Adoc - Pub - Bab II Tinjauan Pustaka
Adoc - Pub - Bab II Tinjauan Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
Walaupun teori Newton tidak sempurna, teori ini adalah suatu pendekatan yang
luar biasa dalam limit kasus gerak pada kecepatan rendah dan dalam suatu medan
gravitasi lemah. Setiap teori relativistik gravitasi harus sesuai dengan teori Newton dalam
limit kasus ini. Oleh karena itu, akan dimulai dengan suatu penjelasan singkat beberapa
aspek dari teori Newton yang telah beliau kemukakan dalam tulisanya seperti hukum
gravitasi Newton yang diaplikasikan untuk memprediksi dan menghitung secara teliti
gerak planet, bulan, satelit dan objek lain di alam semesta ini.
Hukum gravitasi Newton bersama dengan hukum gerak Newton telah diaplikasikan untuk
memprediksi dan menghitung secara teliti gerak planet, bulan, satelit, dan objek lain di
alam semesta. Berdasarkan Newton, hukum yang menentukan interaksi gravitasi adalah
”Gaya tarik gravitasi antara setiap dua benda di alam semesta secara langsung
sebanding pada perkalian massanya dan berbanding terbalik terhadap kuadrat jarak
antara kedua benda ”. Jika salah satu massa berada pada titik asal dan yang lain berada
pada suatu jarak radial r , maka persamaan gaya mengambil bentuk matematika :
𝐺𝑚𝑚′
𝐅= − 𝐫� (2.1)
𝑟2
dengan G = 6,67 x 10-11 N m2/Kg2 , 𝐫� adalah vektor satuan. Gaya gravitasional termasuk
gaya sentral yaitu gaya yang bergantung pada jarak radial dan beraksi sepanjang arah
radial. (Atam P. Arya, 1990)
Berdasarkan hukum Newton, gravitasi adalah aksi pada suatu jarak: massa pada
suatu titik beraksi secara langsung dan seketika pada massa lain, bahkan walaupun massa
tersebut tidak bersentuhan dengannya. Newton mempunyai rasa khawatir yang serius
tentang tarik-menarik khayal yang demikian dari massa yang jauh dan menyarankan
bahwa interaksi akan disampaikan oleh material medium. Pandangan modernnya adalah
bahwa gravitasi beraksi secara lokal melalui medan: suatu massa pada suatu titik
menghasilkan suatu medan, dan medan ini beraksi pada massa apapun yang berhubungan
dengannya. Medan gravitasi mungkin dipandang sebagai material medium yang dicari
Newton; medan adalah material karena memiliki suatu rapat energi. Gambaran interaksi
dengan memakai medan lokal mempunyai keuntungan lanjutan yang membimbing pada
teori relativistik yang mana efek gravitasional merambat pada kecepatan berhingga.
Dalam sistem tata surya, teori Newton adalah suatu penaksiran yang luar biasa.
Persamaan gaya (2.1) dapat diturunkan dari suatu energi potensial
Pada umumnya, dapat dikatakan bahwa efek relativistik akan menjadi kecil, jika energi
potensial jauh lebih kecil dari energi massa diam dan kecepatannya jauh lebih kecil
daripada kecepatan cahaya. Untuk suatu massa m yang bergerak dengan kecepatan v
sekitar suatu pusat massa 𝑚′ kita dapat menggambarkan kondisi ini sebagai
|𝑉| ≪ 𝑚𝑐 2 dan 𝑣≪𝑐
Medan gravitasi yang kita pandang sebagai pembawa interaksi didefenisikan sebagai
gaya persatuan massa,
1
𝐠(𝐫) = 𝐅(𝐫) (2.3)
𝑚
Defenisi ini membuat potensial negatif, seperti yang diperkirakan untuk suatu gaya tarik.
Potensial gravitasi kadang-kadang didefenisikan dengan tanda yang berlawanan dari
Dengan 𝜌(𝐫 ′ ) adalah rapat massa. Persamaan (2.5) menyatakan bahwa Φ mematuhi
persamaan poisson
∇2 𝛷(𝐫) = +4 𝜋 𝐺𝜌(𝐫) (2.6)
Pada intinya, teori relativitas Einstein (baik teori relativitas khusus maupun teori
relativitas umum) adalah teori fisika modern dari ruang dan waktu, yang telah mengganti
konsep ruang dan waktu absolut Newton dengan ruang-waktu.
Defenisi yang lebih modern dan positif dari relativitas telah disusun dari teori
relativitas yang sebenarnya. Berdasarkan pandangan ini, relativitas dari setiap teori fisika
menggambarkan dirinya sendiri dalam grup transformasi yang menentukan hukum teori
invariant dan oleh karena itu menggambarkan kesimetrian, sebagai contoh ruang dan
Kerangka acuan fundamental Newton disebut ‘ruang mutlak’. Sifat geometri dari
ruang ini diberikan oleh geometri Euclidean biasa. Ruang ini dapat didekati oleh sistem
koordinat kartesian. Kerangka acuan non-rotasi yang diam, atau yang bergerak secara
seragam dalam ruang mutlak disebut kerangka acuan Galilean. Dengan memilih titik asal
dan orientasi, sistem telah ditetapkan. Newton juga mengenalkan waktu universal yang
berdetik pada laju yang sama pada semua posisi dalam ruang. (Grøn Ø., Hervik S., 2007)
(ii) Vektor gaya pada suatu partikel sama dengan hasil kali massanya dengan
vektor percepatan : F = m.a
(iii) Gaya dari aksi dan reaksi adalah sama dan berlawanan; sebagai contoh, jika
partikel A memberikan gaya F pada partikel B, maka B memberikan suatu
gaya –F pada A.
Dengan mengingat bahwa suatu kerangka inersial adalah suatu kerangka tegar yang mana
hukum pertama Newton berlaku. Anggap kerangka S pada Gambar 2.1 adalah inersial.
Karena, menurut transformasi Galileo kecepatan tetap dalam S bertransformasi ke
z (x,y,z,t)
Z’ S’
v (x’,y’,z’,t’)
S
vt x’
O O’
y
Y’
x X’
Sekarang, dari invariansi percepatan dapat dilihat bahwa semua yang dibutuhkan
agar tiga hukum Newton invarian diantara kerangka inersial adalah (i) suatu aksioma
bahwa massa m adalah invarian, dan (ii) aksioma bahwa setiap gaya adalah invarian.
Kedua asumsi ini tentu saja bagian dari teori Newton. Menghasilkan sifat dari mekanika
Newton bahwa hal ini berlaku sama pada semua kerangka inersial yang disebut relativitas
Newtonian (atau Galilean). (Wolfgang Rindler, 2006)
Oleh karena itu, gaya di 𝐒′ sama seperti di S. Hasil ini mungkin digambarkan dengan
mengatakan bahwa hukum kedua Newton invarian dibawah transformasi Galliean; yaitu
ditulis dalam cara yang sama dalam setiap kerangka acuan Galilean (inersial). Dengan
kata lain, prinsip relatvitas Newtonin (Galilean) menyatakan bahwa ‘setiap sistem
mekanika akan berkelakuan dalam cara yang sama dalam semua kerangka Galilean
(inersial)’. (Grøn Ø., Hervik S., 2007)
Untuk setiap sistem fisis, setiap hukum yang menghubungkan besaran fisis tidak akan
bergantung kepada sistem pemilihan sistem koordinat. Hal ini berarti, persamaan gerak
sistem akan memiliki bentuk yang tetap (tidak berubah) di dalam semua sistem
koordinat. Persamaan yang tidak berubah bentuknya terhadap transformasi koordinat
dikatakan memiliki sifat kovarian terhadap transformasi tersebut. Sifat inilah yang
menyebabkan tensor banyak digunakan untuk menelaah suatu sistem fisis.
Tensor adalah besaran yang merupakan perluasan dari vektor, seperti halnya
vektor merupakan perluasan dari besaran skalar. Tensor memiliki komponen-komponen
seperti halnya vektor. Besaran vektor sangat penting dalam fisika karena ia menyatakan
objek dengan kaedah-kaedah yang tetap sama meskipun kerangka acuan yang dipilih
berubah-ubah. Perubahan kerangka acuan memang menyebabkan nilai komponen tensor
berubah pula, namun kaedah-kaedah yang berlaku bagi komponen tensor tetap tidak
berubah.
Tensor adalah besaran yang merupakan perluasan besaran vektor seperti halnya vektor
adalah perluasan besaran skalar. Yang terakhir disebut ini adalah besaran yang hanya
ditentukan oleh angkanya saja, seperti harga barang, ukuran panjang, suhu dan lain-lain.
Sedangkan vektor adalah besaran yang selain ditentukan oleh besar (angkanya) dan juga
oleh arahnya. Misalnya kecepatan, kekuatan tarik, gaya, dan lain-lain. Sebagai contoh bila
kita mengatakan tiupan angin yang berkecepatan sepuluh kilometer per jam, maka kita
harus menyebut pula angin itu bertiup dari mana kemana, misalnya dari arah barat ke
timur. Jadi faktor arah juga harus disertakan untuk melengkapi pernyataan kecepatan.
Begitu juga dengan gaya, kita harus menyebut pula kemana arah dorongannya.
Sedangkan tensor lebih luas dari vektor, yaitu besaran yang selain ditentukan oleh besar
(angkanya) dan arahnya juga ditentukan oleh sejumlah faktor lain.
Semua sifat-sifat vektor yang telah dikenal akan dimiliki juga oleh tensor dan
penggunaan tensor juga didalam fisika, umumnya akan membuat hukum-hukum fisis
yang mempunyai bentuk yang lebih umum dan sederhana. Besaran tensor sangat penting
dalam geometri karena mereka menyatakan objek geometri yang sebagaimana diketahui
pada hakikatnya tetap sama walaupun sistem koordinat yang kita pilih untuk menyatakan
objek geometri tersebut dalam ungkapan analisis atau koordinat. (Hans. J. Wospakrik,
1972). Untuk setiap sistem fisis, setiap hukum yang menghubungkan besaran fisis tidak
akan bergantung kepada pemilihan sistem koordinat. Hal ini berarti, persamaan gerak
sistem (baik zarah maupun medan) akan memiliki bentuk yang tetap (tidak berubah)
Teori Relativitas Umum (TRU) merupakan teori fisika modern yang cukup besar
peranannya dalam menerangkan struktur ruang waktu dan jagad raya. Teori ini
merupakan salah satu teori yang indah, memiliki daya pikat ramalan terhadap gejala alam
yang cukup menarik, namun memiliki persyaratan matematik berupa analisis tensor,
karena itulah sangat dibutuhkan analisis tensor sebagai jembatan untuk memahami teori
relativitas umum. Namun demikian, tensor juga dapat dibedakan berdasarkan hukum
transformasi yang dimilikinya yaitu :
1. Vektor Kontravarian
Fungsi 𝐵 𝑝 dalam sistem koordinat (𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦𝑛 ) disebut vektor kontravarian jika pada
suatu transformasi koordinat 𝑈𝑛 → 𝑈𝑛 , sehingga fungsi 𝐵 𝑝 akan ditransformasikan
menjadi
𝑛
𝜕𝑦�𝑝 𝑞
𝑝
𝐵 → 𝐵 =��𝑝 𝐴 , 𝑝 = 1, 2, … , 𝑛
𝜕𝑦𝑞
𝑞=1
Fungsi 𝐵𝑝 dalam sistem koordinat (𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦𝑛 ) disebut vektor kovarian jika pada suatu
transformasi koordinat 𝑈𝑛 → 𝑈𝑛 , sehingga fungsi 𝐵𝑝 akan ditransformasikan menjadi
𝑛
𝜕𝑦𝑞
𝐵𝑝 → 𝐵�𝑝 = � 𝐵 , 𝑝 = 1, 2, … , 𝑛
𝜕𝑦�𝑝 𝑞
𝑞=1
dimana 𝐵�𝑝 merupakan fungsi dalam sistem koordinat (𝑦�1 , �𝑦2 , … , 𝑦�𝑛 ).
𝜕𝑦𝑞
𝐵�𝑝 = 𝐵 (2.10)
𝜕𝑦�𝑝 𝑞
disebut komponen vektor kovarian atau tensor kovarian rank satu atau order satu.
3. Invarian
4. Tensor Campuran
Dalam konsep tensor, suatu tensor campuran adalah tensor yang bukan jenis kovarian
kuat maupun kontravarian kuat. Fungsi 𝐵𝑞𝑝 dalam sistem koordinat (𝑦1 , 𝑦2 , … , 𝑦𝑛 ) disebut
tensor campuran yang memiliki komponen kontravarian rank satu dan komponen
kovarian rank satu. Jika pada suatu transformasi koordinat 𝑈𝑛 → 𝑈𝑛 , maka fungsi 𝐵𝑞𝑝
ditransformasikan menjadi
𝑛 𝑛
𝜕𝑦�𝑝 𝜕𝑦𝑠 𝑟
𝐵𝑞𝑝 → 𝐵�𝑞𝑝 = �� 𝐵 , 𝑝, 𝑞 = 1, 2, … , 𝑛
𝜕𝑦𝑟 𝜕𝑦�𝑞 𝑠
𝑠=1 𝑟=1
Misalkan koordinat-koordinat tegak lurus (x, y, z) dari sebarang titik dinyatakan sebagai
fungsi-fungsi sehingga
𝑥 = 𝑥(𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ), 𝑦 = 𝑦(𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ), 𝑧 = 𝑧(𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ) (2.14)
z kurva 𝑢3
𝑢1 = 𝑐1
P
𝑢2 = 𝑐2
𝑢3 = 𝑐3
kurva 𝑢2
kurva 𝑢1
y
Dengan demikian, diferensial untuk 𝑑𝑥1 , 𝑑𝑥2 , 𝑑𝑥3 , 𝑑𝑥4 dapat ditulis sebagai berikut:
𝜕𝑥1′ 𝜕𝑥1′ 𝜕𝑥1′ 𝜕𝑥1′
𝑑𝑥1′ = 𝑑𝑥1 + 𝑑𝑥2 + 𝑑𝑥3 + 𝑑𝑥
𝜕𝑥1 𝜕𝑥2 𝜕𝑥3 𝜕𝑥4 4
𝜕𝑥2′ 𝜕𝑥2′ 𝜕𝑥2′ 𝜕𝑥2′
𝑑𝑥2′ = 𝑑𝑥 + 𝑑𝑥 + 𝑑𝑥 + 𝑑𝑥
𝜕𝑥1 1 𝜕𝑥2 2 𝜕𝑥3 3 𝜕𝑥4 4
. . .
. . .
. . .
𝜕𝑥𝑛′ 𝜕𝑥𝑛′ 𝜕𝑥𝑛′
𝑑𝑥𝑛′ = 𝑑𝑥1 + 𝑑𝑥2 + … + 𝑑𝑥
𝜕𝑥1 𝜕𝑥2 𝜕𝑥𝑁 𝑁
Atau dapat juga disederhanakan menjadi
dengan 𝜇 = 1,2,3,4, … , 𝑛
Misalkan 𝑟 = 𝑥�𝑖 + 𝑦�𝑗 + 𝑧̂ 𝑘 adalah vektor kedudukan dari sebuah titik P. maka persamaan
(2.14) dapat ditulis sebagai 𝑟 = 𝑟(𝑢1 , 𝑢2 , 𝑢3 ). Sebuah vektor singgung pada kurva 𝑢1 di P
(dengan 𝑢2 dan 𝑢3 adalah konstanta) adalah
𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑟
, , (2.18)
𝜕𝑢1 𝜕𝑢2 𝜕𝑢3
yang ketiga vektor satuan ê1 , ê2 , ê3 ini membentuk himpunan vektor satuan koordinat
kurvalinier (Gambar 2.3). Dalam hal seperti ini penggunaan sistem koordinat kurvalinier
yang sesuai seperti koordinat bola ternyata mengalihkan persoalan menjadi sederhana
untuk ditangani.
er
eφ
P(r,ө,Ф)
θ r u2
eθ
y
φ
u1
Maka diferensial dari panjang busur 𝑑𝑠 ditentukan dari 𝑑𝑠 2 = 𝑑𝑟 . 𝑑𝑟. Untuk sistem
ortogonal,
𝑑𝑠 2 = ℎ12 𝑑𝑢12 + ℎ22 𝑑𝑢22 + ℎ32 𝑑𝑢32
3
Untuk sistem-sistem kurvalinier yang tak ortogonal maka bentuk 𝑑𝑠 2 tidak akan memiliki
bentuk yang sederhana seperti sebelumnya. Tapi secara umum dapat dituliskan sebagai
berikut:
𝑑𝑠 2 = 𝑔11 𝑑𝑥12 + 𝑔12 𝑑𝑥1 𝑑𝑥2 + 𝑔13 𝑑𝑥1 𝑑𝑥3 + 𝑔21 𝑑𝑥2 𝑑𝑥1 + 𝑔22 𝑑𝑥22 +
𝑔23 𝑑𝑥2 𝑑𝑥3 + 𝑔31 𝑑𝑥3 𝑑𝑥1 + 𝑔32 𝑑𝑥3 𝑑𝑥2 + 𝑔33 𝑑𝑥33
Persamaan (2.23) adalah representasi 𝑔𝑖𝑗 lainnya yang dinyatakan dalam bentuk matriks.
Salah satu ciri kerangka inersial adalah suatu partikel diam akan tetap diam bila tidak ada
gaya yang bekerja padanya. Biasanya gravitasi dianggap gaya, tetapi gravitasi memiliki
sifat yang unik, karena semua partikel dan energi akan terkena gravitasi, dan semua
partikel yang memiliki kecepatan awal yang sama akan memiliki lintasan yang sama
dalam medan gravitasi, tak bergantung pada susunan internal partikelnya. Untuk gaya-
gaya lain seperti gaya elektromagnetik, interaksi kuat, interaksi lemah beberapa partikel
ada yang kena dan ada yang tidak. Misalnya gaya elektromagnetik hanya terkena pada
partikel bermuatan.
Pada partikel netral tidak terkena gaya ini, jadi untuk gaya-gaya ini selalu dapat
didefinisikan secara eksperimen bagaimana lintasan partikel yang tidak terkena gaya.
Tetapi tidak halnya untuk gravitasi, tidak ada partikel untuk membedakan lintasan
partikel yang tidak terkena medan gravitasi (karena semua pasti terkena dan tidak ada
yang terbedakan). Tetapi ada kerangka dimana partikel-partikel memiliki kecepatan yang
seragam. Kerangka ini jatuh bebas dalam medan gravitasi dan semua partikel bebas akan
memiliki kecepatan relatif sama terhadapa kerangka ini.
Akibat prinsip ekuivalensi massa yang menyebabkan tidak adanya kerangka acuan
inersial, maka prinsip relativitas khusus menyatakan bahwa hukum-hukum fisika berlaku
sama pada kerangka acuan inersial tidaklah berlaku umum. Oleh karena itu, Einstein
merumuskan postulat keduanya yang terkenal dengan nama Prinsip Kovariansi Umum
yang menyatakan bahwa,”Semua hukum-hukum fisika berlaku sama pada semua
kerangka acuan tanpa kecuali”. Konsekuensinya adalah setiap besaran fisika haruslah
dinyatakan dalam bentuk umum dan tidak bergantung pada koordinat dimana ia
didefenisikan. Artinya semua besaran fisika harus dinyatakan dalam bentuk tensor.
Seperti telah dinyatakan sebelumnya dalam relativitas khusus, hukum-hukum gerak
dinyatakan dalam bentuk yang invarian terhadap transformasi Lorentz dengan
konsekuensi diperkenalkannya konsep ruang dan waktu dimensi 4 dengan metrik
Minkowski. Generalisasinya, teori relativitas umum menyatakan bahwa hukum-hukum
fisika harus invarian terhadap transformasi umum dengan konsep ruang-waktu 4 dimensi.
Menurut Einstein, ruang dan waktu bersifat relatif. Ruang tergantung pada pengamatnya.
Ruang merupakan semacam hubungan antara benda-benda yang diukur dengan cara-cara
tertentu. Dengan demikian apabila pengukurannya dilakukan dengan cara yang berbeda,
maka hasilnyapun akan berbeda. Waktu juga bersifat relatif karena hasil pengukuran
terhadap hubungan-hubungan yang menyangkut waktu tergantung pada pengertian
keserampakan, karena apabila sesuatu terjadi, misalnya ledakan, maka kuatnya bunyi
ledakan akan berbeda di berbagai tempat. Selanjutnya H.A. Lorentz membuat suatu teori“
Dari teori relativitas khusus, baik waktu atau ruang adalah bergerak relatif
terhadap gerak pengamat dengan interval panjang dan waktu diukur oleh seorang
pengamat secara umum tidak sama dengan interval panjang dan waktu yang diukur oleh
pengamat yang berbeda. Karena panjang dan waktu relatif dan keduanya bergantung pada
gerak relatif pada lintasan yang sama maka perlu untuk menyatakan kembali bahwa ruang
berdimensi 3 dan 1 dimensi waktu tidak terpisah, dan lebih dari itu juga keduanya
merupakan komponen yang setara dari suatu ruang-waktu 4 dimensi yang tunggal. Untuk
menggambarkannya memang sulit tapi kita masih dapat merepresentasikannya secara
matematis dengan menggunakan pertimbangan persamaan yang sesuai.
(a)
(b)
Gambar 2.4 Ruang 1 dimensi (a) yang datar (b) yang lengkung. (Rinto Anugraha, 2005)
(a) (b)
Gambar 2.5 Ruang 2 dimensi (a) yang datar (b) yang lengkung. (Rinto Anugraha, 2005)
Dalam teori kerelativan umum Albert Einstein mengemukakan asas kesetaraan, yang
merintis jalan pencetusan teori kerelativan umum lima tahun kemudian. Teori ini pada
dasarnya menyatakan,” bahwa semua hukum fisika bersifat mutlak atau tak ubah terhadap
setiap pengamat, termasuk yang bergerak dengan percepatan. Salah satu hukum fisika
sederhana untuk menyatakan ini, yakni “hukum kelembaman”. Menurut hukum ini,
apabila semua gaya yang bekerja pada semua benda yang meniadakan pengaruh, maka
Asas kesetaraan Einstein dengan demikian mempertegas kembali hasil percobaan Galileo
Galilei mengenai peristiwa jatuh bebas, bahwa semua benda bergerak dengan percepatan
yang sama dibawah pengaruh gaya berat, yakni percepatan gaya berat, yang sama sekali
tidak bergantung pada massanya masing-masing. Jadi dapat kita lihat bahwa gerak benda
yang secara geometri dinyatakan oleh geodesik ruang waktu lengkung, padanan fisikanya
adalah gerak dibawah pengaruh medan gaya berat. Nah, karena melengkungnya ruang
waktu mengakibatkan geodesiknya berupa garis lengkung dan dipihak lain percepatan
gaya berat disebabkan oleh gaya berat.
Maka pada tahun 1916, Albert Einstein mengemukakan dalam teori kerelatifan
umumnya bahwa hadirnya medan gaya berat di alam ini sebagai akibat melengkunghya
ruang waktu. Bila didalam teori gaya berat Newton yang menyatakan gaya berat Newton
melalui hukum gaya beratnya, maka dalam teori kerelatifan umum yang secara geometri
adalah teori tentang geometri ruang waktu lengkung, medan gaya berat dinyatakan
melalui komponen-komponen tensor metrik dari kuadrat metrik 𝑑𝑠 2 .
Karl Schwarzschild adalah seorang ilmuan astronomi Jerman yang pertama kali
memecahkan persamaan medan gravitasi Einstein secara eksak pada tahun 1916, yang
dimaksud dengan pemecahan medan gravitasi Einstein adalah beliau mendapatkan
komponen-komponen tensor metrik 𝑔 dari kuadrat metriknya 𝑑𝑠 2 ruang waktu lengkung
yang memenuhi hubungan antara persamaan medan Einstein. Metrik yang didapat
Schwarzschild ini dalam teori kerelatifanya disebut dengan metrik Schwarzschild.
Schwarzschild juga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan teori lubang hitam.
Lubang hitam adalah sebuah pemusatan massa yang cukup besar sehingga menghasilkan
gaya gravitasi yang sangat besar.
Gaya gravitasi yang sangat besar ini mencegah apapun lolos darinya kecuali
melalui perilaku terowongan kuantum. Medan gravitasi begitu kuat sehingga kecepatan
lepas di dekatnya mendekati kecepatan cahaya. Tak ada sesuatu, termasuk radiasi
elektromagnetik yang dapat lolos dari gravitasinya, bahkan cahaya hanya dapat masuk
tetapi tidak dapat keluar atau melewatinya, dari sini diperoleh kata “hitam”. Istilah lubang
hitam telah tersebar luas, meskipun ia tidak menunjuk ke sebuah lubang dalam arti biasa,
tetapi merupakan sebuah wilayah di angkasa dimana semua tidak dapat kembali. Secara
Teori adanya lubang hitam pertama kali diajukan pada abad ke-18 oleh John
Michell and Pierre-Simon Laplace, selanjutnya dikembangkan oleh astronom Jerman
bernama Karl Schwarzschild pada tahun 1916 dengan berdasar pada teori relativitas
umum dari Albert Einstein, dan semakin dipopulerkan oleh Stephen William Hawking.
Pada saat ini banyak astronom seperti charis yang percaya bahwa hampir semua galaksi
dialam semesta ini mengelilingi lubang hitam pada pusat galaksi. John Archibald Wheeler
pada tahun 1967 yang memberikan nama Lubang Hitam sehingga menjadi populer di
dunia bahkan juga menjadi topik favorit para penulis fiksi ilmiah. Kita tidak dapat melihat
lubang hitam, akan tetapi kita bisa mendeteksi materi yang tertarik/tersedot ke arahnya.
Dengan cara inilah, para astronom mempelajari dan mengidentifikasikan banyak lubang
hitam di angkasa lewat observasi yang sangat hati-hati sehingga diperkirakan di angkasa
dihiasi oleh jutaan lubang hitam.
Lubang Hitam tercipta ketika suatu objek tidak dapat bertahan dari kekuatan
tekanan gaya gravitasinya sendiri. Banyak objek (termasuk matahari dan bumi) tidak akan
pernah menjadi lubang hitam. Tekanan gravitasi pada matahari dan bumi tidak
mencukupi untuk melampaui kekuatan atom dan nuklir dalam dirinya yang sifatnya
melawan tekanan gravitasi. Tetapi sebaliknya untuk objek yang bermassa sangat besar,
tekanan gravitasilah yang menang.
Massa dari lubang hitam terus bertambah dengan cara menangkap semua materi
didekatnya. Semua materi tidak bisa lari dari jeratan lubang hitam jika melintas terlalu
dekat. Jadi objek yang tidak bisa menjaga jarak yang aman dari lubang hitam akan
terhisap. Berlainan dengan reputasi yang disandangnya saat ini yang menyatakan bahwa
lubang hitam dapat menghisap apa saja disekitarnya, lubang hitam tidak dapat menghisap
material yang jaraknya sangat jauh dari dirinya. Dia hanya bisa menarik materi yang
lewat sangat dekat dengannya.
Dengan persamaan diatas akan diterapkan untuk menelaah beberapa gejala alam. Pertama
kali akan diturunkan solusi persaam gravitasi Einstein untuk objek statik bermassa M
yang diletakkan pada pusat koordinat dengan pemilihan koordinat empat dimensi berupa
tiga dimensi koordinat ruang polar ( r , 𝜃 , 𝜙 ) dan satu dimensi koordinat waktu (t), yang
dikenal sebagai solusi Schwarzschild.
Metrik ruang waktu datar dalam wakilan koordinat bola diberikan oleh
𝑑𝑠 2 = −𝑐 2 𝑑𝑡 2 + 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 𝑑𝜃 2 + 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃𝑑𝜙 2 (2.26)
Selanjutnya akan ditinjau metrik untuk medan gravitasi isotropik statik. Tensor metrik
untuk medan tersebut, yang dalam hal ini untuk komponen 𝑔𝑡𝑡 dan 𝑔𝑟𝑟 hanya merupakan
fungsi radial 𝑟. Bentuk metriknya menjadi
𝑑𝑠 2 = −𝐵(𝑟)𝑑𝑡 2 + 𝐴(𝑟)𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 (𝑑𝜃 2 + 𝑠𝑖𝑛2 𝜃𝑑𝜙 2 ) (2.28)
Dimana metrik diatas akan kembali ke metrik Minkowski jika sumber medan gravitasi
dilenyapkan. Dari metrik diatas, komponen tensor metrik kovarian yang tak lenyap adalah
𝑔𝑡𝑡 = −𝐵(𝑟), 𝑔𝑟𝑟 = 𝐴(𝑟), 𝑔𝑟𝑟 , 𝑔𝜃𝜃 = 𝑟 2 , 𝑔𝜙𝜙 = 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 (2.29)
Selanjutnya determinan matriks yang menyajikan komponen tensor metrik adalah g yang
bernilai
𝑔 = −𝐴(𝑟)𝐵(𝑟) 𝑟 4 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 (2.31)
Medan gravitasi adalah manifestasi dari kelengkungan ruang waktu. Ruang waktu datar
artinya tidak ada medan gravitasi. Medan gravitasi dalam ruang waktu Schwarzschild-like
seperti medan gravitasi statik non-rotasi yang meliputi metrik Schwarzschild-De Sitter,
metrik Reissner-Nordstrom-De Sitter (Nailul Hasan, 2005). Secara umum penulisan
elemen garis keempat metri tersebut sering ditulis dalam koordinat (t , r , 𝜃 , 𝜙 ) atau
dalam bentuk persamaanya seperti persamaan berikut :
Persaaman metrik diatas menggambarkan ruang waktu disekitar sebuah sumber massa
bermuatan yang statik, tak berotasi. Maka untuk persamaan metrik De-Sitter adalah
Ʌ
𝐴(𝑟) = �1 − 3𝑟 2 � (2.35)
Sedangkan ruang waktu yang menggambarkan disekitar sebuah sumber massa bermuatan
yang statik, dan tak berotasi adalah
2𝐺𝑀 𝐺𝑞 2
𝑅𝑠 = 𝑐2
dan 𝑞 2 = 4𝜋𝜀 4
(2.38)
0𝑐
Dengan G adalah konstanta gravitasi Newton, sedangkan M adalah massa sumber medan
gravitasi, q adalah muatan sumber medan gravitasi, 𝜀0 adalah permitivitas ruang hampa.