Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam upaya pengembangan pasar modal syariah di Indonesia pasar,


instrumen, dan instansi menjadi suatu komponen yang saling mendukung dalam
sistem keuangan. Satu institusi akan membutuhkan pasar, instrumen, dan institusi
lainnya. Ketika perbankan syariah dikembangkan, muncullah kebutuhan untuk
membuat pasar uang syariah. Pada saat reksa dana syariah dimunculkan,
diperlukan instrumen yang halal untuk penyaluran penempatan portofolionya.

Merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah Nasional No.


32/DSN-MUI/IX/2002, Obligasi Syariah (Sukuk) adalah suatu surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh Emiten kepada
pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar
pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil (jika
menggunakan akad syirkah) / margin (jika menggunakan akad al-Ba’i) / fee (jika
menggunakan akad ijarah), serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo.

Perkembangan sukuk di Indonesia mendorong pemerintah dan Ikatan


Akuntansi Indonesia (IAI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ikut berperan
dalam mengatur regulasi mengenai sukuk. Setelah disahkannya UU Sukuk No. 19
pada bulan Februari 2008, pemerintah dan kalangan akuntan di Indonesia kembali
mendapatkan tantangan mengenai perlakuan akuntansi terhadap instrumen
keuangan sukuk. Sebelumnya dalam penerbitan instrumen keuangan sukuk
penerbit maupun investor menggunakan PSAK 50 dan 55 memiliki hubungan erat
dengan IAS 32 Financial Instrument : presentation dan IAS 39 financial
instrument : recognition and measurement karena mengacu pada kedua peraturan
yang diterbitkan oleh IFRS tersebut. Namun dalam penggunaan PSAK 50 dan 55
dalam perlakuan akuntansi atas penerbitan sukuk ada pertentangan dengan prinsip
dan akuntansi syariah yaitu sebagai berikut:
1. Suku bunga efektif, hal ini jelas bertentangan dengan prinsip syariah yang
menentang penggunaan bunga yang masuk dalam kategori riba.
2. Nalai wajar, penggunaan nilai wajar ini tidak sesuai dengan kerangka
dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah paragraf 27.
3. Penurunan nilai, dalam perhitungan penurunan nilai secara individual
dilakukan dengan membandingkan nilai tercatat dengan nilai kini arus kas
masa depan. Dalam prinsip syariah tidak mengakui nilai kini sebagai dasar
pengukuran.

Hal tersebut yang menjadikan pertimbangan investor muslim dalam pemilihan


investasi sukuk karena masih ada pencampuradukan antara perlakuan akuntansi
atas sukuk dengan obligasi konvensional. Untuk mengatasi masalah tersebut IAI
menerbitkan PSAK No. 110 mengenai akuntansi sukuk yang di dalamnya
mengatur pemisahan antara obligasi konvensional yang telah diatur dalam PSAK
50 dan 55 dengan sukuk. Instrumen keuangan islam seperti sukuk dalam
transaksinya juga harus mengandung prinsip-prinsip pokok transaksi keuangan
syariah. Prinsip pokok yang terkandung dalam perjanjian penerbitan sukuk harus
adil dan menggunakan prinsip bagi hasil. Selain itu, dalam perjanjian tersebut
juga tidak mengandung unsur riba, gharar, dan maysir. Di sisi lain, obligasi
konvensional mengenakan bunga atas return yang dibayarkan kepada investor
merupakan larangan dalam hukum islam karena termasuk dalam kategori riba.
Lembaga Majelis Ulama Indonesia telah mengeluarkan fatwa mengenai sukuk
yaitu :

1. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 69/DSN-MUI/VI/2008 tentang


Surat Berharga Syariah Negara.
2. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 70/DSN-MUI/VI/2008 tentang
Metode Penerbitan Surat Berharga Syariah Negara.
3. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 71/DSN-MUI/VI/2008 tentang
Sale and Lease Back, Nomor 72/DSN-MUI/VI/2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara Ijarah Sale and Lease Back.
Ketiga fatwa tersebut menjamin para investor muslim untuk dapat berinvestasi
dengan aman tanpa perlu khawatir dengan masalah riba, gharar, dan maysir yang
ada dalam obligasi konvensional. BAPEPAM sebagai suatu regulasi yang
mengatur pasar modal di indonesia telah mengatur dalam kaitannya dengan
penerbitan surat berharga dalam IX.13.A dan akad-akad yang digunakan dalam
penerbitan efek syariah di pasar modal dalam IX.14.A.

1.2 Identifikasi Masalah


Identifikasi masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
a) Apa tujuan dan ruang lingkup dalam Akuntansi Sukuk?
b) Apa landasan dasar dalam Akuntansi Sukuk?
c) Apa definisi dalam transaksi Akuntansi Sukuk ?
d) Apa karakteristik transaksi Akuntansi Sukuk?
e) Bagaimana pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan bagi
Akuntansi Penerbit?
f) Bagaimana pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan bagi
Akuntansi Investor?
g) Bagaimana menentukan tanggal efektif dan ketentuan transisi dalam
transaksi Akuntansi Sukuk ?
h) Apa perbedaan obligasi syariah (sukuk) dan obligasi konvensional?
i) Bagaimana skema/alur dari transaksi obligasi syariah mudharabah dan
obligasi syariah ijarah?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan dan Ruang Lingkup


Tujuan
Untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan
transaksi sukuk ijarah dan sukuk mudharabah.
Ruang Lingkup
 Diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi sukuk ijarah dan
sukuk mudharabah, baik sebagai penerbit sukuk maupun investor
sukuk.
 Diterapkan untuk efek yang mempunyai karakteristik serupa dengan
sukuk.

2.2. Landasan Dasar Akuntansi Sukuk


1. Firman Allah SWT :
QS. Al-Baqarah ayat 275 : “Dan Allah menghalalkan jual-beli dan
mengharamkan riba..”
QS. Al-Mujamil ayat 20 : “Dan sebagian mereka berjalan di muka
bumi mencari karunia Allah”
2. Sabda Rasulullah SAW :
“Tiga bentuk usaha yang di dalamnya mengandung barakah : yaitu jual-
beli secara tangguh, mudharabah/kerjasama dalam bagi hasil dan
mencampur gandum dengan kedelai (hasil keringat sendiri) untuk
kepentingan keluarga bukan untuk di jual. (HR.Ibnu Majah).
3. Fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
No.32/DSN-MUI/IX/2002, tentang Obligasi Syariah (Sukuk).
2.3 Definisi
Biaya transaksi adalah biaya tambahan yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan penerbitan atau perolehan sukuk.
Pasar yang lazim adalah pasar yang mana pembelian atau penjualan sukuk
berdasarkan kontrak yang mensyaratkan penyerahan sukuk dalam kurum
waktu yang umumnya ditetapkan dengan peraturan atau kebiasaan yang
berlaku di pasar.

Sukuk adalah efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau
tidak terbagi) atas:
(a) aset berwujud tertentu;
(b) manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang
akan ada;
(c) jasa yang sudah ada maupun yang akan ada;
(d) aset proyek tertentu;
(e) kegiatan investasi yang telah ditentukan.
Sukuk Ijarah adalah sukuk yang menggunakan akad ijarah.
Sukuk Mudharabah adalah sukuk yang menggunakan akad mudharabah.

2.4 Karakteristik
a. Sukuk merupakan sertifikat yang bernilai sama yang diterbitkan atas nama
pemilik atau pemegang sertifikat untuk menetapkan klaim pemilik
sertifikat atas hak dan kewajiban keuangan yang diwakili oleh sertifikat
tersebut.
b. Sukuk mewakili kepemilikan bersama dalam kepemilikan aset yang
tersedia untuk diinvestasikan, baik aset nonmoneter, manfaat, jasa, atau
kombinasi ketiganya, ditambah hak takberwujud, utang dan aset moneter.
c. Penerbitan dan perdagangan sukuk harus berdasarkan akad-akad syariah,
termasuk adanya aset/aktivitas yang mendasari (underlying
assets/activities).
d. Perdagangan sukuk tunduk kepada ketentuan yang mengatur perdagangan
hak-hak yang diwakilinya.
e. Pemilik sertifikat berbagi hasil sebagaimana dinyatakan dalam akad dan
menanggung kerugian sebanding dengan proporsi kepemilikan sertifikat.
f. Penerbitan sukuk ijarah dan sukuk mudharabah umumnya tidak hanya
menggunakan akad ijarah atau mudharabah, tetapi dapat dikombinasikan
dengan akad lain (multi akad). Untuk tujuan pengaturan dalam Pernyataan
ini, semua akad tersebut diperlakukan sebagai satu kesatuan akad dalam
penerbitan sukuk.

2.5 Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Akuntansi


Penerbit
1) Pengakuan dan Pengukuran
 Sukuk Ijarah
a) Sukuk ijarah diakui pada saat entitas menjadi pihak yang
terikat dengan ketentuan penerbitan sukuk ijarah. Sukuk
ijarah diakui sebesar nominal dan biaya transaksi.
b) Pengakuan awal sukuk ijarah dilakukan pada saat sukuk
ijarah diterbitkan.
c) Setelah pengakuan awal, jika jumlah tercatat berbeda
dengan nilai nominal, maka perbedaan tersebut diamortisasi
secara garis lurus selama jangka waktu sukuk ijarah.
d) Beban ijarah diakui pada saat terutang.
e) Amortisasi di paragraf 15 tidak diakui sebagai beban ijarah,
tetapi diakui sebagai beban penerbitan sukuk ijarah.
 Sukuk Mudharabah
a) Sukuk mudharabah diakui pada saat entitas menjadi pihak
yang terikat dengan ketentuan penerbitan sukuk
mudharabah. Sukuk mudharabah diakui sebesar nominal.
Biaya transaksi diakui secara terpisah dari sukuk
mudharabah.
b) Pengakuan awal sukuk mudharabah dilakukan pada saat
sukuk mudharabah diterbitkan.
c) Biaya transaksi diamortisasi secara garis lurus selama
jangka waktu sukuk mudharabah.
d) Amortisasi di paragraf 20 diakui sebagai beban penerbitan
sukuk mudharabah.
e) Bagi hasil yang menjadi hak investor sukuk mudharabah
diakui sebagai pengurang pendapatan, bukan sebagai
beban.
2) Penyajian
 Sukuk ijarah disajikan sebagai liabilitas.
a) Untuk entitas yang menyajikan liabilitas menjadi liabilitas
jangka pendek dan liabilitas jangka panjang, maka sukuk
ijarah disajikan sesuai dengan klasifikasi liabilitas tersebut.
b) Sukuk ijarah disajikan secara neto setelah premium atau
diskonto dan biaya transaksi yang belum diamortisasi.
 Sukuk mudharabah disajikan sebagai dana syirkah temporer.
a) Untuk entitas yang menyajikan dana syirkah temporer
secara terpisah dari liabilitas dan ekuitas (entitas syariah),
maka sukuk mudharabah disajikan dalam dana syirkah
temporer.
b) Untuk entitas yang tidak menyajikan dana syirkah temporer
secara terpisah dari liabilitas dan ekuitas (bukan entitas
syariah), maka sukuk mudharabah disajikan dalam liabilitas
yang terpisah dari liabilitas lain. Sukuk mudharabah
disajikan dalam urutan paling akhir dalam liabilitas.
c) Biaya transaksi untuk penerbitan sukuk mudharabah
disajikan dalam aset sebagai beban ditangguhkan, bukan
bagian dari sukuk mudharabah.
3) Pengungkapan
Untuk sukuk ijarah, entitas mengungkapkan hal-hal berikut:
(a) Uraian tentang persyaratan utama dalam penerbitan sukuk ijarah,
termasuk:
 Ringkasan akad syariah yang digunakan;
 Aset atau manfaat yang mendasari;
 Besaran imbalan;
 Nilai nominal;
 Jangka waktu; dan
 Persyaratan penting lain.
(b) Penjelasan mengenai aset atau manfaat yang mendasari penerbitan
sukuk ijarah, termasuk jenis dan umur ekonomis; dan
(c) Lain-lain.
Untuk sukuk mudharabah, entitas mengungkapkan hal-hal berikut:
(a) Uraian tentang persyaratan utama dalam penerbitan sukuk
mudharabah, termasuk:
 Ringkasan akad syariah yang digunakan;
 Aktivitas yang mendasari;
 Nilai nominal;
 Prinsip pembagian hasil usaha, dasar bagi hasil, dan besaran nisbah
bagi hasil;
 jangka waktu;
 Persyaratan penting lain.
(b) Penjelasan mengenai aktivitas yang mendasari penerbitan sukuk
mudharabah, termasuk jenis usaha, kecenderungan (tren) usaha,
pihak yang mengelola usaha (jika dilakukan pihak lain); dan
2.6 Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Akuntansi
Investor
a) Pengakuan dan Pengukuran
 Pengakuan Awal
 Entitas mengakui investasi pada sukuk ijarah dan sukuk
mudharabah sebesar harga perolehan.
 Harga perolehan sukuk ijarah dan sukuk mudharabah yang
diukur pada biaya perolehan termasuk biaya transaksi.
Sedangkan harga perolehan sukuk ijarah dan sukuk
mudharabah yang diukur pada nilai wajar tidak termasuk
biaya transaksi.
 Entitas mengakui investasi pada sukuk ijarah dan sukuk
mudharabah pada saat tanggal perdagangan atau
penyelesaian transaksi dalam pasar yang lazim.
 Klasifikasi dan Reklasifikasi
 Sebelum pengakuan awal, entitas menentukan klasifikasi
investasi pada sukuk ijarah dan sukuk mudharabah sebagai
diukur pada biaya perolehan atau diukur pada nilai wajar.
 Investasi diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya
perolehan jika:
(a) investasi tersebut dimiliki dalam suatu model usaha
yang bertujuan utama untuk memperoleh arus kas
kontraktual; dan
(b) persyaratan kontraktual menentukan tanggal tertentu
pembayaran pokok dan/atau hasilnya.
 Model usaha yang bertujuan untuk memperoleh arus kas
kontraktual didasarkan pada tujuan investasi yang
ditentukan oleh entitas. Arus kas kontraktual yang
dimaksud adalah arus kas bagi hasil dan pokok dari sukuk
mudharabah; atau arus kas ujrah ijarah dan pokok dari
sukuk ijarah. Setelah pengakuan awal, jika aktual berbeda
dengan tujuan investasi yang telah ditetapkan, maka entitas
menelaah kembali konsistensi tujuan investasinya.
 Biaya transaksi untuk investasi pada sukuk ijarah dan sukuk
mudharabah yang diklasifikasikan sebagai diukur pada
biaya perolehan diakui secara terpisah. Biaya transaksi
tersebut diamortisasi secara garis lurus selama jangka
waktu sukuk sebagai beban investasi.
 Entitas tidak dapat mengubah klasifikasi investasi, kecuali
terjadi perubahan tujuan model usaha sebagaimana
dijelaskan di paragraf 37.
 Setelah Pengakuan Awal
 Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada nilai wajar,
selisih antara harga pasar dengan jumlah tercatat diakui
dalam laba rugi.
 Nilai wajar investasi ditentukan dengan mengacu pada
harga pasar yang dipublikasikan.
 Untuk investasi pada sukuk yang diukur pada biaya
perolehan, jika terdapat indikasi penurunan nilai, maka
entitas mengukur jumlah terpulihkannya. Jika jumlah
terpulihkan lebih kecil daripada jumlah tercatat, maka
entitas mengakui rugi penurunan nilai. Jumlah terpulihkan
merupakan jumlah yang akan diperoleh entitas dari
pengembalian pokok tanpa memperhitungkan nilai kininya.
b) Penyajian
Pendapatan investasi dan beban amortisasi biaya transaksi disajikan secara
neto dalam laba rugi.
c) Pengungkapan
Entitas mengungkapkan hal-hal berikut ini:
(a) Klasifikasi investasi berdasarkan jumlah investasi;
(b) Tujuan model usaha yang digunakan;
(c) Jumlah investasi yang direklasifikasikan, jika ada, dan penyebabnya;
(d) Nilai wajar untuk investasi yang diukur pada biaya perolehan; dan
(e) Lain-lain.

2.7 Tanggal Efektif dan Ketentuan Transisi


 Tanggal Efektif
Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012.
 Ketentuan Transisi
 Pernyataan ini diterapkan secara prospektif.
 Untuk sukuk yang telah diterbitkan sebelum tanggal efektif
Pernyataan ini, jumlah tercatat pada saat penerapan awal
Pernyataan ini merupakan jumlah tercatat awalnya dan Pernyataan
ini diterapkan atas sukuk tersebut.
 Pada saat penerapan awal Pernyataan ini, entitas (investor)
menentukan kembali klasifikasi investasi pada sukuk sesuai
dengan ketentuan dalam Pernyataan ini. Jumlah tercatat pada saat
penerapan awal Pernyataan ini merupakan jumlah tercatat awalnya
(deemed cost).
(a) Untuk investasi yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi dan tersedia untuk
dijual, kemudian diklasifikasikan sebagai diukur pada biaya
perolehan, maka selisih antara jumlah tercatat baru dan nilai
nominal diamortisasi selama sisa jangka waktu sukuk.
Selanjutnya untuk investasi yang sebelumnya diklasifikasikan
sebagai tersedia untuk dijual, saldo perubahan nilai wajar
yang diakui di ekuitas direklasifikasi ke saldo laba.
(b) Untuk investasi yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual dan pinjaman yang diberikan dan
piutang, kemudian diklasifikasikan sebagai diukur pada nilai
wajar, maka perubahan nilai wajar pada saat penerapan awal
Pernyataan ini diakui di saldo laba.
2.8 Perbedaan Obligasi Syariah (Sukuk) dan Obligasi Konvensional
Keterangan Obligasi Syariah (Sukuk) Obligasi Konvensional
Dari sisi orientasi Disamping Hanya memperhatikan
memperhatikan keuntungan semata.
keuntungan juga harus
memperhatikan pula sisi
hala-haram, artinya setiap
investasi yang
diharamkan dalam
obligasi pada produk-
produk yang sesuai
dengan prinsip syariah.
Dari sisi besar-kecilnya Keuntungan akan Keuntungannya di dapat
keuntungan diterima dari besarnya dari besarnya bungan
margin/fee yang yang ditetapkan.
ditetapkan ataupun
dengan sistem bagi hasil
yang didasarkan atas aset
dan produksi.

Dari sisi akad Setiap transaksinya Tidak terdapat akad yang


ditetapkan berdasarkan mengikat di setiap
akad. Diantaranya akad transaksinya.
mudharabah, musyarakah,
murabahah, salam,
istisna, dan ijarah. Dana
yang dihimpun tidak
dapat diinvestasikan ke
pasar uang dan atau
spekulasi di lantai bursa.
2.9 Skema Transaksi Obligasi Syari’ah Mudharabah dan Obligasi Syariah
Ijarah

Obligasi Syariah Mudharabah


Perjanjian Profit Sharing

Wali Amanat

PT.X Shahibul Maal


Mudharib

Proyek Usaha

Nisbah % Nisbah %
Pembagian

Pengembalian Modal
Modal
Obligasi Syariah Ijarah

Akad Wakalah Akad Kafalah

3)Mewakili Penyewaan 1) Cash

Apol Investor Apol


(sebagai wakil) (shohibul maal) (sebagai lessor)

6) Fee Ijarah 2) Certificate

4) TA 5) Cash

Akad Ijarah 4), 5), 6)


Invetor menyewakan “X”
dengan menunjuk APOL (WI)
ASET
DAFTAR PUSTAKA

Pramono, Sigit dkk, Obligasi Syariah (Sukuk) untuk Pembiayaan Infrastruktur :


Tantangan dan Inisiatif Strategis. Undang-Undang SBSN tahun 2008.
www.bisnis.com (diakses 15 Desember 2008) www.idx.co.id (diakses 15
Desember 2008) www.investorindonesia.com (diakses 15 Desember 2008)
www.kompas.com (diakses 10 Desember 2008 Yaumudin, Umi Karomah, Sukuk:
Sebuah Alternatif Instrumen Investasi, (Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2008).

Anda mungkin juga menyukai