Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
B. Soal Uraian
1. Jelaskan definisi etika dan bagaimana pelaksanaan etika dalam profesi – profesi
kerja! (Nilai 25)
2. Melalui pemahaman etika profesi public relations, seorang PR harus memiliki
kualifikasi kemampuan sbb
a. Kemampuan untuk kesadaran etis (ethical sensibility)
b. Kemampuan berpikir secara etis (ethical reasoning)
c. Kemampuan untuk berperilaku secara etis (ethical conduct)
d. Kemampuan untuk kepemimpinan yang etis (Ethical leadership)
Analisa kemampuan – kemapuan di atas dan berikan contoh kasus ( Nilai 50) / Minimal
jawaban 1.5 halaman.
1. Otonomi
Memiliki prilaku, sikap, etikal moral, dan tata krama (etiket) yang baik (good
moral and good manner) dalam bergaul atau berhubungan dengan pihak lain (social
contact). Termasuk didalamnya memperhatikan hak-hak pihak lain dan saling
menghormati pendapat atau menghargai martabat orang lain.
Kemampuan atau memiliki jiwa untuk memimpin secara etis, diperlukan untuk
mengayomin, mebimbing, dan membina pihak lain yang dipimpinnya. Termasuk
menghargai pendapat dan kritikan dari orang lain demi tercapainya tujuan dan
kepentingan bersama.
Sebagai bahan perbandingan, prinsip–prinsip dasar seorang yang berjiwa
kepemimmpinan (leadership principle) menurut ajaran tradisional “adat istiadat
kebudayaan Jawa,” terdiri dari tiga prinsip utama kepemimpinan, yaitu pemimpim
sebagai panutan, memberikan semangat, dan memberikan dorongan seperti berikut:
Ing ngarso sung tulodo ,pemimpin yang berada di depan mampu menjadi panutan bagi
bawahan atau orang-orang yang dipimpinnya.
Ing madia mangun karsa, pemimpin yang berada ditengah mampu membangkitkan
semangat kepada orang lain untyuk bekerja, maju, berprestasi, dan berkreasi untuk
mencapai tujuannya.
Tut wuri handayani, pemimpin yang berada dibelakang harus mampu memberikan
dorongan kepada orang lain untuk berani tampil dan mampu maju kedepan dalam
mencapai tujuannya.
3. Etika dalam industri kehumasan ialah suatu etika yang berfungsi sebagai
penyanggah industri humas dalam menghadapi massa yang akan datang. Dengan
adanya etika dalam industri kehumasan diharapkan pergeseran nilai-nilai dan budaya
serta mengeluarkan pendapat yang lebih ekstri dan dapat ditekan agar tidak terlalu
terbuka. Dengan adanya etika profesi kehumasan diharapkan para pelaku atau
kelompok-kelompok yang menganggap dirinya sebagai seseorang yang mengaku
profesional dapat dihilangkan.
Etika dalam industri kehumasan juga dapat dikatakan dengan etika sosial. Etika sosial
adalah menyangkutkan hubungan manusia dengan baik secara langsung maupun
secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadap setiap
pandangan-pandangan dunia dan ideologi-ideologi maupun tanggung jawab umat
manusia terhadap lingkungan hidup. Dalam pengertian etika sosial ini juga berkaitan
dengan etika profesi, etika profesi adalah aturan-aturan yang berkaitan dengan bidang
yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang
bekerja tetap dan sesuai, tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan
dan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori
sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan
penerapan dalam praktek.
Di antara praktisi public relation terdapat perbedaan pendapat yang besar mengenai
apakah public relations adalah suatu karya seni, ketrampilan, atau sebuah profesi
dalam pengertian yang sama denagn kedokteran dan hukum. Ada juga gagasan, yang
dikembangkan oleh banyak profesional dan PRSA bahwa yang palig penting adalah
bagi individu bersangkutan untuk bertindak sebagai seorang profesional dalam bidang
ini. Kemudaian seorang praktisi humas harus memiliki: rasa kemandirian; rasa
tanggung jawab terhadap masyarakat dan kepentingan umum; kepedulian nyata
terhadap kompentensi dan kehormatan profesi ini secara menyeluruh; kesetiaan yang
lebih tinggi terhadap standar profesi dan sesama profesional daripada kepada pihak
yang memberi pekerjaan kepadanya pada saat itu. Hambatan besar bagi
profesionalisme adalah sikap banyak praktisi itu sendiri terhadap pekerjaan mereka,
mereka memandang lebih tinggi arti keamanan kerja prestise dalam organisasi, jumlah
gaji, dan pengakuan dari atasan dibandingkan nilai-nilai tersebut.