INSTALASI FARMASI
RSIA KASIH IBU
Disusun oleh :
Ika Fatikhatun Nasikha, S. Farm., Apt
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Pertumbuhan pembangunan di Indonesia terus melaju seiring dengan pertumbuhan
penduduk yang terus berkembang. Akibat perkembangan penduduk dengan dinamika sosialnya
tersebut telah menyebabkan masalah kesehatan masyarakat dengan berbagai pola penyakit
masyarakat. Maka dari itu sesuai dengan tujuan pembangunan nasional bahwa masyarakat
Indnesia berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, maka perlu disusun
konsep pemenuhan fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Fasilitas pelayanan kesehatan itu sendiri merupakan suatu alat atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintaah dan atau masyarakat. Salah satu jenis fasilitas
pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit.
Pengembangan pelayanan kesehatan sangat terkait dan dipengaruhi oleh berbagai aspek
baik demografi, pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, serta perkembangan lingkungan fisik
dan biologi khususnya epidemiologi penyakit. Tingkat kematian ibu dan anak dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Dari hal tersebut memang terlihat upaya mengurangi angka kematian ibu dan
anak dengan adanya fasilitas penunjang fisik berbentuk Rumah Sakit Khusus yang menangani
Kesehatan Ibu dan Anak.
2
2. Melayani kebutuhan obat, bahan obat, alat kesehatan serta perbekalan farmasi lainnya
sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan berorientasi kepada kepentingan dan
kepuasan pasien sebagai implementasi kompetensi profesi farmasis.
3. Memberikan dan menyediakan pelayanan komunikasi, informasi, edukasi serta konseling
kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dan memcegah
penyalahgunaan dan penggunasalahan mengenai kesehatan, khususnya obat dan cara
pengobatan yang rasional.
III. VISI DAN MISI
a. Visi
Menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak pilihan pertama dan kepercayaan masyarakat tegal dan
sekitarnya
b. Misi
- Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia dalam rangka menyenangkan
pasien
- Mengembangkan fasilitas rumah sakit dengan menyesuaikan kemajuan teknologi untuk
kepuasan dan kenyamanan pasien
- Memberikan pelayanan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat
- Membantu program pemerintah dalam rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI)
dan bayi (AKB) serta meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
3
BAB II
ANALISA
Pelaksana Pelaksana
C. Pembagian Tugas
4
1. Tugas Instalasi Farmasi, meliputi:
1.1 Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan
Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai prosedur
1.2 Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;
1.3 Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek terapi dan
keamanan serta meminimalkan risiko;
1.4 Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta memberikan
rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;
1.5 Berperan aktif dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
1.6 Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan Kefarmasian;
1.7 Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium
Rumah Sakit.
1.8 Pelayanan farmasi klinik
o Mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan Obat;
o Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat;
o Melaksanakan rekonsiliasi Obat;
o Memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik berdasarkan Resep
maupun Obat non Resep kepada pasien/keluarga pasien;
o Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
o Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain;
o Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya;
o Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
o Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan lain,
pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit;
o Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).
5
2. Tugas Tenaga Teknis Kefarmasian
Bertugas membantu APJ dalam pelayanan kefarmasian, memonitoring stok obat,
memberikan informasi yang benar dan tepat kepada pasien dan bertanggung jawab juga
terhadap terpeliharanya sarana dan prasarana IFRS.
D. Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
1. Ruangan yang terdiri atas :
a. Ruang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
b. Ruang konseling
c. Ruang pelayanan informasi obat
d. Gudang penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
2. Rak penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
3. Lemari narkotika dan psikotropika
4. Kulkas / lemari pendingin
5. Perlengkapan administrasi, seperti : blanko salinan resep, blanko kwitansi, blanko kartu stok,
blanko surat pesanan, blanko nota penjualan, buku operan shift, buku komunikasi efektif,
buku pajak, buku defecta dll
6. Buku – buku pendukung : ISO, Formularium Rumah Sakit, Permenkes tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dan UU tentang narkotika, psikotropika dan
prekursor.
7. Kelengkapan bangunan
a. Sumber air
b. Sumber penerangan
c. Kulkas
d. Ventilasi
e. Washtafel
8. Perlengkapan kerja
a. Gelas ukur
b. Mortir dan stamper
c. Alat press puyer
d. Thermometer ruangan
6
e. Timbangan + anak timbangan
f. Komputer
g. Kalkulator
9. Wadah
a. Kertas perkamen
b. Klip dan kantong plastik
E. Aspek Pemasaran
Strategi pemasaran yang akan dilakukan sama halnya dengan misi RSIA Kasih Ibu yaitu :
1. Memberikan pelayanan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat sekitar
2. Diadakannya program Jum’at Berkah
3. Menyediakan jasa konseling secara gratis untuk pasien
4. Menjamin terapi obat yang diberikan kepada pasien tepat, efektif, efisien, nyaman dan aman.
5. Meningkatkan kualitas kinerja karyawan dan memberlakukan sistem reward dan punishment
bagi seluruh karyawan.
F. Analisis SWOT
Analisis SWOT merupakan prosedur sistematis untuk mengidentifikasi berbagai kekuatan
(Strength), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats). Analisis
SWOT dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Strength (kekuatan)
a. Nama pemilik yayasan yang seorang dokter spesialis kandungan yang sudah memiliki
banyak pelanggan
b. Lokasi rumah sakit yang strategis
c. Tersedianya ruang tunggu yang luas dan tempat duduk nyaman.
d. Buka setiap hari selama 24 jam
2. Weakness (Kelemahan)
Kelemahan ini menjadi penghalang dalam melaksanakan aktivitas yang menganggu
pencapaian laba yang akan diperoleh. Adapun kelemahan tersebut antara lain
a. Terdapat rumah sakit beralin yang dekat dengan RSIA Kasih Ibu
b. Keterbatasan sediaan obat dan perbekalan farmasi lainnya
c. Hubungan atau kerjasama kryawan masih belum terjalin
7
3. Opportunity (Kesempatan)
a. Memiliki dokter kandungan dan anak yang berpengalaman sehingga dapat menarik
perhatian masyarakat untuk berkunjung di RSIA Kasih Ibu
b. Posisi Rumah Sakit yang berdekatan dengan jalan raya dan kawasan yang ramai,
sehingga berpeluang untuk masyarakat mengunjungi RSIA
c. Adanya kesadaran masyarakat untuk mulai menjaga kesehatannya maka untuk
mengunjungi Rumah Sakit Ibu dan Anak tidak merupakan beban lagi karena itu sudah
menjadi keharusan
d. Memiliki pelayanan unggulan seperti program hamil untuk masyarakat yang ingin hamil
4. Threat (Ancaman)
a. Terdapat rumah sakit bersalin yang berdekatan
b. Peningkatan harga obat – obatan dan bahan medis habis pakai
c. Kelangkaan obat dan bahan medis habis pakai karena maraknya penyakit menular
G. Aspek Finansial
1. Modal
a. Modal tetap Rp. 82.500.000
Pengurusan ijin Rp. 3.000.000
Peralatan dan perlengkapan IFRS
- Komputer Rp. 15.000.000
- Telepon Rp. 1.500.000
- Etalase, rak obat, kursi, kulkas Rp. 60.000.000
- Perlengkapan administrasi Rp. 1.500.000
- Alat racik Rp. 1.500.000
Modal Tetap Rp. 82.500.000
b. Modal Operasional Rp. 609.900.000
- Biaya tenaga kerja Rp. 9.900.000
- Biaya pembelian obat dan alkes Rp. 600.000.000
Modal Operasional Rp. 609.900.000
c. Modal cadangan Rp. 50.000.000
Total modal IFRS Rp. 742.400.000
8
2. Rencana anggaran pendapatan dan belanja pertahun
a. Proyeksi pengeluaran rutin
- Biaya tetap bulanan
o Biaya tenaga kerja Rp. 9.900.000
1) APJ Rp. 2.700.000
2) TTK (6org) Rp. 7.200.000
Total Rp. 9. 900.000
o Biaya lain – lain Rp. 1.100.000
1) Telepon Rp. 100.000
2) Listrik Rp. 500.000
3) Lain-lain (uang jajan) Rp. 500.000
Total Rp. 1.100.000
Rp. 11.000.000
- Biaya tetap pertahun
o Biaya tetap bulanan 11.000.000 x 12 Rp. 132.000.000
o Tunjangan hari raya Rp. 9.900.000
Total Rp. 141.900.000
b. Proyeksi pendapatan pertahun
Pada tahun I diproyeksikan :
15 lembar /hari X 30 hari X 12 bln X Rp. 200.000 Rp. 1.080.000.000
c. Proyeksi pengeluaran pertahun
Pembelian obat Rp. 200.000.000
Alat kesehatan Rp. 100.000.000
Biaya rutin pertahun Rp. 141.900.000
Total Rp. 441.900.000
d. Perkiraan Rugi – Laba tahun I
Pemasukan Rp. 1.080.000.000
Pengeluaran Rp. 441.900.000
Laba Kotor Rp. 638.100.000
Pajak pendapatan (0,5% x 1.080.000.000) Rp. 5.400.000
Laba bersih Rp. 632.700.000
9
e. Perhitungan Laba – Rugi Tahun I
1) Analysis Pay Back Periode (PBP)
Merupakan pengukuran periode yang diperlukan dalam menutup investasi dengan
menggunakan aliran kas yang akan diterima.
Total Investasi
Pay Back Periode =
Laba Bersih
Rp. 742.400 .000
=
Rp . 632.700 .000
= 1,2 tahun
Kesimpulan :
Berdasarkan perhitungan PBP, untuk menutup investasi / mengembalikan investasi
(modal) sebesar 742.400.000 dalam waktu 1,2 tahun sudah dapat mengembalikan
modal.
2) Return on investment (ROI)
Merupakan pengukuran besaran tingkat return (%) yang akan diperoleh selama
periode investasi.
Laba bersih
Return On Investment (ROI) = x 100%
Total Investasi
Rp . 632.700 .000
= x 100%
Rp. 742.400 .000
= 85,22%
3) Break Even Point (BEP)
Merupakan suatu titik yang menggambarkan bahwa keadaan kinerja IFRS berada
pada posisi yang tidak mempunyai keuntungan dan tidak mempunyai kerugian.
Keadaan ini disebut juga dengan titik pulang pokok atau titik impas.
F = Biaya tetap/rutin
V = Biaya Variabel
1
xF
BEP = V
1−
P
1
= x 141.900.000
1−(Rp . 441.900 .000/1.080 .000.000)
10
141.900.000
=
0,6
= Rp.236.500.000/tahun
= Rp.19.708.333 /bulan
= Rp.656.944/hari
F
Persentase BEP = x 100%
p−v
Rp . 141.900 .000
= x 100%
Rp . 1.080 .000.000−Rp 441.900 .000
Rp . 141.900 .000
= x 100%
Rp .638 .100 .000
= 22,23 %
Kapasitas BEP = % BEP x Jumlah lembar resep/tahun
= 22,23 % x 5.400
= 1.200 resep/tahun
= 100 resep/bulan
= 3 resep/hari
Kesimpulan :
Jadi yang diperlukan untuk mengembalikan investasi / modal memerlukan penjualan
obat / penerimaan resep sebanyak 3 resep / hari dengan jumlah Rp. 656.944,- per hari.
11
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan analisis studi kelayakan yang telah dilakukan diperoleh baik dari segi pengabdian
profesi, pemasaran dan finansialnya, maka Instalasi Farmasi Kasih Ibu memiliki prospek yang baik
hingga layak untuk dilaksanakan.
Demikian proposal ini disusun sebagai kelengkapan persyaratan rekomendasi IAI.
12
LAMPIRAN
13
SOP PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI
1. Mencatat jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan yang diterima di dalam kartu stok.
2. Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang diterima pada rak yang sesuai
berdasarkan aspek farmakologi, bentuk sediaan, secara alphabetis atau, penyimpanan khusus.
3. Setiap penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan harus mengikuti prinsip FIFO
(pertama masuk-pertama keluar) dan FEFO (pertama kadaluwarsa-pertama keluar); dan harus
dicatat di dalam kartu persediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan.
4. Memasukkan bahan baku obat ke dalam wadah yang sesuai, memberi etiket yang memuat nama
obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa
5. Menyimpan bahan obat pada kondisi yang sesuai, layak dan mampu menjamin mutu dan
stabilitasnya pada rak secara alfabetis
6. Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan
7. Menjumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
pada kartu stok dan memberi garis dengan warna merah di bawah jumlah penerimaan dan
pengeluaran dan dibubuhi paraf petugas di setiap akhir bulan
8. Menyediakan tempat khusus di luar ruang peracikan untuk menyimpan komoditi yang rusak
kadaluwarsa
14
4. Gudang farmasi mencatat dalam buku memberikan tanda tangan pada nota distribusi
5. Gudang farmasi memberikan barang sesuai permintaan ke Apotek
6. Apotek memeriksa kembali barang yang dikirim dan memberikan tanda tangan pada nota
distribusi bila telah sesuai
15
6. Siapkan obat sesuai dengan resep
7. Obat yang disiapkan dimasukkan dalam buku stock obat
8. Beri etiket sesuai dengan penandaan di resep lengkap dengan indikasi obat
9. Teliti kembali resep sebelum diserahkan kepada pasien
10. Pada saat menyerahkan wajib memberikan informasi minimal mengenai kegunaan, aturan pakai,
efek samping, penyimpanan dan terapi non farmakolgi. Informasi yang memastikan pasien jika
gejala atau tanda dari penyakit yang diindikasi telah hilang, maka disarankan untuk menhentikan
pengobatan obat tersebut. Karena dapat mengakibatkan ketergantungan.
SOP MERACIK
1. Siapkan alat yang akan digunakan dan bersihkan meja untuk meracik
2. Buatlah instruksi meracik meliputi : nomor resep, nama pasien, jumlah dan cara mencampur
3. Siapkan etiket dan wadah obat sertakan bersama obat dan instruksinya untuk diracik
4. Cucilah tangan bila perlu gunakan sarung tangan, masker
5. Siapkan obat sesuai resep dan cocokkan dengan yang tertera pada struknya
6. Jika ada bahan yang harus ditimbang maka persiapkan lebih dahulu
7. Bacalah instruksi meracik dengan seksama dan lakukanlah hati-hati
8. Pastikan hasil racikan sesuai dengan instruksinya
9. Masukkan dalam wadah yang telah disediakan dan beri etiket
10. Kemudian serahkan pada petugas lain untuk diperiksa dan diserahkan
11. Bersihkan peralatan dan meja meracik setelah selesai
12. Cucilah tangan sampai bersih
SOP KONSELING
1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien/keluarga pasien dan memperkenalkan diri
2. Menanyakan 3 (tiga) pertanyaan kunci menyangkut obat yang dikatakan oleh dokter kepada
pasien dengan metode open-ended question :
Apa yang telah dokter katakan mengenai obat ini ?
Bagaimana dokter menerangkan cara pemakaian ?
Apa yang diharapkan dokter dalam pengobatan ini ?
16
3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai pemakaian obat-obat tertentu (inhaler, suppositoria,
dll)
4. Melakukan verifikasi akhir meliputi :
5. Mengecek pemahaman pasien
6. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat
untuk mengoptimalkan terapi
7. Memberikan leaflet (bila ada) dan kartu identitas
8. Mengucapkan salam terima kasih dan doa
9. Melakukan pencatatan konseling yang dilakukan pada kartu pengobatan
17
Resep narkotika dihitung jumlahnya
Resep lain ditimbang
Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar.
5. Membuat laporan pemusnahan resep yang sekurang-kurangnya memuat:
Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan resep
Jumlah resep narkotika dan berat resep yang dimusnahkan
Nama Apoteker pelaksana pemusnahan resep
Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep
6. Membuat Berita Acara Pemusnahan (format terlampir) yang ditandatangani oleh Apoteker dan
saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep
18
DENAH LOKASI RSIA KASIH IBU
2
1
3
19
17
5 6
10 9
14 GUDANG
11 7
12
13 8
15
16
Keterangan : Keterangan :
1. Lemari obat untuk tablet generic dan 9. Tempat untuk infus (dus)
paten 10. Rak untuk salep dan tetes mata
2. Rak obat untuk sediaan salep dan tetes 11. Rak untuk obat bentuk tablet
mata 12. Kulkas gudang
3. Meja racik 13. Rak untuk obat sediaan cair
4. Lemari obat High Alert 14. Ruang tempat terima barang
5. Lemari alat kesehatan 15. Meja entry
6. Rak untuk paket 16. Penerimaan resep dan pengambilan
7. Lemari obat untuk sirup dan injeksi obat
8. Lemari obat anrkotika dan psikotropika 17. Kulkas apotek
LEMARI NARKOTIKA DAN PRIKOTROPIKA
20
Keterangan :
Untuk penyimpanan obat narkotika dan psikotropika Instalasi Farmasi RSIA Kasih Ibu menggunakan
Lemari khusus sebagaimana dimaksud Permenkes no 3 tahun 2015 harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. Terbuat dari bahan yang kuat;
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda; c
c. Harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk instalasi farmasi pemerintah;
d. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk apotek, instalasi farmasi
rumah sakit, puskesmas, instalasi farmasi klinik, dan lembaga ilmu pengetahuan ; dan
e. Kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker penanggung jawab
21
Keterangan :
Untuk penyimpanan obat dalam sediaan padat yaitu tablet / kapsul diletakkan didalam lemari dan di
urutkan berdasarkan abjad. Baris ke satu dan dua digunakan untuk obat-obat dengan nama dagang /
paten sedangkan untuk baris ke tiga sampai akhir untuk obat – obat generik.
Keterangan :
Untuk penyimpanan obat dalam bentuk cair seperti sirup dan injeksi dletakkan pada lemari seperti
foto diatas. Penyimpanan diletakkan berdasarkan abjad dan menggunakan system FEFO dan FIFO.
Tiga baris dari atas digunakan untuk penyimpanan sirup dan tiga baris sisanya untuk injeksi.
22
Keterangan :
Untuk penyimpanan obat High Alert disimpan terpisah dengan obat lain dan di beri label berwarna
merah dengan tulisan “HIGH ALERT” pada setiap obat high alert kecuali obat-obat konsentrat tinggi
dilabeli dengan “KONSENTRAT PEKAT”
23
Keterangan :
Untuk penyimpanan alat – alat kesehatan diletakkan pada lemari seperti diatas. Sistem penyimpanan
alat kesehatan tetap menggunakan sistem FIFO dan FEFO.
RAK PAKET
Keterangan :
Rak diatas untuk penyimpanan paket seperti paket tiup / sis, paket infant, paket infuse, paket curette,
dan paket imparti.
KULKAS
24
Keterangan :
Lemari pendingin diatas untuk menyimpan obat – obat dengan penyimpanan khusus seperti vaksin,
suppo, insulin dan injeksi dengan sistem penyimpanan menggunakan sistem FIFO dan FEFO.
GUDANG
25
Keterangan :
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan
pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan
kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,
kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, dan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan
menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO).
ALAT PENDUKUNG
26
1. SURAT PESANAN
27
Surat pesanan narkotika
2. KWITANSI
3. NOTA PEMBAYARAN
4. COPY RESEP
28
29