B. Kegiatan Belajar : Memahami dan menguasai aturan hukum Islam dan dalildalil tentang zakat, tujuan, dan hikmahnya. (KB 1)
C. Refleksi
NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN
I. Pengertian Zakat Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Jika ada kalimat berbunyi: “sesuatu itu zaka”, berarti tumbuh dan berkembang, dan “seorang itu zaka”, berarti orang itu baik. Menurut Lisan al-„Arab, kata zakat berarti suci, tumbuh, berkah, dan terpuji. Semua kata tersebut digunakan dalam al-Qur‟an dan hadis. Menurut istilah, zakat berarti “sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerima zakat.” Selain itu, zakat dapat berarti “mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri”. Jumlah barang atau sesuatu yang dikeluarkan disebut zakat, karena yang dikeluarkan akan menambah banyak, tambah berkah, lebih bermakna, dan melindungi kekayaan dari kebinasaan. Sedangkan Wahbah al-Zuhaili menjelaskan bahwa zakat menurut definsi fuqaha digunakan untuk perbuatan pemberian zakat itu sendiri. Artinya memberikan hak yang Konsep (Beberapa istilah wajib pada harta. Zakat juga digunakan untuk pengertian 1 dan definisi) di KB bagian tertentu dari harta yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai hak orang-orang fakir. II. Hukum Zakat Menurut Dalil Syara Zakat merupakan kewajiban dalam Islam dan rukun dari rukun Islam yang lima, yang terpenting setelah salat. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt.:
Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah
bersama orang-orang yang ruku’. (QS al-Baqarah/2:43)
Dalam ayat yang lain Allah swt. berfirman:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka. (QS al-Taubah/9: 103) Selain al-Qur‟an dan hadis, ulama pun berijma‟ akan wajibnya zakat bagi setiap umat Islam. Para sahabat Rasulullah radhiallahu „anhum bersepakat akan hukuman bunuh bagi setiap muslim yang menolak membayar zakat. Dengan demikian, telah tsabit wajibnya zakat menurut al- Qur‟an, sunnah, dan ijma‟ III. Jenis-jenis Zakat 1. Zakat Nafs (Zakat Jiwa ) Zakat nafs atau disebut juga zakat fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu lelaki dan perempuan muslim yang berkemampuan dengan syaratsyarat yang ditetapkan. Kata fitrah yang ada merujuk pada keadaan manusia saat baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat ini manusia dengan ijin Allah akan kembali fitrah. Pada prinsipnya seperti definisi di atas, setiap muslim diwajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya, keluarganya, dan orang lain yang menjadi tanggungannya, baik orang dewasa, anak kecil, laki-laki maupun wanita. Berikut adalah syarat yang menyebabkan individu wajib membayar zakat fitrah: 1). Individu yang mempunyai kelebihan makanan atau hartanya dari keperluan tanggungannya pada malam dan pagi hari raya. 2). Individu yang hidup setelah matahari terbenam pada akhir bulan Ramadan menurut jumhur fukaha dan sesudah terbit fajar Syawal menurut Hanfi. Besar zakat yang dikeluarkan menurut para ulama berbeda-beda sesuai penafsiran terhadap hadis adalah sebesar satu sha'. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
No Pendapat Kadar zakat Konversi
fitrah Kg Ltr 1 Dewan Fatwa 1 Sha 3 Saudi Arabiyah 2 Al-Syaikh Ibnu 1 Sha 2,040 Utsaimin 3 Abu Hanifah dan 1 Sha 3,800 Muhammad 4 Jumhur Fuqaha 1 Sha 2,751 5 MUI 1 Sha 2,500 3,5
2. Zakat Mal (Harta Benda)
Yaitu zakat yang dikeluarkan dari harta benda tertentu yang memenuhi persyaratan nisab (jumlah minimal harta), haul (masa memiliki harta setelah cukup nisab), dan kadar (jumlah yang wajib dikeluarkan dari harta yang terkena zakat). Jenis harta yang disepakati wajib dizakati, meliputi: barang logam, yaitu emas dan perak; tanamtanaman, meliputi korma, gandum, dan sya‟ir; hewan ternak: unta, kambing, sapi/ kerbau. Sedang harta yang lain diperselisihkan apakah wajib dizakati atau tidak serta bentuk zakat untuk harta tersebut. Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian lain IV. Tujuan dan Hikmah Perintah Zakat Orang yang mengingkari akan kewajiban zakat karena tidak memahami hukum zakat, atau karena kebodohannya, seperti orang baru masuk Islam, maka belum sampai kepada orang tersebut hukum zakat. Bagi orang yang tinggal jauh dari peradaban dan tidak mengerti hukum zakat, maka wajib baginya diberi pemahaman akan kewajiban zakat dan tidak boleh dihukumi kafir karena mereka termasuk orang yang uzur. Jika orang yang mengingkari kewajiban zakat adalah seorang muslim yang tinggal di negeri Islam dan di sana ada ahlul ilmu (ulama), maka oorang tersebut dihukumi murtad (keluar dari Islam), dan hendaknya diminta taubat selama 3 hari. Jika ia tidak bertaubat dan masih mengingkarinya, maka ia berhak untuk dibunuh. Mengeluarkan zakat, banyak hikmah yang dapat diambil, baik bagi mereka yang mengeluarkan zakat, bagi yang menerima zakat, maupun masyarakat secara luas. Adapun hikmah mengeluarkan zakat di antaranya adalah sebagai berikut: a. Menolong orang yang susah dan lemah dalam hal ekonomi, agar ia dapat menunaikan kewajibannya kepada Allah dan terhadap makhluk-Nya; b. Membersihkan diri yang mengeluarkan zakat dari sifat kikir dan akhlak yang tercela, serta mendidik agar bersifat mulia dan pemurah dengan membiasakan diri membayarkan amanat kepada orang yang berhak menerimanya; c. Sebagai ungkapan syukur dan terima kasih atas nikmat kekayaan yang telah diberikan oleh Allah kepada orang yang mengeluarkan zakat; d. Untuk mencegah timbulnya kejahatan-kejahatan yang mungkin timbul akibat kelemahan ekonomi yang dialami oleh mereka yang menerima zakat; e. Untuk mendekatkan hubungan dan menghindari kesenjangan sosial antara yang miskin dan yang kaya; V. Kelembagaan dan Manajemen Pengelolaan Zakat KH MA Sahal Mahfudh mengatakan, zakat merupakan rukun Islam yang fardlu 'ain dan kewajiban ta'abbudi. Dalam al-Qur‟an perintah zakat sama pentingnya dengan perintah salat. Hal ini dapat kita lihat dari nash al-Qur‟an yang selalu menyebut kewajiban zakat beriringan dengan kewajiban salat. Akan tetapi, dalam realitasnya rukun Islam yang ketiga ini justru belum berjalan sesuai dengan harapan. Pengelolaan zakat di masyarakat masih banyak memerlukan tuntunan, baik dari segi syari'ah maupun konteks perkembangan zaman. Pendekatan kepada masyarakat Islam masih memerlukan tuntunan serta metode yang tepat Orang yang membayar zakat (muzakki) misalnya, masih melaksanakan kewajibannya secara terpencar. Pembagian zakat pun masih jauh dari kata memuaskan. Dengna demikian, sangat penting untuk melakukan penataan dengan cara melembagakan zakat itu sendiri. Penataan zakat tidak boleh hanya sebatas upaya pembentukan panitia zakat, tetapi harus menyentuh hal yang lebih substantif, seperti manajemen modern yang up to date, agar zakat menjadi kekuatan yang dapat mendorong terciptakan kesetaraan dan kesejahteran bagi sesama manusia. Ketentuan-ketentuan barang yang wajib dizakati tersebut sangat relevan dan bisa diterapkan dalam situasi dan kondisi kita sekarang ini. Ulama dari empat mazhab hampir tidak memiliki perbedaan pendapat dalam masalah nisab dan haul barangbarang yang wajib dizakati. Misalnya, untuk emas nisabnya 20 dinar dengan zakat 2,5 persen. Begitu pula dengan barang dagangan, bila nilainva mencapai 20 dinar, wajib dizakati 2,5 persen. Emas/perak dan barang dagangan wajib dizakati apabila pemilikannya mencapai 1 tahun (haul). Untuk hasil bumi tanpa haul. Setiap kali panen wajib langsung dizakati. Nisabnya 5 wasak. Berkaitan dengan binatang ternak, juga sudah ada ketentuannya sendiri. Dalam masalah nisab dan haul, yang perlu dilakukan adalah mengkonversikannya dengan ketentuan-ketentuan yang ada di negara kita. Salah satu contohnya, satu dinar sama dengan berapa rupiah, satu wasak itu berapa kilogram dan seterusnya. Hal ini akan memudahkan kita cara menghitung berapa zakat yang wajib dikeluarkan untuk tiap- tiap harta. Dalam masalah mustahiq (yang berhak menerima zakat), juga tidak ada perbedaan pendapat sebab mustahiq sudah jelas disebutkan dalam surat al-Taubah ayat 60. Mustahiq adalah faqir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim, sabilillah dan ibnu sabil. Para mustahiq tersebut biasa disebut asnaf al-tsamaniyah (delapan kelompok). Menurut Imam Syafi‟i, pengumpulan zakat harus berupa barang yang dizakati itu sendiri, kecuali untuk barang dagangan. Artinya, untuk hasil bumi, yang harus dizakatkan adalah hasil bumi itu sendiri. Pengumpulan zakat tidak bisa diganti dengan uang misalnya, meski senilai barang yang dizakati. Namun, untuk barang dagangan, zakat harus berupa uang. Pedagang konveksi misalnya, tidak boleh mengeluarkan zakat dalam bentuk barang-barang konveksi, seperti baju, celana, dan lain sebagainya. Pengelolaan zakat secara profesional memerlukan tenaga yang terampil, menguasi masalah-masalah yang berhubungan dengan zakat, penuh dedikasi, jujur, dan amanah. Kita tidak bisa menyerahkan tugas pengelolaan zakat bagi mereka yang tidak menguasai masalah-masalah yang berhubungan dengan zakat, seperti soal muzakki, nisab, haul, dan mustahiq zakat. Persoalan akan muncul ketika pengelola zakat tidak jujur dan amanah. Hal terburuk yang akan terjadi adalah zakat tidak sampai kepada mustahiq dan mungkin pula hanya dipakai untuk kepentingan pribadi saja. Oleh karena itu, adanya tenaga yang terampil, menguasai masalah-masalah zakat, jujur, dan amanah sangat dibutuhkan dalam sistem pengelolaan zakat yang profesional, terutama di era sekarang ini. Zakat adalah ibadah sosial yang formal, terikat oleh syarat dan rukun tertentu. Dalam upaya pembentukan dana, sesungguhnya zakat tidak sendirian. Jika keperluannya ialah penyantunan fakir miskin, sesungguhnya fikih telah menetapkan kewajiban lain atas hartawan muslim untuk menyantuni mereka. Kewajiban ini, jika dikembangkan justru merupakan potensi lebih besar daripada zakat.
Dari daftar materi Zakat di atas yang sulit untuk dipahami
adalah zakat Mal yang berkaitan dengan zakat Tijarah dan Daftar materi pada KB1 2 yang menjadi banyak perhatian oleh kalangan fuqoha‟ adalah yang sulit dipahami tentang zakat profesi/ penghasilan yang di kiaskan dengan kewajiban zakat tijaroh.
Materi yang sering mangalami miskonsepsi dalam pelajaran
Daftar materi yang sering tentang zakat adalah zakat perdagangan berupa mas. Apakah 3 mengalami miskonsepsi yang harus dikeluarkan sebagai kewajiban membayar zakat dalam pembelajaran adalah zakat perdagangan (Tijarah) atau zakat Mas yang mereka jual.