Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Gravitasi Newton

Beberapa teori dapat membandingkan ketelitian ramalannya dengan teori gravitasi


universal Newton. Ramalan mekanika benda angkasa untuk posisi planet sesuai dengan
pengamatan. Penemuan Neptunus dan Ceres adalah diantara kesuksesan spektakuler yang
memberikan dukungan untuk ketelitian teori ini. Tetapi teori Newton tidak sempurna :
ramalan gerak untuk planet dalam (inner) menyimpang sedikit dari nilai yang di amati.
Dalam kasus merkurius kelebihan presesi perihelion sebanyak 43 detik-sudut per abad.
Penyimpangan kecil ini diamati melalui perhitungan oleh Le Verrier pada 1845 dan
diperhitungkan kembali oleh Newcomb pada 1882. Penjelasan dari presesi adalah salah
satu kesuksesan awal dari teori gravitasi relativistik Einstein. (Hans C. Ohanian, 1976)

Walaupun teori Newton tidak sempurna, teori ini adalah suatu pendekatan yang
luar biasa dalam limit kasus gerak pada kecepatan rendah dan dalam suatu medan
gravitasi lemah. Setiap teori relativistik gravitasi harus sesuai dengan teori Newton dalam
limit kasus ini. Oleh karena itu, akan dimulai dengan suatu penjelasan singkat beberapa
aspek dari teori Newton yang telah beliau kemukakan dalam tulisanya seperti hukum
gravitasi Newton yang diaplikasikan untuk memprediksi dan menghitung secara teliti
gerak planet, bulan, satelit dan objek lain di alam semesta ini.

Universitas Sumatera Utara


2.1.1 Hukum Gravitasi Universal Newton

Hukum gravitasi Newton bersama dengan hukum gerak Newton telah diaplikasikan untuk
memprediksi dan menghitung secara teliti gerak planet, bulan, satelit, dan objek lain di
alam semesta. Berdasarkan Newton, hukum yang menentukan interaksi gravitasi adalah
”Gaya tarik gravitasi antara setiap dua benda di alam semesta secara langsung
sebanding pada perkalian massanya dan berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak
antara kedua benda ”. Jika salah satu massa berada pada titik asal dan yang lain berada
pada suatu jarak radial r , maka persamaan gaya mengambil bentuk matematika :
𝐺𝑚𝑚′
𝐅= − 𝐫� (2.1)
𝑟2

dengan G = 6,67 x 10-11 N m2/Kg2 , 𝐫� adalah vektor satuan. Gaya gravitasional termasuk
gaya sentral yaitu gaya yang bergantung pada jarak radial dan beraksi sepanjang arah
radial. (Atam P. Arya, 1990)

Berdasarkan hukum Newton, gravitasi adalah aksi pada suatu jarak: massa pada
suatu titik beraksi secara langsung dan seketika pada massa lain, bahkan walaupun massa
tersebut tidak bersentuhan dengannya. Newton mempunyai rasa khawatir yang serius
tentang tarik-menarik khayal yang demikian dari massa yang jauh dan menyarankan
bahwa interaksi akan disampaikan oleh material medium. Pandangan modernnya adalah
bahwa gravitasi beraksi secara lokal melalui medan: suatu massa pada suatu titik
menghasilkan suatu medan, dan medan ini beraksi pada massa apapun yang berhubungan
dengannya. Medan gravitasi mungkin dipandang sebagai material medium yang dicari
Newton; medan adalah material karena memiliki suatu rapat energi. Gambaran interaksi
dengan memakai medan lokal mempunyai keuntungan lanjutan yang membimbing pada
teori relativistik yang mana efek gravitasional merambat pada kecepatan berhingga.

Dalam sistem tata surya, teori Newton adalah suatu penaksiran yang luar biasa.
Persamaan gaya (2.1) dapat diturunkan dari suatu energi potensial

Universitas Sumatera Utara


𝐺𝑚𝑚′
𝑉(𝑟) = − (2.2)
𝑟

Pada umumnya, dapat dikatakan bahwa efek relativistik akan menjadi kecil, jika energi
potensial jauh lebih kecil dari energi massa diam dan kecepatannya jauh lebih kecil
daripada kecepatan cahaya. Untuk suatu massa m yang bergerak dengan kecepatan v
sekitar suatu pusat massa 𝑚′ kita dapat menggambarkan kondisi ini sebagai
|𝑉| ≪ 𝑚𝑐 2 dan 𝑣≪𝑐

Dimana 𝑐 adalah kecepatan cahaya. Perhatikan bahwa pembentuk kondisi adalah


ekuivalen pada 𝑟 ≫ 𝐺𝑚′ /𝑐 2 . Oleh karena itu, penyimpangan dari teori Newton
diharapkan menjadi sangat kecil jika jarak dari pusat massa cukup besar dan
kecepatannya cukup rendah. Untuk matahari, dengan suatu massa 𝑚′ = 𝑀⊙ ≅ 2 ×
1033 𝑔 , dengan 𝐺𝑚′ /𝑐 2 ≅ 2 𝐾𝑚 dan kondisi 𝑟 ≫ 2 𝑘𝑚 adalah dengan jelas sangat
memuaskan, bahkan untuk komet dengan suatu perihelion yang begitu dekat terhadap
permukaan matahari. (Hans C. Ohanian, 1976)

2.1.2 Potensial Gravitasi

Medan gravitasi yang kita pandang sebagai pembawa interaksi didefenisikan sebagai
gaya persatuan massa,
1
𝐠(𝐫) = 𝐅(𝐫) (2.3)
𝑚

Potensial gravitasi yang bersesuaian didefenisikan sebagai


1 𝐺𝑚𝑖
𝛷(𝐫) ≡ 𝑉(𝐫) = − � (2.4)
𝑚 |𝐫 − 𝐫𝑖 |
𝑖

Defenisi ini membuat potensial negatif, seperti yang diperkirakan untuk suatu gaya tarik.
Potensial gravitasi kadang-kadang didefenisikan dengan tanda yang berlawanan dari

Universitas Sumatera Utara


persamaan (2.4), tetapi lebih baik untuk dipilih tanda ini dengan menganalogikannya
terhadap elektrostatik. Untuk distribusi massa kontinu seperti persamaan dibawah ini :
𝐺 𝜌(𝐫 ′ ) 3 ′
𝛷(𝐫) = − � 𝑑 𝑟 (2.5)
|𝐫 − 𝐫 ′ |

Dengan 𝜌(𝐫 ′ ) adalah rapat massa. Persamaan (2.5) menyatakan bahwa Φ mematuhi
persamaan poisson
∇2 𝛷(𝐫) = +4 𝜋 𝐺𝜌(𝐫) (2.6)

2.2 Prinsip Relativitas

Pada intinya, teori relativitas Einstein (baik teori relativitas khusus maupun teori
relativitas umum) adalah teori fisika modern dari ruang dan waktu, yang telah mengganti
konsep ruang dan waktu absolut Newton dengan ruang-waktu.

Semula dalam fisika, relativitas berarti penghapusan ruang absolut, suatu


penyelidikan yang telah dikenal sebagaimana yang diinginkan sejak Newton. Dan ini
tentu saja apa yang disempurnakan dua teori Einstein : relativitas khusus, teori ruang
waktu datar, menghapuskan ruang mutlak dalam peranan Maxwellian sebagai ‘eter’ yang
membawa medan elektromagnetik, dan khususnya gelombang cahaya, sedangkan
relativitas umum, teori ruang-waktu lengkung, menghapuskan ruang waktu mutlak juga
dalam peranan Newtonian-nya mengenai standar ada dimana-mana dan tidak dapat
dipengaruhi dari gerak seragam atau diam. Anehnya, dan tidak secara terencana tetapi
agak sebagai satu hasil sampingan yang tidak dapat dihindarkan, teori Einstein juga
menghapuskan konsep waktu mutlak Newton.

Defenisi yang lebih modern dan positif dari relativitas telah disusun dari teori
relativitas yang sebenarnya. Berdasarkan pandangan ini, relativitas dari setiap teori fisika
menggambarkan dirinya sendiri dalam grup transformasi yang menentukan hukum teori
invariant dan oleh karena itu menggambarkan kesimetrian, sebagai contoh ruang dan

Universitas Sumatera Utara


waktu dari teori ini. Maka seperti yang akan dilihat, mekanika Newton memiliki
relativitas yang disebut grup Galilean, relativitas khusus memiliki relativitas dari grup
Poincaré (atau grup Lorentz), relativitas umum memiliki relativitas grup lengkap
transformasi ruang-waktu. Dan berbagai ilmu kosmologi memiliki relativitas simetri
yang bermacam-macam dengan skala besar alam semesta yang dipercaya. Bahkan suatu
teori yang hanya berlaku pada ruang Euclidean mutlak, memberikan bahwa secara fisik
homogen dan isotropik, akan memiliki relativitas, yang dinamakan grup rotasi dan
translasi. (Wolfgang Rindler, 2006)

2.2.1 Hukum Newton Dan Kerangka Inersial

Ketika menggambarkan fenomena fisika di bumi, biasanya digunakan sistem koordinat


dengan titik asal pada pusat bumi. Tetapi, sistem koordinat ini tidak ideal untuk
menggambarkan gerak planet disekitar matahari. Sistem koordinat dengan titik asal pada
pusat matahari lebih natural. Karena matahari bergerak sekitar pusat galaksi, tidak ada
yang spesial tentang sistem koordinat dengan titik asal pada pusat matahari.

Kerangka acuan fundamental Newton disebut ‘ruang mutlak’. Sifat geometri dari
ruang ini diberikan oleh geometri Euclidean biasa. Ruang ini dapat didekati oleh sistem
koordinat kartesian. Kerangka acuan non-rotasi yang diam, atau yang bergerak secara
seragam dalam ruang mutlak disebut kerangka acuan Galilean. Dengan memilih titik asal
dan orientasi, sistem telah ditetapkan. Newton juga mengenalkan waktu universal yang
berdetik pada laju yang sama pada semua posisi dalam ruang. (Grøn Ø., Hervik S., 2007)

Relatif terhadap kerangka acuan Galillean, semua mekanika berkelakuan


berdasarkan tiga hukum Newton:

(i) Partikel bebas bergerak dengan vektor kecepatan konstan.


𝑑𝐫
𝐮 = = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝑑𝑡

Universitas Sumatera Utara


dengan r adalah vektor posisi.

(ii) Vektor gaya pada suatu partikel sama dengan hasil kali massanya dengan
vektor percepatan : F = m.a

(iii) Gaya dari aksi dan reaksi adalah sama dan berlawanan; sebagai contoh, jika
partikel A memberikan gaya F pada partikel B, maka B memberikan suatu
gaya –F pada A.

Hukum fisika biasanya dinyatakan relatif terhadap kerangka acuan, yang


mengijinkan kuantitas fisika seperti kecepatan, medan listrik dan lain-lain, untuk
didefinisikan. Diantara kerangka yang lebih disukai adalah kerangka tegar yang inersial.
Selanjutnya hukum Newton diaplikasikan didalamnya.

Hukum pertama Newton menyajikan untuk memilih kerangka inersial di antara


kerangka tegar : kerangka tegar disebut kerangka inersial jika partikel bebas bergerak
tanpa percepatan relatif terhadapnya. Dan selama kehadirannya, hukum Newton
digunakan secara sama dalam semua kerangka inersial. Bagaimanapun, Newton
mempostulatkan keberadaan dari ruang mutlak dimana dia berpikir pusat massa dari
sistem tata surya adalah dalam keaadaan diam dan baginya, ini adalah daerah utama untuk
mekanikanya. Bahwa hukum-hukum yang secara sama sah dalam semua kerangka acuan
lain yang bergerak secara seragam terhadap ruang mutlak (kerangka inersial) adalah
teorema yang menarik baginya. (Wolfgang Rindler, 2006)

2.2.2 Relativitas Newton

Dengan mengingat bahwa suatu kerangka inersial adalah suatu kerangka tegar yang mana
hukum pertama Newton berlaku. Anggap kerangka S pada Gambar 2.1 adalah inersial.
Karena, menurut transformasi Galileo kecepatan tetap dalam S bertransformasi ke

Universitas Sumatera Utara


kecepatan konstan dalam 𝐒′, dapat dilihat bahwa semua partikel bebas dalam S bergerak
secara seragam dalam 𝐒′, yang oleh karena itu juga inersial. Dengan kata lain, hanya
kerangka yang bergerak secara seragam relatif ke S yang dapat menjadi inersial. Untuk
titik tetap dalam setiap kerangka inersial adalah partikel bebas potensial, sehingga
semuanya harus bergerak secara seragam relatif terhadap S.

z (x,y,z,t)
Z’ S’
v (x’,y’,z’,t’)
S
vt x’

O O’
y
Y’

x X’

Gambar 2.1 Kerangka S′ Bergerak dengan Kecepatan Konstan Terhadap Kerangka


S. (Ronald Gautreau, 2002)

Dalam transformasi koordinat Galilean, hubungan antara pengukuran (𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡)


milik O dengan pengukuran (𝑥 ′ , 𝑦 ′ , 𝑧 ′ , 𝑡 ′ ) milik O’ untuk sebuah kejadian tertentu
dipeoleh dengan mengkaji gambar (2.1) diatas adalah :
𝑥 ′ = 𝑥 − 𝑣𝑡 ; 𝑦 = 𝑦 ′ ; 𝑧 ′ = 𝑧 𝑑𝑎𝑛 𝑡 = 𝑡′ (2.7)

Sekarang, dari invariansi percepatan dapat dilihat bahwa semua yang dibutuhkan
agar tiga hukum Newton invarian diantara kerangka inersial adalah (i) suatu aksioma
bahwa massa m adalah invarian, dan (ii) aksioma bahwa setiap gaya adalah invarian.
Kedua asumsi ini tentu saja bagian dari teori Newton. Menghasilkan sifat dari mekanika
Newton bahwa hal ini berlaku sama pada semua kerangka inersial yang disebut relativitas
Newtonian (atau Galilean). (Wolfgang Rindler, 2006)

Universitas Sumatera Utara


Dalam mekanika Newton, dianggap bahwa massa inersial dari benda tidak
bergantung pada kecepatan benda. Maka massa benda di S sama seperti di 𝐒′. Sehingga
gaya 𝐅′, diukur dalam 𝐒′ adalah
𝑑𝐮′ 𝑑𝐮
𝐅′ = 𝑚 ′
=𝑚 =𝐅 (2.8)
𝑑𝑡 𝑑𝑡

Oleh karena itu, gaya di 𝐒′ sama seperti di S. Hasil ini mungkin digambarkan dengan
mengatakan bahwa hukum kedua Newton invarian dibawah transformasi Galliean; yaitu
ditulis dalam cara yang sama dalam setiap kerangka acuan Galilean (inersial). Dengan
kata lain, prinsip relatvitas Newtonin (Galilean) menyatakan bahwa ‘setiap sistem
mekanika akan berkelakuan dalam cara yang sama dalam semua kerangka Galilean
(inersial)’. (Grøn Ø., Hervik S., 2007)

2.3 Teori Relativitas Umum Einstein

Untuk setiap sistem fisis, setiap hukum yang menghubungkan besaran fisis tidak akan
bergantung kepada sistem pemilihan sistem koordinat. Hal ini berarti, persamaan gerak
sistem akan memiliki bentuk yang tetap (tidak berubah) di dalam semua sistem
koordinat. Persamaan yang tidak berubah bentuknya terhadap transformasi koordinat
dikatakan memiliki sifat kovarian terhadap transformasi tersebut. Sifat inilah yang
menyebabkan tensor banyak digunakan untuk menelaah suatu sistem fisis.

Tensor adalah besaran yang merupakan perluasan dari vektor, seperti halnya
vektor merupakan perluasan dari besaran skalar. Tensor memiliki komponen-komponen
seperti halnya vektor. Besaran vektor sangat penting dalam fisika karena ia menyatakan
objek dengan kaedah-kaedah yang tetap sama meskipun kerangka acuan yang dipilih
berubah-ubah. Perubahan kerangka acuan memang menyebabkan nilai komponen tensor
berubah pula, namun kaedah-kaedah yang berlaku bagi komponen tensor tetap tidak
berubah.

Universitas Sumatera Utara


Teori relativitas umum adalah salah satu teori fisika modern yang cukup besar
peranannya dalam menerangkan struktur ruang waktu dan jagad raya. Teori ini adalah
teori yang indah memiliki daya pikat ramalan terhadap gejala alam yang cukup menarik,
namun memiliki persyaratan matematika berupa analisis tensor. Karena itu akan disajikan
analisis tensor sebagai jembatan untuk memahami teori relativitas umum.

2.3.1 Analisis Tensor

Tensor adalah besaran yang merupakan perluasan besaran vektor seperti halnya vektor
adalah perluasan besaran skalar. Yang terakhir disebut ini adalah besaran yang hanya
ditentukan oleh angkanya saja, seperti harga barang, ukuran panjang, suhu dan lain-lain.
Sedangkan vektor adalah besaran yang selain ditentukan oleh besar (angkanya) dan juga
oleh arahnya. Misalnya kecepatan, kekuatan tarik, gaya, dan lain-lain. Sebagai contoh bila
kita mengatakan tiupan angin yang berkecepatan sepuluh kilometer per jam, maka kita
harus menyebut pula angin itu bertiup dari mana kemana, misalnya dari arah barat ke
timur. Jadi faktor arah juga harus disertakan untuk melengkapi pernyataan kecepatan.
Begitu juga dengan gaya, kita harus menyebut pula kemana arah dorongannya.
Sedangkan tensor lebih luas dari vektor, yaitu besaran yang selain ditentukan oleh besar
(angkanya) dan arahnya juga ditentukan oleh sejumlah faktor lain.

Semua sifat-sifat vektor yang telah dikenal akan dimiliki juga oleh tensor dan
penggunaan tensor juga didalam fisika, umumnya akan membuat hukum-hukum fisis
yang mempunyai bentuk yang lebih umum dan sederhana. Besaran tensor sangat penting
dalam geometri karena mereka menyatakan objek geometri yang sebagaimana diketahui
pada hakikatnya tetap sama walaupun sistem koordinat yang kita pilih untuk menyatakan
objek geometri tersebut dalam ungkapan analisis atau koordinat. (Hans. J. Wospakrik,
1972). Untuk setiap sistem fisis, setiap hukum yang menghubungkan besaran fisis tidak
akan bergantung kepada pemilihan sistem koordinat. Hal ini berarti, persamaan gerak
sistem (baik zarah maupun medan) akan memiliki bentuk yang tetap (tidak berubah)

Universitas Sumatera Utara


didalam semua sistem koordinat. Persamaan yang tidak berubah bentuknya terhadap
transformasi koordinat dikatakan memiliki sifat kovarian terhadap transformasi tersebut.
Sifat inilah yang menyebabkan tensor banyak digunakan untuk menelah sistem fisis.
Didalam analisis tensor ada tiga indeks yang digunakan, yang jika semua indeks berada
diatas disebut dengan tensor kontravarian, sebaliknya jika semua indeks berada dibawah
disebut dengan tensor kovarian dan apabila indeks berada diatas dan dibawah disebut
dengan tensor campuran. Jumlah indeks menyatakan rank dari tensor.

Teori Relativitas Umum (TRU) merupakan teori fisika modern yang cukup besar
peranannya dalam menerangkan struktur ruang waktu dan jagad raya. Teori ini
merupakan salah satu teori yang indah, memiliki daya pikat ramalan terhadap gejala alam
yang cukup menarik, namun memiliki persyaratan matematik berupa analisis tensor,
karena itulah sangat dibutuhkan analisis tensor sebagai jembatan untuk memahami teori
relativitas umum. Namun demikian, tensor juga dapat dibedakan berdasarkan hukum
transformasi yang dimilikinya yaitu :

1. Vektor Kontravarian

Fungsi 𝐵 𝑝 dalam sistem koordinat (𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦𝑛 ) disebut vektor kontravarian jika pada
suatu transformasi koordinat 𝑈𝑛 → 𝑈𝑛 , sehingga fungsi 𝐵 𝑝 akan ditransformasikan
menjadi
𝑛
𝜕𝑦�𝑝 𝑞
𝑝
𝐵 → 𝐵 =��𝑝 𝐴 , 𝑝 = 1, 2, … , 𝑛
𝜕𝑦𝑞
𝑞=1

dimana 𝐵� 𝑝 merupakan fungsi dalam sistem koordinat (𝑦1 , �𝑦2 , … , 𝑦�𝑛 ).


𝜕𝑦�𝑝 𝑞
𝐵� 𝑝 = 𝐵 (2.9)
𝜕𝑦𝑞

disebut komponen vektor kontravarian atau tensor kontravarian rank satu.

Universitas Sumatera Utara


2. Vektor Kovarian

Fungsi 𝐵𝑝 dalam sistem koordinat (𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦𝑛 ) disebut vektor kovarian jika pada suatu
transformasi koordinat 𝑈𝑛 → 𝑈𝑛 , sehingga fungsi 𝐵𝑝 akan ditransformasikan menjadi
𝑛
𝜕𝑦𝑞
𝐵𝑝 → 𝐵�𝑝 = � 𝐵 , 𝑝 = 1, 2, … , 𝑛
𝜕𝑦�𝑝 𝑞
𝑞=1

dimana 𝐵�𝑝 merupakan fungsi dalam sistem koordinat (𝑦�1 , �𝑦2 , … , 𝑦�𝑛 ).
𝜕𝑦𝑞
𝐵�𝑝 = 𝐵 (2.10)
𝜕𝑦�𝑝 𝑞

disebut komponen vektor kovarian atau tensor kovarian rank satu atau order satu.

3. Invarian

Suatu fungsi 𝐵 = 𝐵 (𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦𝑛 ) disebut invarian jika pada suatu transformasi


koordinat 𝑈𝑛 → 𝑈𝑛 , sehingga fungsi 𝐵 akan ditransformasikan menjadi
𝐵 (𝑦𝑛 ) → 𝐵� (𝑦�𝑛 ) = 𝐵 (𝑦𝑛 ) (2.11)

4. Tensor Campuran

Dalam konsep tensor, suatu tensor campuran adalah tensor yang bukan jenis kovarian
kuat maupun kontravarian kuat. Fungsi 𝐵𝑞𝑝 dalam sistem koordinat (𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦𝑛 ) disebut
tensor campuran yang memiliki komponen kontravarian rank satu dan komponen
kovarian rank satu. Jika pada suatu transformasi koordinat 𝑈𝑛 → 𝑈𝑛 , maka fungsi 𝐵𝑞𝑝
ditransformasikan menjadi
𝑛 𝑛
𝜕𝑦�𝑝 𝜕𝑦𝑠 𝑟
𝐵𝑞𝑝 → 𝐵�𝑞𝑝 = �� 𝐵 , 𝑝, 𝑞 = 1, 2, … , 𝑛
𝜕𝑦𝑟 𝜕𝑦�𝑞 𝑠
𝑠=1 𝑟=1

Universitas Sumatera Utara


dimana 𝐵�𝑞𝑝 merupakan fungsi dalam sistem koordinat (𝑦�1 , 𝑦�2 , … , 𝑦�𝑛 ). Diperoleh
𝜕𝑦�𝑝 𝜕𝑦𝑠 𝑟
𝐵�𝑞𝑝 = 𝐵 (2.12)
𝜕𝑦𝑟 𝜕𝑦�𝑞 𝑠

yang menyatakan komponen tensor campuran.

Dengan menggunakan defenisi dari tensor campuran di atas akan ditunjukkan


bahwa 𝛿𝑝𝑝 juga merupakan suatu tensor campuran. Sekarang perhatikan persamaan
transformasi berikut
𝜕𝑦�𝑝 𝜕𝑦𝑠 𝑟
𝛿𝑞̅ 𝑝 = 𝛿
𝜕𝑦𝑟 𝜕𝑦�𝑞 𝑠
𝜕𝑦�𝑝 𝜕𝑦𝑟
𝛿𝑞̅ 𝑝 =
𝜕𝑦𝑟 𝜕𝑦�𝑞

𝛿𝑞̅ 𝑝 = 𝛿𝑞𝑝 (2.13)

dimana 𝛿𝑞𝑝 = {0,


1, 𝑝=𝑞
dan 𝛿𝑞̅ 𝑝 = {0,
1, 𝑝 = 𝑞
𝑝≠𝑞 𝑝 ≠ 𝑞. Jadi diketahui bahwa 𝛿𝑞𝑝 merupakan tensor
campuran dengan kontravarian dan kovarian masing-masing ber-rank satu atau biasa
dinamakan dengan delta kronecker.

2.3.1.1 Transformasi Koordinat

Misalkan koordinat-koordinat tegak lurus (x, y, z) dari sebarang titik dinyatakan sebagai
fungsi-fungsi sehingga
𝑥 = 𝑥(𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ), 𝑦 = 𝑦(𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ), 𝑧 = 𝑧(𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) (2.14)

Andaikan bahwa bentuk di atas dapat dipecahkan untuk 𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 dalam 𝑥, 𝑦, 𝑧, yakni


𝑢1 = 𝑢1 (𝑥, 𝑦, 𝑧), 𝑢2 = 𝑢2 (𝑥, 𝑦, 𝑧), 𝑢3 = 𝑢3 (𝑥, 𝑦, 𝑧) (2.15)

Universitas Sumatera Utara


Fungsi-fungsi dalam persamaan (2.14) dan (2.15) dianggap tunggal dan memiliki
turunan-turunan yang kontinu sehingga kaitan (𝑥, 𝑦, 𝑧) dengan (𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) adalah
tunggal.

Misalkan diketahui sebuah titik P dengan koordinat-koordinat tegak lurus (𝑥, 𝑦, 𝑧)


maka dari persamaan (2.14) dapat diasosiasikan suatu himpunan koordinat-koordinat
(𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) yang tunggal yang disebut koordinat-koordinat kurvilinier dari P. Himpunan
persamaan (2.14) dan (2.15) mendefenisikan suatu transformasi koordinat.

z kurva 𝑢3

𝑢1 = 𝑐1
P

𝑢2 = 𝑐2

𝑢3 = 𝑐3

kurva 𝑢2
kurva 𝑢1
y

Gambar 2.2 Kurva-kurva dan garis koordinat. (J. D. Anand, 2003)

Selanjutnya, akan didefenisikan transformasi koordinat menyangkut sistem koordinat lain


dengan dimensi yang lebih tinggi. Untuk itu perlu diketahui terlebih dahulu mengetahui
ruang dengan sebarang dimensi dan membahas sifat-sifat transformasi daripada ruang
tersebut.

Sebuah ruang berdimensi n, dimana n adalah sembarang bilangan bulat positif,


adalah merupakan himpunan daripada susunan yang teratur,
𝑥 = (𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 ) (2.16)

Universitas Sumatera Utara


dan yang memenuhi sifat-sifat daripada sebuah ruang vektor. Komponen sebuah vektor
dalam ruang berdimensi n tersebut akan dinyatakan dengan indeks tertentu. Suatu kurva
di dalam sebuah ruang berdimensi n adalah himpunan dari titik-titik x yang memenuhi n
buah persamaan, yaitu 𝑥𝛼 = 𝑥𝛼 (𝑡), dimana t adalah parameter dan 𝛼 = 1, 2, … , 𝑛. Jika 𝑅𝑛
dianggap sebagai subruang dari 𝑅𝑁 (n < N) maka 𝑅𝑛 ditunjukkan oleh
𝑥𝛼 = 𝑥𝛼 �𝑡1 , 𝑡2, … , 𝑡𝑛 � dengan 𝑡𝑖 , 𝑖 = 1, 2, … , 𝑛 menyatakan n buah parameter dan
𝛼 = 1, 2, … , 𝑛.

Kemudian diberikan sistem koordinat mencakup ruang tersebut, yaitu


𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , 𝑥4 yang membentuk sistem koordinat di 𝑅𝑛 . Setiap 𝑥̅ = (𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 )
menyatakan titik pada ruang 𝑅𝑛 . Misalkan ada transformasi dari suatu sistem koordinat ke
sistem yang lain maka bentuk perubahan koordinatnya dinyatakan sebagai berikut:
𝑥1′ = 𝑥1′ (𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , 𝑥4 )
𝑥2′ = 𝑥2′ (𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , 𝑥4 )
. . .
. . .
. . .
𝑥𝑛′ = 𝑥𝑛′ (𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑁 )

Dengan demikian, diferensial untuk 𝑑𝑥1 , 𝑑𝑥2 , 𝑑𝑥3 , 𝑑𝑥4 dapat ditulis sebagai berikut:
𝜕𝑥1′ 𝜕𝑥1′ 𝜕𝑥1′ 𝜕𝑥1′
𝑑𝑥1′ = 𝑑𝑥1 + 𝑑𝑥2 + 𝑑𝑥3 + 𝑑𝑥
𝜕𝑥1 𝜕𝑥2 𝜕𝑥3 𝜕𝑥4 4
𝜕𝑥2′ 𝜕𝑥2′ 𝜕𝑥2′ 𝜕𝑥2′
𝑑𝑥2′ = 𝑑𝑥 + 𝑑𝑥 + 𝑑𝑥 + 𝑑𝑥
𝜕𝑥1 1 𝜕𝑥2 2 𝜕𝑥3 3 𝜕𝑥4 4
. . .
. . .
. . .
𝜕𝑥𝑛′ 𝜕𝑥𝑛′ 𝜕𝑥𝑛′
𝑑𝑥𝑛′ = 𝑑𝑥1 + 𝑑𝑥2 + … + 𝑑𝑥
𝜕𝑥1 𝜕𝑥2 𝜕𝑥𝑁 𝑁
Atau dapat juga disederhanakan menjadi

Universitas Sumatera Utara


𝑁
𝜕𝑥𝜇′
𝑑𝑥𝑛′ =� 𝑑𝑥 (2.17)
𝜕𝑥𝛼 𝛼
𝛼=1

dengan 𝜇 = 1,2,3,4, … , 𝑛

2.3.2 Koordinat Kurvalinier

2.3.2.1 Koordinat Kurvalinier Ortogonal

Jika diperhatikan pada Gambar 2.2 permukaan-permukaan 𝑢1 = 𝑐1 , 𝑢2 = 𝑐2 , 𝑢3 = 𝑐3


dimana 𝑐1 , 𝑐2 , 𝑐3 adalah konstanta, disebut permukaan-permukaan koordinat, dan setiap
pasangan permukaan-permukaan ini berpotongan melalui kurva-kurva yang disebut
kurva-kurva dan garis-garis koordinat (Gambar 2.2). Bila permukaan-permukaan
koordinat ini berpotongan tegak lurus, maka sistem koordinatnya disebut ortogonal.
Kurva-kurva koordinat 𝑢1 , 𝑢2 𝑑𝑎𝑛 𝑢3 dari sistem kurvalinear ini analog dengan sumbu-
sumbu koordinat (𝑥, 𝑦, 𝑧) dalam sistem koordinat tegak lurus.

2.3.1.2 Vektor Satuan dalam Sistem Koordinat Kurvalinier

Misalkan 𝑟 = 𝑥�𝑖 + 𝑦�𝑗 + 𝑧̂ 𝑘 adalah vektor kedudukan dari sebuah titik P. maka persamaan
(2.14) dapat ditulis sebagai 𝑟 = 𝑟(𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ). Sebuah vektor singgung pada kurva 𝑢1 di P
(dengan 𝑢2 dan 𝑢3 adalah konstanta) adalah
𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑟
, , (2.18)
𝜕𝑢1 𝜕𝑢2 𝜕𝑢3

masing-masing adalah vektor singgung terhadap kurva dengan koordinat: 𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 .


Maka vektor-vektor satuan dalam masing-masing arah koordinat kurvalinier ini adalah:
𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑟
𝜕𝑢1 1 𝜕𝑟 𝜕𝑢2 1 𝜕𝑟 𝜕𝑢3 1 𝜕𝑟
ê1 = = , ê2 = = , ê3 = = (2.19)
𝜕𝑟 ℎ1 𝜕𝑢1 𝜕𝑟 ℎ2 𝜕𝑢2 𝜕𝑟 ℎ3 𝜕𝑢3
� � � � � �
𝜕𝑢1 𝜕𝑢2 𝜕𝑢3

Universitas Sumatera Utara


dengan
𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑟
ℎ1 = � �, ℎ2 = � �, ℎ3 = � �
𝜕𝑢1 𝜕𝑢2 𝜕𝑢3
adalah panjang vektor-vektor singgung yang bersangkutan atau disebut juga sebagai
faktor skala.

Uraian di atas memberikan bentuk pernyataan untuk sistem koordinat ortogonal


yang ditinjau dengan berlaku syarat:
ê1 . ê2 = ê2 . ê3 = ê3 . ê1 = 0 (2.20)

yang ketiga vektor satuan ê1 , ê2 , ê3 ini membentuk himpunan vektor satuan koordinat
kurvalinier (Gambar 2.3). Dalam hal seperti ini penggunaan sistem koordinat kurvalinier
yang sesuai seperti koordinat bola ternyata mengalihkan persoalan menjadi sederhana
untuk ditangani.

2.3.2.3 Koordinat Kurvalinier Umum

er


P(r,ө,Ф)
θ r u2

y
φ

u1

Gambar 2.3 Sistem koordinat kurvalinier bola. (Melly Frizha, 2012)

Universitas Sumatera Utara


Dari 𝑟 = 𝑟(𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) kita peroleh
𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑟
𝑑𝑟 = 𝜕𝑢 𝑑𝑢1 + 𝜕𝑢 𝑑𝑢2 + 𝜕𝑢 𝑑𝑢3
1 2 3

= ℎ1 𝑑𝑢1 ê1 + ℎ2 𝑑𝑢2 ê2 + ℎ3 𝑑𝑢3 ê3

Maka diferensial dari panjang busur 𝑑𝑠 ditentukan dari 𝑑𝑠 2 = 𝑑𝑟 . 𝑑𝑟. Untuk sistem
ortogonal,
𝑑𝑠 2 = ℎ12 𝑑𝑢12 + ℎ22 𝑑𝑢22 + ℎ32 𝑑𝑢32
3

𝑑𝑠 2 = � ℎ𝑖2 𝑑𝑥𝑖2 (2.21)


𝑖=1

Untuk sistem-sistem kurvalinier yang tak ortogonal maka bentuk 𝑑𝑠 2 tidak akan memiliki
bentuk yang sederhana seperti sebelumnya. Tapi secara umum dapat dituliskan sebagai
berikut:
𝑑𝑠 2 = 𝑔11 𝑑𝑥12 + 𝑔12 𝑑𝑥1 𝑑𝑥2 + 𝑔13 𝑑𝑥1 𝑑𝑥3 + 𝑔21 𝑑𝑥2 𝑑𝑥1 + 𝑔22 𝑑𝑥22 +
𝑔23 𝑑𝑥2 𝑑𝑥3 + 𝑔31 𝑑𝑥3 𝑑𝑥1 + 𝑔32 𝑑𝑥3 𝑑𝑥2 + 𝑔33 𝑑𝑥33

dimana komponen 𝑔𝑖𝑗 pada persamaan merepresentasikan koefisien-koefisien yang


muncul dalam perhitungan 𝑑𝑥 2 + 𝑑𝑦 2 + 𝑑𝑧 2 . Bentuk 𝑑𝑠 2 dapat juga disederhanakan
menjadi
3 3
2
𝑑𝑠 = � � 𝑔𝑖𝑗 𝑑𝑥𝑖 𝑑𝑥𝑗 (2.22)
𝑖=1 𝑗=1

Dalam bentuk matriks dapat dituliskan dengan


𝑔11 𝑔12 𝑔13 𝑑𝑥1
2
𝑑𝑠 = (𝑑𝑥1 𝑑𝑥2 𝑑𝑥3 ) �𝑔21 𝑔22 𝑔23 � �𝑑𝑥2 � (2.23)
𝑔31 𝑔32 𝑔33 𝑑𝑥3

Persamaan (2.23) adalah representasi 𝑔𝑖𝑗 lainnya yang dinyatakan dalam bentuk matriks.

Universitas Sumatera Utara


2.3.3 Prinsip Ekuivalensi

Salah satu ciri kerangka inersial adalah suatu partikel diam akan tetap diam bila tidak ada
gaya yang bekerja padanya. Biasanya gravitasi dianggap gaya, tetapi gravitasi memiliki
sifat yang unik, karena semua partikel dan energi akan terkena gravitasi, dan semua
partikel yang memiliki kecepatan awal yang sama akan memiliki lintasan yang sama
dalam medan gravitasi, tak bergantung pada susunan internal partikelnya. Untuk gaya-
gaya lain seperti gaya elektromagnetik, interaksi kuat, interaksi lemah beberapa partikel
ada yang kena dan ada yang tidak. Misalnya gaya elektromagnetik hanya terkena pada
partikel bermuatan.

Pada partikel netral tidak terkena gaya ini, jadi untuk gaya-gaya ini selalu dapat
didefinisikan secara eksperimen bagaimana lintasan partikel yang tidak terkena gaya.
Tetapi tidak halnya untuk gravitasi, tidak ada partikel untuk membedakan lintasan
partikel yang tidak terkena medan gravitasi (karena semua pasti terkena dan tidak ada
yang terbedakan). Tetapi ada kerangka dimana partikel-partikel memiliki kecepatan yang
seragam. Kerangka ini jatuh bebas dalam medan gravitasi dan semua partikel bebas akan
memiliki kecepatan relatif sama terhadapa kerangka ini.

Ketika Newton merumuskan hukum gerak dan hukum gravitasinya, ia


mendefenisikan massa inersial dan massa gravitasi. Massa inersial diukur berdasarkan
ukuran kelembaman suatu benda terhadap gaya dorong atau gaya tarik yang bekerja,
sedangkan massa gravitasi diukur berdasarkan pengaruh gaya gravitasi pada benda
tersebut. Para eksperimentalis sejak zaman Newton hingga pertengahan abad ke-20 telah
berusaha membuktikan kesetaraan antara kedua jenis massa tersebut. Dengan percobaan
yang paling terkenal adalah percobaan Eotvos yang membuktikan bahwa kedua massa
tersebut setara. Berdasarkan bukti eksperimen tersebut, akhirnya Einstein menyimpulkan
dalam postulatnya yang terkenal dengan nama Prinsip Ekuivalensi Massa bahwa,”Gaya
gravitasi dan gaya inersial yang bekerja pada benda tunggal adalah sama dan tidak

Universitas Sumatera Utara


terbedakan (indistinguisable) satu sama lain”. Konsekuensinya adalah bahwa tidak ada
lagi kerangka acuan inersial.

2.3.4 Prinsip Kovariansi Umum

Akibat prinsip ekuivalensi massa yang menyebabkan tidak adanya kerangka acuan
inersial, maka prinsip relativitas khusus menyatakan bahwa hukum-hukum fisika berlaku
sama pada kerangka acuan inersial tidaklah berlaku umum. Oleh karena itu, Einstein
merumuskan postulat keduanya yang terkenal dengan nama Prinsip Kovariansi Umum
yang menyatakan bahwa,”Semua hukum-hukum fisika berlaku sama pada semua
kerangka acuan tanpa kecuali”. Konsekuensinya adalah setiap besaran fisika haruslah
dinyatakan dalam bentuk umum dan tidak bergantung pada koordinat dimana ia
didefenisikan. Artinya semua besaran fisika harus dinyatakan dalam bentuk tensor.
Seperti telah dinyatakan sebelumnya dalam relativitas khusus, hukum-hukum gerak
dinyatakan dalam bentuk yang invarian terhadap transformasi Lorentz dengan
konsekuensi diperkenalkannya konsep ruang dan waktu dimensi 4 dengan metrik
Minkowski. Generalisasinya, teori relativitas umum menyatakan bahwa hukum-hukum
fisika harus invarian terhadap transformasi umum dengan konsep ruang-waktu 4 dimensi.

2.3.5 Kelengkungan Ruang-Waktu

Menurut Einstein, ruang dan waktu bersifat relatif. Ruang tergantung pada pengamatnya.
Ruang merupakan semacam hubungan antara benda-benda yang diukur dengan cara-cara
tertentu. Dengan demikian apabila pengukurannya dilakukan dengan cara yang berbeda,
maka hasilnyapun akan berbeda. Waktu juga bersifat relatif karena hasil pengukuran
terhadap hubungan-hubungan yang menyangkut waktu tergantung pada pengertian
keserampakan, karena apabila sesuatu terjadi, misalnya ledakan, maka kuatnya bunyi
ledakan akan berbeda di berbagai tempat. Selanjutnya H.A. Lorentz membuat suatu teori“

Universitas Sumatera Utara


persamaan transformasi” yang melukiskan hubungan antara cara-cara pengukuran jarak –
juga cara-cara pengukuran waktu – yang menyangkut dua pengamat yang mempunyai
kerangka acuan yang berbeda dan berada dalam keadaan bergerak secara lurus, yang
saling mendekati.

Di sini didapatkan sebenarnya jarak merupakan sekedar ukuran untuk menentukan


ruang, demikianpun dengan transformasi dengan waktu dan hubungannya dengan ruang
tidak akan pernah diketahui waktu secara tepat apabila tidak memperhitungkan koordinat
ruang dan sebaliknya tidak akan diketahui ruang dari suatu obyek bila tidak
memperhitungkan koordinat waktu. Sesungguhnya tidak ada waktu yang bersifat
mandiri/mutlak, tidak ada ruang yang terpisah dari waktu atau waktu yang terpisah dari
ruang yang ada hanyalah ruang-waktu. Akhirnya mulai saat ini kita harus memandang
ruang dan waktu secara kontinum, jalin-menjalin secara tidak terpisahkan yang satu tidak
mungkin ada tanpa yang lainnya. Keduanya merupakan satu kesatuan yang menyebabkan
timbulnya segenap kenyataan. Dengan demikian waktu, ruang merupakan sekedar matra
dari ruang-waktu.

Dari teori relativitas khusus, baik waktu atau ruang adalah bergerak relatif
terhadap gerak pengamat dengan interval panjang dan waktu diukur oleh seorang
pengamat secara umum tidak sama dengan interval panjang dan waktu yang diukur oleh
pengamat yang berbeda. Karena panjang dan waktu relatif dan keduanya bergantung pada
gerak relatif pada lintasan yang sama maka perlu untuk menyatakan kembali bahwa ruang
berdimensi 3 dan 1 dimensi waktu tidak terpisah, dan lebih dari itu juga keduanya
merupakan komponen yang setara dari suatu ruang-waktu 4 dimensi yang tunggal. Untuk
menggambarkannya memang sulit tapi kita masih dapat merepresentasikannya secara
matematis dengan menggunakan pertimbangan persamaan yang sesuai.

Beberapa contoh penggambaran kelengkungan ruang-waktu ditunjukkan pada


Gambar 2.4 yang mengilustrasikan ruang datar berimensi 1 yang berupa garis lurus.
Untuk melengkungkannya, harus dibengkokkan pada arah yang lain. Tapi, kelengkungan

Universitas Sumatera Utara


yang ditunjukkan dalam 1 dimensi tidak cukup dan memerlukan 2 dimensi untuk
mengilustrasikannya lebih lanjut. Gambar 2.5 menyajikan suatu ruang 2 dimensi dan
ilustrasi bagaimana ruang itu dilihat jika dibengkokkan.

(a)

(b)

Gambar 2.4 Ruang 1 dimensi (a) yang datar (b) yang lengkung. (Rinto Anugraha, 2005)

(a) (b)

Gambar 2.5 Ruang 2 dimensi (a) yang datar (b) yang lengkung. (Rinto Anugraha, 2005)

2.4 Asas Kesetaraan

Dalam teori kerelativan umum Albert Einstein mengemukakan asas kesetaraan, yang
merintis jalan pencetusan teori kerelativan umum lima tahun kemudian. Teori ini pada
dasarnya menyatakan,” bahwa semua hukum fisika bersifat mutlak atau tak ubah terhadap
setiap pengamat, termasuk yang bergerak dengan percepatan. Salah satu hukum fisika
sederhana untuk menyatakan ini, yakni “hukum kelembaman”. Menurut hukum ini,
apabila semua gaya yang bekerja pada semua benda yang meniadakan pengaruh, maka

Universitas Sumatera Utara


benda tersebut akan berada pada keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan yang arah
atau besarnya tetap.

Einstein mengemukakan asas kesetaraan pada tahun 1911 yang mengatakan


bahwa: dalam sistem pengamatan yang jatuh bebas dalam gaya berat (sistem
ketaklemabaman), hukum fisika tetap berlaku seperti halnya dalam sistem pengamatan
tanpa medan gaya berat (Sistem kelembaman) dan bahwa gaya kelembaman (atau khayal)
setara dengan gaya berat. Karena gaya kelembaman bergantung pada massa ukuran dan
gaya berat bergantung pada massa ukuran berat , maka asas kesetaraan diatas
mengungkapkan bahwa kedua jenis massa ini sebenarnya adalah setara, atau lebih tegas
lagi sama besar.

2.4.1 Asas kesetaraan dan geodesik ruang waktu lengkung

Asas kesetaraan Einstein dengan demikian mempertegas kembali hasil percobaan Galileo
Galilei mengenai peristiwa jatuh bebas, bahwa semua benda bergerak dengan percepatan
yang sama dibawah pengaruh gaya berat, yakni percepatan gaya berat, yang sama sekali
tidak bergantung pada massanya masing-masing. Jadi dapat kita lihat bahwa gerak benda
yang secara geometri dinyatakan oleh geodesik ruang waktu lengkung, padanan fisikanya
adalah gerak dibawah pengaruh medan gaya berat. Nah, karena melengkungnya ruang
waktu mengakibatkan geodesiknya berupa garis lengkung dan dipihak lain percepatan
gaya berat disebabkan oleh gaya berat.

Maka pada tahun 1916, Albert Einstein mengemukakan dalam teori kerelatifan
umumnya bahwa hadirnya medan gaya berat di alam ini sebagai akibat melengkunghya
ruang waktu. Bila didalam teori gaya berat Newton yang menyatakan gaya berat Newton
melalui hukum gaya beratnya, maka dalam teori kerelatifan umum yang secara geometri
adalah teori tentang geometri ruang waktu lengkung, medan gaya berat dinyatakan
melalui komponen-komponen tensor metrik dari kuadrat metrik 𝑑𝑠 2 .

Universitas Sumatera Utara


Ketergantungan tensor metrik ini pada titik dalam ruang waktu tidaklah dipilih
seenaknya, melainkan harus memenuhi suatu aturan atau persamaan medan Einstein yang
sangat terkenal dalam teori kerelatifan umumnya. Persamaan ini adalah merupakan suatu
persamaan tensor yang menyatakan hubungan antara penyebaran materi disuatu pihak dan
kelengkungan ruang waktu yang dinyatakan melalui tensor Riemannya dipihak lain. Jadi
didalam persamaan medan Einstein memperlihatkan bahwa setiap benda bermassa
mengakibatkan ruang waktu disekitarnya melengkung, yang didalam fisikanya
dinyatakan bahwa disekitar benda bermassa akan timbul medan gaya berat atau gravitasi.
(Hans. J. W, 1978 )

2.4.2 Metrik Schwarzschild

Karl Schwarzschild adalah seorang ilmuan astronomi Jerman yang pertama kali
memecahkan persamaan medan gravitasi Einstein secara eksak pada tahun 1916, yang
dimaksud dengan pemecahan medan gravitasi Einstein adalah beliau mendapatkan
komponen-komponen tensor metrik 𝑔 dari kuadrat metriknya 𝑑𝑠 2 ruang waktu lengkung
yang memenuhi hubungan antara persamaan medan Einstein. Metrik yang didapat
Schwarzschild ini dalam teori kerelatifanya disebut dengan metrik Schwarzschild.
Schwarzschild juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori lubang hitam.
Lubang hitam adalah sebuah pemusatan massa yang cukup besar sehingga menghasilkan
gaya gravitasi yang sangat besar.

Gaya gravitasi yang sangat besar ini mencegah apapun lolos darinya kecuali
melalui perilaku terowongan kuantum. Medan gravitasi begitu kuat sehingga kecepatan
lepas di dekatnya mendekati kecepatan cahaya. Tak ada sesuatu, termasuk radiasi
elektromagnetik yang dapat lolos dari gravitasinya, bahkan cahaya hanya dapat masuk
tetapi tidak dapat keluar atau melewatinya, dari sini diperoleh kata “hitam”. Istilah lubang
hitam telah tersebar luas, meskipun ia tidak menunjuk ke sebuah lubang dalam arti biasa,
tetapi merupakan sebuah wilayah di angkasa dimana semua tidak dapat kembali. Secara

Universitas Sumatera Utara


teoritis, lubang hitam dapat memliki ukuran apa pun, dari mikroskopik sampai ke ukuran
alam raya yang dapat diamati.

Teori adanya lubang hitam pertama kali diajukan pada abad ke-18 oleh John
Michell and Pierre-Simon Laplace, selanjutnya dikembangkan oleh astronom Jerman
bernama Karl Schwarzschild pada tahun 1916 dengan berdasar pada teori relativitas
umum dari Albert Einstein, dan semakin dipopulerkan oleh Stephen William Hawking.
Pada saat ini banyak astronom seperti charis yang percaya bahwa hampir semua galaksi
dialam semesta ini mengelilingi lubang hitam pada pusat galaksi. John Archibald Wheeler
pada tahun 1967 yang memberikan nama Lubang Hitam sehingga menjadi populer di
dunia bahkan juga menjadi topik favorit para penulis fiksi ilmiah. Kita tidak dapat melihat
lubang hitam, akan tetapi kita bisa mendeteksi materi yang tertarik/tersedot ke arahnya.
Dengan cara inilah, para astronom mempelajari dan mengidentifikasikan banyak lubang
hitam di angkasa lewat observasi yang sangat hati-hati sehingga diperkirakan di angkasa
dihiasi oleh jutaan lubang hitam.

Lubang Hitam tercipta ketika suatu objek tidak dapat bertahan dari kekuatan
tekanan gaya gravitasinya sendiri. Banyak objek (termasuk matahari dan bumi) tidak akan
pernah menjadi lubang hitam. Tekanan gravitasi pada matahari dan bumi tidak
mencukupi untuk melampaui kekuatan atom dan nuklir dalam dirinya yang sifatnya
melawan tekanan gravitasi. Tetapi sebaliknya untuk objek yang bermassa sangat besar,
tekanan gravitasilah yang menang.

Massa dari lubang hitam terus bertambah dengan cara menangkap semua materi
didekatnya. Semua materi tidak bisa lari dari jeratan lubang hitam jika melintas terlalu
dekat. Jadi objek yang tidak bisa menjaga jarak yang aman dari lubang hitam akan
terhisap. Berlainan dengan reputasi yang disandangnya saat ini yang menyatakan bahwa
lubang hitam dapat menghisap apa saja disekitarnya, lubang hitam tidak dapat menghisap
material yang jaraknya sangat jauh dari dirinya. Dia hanya bisa menarik materi yang
lewat sangat dekat dengannya.

Universitas Sumatera Utara


Kita dapat mengambil salah satu contoh bayangkan matahari kita menjadi lubang
hitam dengan massa yang sama. Kegelapan akan menyelimuti bumi dikarenakan tidak
ada pancaran cahaya dari lubang hitam, tetapi bumi akan tetap mengelilingi lubang hitam
itu dengan jarak dan kecepatan yang sama dengan saat ini dan tidak terhisap masuk
kedalamnya. Bahaya akan mengancam hanya jika bumi kita berjarak 10 mil dari lubang
hitam, hal ini masih jauh dari kenyataan bahwa bumi berjarak 93 juta mil dari matahari.
Lubang hitam juga dapat bertambah massanya dengan cara bertubrukan dengan lubang
hitam yang lain sehingga menjadi satu lubang hitam yang lebih besar.

2.4.2.1 Teori Relativitas Umum dalam Metrik Schwarzschild

Penerapan Teori Relativitas Umum dalam persamaan gravitasi Einstein yang


mengabaikan tetapan kosmologi yang dirumuskan sebagai berikut :
1 8𝜋𝐺
𝑅µ𝑣 − 𝑔µ𝑣 𝑅 = − � 4 � 𝑇µ𝑣 (2.24)
2 𝑐

Dengan persamaan diatas akan diterapkan untuk menelaah beberapa gejala alam. Pertama
kali akan diturunkan solusi persaam gravitasi Einstein untuk objek statik bermassa M
yang diletakkan pada pusat koordinat dengan pemilihan koordinat empat dimensi berupa
tiga dimensi koordinat ruang polar ( r , 𝜃 , 𝜙 ) dan satu dimensi koordinat waktu (t), yang
dikenal sebagai solusi Schwarzschild.

Berikut ini akan diturunkan metrik yang mendiskripsikan medan gravitasi


isotropik statik. Agar lebih mudah diperoleh, metrik ruang waktu 4 dimensi ( 3 dimensi
ruang dan 1 dimensi waktu ) akan dirumuskan dalam wakilan koordinat bola. Dalam
koordinat bola, 3 koordinatnya adalah
𝑥 𝑚 = (𝑥1 , 𝑥 2 , 𝑥 3 ) = ( r , 𝜃 , 𝜙 ) (2.25)

Metrik ruang waktu datar dalam wakilan koordinat bola diberikan oleh
𝑑𝑠 2 = −𝑐 2 𝑑𝑡 2 + 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 𝑑𝜃 2 + 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃𝑑𝜙 2 (2.26)

Universitas Sumatera Utara


Dalam mengikuti penulisan Weinberg, nilai c sementara diisikan sama dengan 1
sehingga metrik diatas menjadi
𝑑𝑠 2 = −𝑑𝑡 2 + 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 𝑑𝜃 2 + 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃𝑑𝜙 2 (2.27)

Selanjutnya akan ditinjau metrik untuk medan gravitasi isotropik statik. Tensor metrik
untuk medan tersebut, yang dalam hal ini untuk komponen 𝑔𝑡𝑡 dan 𝑔𝑟𝑟 hanya merupakan
fungsi radial 𝑟. Bentuk metriknya menjadi
𝑑𝑠 2 = −𝐵(𝑟)𝑑𝑡 2 + 𝐴(𝑟)𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 (𝑑𝜃 2 + 𝑠𝑖𝑛2 𝜃𝑑𝜙 2 ) (2.28)

Dimana metrik diatas akan kembali ke metrik Minkowski jika sumber medan gravitasi
dilenyapkan. Dari metrik diatas, komponen tensor metrik kovarian yang tak lenyap adalah
𝑔𝑡𝑡 = −𝐵(𝑟), 𝑔𝑟𝑟 = 𝐴(𝑟), 𝑔𝑟𝑟 , 𝑔𝜃𝜃 = 𝑟 2 , 𝑔𝜙𝜙 = 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 (2.29)

Mengingat 𝑔µ𝑣 bersifat diagonal, komponen tensor metrik kontravarian bernilai


1 1 1 1
𝑔𝑡𝑡 = − , 𝑔𝑟𝑟 = , 𝑔𝜃𝜃 = 2 , 𝑔𝜙𝜙 = 2 2 (2.30)
𝐵(𝑟) 𝐴(𝑟) 𝑟 𝑟 𝑠𝑖𝑛 𝜃

Selanjutnya determinan matriks yang menyajikan komponen tensor metrik adalah g yang
bernilai
𝑔 = −𝐴(𝑟)𝐵(𝑟) 𝑟 4 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 (2.31)

2.4.2.2 Medan gravitasi dalam ruang waktu Schwarzschild like

Medan gravitasi adalah manifestasi dari kelengkungan ruang waktu. Ruang waktu datar
artinya tidak ada medan gravitasi. Medan gravitasi dalam ruang waktu Schwarzschild-like
seperti medan gravitasi statik non-rotasi yang meliputi metrik Schwarzschild-De Sitter,
metrik Reissner-Nordstrom-De Sitter (Nailul Hasan, 2005). Secara umum penulisan
elemen garis keempat metri tersebut sering ditulis dalam koordinat (t , r , 𝜃 , 𝜙 ) atau
dalam bentuk persamaanya seperti persamaan berikut :

Universitas Sumatera Utara


𝑑𝑠 2 = 𝐴(𝑟)𝑐 2 𝑑𝑡 2 − 𝐴(𝑟)−1 𝑑𝑟 2 − 𝑟 2 𝑑𝜃 2 − 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃𝑑𝜙 2 (2.32)

Dimana kita tau


𝐴(𝑟) = �1 − 𝑅𝑟𝑠 � (2.33)

Untuk metrik Schwarzschild, menggambarkan ruang waktu disekitar sebuah sumber


massa yang statik, yang tak berotasi dan tak bermuatan. Misalkan sebuah bintang masif
yang tak berotasi dan tak bermuatan, sebagai salah satu contoh matahari. Maka untuk
persaamaan metrik Reissner-Nordstrom adalah
𝑅𝑠 𝑞2
𝐴(𝑟) = �1 − + �
𝑟 𝑟2
(2.34)

Persaaman metrik diatas menggambarkan ruang waktu disekitar sebuah sumber massa
bermuatan yang statik, tak berotasi. Maka untuk persamaan metrik De-Sitter adalah
Ʌ
𝐴(𝑟) = �1 − 3𝑟 2 � (2.35)

Dan untuk persamaan metrik Schwarzschild-De Sitter adalah


𝑅𝑠 Ʌ
𝐴(𝑟) = �1 − 𝑟
− 3𝑟 2 � (2.36)

Sedangkan persamaan sebuah metrik untuk Reissner-Nordstrom-De Sitter adalah


𝑅𝑠 𝑞 2 Ʌ
𝐴(𝑟) = �1 − +
𝑟 𝑟2
− 𝑟 2� (2.37)
3

Sedangkan ruang waktu yang menggambarkan disekitar sebuah sumber massa bermuatan
yang statik, dan tak berotasi adalah
2𝐺𝑀 𝐺𝑞 2
𝑅𝑠 = 𝑐2
dan 𝑞 2 = 4𝜋𝜀 4
(2.38)
0𝑐

Dengan G adalah konstanta gravitasi Newton, sedangkan M adalah massa sumber medan
gravitasi, q adalah muatan sumber medan gravitasi, 𝜀0 adalah permitivitas ruang hampa.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai