Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM URINALISASI DAN CAIRAN TUBUH

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS, KIMIA, DAN MIKROSKOPIS URINE

Dosen pengampu:

Devi Etivia Purlinda, S.ST, M.Si

Disusun oleh:
Azzahra Fitri Hidayati
P1337434121101

TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2022/2023
Judul Praktikum : Pemeriksaan Makroskopis Urine, Kimia Urine, dan Mikroskopis Urine

Hari, Tanggal : Senin, 15 Agustus 2022

A. Tujuan
Untuk mengetahui dan terampil dalam pemeriksaan makroskopis, kimia, dan mikroskopis
urine. Pemeriksaan urinalisasi secara umum adalah mendeteksi kelainan ginjal, saluran
kemih, serta mendeteksi kelainan-kelainan di berbagai organ tubuh lain seperti hati, saluran
empedu, dan lain – lain (Gandasoebrata, 2013)

B. Prinsip
a. Pemeriksaan Makroskopis Urine
 Bau urine berdasarkan bau yang dicium oleh panca indra hidung
 pH urine berdasarkan perubahan warna pada pH strip, maka warna yang terjadi
dibandingkan secara visual pada standar warna pH strip.
 Volume urine: volume urin diukur dengan menggunakan gelas ukur dan hasil
dibaca setinggi batas yang telah dituangkan kedalam gelas ukur.
 Berat jenis urine menggunakan alat refraktometer dan dibaca pada lensa miniskus
bawah.
 Warna urine diuji pada tempat cahaya yang terang dan berlatar belakang putih.
 Kejernihan urine diuji pada keseluruhan tabung dengan cahaya pantul tanpa latar
belakang putih pada sikap serong.
 Buih urine, bila urine dikocok: Busa berwarna putih tidak hilang dalam waktu 5
menit berarti kemungkinan preotein. Busa berwarna kuning tidak hilang dalam
waktu 5 menit berarti kemungkinan bilirubin. Busa berwarna putih / kuning hilang
dalam waktu 5 menit berarti protein dan bilirubin negatif.
b. Pemeriksaan Kimia Urine
Pemeriksaan kimia urine konvensional dilakukan dengan tabung uji dimana
ditambahkan bahan kimia cair ke dalam urine lalu dipanaskan atau tidak dipanaskan.
Hasil ditentukan berdasarkan endapan atau kekeruhan, atau perubahan warna yang
terjadi.
c. Pemeriksaan Mikroskopis Urine
Adanya bentukan atau elemen-elemen unsur yang tersuspensi dalam urine yang telah
dicentrifuge dan dianalisa menggunakan mikroskop.

C. Dasar Teori
a. Pemeriksaan Makroskopis Urine
Pemeriksaan makroskopik dimulai dengan tes warna dan kekeruhan. Urine normal
segar tampak jernih sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen
urokrom dan urobilin. Intensitas warna urine sesuai dengan konsentrasi urine. Urine
encer hampir tidak berwarna dan urine pekat berwarna kuning tua atau sawo matang.
Kekeruhan urine biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat dalam
urine asam atau fosfat dalam urine basa. Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan
seluler berlebihan atau protein dalam urine (Riswanto dan Rizki, 2015).
b. Pemeriksaan Kimia Urine
Pemeriksaan kimia urine mencakup pemeriksaan glukosa, protein (albumin),
bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis, darah (hemoglobin), benda keton (asam
asetoasetat dan/atau aseton), nitrit, dan leukosit esterase (CLSI, 2001). Pemeriksaan
kimia urine konvensional dilakukan dengan tabung uji dimana ditambahkan bahan
kimia cair ke dalam urine lalu dipanaskan atau tidak dipanaskan. Hasil ditentukan
berdasarkan endapan atau kekeruhan, atau perubahan warna yang terjadi. Selain itu
semua parameter kimia dapat diperiksa dengan lebih sederhana dan cepat dengan
menggunakan strip reagen atau dipstick.
Prinsip pemeriksaan kimia urine metode strip adalah mencelupkan strip kedalam
spesimen urine. Dipstick akan menyerap urine dan terjadi reaksi kimia yang
kemudiaan akan mengubah warnanya dengan jenis dan tingkat tertentu dalam
hitungan detik atau menit. Warna yang terbentuk dibandingkan dengan bagan warna
masing-masing parameter strip untuk menentukan hasil tes. Jenis dan tingkat
perubahan warna tiap parameter memberikan infomasi jenis dan kadar zat-zat kimia
tertentu yang ada dalam urine (Gandasoebrata, 2013).
c. Pemeriksaan Mikroskopis Urine
Pemeriksaan mikroskopis diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk
partikel lainnya dengan menggunakan mikroskop. Pemeriksaan secara mikroskopis
dapat menggunakan metode sedimen urine. Sedimen urine adalah unsur yang tidak
larut di dalam urine yang berasal dari darah, ginjal dan saluran kemih. Unsur-unsur
dalam sedimen urine dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik (berasal dari suatu
organ atau jaringan seperti sel epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan,
sperma, bakteri, parasit) dan unsur anorganik (tidak berasal dari suatu jaringan seperti
urat amorf dan kristal).

D. Alat dan Bahan


a. Pemeriksaan Makroskopis
 Alat  Bahan
1. Gelas ukur 1. Urine
2. Refraktometer 2. Aquadest
3. Pipet tetes
4. Wadah urine
5. Tisu
6. Tabung reaksi
7. Kertas pH
b. Pemeriksaan Kimia
 Alat:
1. Tabung reaksi
2. standar pembanding
 Bahan:
1. Urine segar
2. Urinalisis reagent strip Acon
c. Pemeriksaan Mikroskopis
 Alat Bahan
1. Cover glass / Deck glass (2)
1. Sampel urine
2. Objek glass (2)
2. Sampel darah kapiler
3. Mikroskop
3. Pewarna Sternheimer-Malbin
4. Centrifuge
5. Tabung centrifuge (2)
6. Pipet tetes
7. Auto click lancets
8. Alcohol 70%

E. Cara Kerja
a. Pemeriksaan Makroskopis
 Pemeriksaan Volume Urine
1. Menyiapkan sampel urine yang telah dimasukkan kedalam wadah urine,
beri tanda batas volume awal pada wadah urine,
2. Kemudian tuangkan urine ke dalam gelas ukur, beri tanda lagi pada wadah
setelah urine dituangkan kedalam gelas ukur,
3. Hitung seluruh volume tabung dari perkiraan gelas ukur yang digunakan.
 Pemeriksaan BJ urine (berat jenis)
1. mengkalibrasi refraktometer dengan aquadest
2. Saat menggunakan refraktometer, setetes urine dimasukkan kedalam
prisma, kemudian tutup dengan lembut hingga urine tersebar
3. Refraktometer difokuskan pada cahaya yang baik.
4. Pembacaan diambil secara langsung dan skala gravitasi spesifik (garis
potongnya)
 Pemeriksaan Bau
1. Memasukkan urine dalam tabung realesi sampai penuh.
2. Membau urine dengan cara mengiparkan menggunakan kedepan indra
penciuman
 Pemeriksaan Warna
1. Mengisi tabung reaksi jernih dengan urine
2. Membaca dengan cahaya terang / latar belakang kertas putih.
 Pemeriksaan Kejernihan
1. Menggunakan tabung reaksi Jernil.
2. Amati dengan mata telanjang.
 Pemeriksaan Busa
1. Ambil 3-5 ml urine menggunakan pipet tetes, dan dimasukan dalam
tabung reaksi bertutup. Dibolak balik selama 5 kali.
2. Amati 1-2 menit, Jika setelah 2 menit buih tidak hilang maka hasil positif.
 Pemeriksaan pH
1. Ambil 3-5 ml urine
2. Masukkan dalam tabung reaksi
3. Celupkan kurtar pH
4. Bandingkan dengan pH pembanding universal.
b. Pemeriksaan Kimia
1. Keluarkan strip carik celup secukupnya.
2. Lihat warna pada pita carik celup, cocokkan dengan pita yang negatif, kecuali BJ.
3. Jangan lupa mengontrol carik celup dengan bahan kontrol sebelum melakukan
pemeriksaan urine.
4. Homogenkan urine sebelum diperiksa.
5. Celupkan carik celup dalam urine.
6. Urine yang berlebihan dihilangkan dengan meletakkannya diatas tisu.
7. Baca hasil dengan membandingkan warna dengan standar pembanding
c. Pemeriksaan Mikroskopis
1. Masukkan sampel urine kedalam wadah penampung urine. Kocok wadah
penampung urine supaya sedimen bercampur dengan cairan atas dan ukur pH
urine.
2. Masukkan urine sebanyak 10 ml ke dalam masing-masing tabung centrifuge.
3. Masukkan tabung centrifuge kedalam alat centrifuge, kemudian atur alat dengan
kecepatan 1.500-2.000 rpm dalam waktu 5 menit.
4. Setelah selesai buang cairan atas hingga suspensi sedimen tinggal 0,5 ml.
5. Kocok tabung supaya meresuspensikan sedimen.
6. Tabung sentrifuge pertama diberi setetes darah kapiler dan Pewarna Sternheimer-
Malbin, sedangkan Tabung sentrifuge kedua tidak perlu ditambahkan apapun.
7. Ambil sedimen dengan menggunakan pipet tetes, kemudian teteskan 1 – 2 tetes
masing-masing sedimen urine diatas masing-masing objek glass.
8. Kemudian periksa dibawah mikroskop dengan lensa objektif 10x kemudian 40x
menggunakan lapang pandang besar (LPB) dan lapang pandang kecil (LPK)
sebanyak 10x.
9. Catat hasil pemeriksaan sedimen urine : leukosit dan eritrosit dilaporkan jumlah
rata-rata per LPB (Lapang Pandang Besar) dengan objektif 40x. epitel dan silinder
dilaporkan jumlah rata-rata per LPK (Lapang Pandang Kecil) dengan objektif 10x.

F. Hasil
a. Pemeriksaan Makroskopis
warna volume BJ buih pH bau kejernihan
Kuning 40 ml 1,013 – 6 Pesing jernih
muda (tidak
menyengat)

b. Pemeriksaan Kimia
No Parameter Hasil
1 Nitrit Positif (+)
2 pH 6
3 Darah (BLO) Negatif (-)
4 Leukosit (LEU) Ca.15
5 Protein (PRO) Negatif (-)
6 Glukosa (GLU) Negatif (-)
7 Keton (KET) Tidak terprediksi (hijau muda)
8 Keratin Tidak terprediksi (kuning kecoklatan)
9 Mikroalbumin 10
10 Specific Gravity (SG) 1,030
11 Ascorbid acid tidak terprediksi (kuning pucat)
12 Urobilinogen (URO) 17/1
13 Bilirubin (BIL) +/17
Hasil gambar kimia urine

c. Pemeriksaan Mikroskopis
No Indicator Lapang pandang
1 2 3 4 5
1 Eritrosit – – – – –
2 Leukosit – – – – –
3 Epitel – – – – –
4 Silinder – 1 1 – –
5 Kristal – – – – –
6 Asam urat – – – – –
7 Artefak 1 – – – –
Hasil gambar mikroskopis urine
G. Pembahasan
a. Pemeriksaan Makroskopis
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil:
1. Pengamatan warna: menghasilkan warna kuning muda
Warna urine ditentukan oleh besarnya dieresis. Makin besar dieresis, makin muda
warna urine itu. Biasanya warna urine normal berkisar antara kuning muda dan
kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama
urochrom dan urobilin.
2. Pengamatan volume: menghasilkan 40 ml
Urine yang diamati merupakan urine sewaktu yang didapat sebanyak 40 ml pada
pengamatan volume urine. Namun Pengukuran volume dengan menggunakan
urine sewaktu tidak dianjurkan karena kurang bermakna pada hasil yang diroleh.
3. Pengamatan BJ: menghasilkan 1,013
Urine yang diamati merupakan urine sewaktu dan memperoleh hasil normal dari
nilai normal berat jenis urine sewaktu yaitu 1,013. Berat jenis (BJ) urine
menunjukkan kejenuhan/kepekatan urine, dan dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan ginjal dalam memekatkan atau mengencerkan urine.
Adanya gangguan fungsi tubulus akan menyebabkan reabsorbsi air terganggu
sehingga pengeluaran air meningkat. Akibatnya, urine menjadi encer dan BJ
urine rendah. BJ urine yang tinggi dapat dijumpai pada kondisi proteinuria atau
dehidrasi.
4. Pengamatan buih: menghasilkan hasil yang negatif
Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih, menunjukkan
bahwa urine tersebut mengandung protein. Urine yang digunakan merupakan
urine sewaktu yang telah diamati menghasilkan hasil yang negatif.
5. Pengamatan pH: menghasilkan pH 6 (asam)
Urine yang digunakan merupakan urine sewaktu, setelah diuji menghasilkan
urine dengan pH 6 (asam). pemeriksaan pH urine segar dapat member petunjuk
kearah infeksi saluran kemih. Infeksi oleh E. coli biasanya menghasilkan urine
asam, sedangkan infeksi oleh Proteus yang merombak ureum menjadi amoniak
menyebabkan urine menjadi basa.
6. Pengamatan bau: menghasilkan bau yang pesing (tidak menyengat)
Bau dari urine dapat mendiagnosis penyakit diabetes mellitus, infeksi pada ginjal
atau saluran ekskresi pada tubuh. Bau urine tersebut disebabkan dari sebagian
asam-asam organik yang mudah menguap. Urine yang diamati merupakan urine
sewaktu karena jika dibiarkan terlalu lama maka akan beraroma kuat akibat
penguraian unsur-unsur dalam urine yang menghasilkan amoniak.
7. Pengamatan kejernihan: menghasilkan urine yang jernih
Urine yang digunakan adalah urine sewaktu, Cara menguji kejernihan sama
seperti menguji warna yaitu jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Tidak
semua macam kekeruhan bersifat abnormal. Urine normalpun akan menjadi
keruh jika dibiarkan atau didinginkan. Kekeruhan ringan disebut nubecula dan
terjadi dari lender, sel-sel epitel, dan leukosit yang lambat laun akan mengendap.
b. Pemeriksaan Kimia
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terdapat beberapa parameter yang tidak
dapat terdeteksi perubahan warna pada strip carik celup. Hal ini diduga dikarenakan
strip carik celup telah kadaluarsa, atau mencelupkan kertas strip terlalu lama, sehingga
dalam penentuan hasil pengamatan pada praktikum kali ini kurang maksimal. Namun
ada beberapa parameter yang bereaksi pada strip carik celup tersebut seperti: leukosit,
protein, pH, darah samar, SG, bilirubin, dan glukosa.
c. Pemeriksaan Mikroskopis
Pada pemeriksaan mikroskopis menggunakan metode sedimen urine yang disentrifuge
dengan penambahan pewarna sternheimer-malbin. Setelah itu kemudian endapan
tersebut di lihat menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x untuk melihat LPB,
dan menggunakan perbesaran 40x untuk melihat LPK. Masing-masing perbesaran
diliat 10x lapang pandang, kemudian dihitung rata-rata pada hasil yang telah diperoleh
pada pemeriksaan ini.

H. Kesimpulan
a. Pemeriksaan Makroskopis
1. Pengamatan warna
Biasanya warna urine normal berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna
itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin.
Jika didapat warna abnormal disebabkan oleh zat warna yang dalam keadaan
normal pun ada, tetapi sekarang ada dalam jumlah besar. Kemungkinan adanya
zat warna abnormal, berupa hasil metabolism abnormal, tetapi mungkin juga
berasal dari suatu jenis makanan atau obat-obatan.
2. Pengamatan volume
jumlah urine yang dikeluarkan berhubungan dengan asupan cairan, suhu,
kelembapan dan jumlah keringat seseorang. Pemeriksaan ini berguna sebagai
penunjang diagnosis kelainan fungsi ginjal atau penyakit lain (diabetes melitus
dan diabetes insipidus). Oleh sebab itu, diperlukan pengukuran volume urine oleh
petugas laboratorium.
Volume urine normal dalam 24 jam
• Dewasa = 800 – 1500 ml
• Usia 6 – 12 tahun = 1,5 volume orang dewasa
• Usia 1 – 6 tahun = 1,4 volume orang dewasa
3. Pengamatan BJ
Berat jenis (BJ) urine menunjukkan kejenuhan/kepekatan urine, dan dapat
digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal dalam memekatkan atau
mengencerkan urine. Adanya gangguan fungsi tubulus akan menyebabkan
reabsorbsi air terganggu sehingga pengeluaran air meningkat. Akibatnya, urine
menjadi encer dan BJ urine rendah. BJ urine yang tinggi dapat dijumpai pada
kondisi proteinuria atau dehidrasi.
4. Pengamatan buih
Buih pada urine normal berwarna putih. Jika urine mudah berbuih, menunjukkan
bahwa urine tersebut mengandung protein. Urine yang digunakan merupakan
urine sewaktu yang telah diamati menghasilkan hasil yang positif.
5. Pengamatan pH
pemeriksaan pH urine segar dapat member petunjuk kearah infeksi saluran
kemih. Infeksi oleh E. coli biasanya menghasilkan urine asam, sedangkan infeksi
oleh Proteus yang merombak ureum menjadi amoniak menyebabkan urine
menjadi basa. Nilai normal pH 7 diangap urin netral.
6. Pengamatan bau
Urine normal memiliki aroma yang “khas”, diduga karena adanya asam- asam
volatile. Pada penderita diabetes melitus, sering ditemukan urine yang beraroma
buah dikarenakan adanya aseton, sedangkan urine penderita infeksi saluran
kencing kadang beraroma busuk, apalagi jika infeksi disebabkan oleh bakteri
coliform.
7. Pengamatan kejernihan
Kelainan pada warna dan kejernihan dapat mengindikasikan kemungkinan
adanya infeksi, dehidrasi, hematuria, penyakit hati dan kerusakan otot atau
eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urine, dan
adanya busa yang berlebih dan sulit hilang mungkin mengindikasikan adanya
proteinuria.
b. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan carik celup merupakan alat diagnostik dasar yang digunakan untuk
menentukan perubahan patologis dalam urin. Pemeriksaan carik celup ini ditandai
dengan melihat perubahan warna yang terjadi sesuai dengan keadaan urin yang
sebenarnya. Tes carik celup dapat terdiri dari 10 bantalan kimia yang berbeda atau
reagen yang bereaksi (berubah warna) ketika direndam, dan kemudian dihapus dari
sebuah sampel urine. Pemeriksaan yang memakai carik celup biasanya sangat cepat,
mudah dan spesifik.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terdapat beberapa parameter yang tidak
dapat terdeteksi perubahan warna pada strip carik celup. Hal ini diduga dikarenakan
strip carik celup telah kadaluarsa, sehingga dalam penentuan hasil pengamatan pada
praktikum kali ini kurang maksimal. Namun ada beberapa parameter yang bereaksi
pada strip carik celup tersebut seperti: leukosit, protein, pH, darah samar, SG, bol, dan
glukosa.
c. Pemeriksaan Mikroskopis
Sedimen urine adalah unsur yang tidak larut di dalam urine yang berasal dari darah,
ginjal dan saluran kemih. Unsur-unsur dalam sedimen urine dibagi atas dua golongan
yaitu unsur organik (berasal dari suatu organ atau jaringan seperti sel epitel, eritrosit,
leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit) dan unsur anorganik
(tidak berasal dari suatu jaringan seperti urat amorf dan kristal).
Pada pemeriksaan mikroskopis menggunakan metode sedimen urine yang
disentrifuge dengan penambahan pewarna sternheimer-malbin. Setelah itu kemudian
endapan tersebut di lihat menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x untuk
melihat LPK, dan menggunakan perbesaran 40x untuk melihat LPB. Masing-masing
perbesaran diliat 10x lapang pandang, kemudian dihitung rata-rata pada hasil yang
telah diperoleh pada pemeriksaan ini.

Anda mungkin juga menyukai