Pandemi Covid-19 telah mengantarkan dunia pada sebuah masa revoulusioner dengan
berpindahnya sebagian kehidupan manusia menuju dunia tanpa batas, yakni dunia digital. Kita
dipaksa untuk masuk dan mengikuti segala perkembangan yang ada di dunia digital atau sering
disebut dengan istilah Mendadak Digital. Kondisi “Mendadak Digital” ini telah mengguncang
Ekonomi, Sosial, dan Budaya masyarakat Abad 21. Berbagai berkah dan bencana di ruang
digital silih berganti menghampiri seluruh profesi tak terkecuali Aparatur Sipil Negara (ASN).
A. LITERASI DIGITAL
karakteristik keterangan
dorongan Masyarakat dan tren industry,
keputusan organisasi
Entitas target Organisasi, platform, ekosistem,
industri, masyarakat
Jangkauan Transformasi dapat bersifat mendalam
dan memiliki implikasi di luar jaringan
nilai langsung organisasi (misalnya,
masyarakat, pelanggan).
Sarana Kombinasi teknologi digital (misalnya
analitik, seluler, dan aplikasi).
Hasil yang Diharapkan Proses bisnis diubah dan fokus model
bisnis organisasi diubah; dalam
beberapa kasus proses bisnis
dioptimalkan
Lokus ketidakpastian Eksternal (pertama): terletak di luar
organisasi. Internal (kedua): terletak di
dalam organisasi
Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media
digital. Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan
teknologi adalah kecakapan yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah
konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk
menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga banyak menekankan pada
kecakapan pengguna media digital dalam melakukan Smart ASN 110 proses mediasi
media digital yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia &
Astuti, 2017). Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus
tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital
dengan penuh tanggung jawab. Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika,
budaya, keamanan, dan kecakapan dalam bermedia digital. Etika bermedia digital
meliputi kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi kemampuan
individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun
wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan
sehari-hari. Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali,
mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran
keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia
digital meliputi Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan
perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan
sehari-hari.
1. Dalam Cakap di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)
Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari
informasi dan data, memasukkan kata kunci dan memilah berita benar
Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk
berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings
Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan ecommerce
untuk memantau keuangan dan bertransaksi secara digital.
2. Dalam Etika di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada :
Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika
berinternet (netiquette)
Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax
dan tidak sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.
Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang
sesuai dalam kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku
Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang
digital yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Dalam Budaya di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan
kehidupan berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia
Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan
dengan nilai Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll.
Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar dalam
berkomunikasi, menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika
Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat, menabung,
mencintai produk dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya.
4. Dalam Aman Bermedia Digital perlu adanya penguatan pada :
Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint)
Pengetahuan dasar memproteksi identitas digital (kata sandi)
Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari sumber
yang terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, phishing.
Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital dan
menyadari adanya rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed
Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi
digital serta protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi
Kita tahu bahwa sebuah sistem komputer berisi perangkat keras seperti prosesor,
monitor, RAM dan banyak lagi, dan satu hal yang sistem operasi memastikan bahwa
perangkat tersebut tidak dapat diakses langsung oleh pengguna. Pada dasarnya,
perlindungan perangkat kerasdibagi menjadi 3 kategori: perlindungan CPU,
Perlindungan Memori, dan perlindungan I/O
Perangkat digital seperti gawai atau peranti komputer yang kita miliki adalah alat utama
yang bisa digunakan untuk mengakses internet dan berselancar di dunia maya. Secara
standar perangkat ini sudah dirancang dengan segudang fitur pengaman untuk
memastikan aktivitas kita saat bermedia digital aman dan nyaman. Namun setiap
teknologi memiliki beragam celah yang bisa dimanfaatkan orang yang tidak bertanggung
jawab. Faktanya, salah satu celah terbesar dalam teknologi digital ada pada pengguna,
baik karena pengguna lalai dalam mengoperasikan perangkat maupun lupa
mengaktifkan fitur pengaman. Perangkat keras adalah perangkat yang secara fisik bisa
kita lihat dan pegang, seperti layar ponsel, monitor, keyboard, hardisk, dan kartu
penyimpanan. Sedangkan perangkat lunak merupakan aplikasi dan program yang
ditanamkan di dalam perangkat untuk membuatnya mampu bekerja dengan baik. Kedua
komponen ini saling terkait sehingga upaya pengamanannya pun dilakukan secara
berkesinambungan
Proteksi perangkat digital pada dasarnya merupakan perlindungan yang bertujuan untuk
melindungi perangkat digital dari berbagai ancaman malware. Malware, singkatan dari
malicious software, adalah perangkat lunak yang dirancang untuk mengontrol perangkat
secara diam-diam, bisa mencuri informasi pribadi milik kita atau uang dari pemilik
perangkat
Dalam berbagai kasus serangan siber di atas, penipuan digital menjadi salah satu
bentuk kejahatan digital yang cukup rentan dan banyak dialami oleh masyarakat.
Setidaknya ada empat bentuk penipuan digital, yaitu scam, spam, phising, dan hacking.
Secara teknis, penipuan dapat bersifat social engineering dengan ragam bentuk yang
kita terima mulai dari SMS, telepon, email bahkan dalam bentuk virus serta
pembajakan/peretasan akun dan cloning platform yang kita miliki.
Pemanfaatan jejak digital adalah penggunaan jejak digital secara positif. Jejak digital
yang ditinggalkan seringkali digunakan oleh aparat penegak hukum. Bagi mereka, jejak
digital tersebut akan sangat membantu dalam mengungkap kasus-kasus kriminal, baik
yang berbasis dunia daring (cyber crime) maupun yang terjadi di dunia luring Bentuknya
beragam. Mulai dari aktivitas sinyal seluler pada ponsel, riwayat login akun media sosial,
sampai dengan jejak pengiriman SMS atau panggilan telepon. Bahkan, jika seseorang
meretas sebuah situs web atau aplikasi berbasis Internet, sejatinya jejak digital itu akan
tertinggal dan bisa dilacak (Kumparan.com, 2017)