Anda di halaman 1dari 8

A - Ilmu tasawuf adalah ilmu yang membawa seseorang agar bisa dekat bersama dengan Tuhan

Yang Maha Esa melalui penyucian rohani dan mempermanisnya dengan amal-amal saleh. Jalan
tasawuf yang pertama dengan ilmu, yang kedua amal dan yang terakhirnya adalah karunia
Illahi. definisi ilmu Tasawuf menurut Imam Junaid Al-Baghdadi yaitu: "Mengenal Allah,
sehingga antaramu dengan Allah tidak ada perantara (hubungan dengan Allah tanpa
perantara). 1. Menerapkan dalam kehidupan semua akhlak yang terpuji menurut apa yang
telah disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan meninggalkan akhlak yang
tercela. 2. Mengendalikan hawa nafsu sesuai kehendak Allah. 3. Merasa tidak memiliki apapun
dan juga tidak dimiliki oleh siapapun kecuali Allah.

- Tasawuf artinya kegiatan membersihkan hati dari yang mengganggu perasaan manusia,
memadamkan kelemahan, menjauhi keinginan hawa nafsu, mendekati hal-hal yang di ridai
َ َّ‫ )ٱلت‬adalah salah satu ilmu penting
Allah, dan bergantung pada ilmu-ilmu hakikat. Tasawuf (‫ص ُّوف‬
dalam Islam. Secara umum diartikan sebagai ilmu untuk menyucikan hati, membaguskan akhlak
demi memperoleh kebahagian dunia dan akhirat.

Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa arab: ‫ تص وف‬, ) adalah ilmu untuk mengetahui
bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk
memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud
(menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan tradisi mistisme
Islam.

- cara bertasawuf :

1. Menghayati segala bentuk akidah dan ibadah, sehingga pelaksanannnya tidak sekedar
apa yang terlihat secara lahir, tetapi lebih dari itu, yakni memahami makna hakikinya,
sehingga semua bentuk akidah dan ibadah itu tidak hanya sekedar formalitas, namun
terhayati mana tersiratnya.
2. Muhasabah (koreksi) terhadap diri sendiri, dan apabila telah menemukan sifat-sifat
yang tidak atau kurang baik maka segera meninggalkannya.
3. Riyadhah (latihan) dan mujahadah (perjuangan), yakni berlatih dan berjuang
membebaskan diri dari kekangan hawa nafsu, dan mengendalikan serta tidak
memperturutkan keinginannya. Menurut al-Ghazali riyadhah dan Mujahadah itu ialah
latihan dan kesunnguhan dalam menyingkirkan keinginan hawa nafsu (syahwat) yang
negative dengan mengganti sifat-sifat lawannya yang positif.
4. Berupaya mempunyai kemauan dan daya tangkal yang kuat terhadap kebiasaan-
kebiasaan yang jelek dan menggantinya dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik.
5. Mencari waktu yang tepat untuk merubah sifat-sifat yang jelek-jelek itu, dan
6. Memohon pertolongan kepada Allah SWT. Dari godaan-godaan setan, sebab timbulnya
sifat-sifat tercela itu dikarenaka hawa nafsu dan hawa nafsu itu karena desakan setan.
7. Dengan takhalli dalam rangkaian sistem pendidikan mental. Seorang sufi berlatih
menguasai nafsu dunia serta akses negatifnya.

- Dasar Ilmu Tasawuf

Ada 4 dasar ilmu tasawuf menurut Syekh Yusuf Khattar Muhammad dalam kitab Mausu’ah al-
Yusufiyah fi Bayani Adillatis Sufiyah, yaitu:

1. Shafa’ul Qalbi wa Muhasabatuha (kebeningan hati dan intropeksi)

Maksudnya, sebagai orang Islam yang ingin mencapai puncak muqarrabin (istimewa) di sisi
Allah swt, harus mempunyai hati yang bersih dari semua sifat tercela, dan mempersiapkan
dirinya untuk menghadapi Dzat Yang Mahamulia dan suci dari semua kekurangan, hal itu tentu
harus dimulai dengan cara mengintropeksi diri sendiri; apakah sudah layak atau tidak, jika tidak,
tentu harus lebih meningkatkan kembali. Tidak hanya itu, juga harus menimbang semua
amalnya di dunia sebelum Allah menimbangnya di akhirat, serta membersihkan dirinya dari
semua sifat-sifat tercela dalam dirinya. Hal itu sebagaimana yang disampaikan oleh sahabat
Umar radiyallahu ‘anhu, yaitu:

‫ وزنوا أنفسكم قبل أن توزنوا‬،‫حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا‬

Artinya, “Periksalah dirimu sendiri sebelum kalian diperiksa (kelak di akhirat), dan timbanglah
dirimu sendiri sebelum (amal) kalian semua ditimbang.” (Syekh Yusuf Khattar Muhammad,
Mausu’ah al-Yusufiyah fi Bayani Adillatis Sufiyah, [Damaskus: Dar al-Albab 1999], juz 1, h. 18)

2. Qashdu Wajhillah (tujuannya hanya Allah semata)


Semua orang Islam yang ingin menjadi Istimewa di sisi Allah swt dengan cara menekuni dan
mengamalkan dasar ilmu tasawuf harus dengan tujuan yang tulus karena Allah dalam semua
sepak terjangnya, seperti ucapan dan tindakannya. Membersihkan hatinya dengan
membiasakan ikhlas karena Allah semata. Sebagaimana dalam Al-Qur’an Allah berfirman:

ُ‫َواصْ بِرْ نَ ْف َسكَ َم َع الَّ ِذينَ يَ ْد ُعونَ َربَّهُ ْم بِ ْال َغدَا ِة َو ْال َع ِش ِّي ي ُِري ُدونَ َوجْ هَه‬

Artinya, “Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada
pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya.” (QS Al-Kahf: 28)

Juga disebutkan dalam ayat yang lain, Allah berfirman:

‫َو َما َأِل َح ٍد ِع ْن َدهُ ِم ْن نِ ْع َم ٍة تُجْ زَى ِإاَّل ا ْبتِغَا َء َوجْ ِه َربِّ ِه اَأْل ْعلَى‬

Artinya, “Dan tidak ada seorang pun memberikan suatu nikmat padanya yang harus dibalasnya,
tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi.”
(QS Al-Lail: 19-20)

3. at-Tamassuk bil Faqri wal Iftiqar (hidup zuhud dan selalu merasa butuh kepada Allah)

Dasar ketiga dari ilmu tasawuf yaitu, harus mempunyai sikap zuhud pada dunia dan
perhiasannya, dengan melepas semua urusan dunia yang bisa membuat lupa pada Allah, karena
dengan zuhud artinya seseorang berusaha melepas hubungan dirinya dengan setan, sehingga ia
bisa fokus beribadah pada Tuhannya. Merasa butuh pada Allah maksudnya menyendiri dari
urusan dunia, dan melepasnya agar fokus meningkatkan ketakwaan. Serta meyakini, bahwa
tiada daya dan upaya, tiada nyaman begitupun sengsara, melainkan telah ditentukan oleh Allah
swt. Dan ini merupakan prinsip yang dijadikan pedoman oleh ulama tasawuf.

Dalam Al-Qur’an Allah mengisahkan seseorang yang hatinya tidak bisa lupa pada Allah meski
dengan adanya dunia. Yaitu:
ِ ‫ِر َجا ٌل ال تُ ْل ِهي ِه ْم تِ َجا َرةٌ َوال بَ ْي ٌع ع َْن ِذ ْك ِر هَّللا‬

Artinya, “Orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah.” (QS
An-Nur: 37)

4. at-Tajammul bil Akhlak (menghiasi diri dengan etika yang baik)

Pilar yang terakhir ini merupakan intisari dalam Islam dan akhlak yang selalu dipakai oleh ulama
tasawuf, yaitu dengan cara menjadi pribadi yang lemah lembut kepada semua keluarganya,
family, sahabat, dan semua umat Islam. Dalam Al-Qur’an dengan tegas Allah memerintahkan,
yaitu:

ِ ّ‫وقُولُوا للن‬
ً ‫اس حُ سْنا‬

Artinya, “Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia.” (QS Al-Baqarah: 83)

Dalam sebuah hadist, Rasulullah saw bersabda perihal tanda-tanda ahli surga, yaitu:

‫أهل الجنة كل هين لين سهل قريب و أهل النار كل شديد قبعثري‬.

Artinya, “(Tanda-tanda) ahli surga, yaitu, setiap orang yang lemah lembut, ramah tamah, dan
murah hati. Sedangkan (tanda-tanda) ahli neraka yaitu, setiap orang yang keras kepada
keluarga, sahabat, dan semua umat Islam.” (Syekh Yusuf, Mausu’ah al-Yusufiyah, 1999: juz 1, h.
19)

B. - Mendirikan Salat
Salat merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Salat merupakan
kewajiban yang harus dilaksanakan bagi setiap muslim.

Namun, lebih dari itu sebetulnya salat tidak hanya merupakan kewajiban tetapi juga
merupakan kebutuhan bagi kaum yang beriman. Hal ini karena salat merupakan tiang agama
dan merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Kebahagiaan yang hakiki bagi setiap muslim adalah manakala Ia mampu mendekatkan diri
kepada Sang Khalik. Sata mana Ia akan selalu merasakan begitu nikmat dan tenteram dalam
menjalani hidup dan kehidupan. Salah satu cara untuk merasakan nikmatnya adalah dengan
mendirikan salat lima waktu dan tepat waktu.

Dengan mendirikan salat lima waktu dan tepat waktu anda bisa lebih mendekatkan diri pada
Allah SWT. Jadi, jangan lupa untuk menjalankan salat 5 waktu dan tinggalkan semua urusan
dunia dan dekatkan dirimu kepada Allah SWT saat adzan berkumandang dan bergegas untuk
mendirikan salat.

- Cara mendekatkan diri kepada Allah SWT yang berikutnya adalah dengan memperbanyak
tilawah atau membaca Al-Quran. Amalan ini tidak hanya membuat kita semakin dekat dengan
Sang Pencipta dan mendatangkan pahala, ini juga bisa membuat kita menjadi pribadi yang
semakin sabar, lapang dada, jujur, dan sebagainya.

Al-Quran diturunkan oleh Allah untuk diamalkan dan dijadikan petunjuk jalan bagi orang-orang
yang beriman serta bertawakal. Sebagian salaf mengatakan bahwa Al-Quran diturunkan untuk
diamalkan. Dengan membaca dan mengamalkan Al-Quran kamu akan termasuk orang-orang
yang dicintai oleh Allah SWT.

- Dengan banyak bersyukur maka Anda termasuk orang yang mendapatkan ridho Allah SWT
serta salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dengan bersyukur maka Anda bisa semakin dekat dengan Allah SWT. Ada beberapa cara
bersyukur yang diantaranya: Bersyukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya
bahwa segala nikmat dan rezeki yang didapatkan semata-mata merupakan karunia dan
kemurahan Allah.

Bersyukur dengan lisan dengan mengucapkan Alhamdulillah (segala puji bagi Allah). Bersyukur
dengan tindakan bermakna bahwa semua nikmat yang diperoleh harus dimanfaatkan di jalan
yang diridhai-Nya dan merawat kenikmatan yang telah Allah berikan.
Jika kamu bisa bersyukur maka Allah akan menambah kenikmatan kepadanya dan Allah akan
selalu dekat dengan hambanya.

- Ingat Kematian dan Tidak Tergiur dengan Dunia

Cara mendekatkan diri kepada Allah SWT yang selanjutnya adalah selalu ingat akan mati dan
tergiur akan dunia yang fana. Setiap makhluk hidup pasti akan mati.

Sangat menakutkan jika membayangkan kematian. Karena kita sebagai manusia, masih
memiliki banyak kesalahan dan dosa. Kematian pasti akan menghampiri makhluk hidup, namun
hanya Allah SWT yang mengetahui waktunya.

Kematian sebenarnya sangat dekat, lebih dekat dari urat leher kita dan dapat secepat kilat
menjemput. Oleh karena itu sebagai umat Islam sebagai hamba yang baik jangan sampai tergiur
akan gemerlap dunia.

Dunia hanyalah tempat singgah sementara dan anya perkara yang fana. Hamba yang baik hanya
mengingat satu perkara, yaitu janji Allah akan kehidupan akhirat yang kekal adanya.

- Berzikir dan Jalankan Ibadah Sunah

Cara mendekatkan diri kepada Allah SWT yang terakhir adalah selalu berzikir serta menjalankan
ibadah sunah seperti salat Dhuha, Tahajud, Puasa Sunah dan lain-lain.

Zikir atau wirid sering diartikan menyebut nama Allah SWT, dan biasanya dilakukan secara rutin
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Berzikir adalah menyebut nama Allah dengan membaca tasbih (Subhanallah), tahlil (Laa ilaaha
ilallaah), tahmid (alhamdulillah), taqdis (qudduusun), takbir (allahu akbar), dan lain-lain.

C. ada tiga alasan seseorang harus bertasawuf, “Pertama, tasawuf merupakan basis fitri setiap
manusia. Ia merupakan potensi Ilahiyah yang berfungsi mendesain peradaban dunia. Tasawuf
dapat mewarnai segala aktivitas sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan,”
Kedua, tasawuf berfungsi sebagai alat pengendali, agar dimensi kemanusiaan tidak ternodai
oleh modernisasi yang mengarah dekadensi moral dan anomali nilai, sehingga tasawuf
mengantarkan pada “supreme morality” (keunggulan moral).

Ketiga, tasawuf relevansi dengan problem manusia, karena tasawuf secara seimbang memberi
kesejukan batin dan disiplin syariah sekaligus. Selain itu, tasawuf dapat membentuk tingkah
laku melalui pendekatan tasawuf suluki, dan dapat memuaskan dahaga intelektual melalui
pendekatan tasawuf falsafi. Ia bisa diamalkan tiap muslim lapisan manapun. Secara fisik mereka
menghadap satu arah (Ka’bah), dan secara rohaniah mereka berlomba menempuh jalan
(tarekat) melewati ahwal dan maqam menuju Tuhan yang Satu, Allah SWT.

D. Tasawuf berasal dari kata Arab as-sūt, yang berarti bulu atau kain wol yang kasar. Kemudian,
kata as-süf ini diberi akhiran 'ya' yang dinisbahkan kepada orang yang suka memakai pakaian
yang terbuat dari bulu binatang sebagai lambang kemiskinan dan kesederhanaan.

Hal itu berlawanan dengan pakaian sutera yang biasa dipakai orang-orang kaya. Seorang fakir
yang memakai baju bulu disebut sufi.

Tasawuf berasal dari kata ahl as-Suffah, yaitu sekelompok sahabat miskin yang hijrah ke
Madinah dan tidak memperoleh tempat tinggal. Oleh Rasulullah SAW, mereka ditempatkan di
serambi masjid. Tempat itu dinamakan suffah, para penghuninya disebut ahl assuffah.

Dari kata as-suffah inilah lahir kata tasawuf. Walaupun secara lugawi, dari kata ini sulit lahir
kata tasawuf.

Pengambilan kata tasawuf terutama karena kemiripan tabiat orang-orang sufi dengan sifat-sifat
ahl as-suffah seperti istiqamah (teguh pendirian), wara' (taat kepada Allah), zuhud, dan tekun
beribadah.

Memang, nantinya yang menjadi zahid kebanyakan para sahabat alumni dari ahl as-suffah.

Tasawuf berasal dari bahasa Yunani, theosophos. Theo, artinya Tuhan, dan sophos, artinya
hikmah atau kebijaksanaan.
Dengan demikian, tasawuf berarti kebijaksanaan yang berhubungan dengan Tuhan atau hikmat
ketuhanan.

Pada umumnya, yang berpendapat demikian adalah para orientalis. Mereka merujuk pada
bahasa Yunani karena ajaran tasawuf banyak membicarakan masalah ketuhanan.

- Ahl as-suffah (orang yang pindah). Ahl as-suffah (orang yang pindah) Artinya orang yang ikut
pindah dengan Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah. Ada kata lain Suffah artinya serambi
tempat duduk yakni serambi masjid Nabawi di Madinah yang disediakan untuk orang-orang
yang belum mempunyai tempat tinggal dari kalangan Muhajirin di masa Rasululloh saw.
Mereka biasa dipanggil ahli suffah (pemilik serambi) karena diserambi masjid itulah mereka
bernaung.

2. Saff (Barisan). Saff (Barisan) Artinya barisan maksudnya kaum sufi mempunyai iman kuat,
jiwa bersih, ikhlas dan senantiasa memilih barisan yang paling depan dalam sholat berjamaah.

3. Sufi (Suci ). Sufi (Suci ) Artinya suci lahiriyah maupun bathiniyah.

4. Sophos (Kebijaksanaan). Sophos (Kebijaksanaan) Artinya kebijaksanaan maksudnya sikap


mental yang selalu memelihara kesucian diri, beribadah, hidup sederhana, rela berkorban
untuk kebaikan dan selalu bersikap bijaksana.

5. Suf (Bulu domba). Suf (Bulu domba) Disebut suf karena banyak orang sufi yang senang
memakai pakaian yang terbuat dari bulu domba yang kasar sebagai lambang akan kerendahan
hati mereka, juga untuk menghindari sikap sombong di hatinya disamping untuk menenangkan
jiwa. Serta meninggalkan usaha-usaha yang bersifat duniawi.

Anda mungkin juga menyukai