, 23 Februari 2012.
Maladi, Reforma Agraria Berparadigma Pancasila 39

pengusaha yang memegang HGU tanah tersebut. a. Terdapat sekelompok orang yang masih
Ironisnya, rakyat yang sesungguhnya sebagai terikat oleh tatanan hukum adatnya sebagai
pemilik tanah tersebut dalam praktiknya telah warga bersama suatu persekutuan hukum
kebanyakan menjadi kuli/buruh/pekerja di atas tertentu, yang mengakui dan menerapkan
tanah milik mereka sendiri. mereka dibayar kalau ketentuan-ketentuan persekutuan tersebut
bekerja dan tidak dibayar kalau tidak bekerja. dalam kehidupan sehari-hari.
Pemiskinan pun tak dapat terelakkan dengan b. Terdapat tanah ulayat tertentu yang menjadi
praktek penguasaan tanah oleh negara yang lingkungan hidup para warga persekutuan
sengaja di-HGU-kan kepada para pengusaha hukum tersebut dan tempatnya mengambil
kapitalis yang semua katanya itu adalah demi keperluan hidupnya sehari-hari.
meningkatkan perekonomian negara. c. Terdapat tatanan hukum adat mengenai
Padahal, melalui arahan dan bimbingan pengurusan, penguasaan, dan penggunaan
negara dan pemerintah serta rakyat tetap sebagai tanah ulayat yang berlaku dan ditaati para
pemilik tanah tersebut, rakyat akan mampu bekerja warga persekutuan hukum tersebut.
sama dengan siapa pun dalam mengolah dan Syarat-syarat di atas tentu terlalu berlebihan,
mengelolakan lahan tersebut. Misalnya dengan sebab harus dipahami bahwa karakter hukum adat
prinsip kerja sama dan bagi hasil yang saling pada umumnya bersifat kolektif dan tidak tertulis.
menguntungkan seperti amanat Pasal 33 ayat (3) Oleh karena itu, perlindungan hak ulayat seharus-
dan (4) UUD NRI Tahun 1945. nya lebih memperhatikan kedua ciri pokok terse-
Memang UUPA kurang kompleks mengatur but. Akibat kurang maksimalnya perlindungan
masalah tanah ulayat, dimana di satu sisi mengakui dalam peraturan perundang-undangan yang ada,
keberadaan hak ulayat, namun di sisi lain tidak ditambah lagi dengan sifatnya yang tidak tertulis
memberi penguatan maupun perlindungan hak dan kolektif, maka hak ulayat mulai tergerogoti.
ulayat tersebut. Dalam Pasal 3 UUPA dikatakan: Oleh karena itu, jika memang negara mau kon-
“Hak ulayat dan hak-hak yang serupa itu dari sisten dalam mengimplementasikan nilai-nilai
masyarakat hukum adat, sepanjang menurut Pancasila dalam politik agraria nasional, maka
kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa perlu ditinjau kembali pola pelaksanaan UUPA,
sehingga sesuai dengan kepentingan nasional termasuk poli­tik hukum pembentukan perundang-
dan kepentingan negara, yang berdasarkan atas undangan di bidang agraria sehingga sesuai de­
persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan ngan jiwa dan semangat Pancasila.
dengan undang-undang dan peraturan lain yang
lebih tinggi.” D. Kesimpulan
Kenyataannya, dalam produk perundang- Reforma agraria berparadigma Pancasila be­
undangan berikutnya, baik dalam bentuk undang- lum mampu diwujudkan dalam politik agraria
undang maupun peraturan perundang-undangan nasional karena dua alasan, yakni; Pertama,
di bawahnya, posisi hak ulayat belum juga banyak penyimpangan-penyimpangan di lapangan
jelas, bahkan semakin terdesak dan tereduksi.44 dalam pelaksanaan UUPA. Kedua, aturan-aturan
Pengaturan yang tidak sesuai dengan UUPA pelaksana yang diamanatkan UUPA banyak yang
tersebut terlihat pada Pasal 2 ayat (2) Permen belum terealisasi hingga saat ini. Oleh karena
Agraria/Kepala BPN Nomor 5 Tahun 1999 dimana itu, sangat mendesak adanya penegasan dan
hak ulayat dianggap masih ada hanya jika: revitalisasi nilai-nilai Pancasila di dalam politik
agraria nasional. Terutama menyoal penghormatan

44
Bambang Sadono, “Politisasi Hak Ulayat”, Kompas, 13 Januari 2012.
40 MIMBAR HUKUM Volume 25, Nomor 1, Februari 2013, Halaman 27 - 41

terhadap penguasaan dan kepemilikan tanah. perlu dikaji kembali politik hukum yang berkaitan
Misalnya dalam pengakuan hak ulayat. Jika dengan penghormatan atas hukum adat dan hak
negara ini konsisten terhadap pengakuan dan ulayat.
penghormatan hukum adat dan hak ulayat maka

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Tanah Masih di Langit, Penyelesaian Masalah


Ali, As’ad Said, 2009, Negara Pancasila Jalan Pengusahaan Tanah dan Kekayaan Alam di
Kemaslahatan Berbangsa, LP3ES, Jakarta. Indonesia yang Tak Kunjung Tuntas di Era
Hamidi, Jazim, 2006, Revolusi Hukum Indo­ Reformasi, Program Kerja Sama Yayasan
nesia, Konstitusi Press dan Citra Media, Kemala The Ford Foundation, Jakarta.
Yogyakarta. Tambunan, A.S.S., 2002, Politik Hukum Berdasar­
Harsono, Boedi, 1998, Hukum Agraria Indonesia, kan UUD 1945, Penerbit Puporis Publishers,
Sejarah Pembentukan UUPA, Isi, dan Pelak­ Jakarta.
sanaannya, Djambatan, Jakarta.
Harsono, Boedi, 2004, Hukum Agraria Indonesia, B. Artikel Jurnal
Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Aprianto, Tri Chandra, “Reforma Agraria (Potret
Tanah, Konsideran Undang-Undang Nomor 5 Pasang Surut Sejarah Kebangsaan Indonesia)”,
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Jurnal Ombudsman Daerah, Edisi V, Tahun
Pokok Agraria, Djambatan, Jakarta. III, Januari-Juni 2009.
Mahfud, 2011, Membangun Politik Hukum, Mene­ Fauzi, Noer, “Pembaharuan Agraria Bukanlah
gakkan Konstitusi, Cetakan ke-2, Gra­findo Sekedar Perkara Argumentasi Tetapi Perkara
Persada, Jakarta. Kekuasaan”, Jurnal Analisis Sosial, Vol. 9
Nurlinda, Ida, 2009, Prinsip-Prinsip Pembaruan No.1 April 2004.
Agraria, Perspektif Hukum, Rajawali Pers, Hutagalung, Ari, “Konsistensi dan Korelasi Antara
Jakarta. UUD 1945 dan UUPA 1960”, Jurnal Analisis
Parlindungan, A.P., 1989, Bunga Rampai Hukum Sosial, Vol. 9, No. 1, April 2004.
Agraria Serta Landreform Bagian I, Mandar Tjondronegoro, M.P., Sediono, dan Gunawan
Maju, Bandung. Wiaradi, “Menelusuri Pengertian Istilah
Russel, King, 1977, Land Reform: A World Survey “Agraria”, Jurnal Analisis Sosial, Vol. 9, No.
Boulder, Westview Press, Colorado. 1, April 2004.
Salindeho, John, 1994, Manusia, Tanah, Hak dan Setiawan, Usep, “Menemukan Pintu Masuk
Hukum, Sinar Grafika, Jakarta. Untuk Keluar (Relevansi TAP MPR No. IX/
Sodiki, Ahmad, dan Maladi, Yanis ,2009, Politik MPR/2001, UUPA 1960 dan Keppres No.
Hukum Agraria, Penerbit Mahkota Kata, 34 bagi Pelaksanaan Pembaharuan Agraria
Yogyakarta. Indonesia)”, Jurnal Analisis Sosial, Vol. 9,
Soetiknjo, Iman, 1985, Politik Agraria Nasional, No. 1, April 2004.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Ya’kub, Achmad, “Agenda Neoliberal, Menyusup
Sumardjono, Maria S.W., 2007, Tanah Dalam Melalui Kebijakan Agraria di Indonesia,
Pers­pektif Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya, dalam Pembaharuan Agraria, antara Negara
Penerbit Kompas, Jakarta. dan Pasar”, Jurnal Analisis Sosial, Vol. 9. No.
Suseno, Franz Magnis, 2005, Land and Resource 1 April 2004.
Tenure: State Law and Conception of Justice,
Maladi, Reforma Agraria Berparadigma Pancasila 41

C. Makalah Arsyad, Idham, “Konflik Agraria Soal Struktural”,


Adhim, Nur, “Reformasi Agraria Prasyarat Ke­ Kompas, 26 April 2011.
tahanan Pangan”, Makalah, Konferensi B. Prasojo, Iman, “Potensi Konflik: Penyelesaian
Internasional tentang Regulatory Reform on Persoalan Struktural Masyarakat”, Harian
Indonesia Land Laws for People’s Welfare, Kompas, 30 Januari 2012.
FH UI- BPN RI, Jakarta, 11 Desember 2012. Khaerudin, “Waspadai Upaya Liberalisasi
Assiddiqie, Jimly, “Implementasi Nilai-nilai Pan­ Agraria”, Kompas, 14 Januari 2012.
casila dalam Menegakkan Konstitusi Indo- Naim, Mochtar, “Nasib Tanah Adat”, Kompas, 23
nesia”, Makalah, Sarasehan Nasional, Ker- Februari 2012.
jasama Mahkamah Konstitusi RI dengan Redaksi Suara Merdeka, “Reforma Agraria Gagal
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta 2-3 Mei Sejahterakan Masyarakat”, Suara Merdeka, 9
2011. Maret 2012.
Bachriadi, Dianto, “Reforma Agraria Untuk Indo­ Sadono, Bambang, “Politisasi Hak Ulayat”,
nesia Pandangan Kritis Tentang Program Kompas, 13 Januari 2012.
Pembaruan Agraria Nasional (PPAN) atau Sadono, Bambang, “Reformasi (Setengah Hati)
Redistribusi Tanah ala Pemerintahan SBY”, Agraria”, Media Indonesia, 17 Januari 2012.
Makalah, Diskusi di Fakultas Hukum
Universitas Bengkulu, 2 Juni 2007. E. Internet
Sidharta, B. Arif, Stufenbau Theorie dari Hans Anonim, “Tragedi Mesuji Akibat Penghianatan
Kelsen, Makalah lepas, tanpa tahun. Pada UU Agraria”, http://regional1.kompas.
com/read/2011/12/22/15465078/Tragedi.
D. Artikel Koran Mesuji.Akibat.Pengkhianatan.Pada.
Aji, Gutomo Bayu, “Penjinakan Agra­ria(isme)”, UU.Agraria, diakses 11 April 2012.
Kompas, 16 Januari 2012.

Anda mungkin juga menyukai