Anda di halaman 1dari 21

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA KASUS BESAR

RSJ DR. SOEPARTO HARJOHUSODO JANUARI 2022


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

EPISODE DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK


(F32.3)

Oleh :
Rochnald M. Willson Pigay, S.Ked
K1B1 21 007

Pembimbing:
dr. Wa Ode Harniana, M.Kes Sp.KJ.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEPARTO HARJOHUSODO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
LABORATORIUM ILMU Khusus Kepanitraan Klinik
KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

STATUS PASIEN

NO. STATUS/ REG. : 074142


NAMA DOKTER MUDA : Rochnald M. Willson Pigay, S.Ked
NAMA PASIEN : Ny. Nurlina
No. Status/ No. Reg : 074142
Masuk RS : 6 Januari 2021

Nama : Ny. N

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir : Lahimbua, 16 Agustus 1972

Status Perkawinan : Sudah Menikah

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

Suku Bangsa : Tolaki

Pendidikan : SMA

No. Hp : 085242522604

Pekerjaan : Karyawan Honorer Kecamatan

Alamat : Desa Basule, Kec. Lasolo, Kab. Konawe Utara


LAPORAN PSIKIATRIK

I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama :
Perasaan takut berlebihan
B. Riwayat Gangguan Sekarang :
1. Keluhan dan Gejala :
Perasaan takut dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Perasaan
takut yang dirasakan sering hilang timbul. Perasaan takut muncul
terutama ketika pasien sedang sendirian. Ketika sendiri, pasien
mengaku terkadang melihat bayangan suaminya ataupun anaknya.
Pasien juga mengatakan terkadang mendengar suara bisikan yang tidak
jelas. Hal ini membuat pasien semakin takut karena pasien menjadi
khawatir dan takut terjadi sesuatu pada anak ataupun suaminya.
Pasien mengatakan 3 bulan yang lalu anaknya mengalami
tindakan pemerkosaan. Pasien mengaku rasa takut ini mulai dirasakan
sejak saat itu. Rasa takut akibat kejadian tersebut sempat hilang namun
kembali lagi setelah beberapa minggu kemudian keponakan pasien
dipukul oleh orang lain. Sejak saat itu, pasien mengaku menjadi lebih
sering merasakan takut.
Pasien mengatakan akibat dari rasa takut tersebut, pasien
menjadi sulit untuk tidur, tidak nafsu makan dan kesulitan untuk
bekerja dengan baik. Suami pasien juga mengatakan pasien menjadi
lebih sering diam, melamun, menyendiri, jarang keluar rumah, serta
jarang memasak makanan lagi untuk keluarganya di rumah sakit.
Pasien mengaku pernah terpikir rasa ingin bunuh diri akibat perasaan
takut ini. Pasien juga mengeluhkan dadanya sering terasa berdebar-
debar, leher belakang yang terasa tegang dan nyeri pada punggung
yang tembus ke dada. Pasien memiliki riwayat penyakit asam urat.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung, hipertensi dan diabetes
melitus.
Pasien sebelumnya sudah berobat ke puskesmas namun tidak
ada perbaikan sehingga pasien dibawa suaminya untuk berobat ke
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.
C. Riwayat Penyakit Sebelumnya :
1. Penyakit medis : Hiperurisemia
2. Riwayat penggunaan zat NAPZA : tidak ada
3. Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya : tidak ada
D. Riwayat keluarga :
Pasien merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Kedua orang tua
pasien telah meninggal dunia. Ayah pasien telah meninggal 7 tahun yang lalu
dan ibu pasien meninggal 5 tahun yang lalu. Kakak laki-laki dari pasien juga
memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien. Ia memiliki satu orang
anak perempuan. Hubungan pasien dengan keluarganya baik. Saat ini, pasien
tinggal bersama suami dan anak perempuannya. Hubungan pasien dengan
keluarga baik.

Keterangan :
: Perempuan : laki-laki

: Pasien : riwayat yang sama

: meninggal
E. Riwayat kehidupan Pribadi :
1. Riwayat Pranatal dan Perinatal :
Pasien lahir di Lahimbua, tanggal 16 Agustus 1972. Pasien merupakan
kelahiran yang diharapkan oleh kedua orang tuanya. Pasien lahir normal
dan persalinan dilakukan di rumah dan ditolong oleh dukun, kelahirannya
cukup bulan dan pada saat kelahiran tidak ada penyulit dan cacat bawaan.
2. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 1-3 tahun) :
Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak pada umumnya, pasien
tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan dan
pertumbuhannya. Perkembangan pada usia 1-3 tahun dimulai dari
tengkurap, balik badan, berjalan hingga berbicara dalam batas normal.
Tidak terdapat riwayat kejang demam dan trauma. Ia diasuh oleh kedua
orang tuanya dan tidak mendapatakan toilet training tetapi orang tuanya
hanya membiarkan anaknya berkembang dengan sendirinya.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun) :
Pada periode ini pasien tinggal bersama kedua orang tua kandungnya
dan saudara kandungnya. Pada usia 5 tahun ia mulai bersekolah TK dan
sekitar usia 5-6 tahun ia sudah dapat menggunakan toilet untuk buang air
kecil dan BAB masih dibantu oleh orang tuanya, ia tumbuh baik dan
memiliki kehidupan sosial yang cukup. Pasien mulai masuk SD pada usia
7 tahun. Tidak ada masalah dalam pergaulan dengan teman sebayanya.
Pasien merupakan siswa yang berprestasi dan selalu masuk peringkat 3
besar di sekolah saat SD. Tidak ada peristiwa traumatis ataupun sakit berat
yang pasien alami pada periode ini.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir Remaja (Usia 12-18 tahun)
Pada masa ini, Ny. N telah menyelesaikan pendidikannya di tingkat SD
dan melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP dan SMA. Ny.N memiliki
prestasi yang baik pada saat SMP maupun SMA. Pada saat SMA, pasien
memiliki pengalaman traumatik namun pasien menolak untuk
menceritakannya. Pengalaman traumatic ini menyebabkan menurunnya
prestasi belajar pasien saat berada di SMA.
2. Riwayat masa dewasa :
a. Riwayat Pendidikan :
Pendidikan terakhir pasien SMA
b. Riwayat Pekerjaan :
Karyawan Honorer Kecamatan
c. Riwayat Pernikahan :
Pasien telah menikah
d. Riwayat Kehidupan Spiritual :
Pasien memeluk agama islam, pasien mengaku bukan orang yang
terlalu religius. Pasien tidak selalu melaksanakan sholat 5 waktu
maupun mengaji. Pasien mengaku hal ini sudah kebiasaan pasien dari
dulu sebelum beliau sakit.
e. Riwayat Hukum :
Pasien tidak pernah terlibat dalam masalah hukum.
3. Riwayat kehidupan sekarang :
Pasien tinggal bersama suami dan anaknya
4. Persepsi pasien tentang diri sendiri :
Pasien mengaku terkadang pasien tidak sadar kalau pasien sakit. Pasien
memiliki kemauan untuk sembuh.

II. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Pemeriksaan ini dilakukan pada tanggal 6 Januari 2022, pukul 11.00 WITA
A. Deskripsi Umum :
1. Penampilan Umum :
Seorang perempuan wajah tampak sesuai dengan usianya
menggunakan baju berwarna biru tua, celana panjang berwarna coklat dan
jilbab berwarna pink. Penampilan secara umum rapi. Perawatan diri baik.
2. Kesadaran : berubah
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Pasien duduk di hadapan pemeriksa
dan terlihat tenang selama wawancara berlangsung.
4. Pembicaraan : Spontan, intonasi normal, kecepatan bicara biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa : pasien koperatif
B. Keadaan Afektif (mood), Perasaan, dan Empati :
1. Mood : Sedih
2. Ekspresi afektif : Sedih
3. Keserasian : Serasi
4. Empati : tidak dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan: Sesuai
2. Orientasi (waktu, tempat, orang) :
a. Waktu : Baik
b. Tempat : Baik
c. Orang : Baik
3. Daya ingat :
a. Panjang : baik
b. Sedang : baik
c. Singkat : baik
4. Daya konsentrasi dan perhatian : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat kreatif : memasak
7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik
D. Gangguan Persepsi
1.Halusinasi : Halusinasi Visual, pasien terkadang melihat
bayangan suami ataupun anaknya.
Halusinasi Auditorik, pasien terkadang mendengar
suara bisikan yang tidak jelas.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses berfikir
1. Arus pikiran
a. Produktivitas : Cukup
b. Kontinuitas : Relevan, Koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi pikiran
a. Preokupasi : Tidak ada
b. Gangguan isi pikiran : Tidak ada
F. Pengendalian Impuls : Baik
G. Daya nilai dan tilikan
1. Norma sosial : Baik
2. Uji daya nilai : Baik
3. Penilaian realitas : Terganggu
H. Tilikan : Derajat 5, pasien menyadari penyakitnya dan faktor
yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak dapat menerapkan dalam
perilaku praktisnya.
I. Taraf dapat dipercaya : pasien dapat dipercaya

III. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS


A. Status Internus :
Antropometri
TB : 154 cm
BB : 52,3 kg
IMT : 22,05 (normal)
Pernapasan: 20x/menit
Nadi : 88 x/menit
TD : 130/80 mmhg
B. Status Neurologis
GCS : E4M6V5
Pupil bulat isokor
Refleks fisiologis dalam batas normal
Refleks patologis tidak ada
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien datang ke poliklinik jiwa RSJ Provinsi Sulawesi Tenggara pada
tanggal 6 Januari 2022 bersama suaminya dengan keluhan rasa takut berlebihan.
Perasaan takut dirasakan sejak 3 bulan yang lalu. Akibat dari rasa takut tersebut,
pasien menjadi sulit untuk tidur, tidak nafsu makan dan kesulitan untuk bekerja
dengan baik. Pasien menjadi lebih sering diam, melamun, menyendiri, jarang
keluar rumah, serta jarang memasak makanan lagi untuk keluarganya di rumah
sakit. Pasien juga mengeluh dada sering terasa berdebar-debar, leher belakang
yang terasa tegang dan nyeri pada punggung yang tembus ke dada. Pasien
memiliki halusinasi visual berupa melihat bayangan suami dan anaknya. Pasien
juga memiliki halusinasi auditorial berupa mendengar bisikan-bisikan yang tidak
jelas. Sebelumnya 3 bulan yang lalu anaknya mengalami tindakan pemerkosaan
dan keponakannya mengalami pemukulan oleh orang lain. Pada saat SMA pasien
memiliki pengalaman traumatis yang tidak ingin diceritakan. Pasien memiliki
riwayat penyakit asam urat.
Berdasarkan pemeriksaan status mental didapatkan pasien berpenampilan
sesuai usia. Mood hipotimia, afek depresi. Pada pemeriksaan antropometri pasien
memiliki IMT 22,05 atau biasa disebut dengan normoweight. Nilai tilikan pasien
adalah Derajat 5, pasien menyadari penyakitnya dan faktor yang berhubungan
dengan penyakitnya namun tidak dapat menerapkan dalam perilaku praktisnya.

V. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Aksis I
Dari autoanamnesis dan aloanamnesis didapatkan adanya gejala klinis
yang bermakna yaitu berupa rasa takut berlebihan sehingga menyebabkan
penderitaan (distress) dan hendaya (disability ) bagi pasien, sehingga dapat
digolongkan Gangguan Jiwa.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan
hendaya berat dalam menilai realita berupa halusinasi auditorik dan halusinasi
visual sehingga dapat digolongkan dalam Gangguan Jiwa Psikotik.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak didapatkan
penyakit/gangguan sistemik otak atau lainnya yang dapat menyebabkan
disfungsi otak dan tidak ada penyalahgunaan NAPZA sehingga kemungkinan
penyebab penyakit oleh medis umum dan penyalahgunaan NAPZA dapat
disingkirkan.
Berdasarkan autoanamnesis dan pemeriksaan status mental, didapatkan
adanya gejala-gejala depresi berupa afek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan serta berkurangnya energi dan aktivitas menurun yang memenuhi
kriteria gejala depresi ditambahkan dengan adanya gejala-gejala tambahan
berupa gangguan tidur, nafsu makan berkurang serta serta keinginan bunuh
diri sehingga memenuhi kriteria depresi berat dan ditemukan gejala-gejala
psikotik seperti halusinasi auditorik berupa suara bisikan dan halusinasi visual
berupa melihat bayangan suami dan anaknya. Sehingga pasien ini berdasarkan
PPDGJ III didiagnosis sebagai Episode Depresi Berat dengan Gejala
Psikotik (F32.3)
2. Aksis II
Ciri kepribadian tidak ada
3. Aksis III
Hiperurisemia.
4. Aksis IV
Pemerkosaan yang dialami anaknya dan keponakannya yang dipukul orang
lain.
5. Aksis V
GAF scale 60-51 ( gejala sedang (moderate), disabilitas sedang).

VI. DAFTAR PROBLEM


1. Organobiologik
Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna. Namun diduga terdapat
ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga pasien memerlukan
psikofarmakoterapi
2. Psikologik
Terdapat adanya gejala depresi sehingga pasien memerlukan psikoterapi untuk
menghilangkan masalah
3. Sosiologik
Terdapat hendaya pekerjaan dan penggunaan waktu luang sehingga
membutuhkan sosioterapi

VII. PROGNOSIS
a. Faktor pendukung :
- Adanya keinginan pasien untuk sembuh dan berobat
- Keluarga mendukung pengobatan dan kesembuhan pasien
- Faktor stressor psikososial jelas
- Ada asuransi/ pembiayaan kesehatan
b. Faktor penghambat :
- Akses layanan kesehatan sulit di jangkau
- Terdapat riwayat gangguan jiwa pada keluarga
- Stressor masih berlangsung
c. Prognosis :
- Quo ad vitam : bonam
- Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam

VIII. RENCANA TERAPI


a. Psikofarmaka
Adapun terapi dapat berupa :
 Trihexyphenidyl 2 mg 2x1
 Risperidone 2 mg 1x1 (cek ulang apakah 2x1)
 Amitriptilin 25 mg 2x1
b. Psikoterapi
1. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa lega dan dapat
menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapi pasien.
2. Membantu pasien untuk memahami penyakitnya dan bantu mengatasi
atau menghadapi stressor.
3. Memberikan semangat serta motivasi kepada pasien serta keluarganya
agar optimis untuk membantu menyembuhkan pasien.
4. Memberikan edukasi kepada pasien untuk minum obat secara teratur
dan rutin.
c. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada orang sekitar untuk memberikan
dorongan pada pasien agar menciptakan lingkungan yang kondusif terutama
di dalam rumah agar pasien dapat menjalani pengobatan dengan baik.

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Fisik-biologis : tidak dilakukan
b. Psikometri : tidak dilakukan

X. DISKUSI/PEMBAHASAN
Depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang mempengaruhi
jutaan orang dewasa setiap tahunnya. Gangguan ini termasuk dalam gangguan
suasana perasaan/mood dengan kelainan yang mendasar berupa perubahan
suasana perasaan ke arah depresi (suasana perasaan yang menurun) dan biasanya
disertai dengan perubahan tingkat aktivitas.
Diagnosis gangguan depresi yang akurat merupakan hal penting. Untuk
mendapatkan diagnosis yang tepat, perlu disingkirkan kemungkinan kondisi
medis lain yang serupa dengan depresi, seperti hipotiroid, komplikasi dari
penyalahgunaan zat atau ketergantungan, penyakit menular, anemia dan
gangguan neurologis tertentu.
Berdasarkan PPDGJ III, kriteria diagnosis dari gangguan depresi meliputi
adanya gejala–gejala depresi yang terjadi selama 2 minggu atau lebih. Namun,
apabila gejala berlangsung cepat dengan intensitas yang sangat berat, diagnosis
dapat ditegakkan meskipun belum berlangsung selama 2 minggu. Gejala
gangguan depresi dikelompokkan menjadi gejala utama dan gejala tambahan.
Terdapat tiga gejala utama dari gangguan depresi, yaitu suasana perasaan dan
afek depresif, hilangnya kegembiraan dan minat, serta merasa mudah lelah
sehingga aktivitas menurun. Gejala tambahan dari depresi meliputi gangguan
tidur, menurunnya konsentrasi dan perhatian, perasaan bersalah dan tidak
berguna, nafsu makan berkurang, menurunnya kepercayaan diri, pesimistis, serta
gagasan atau perbuatan yang membahayakan diri seperti bunuh diri.
Depresi berat dengan gejala psikotik berdasarkan PPDGJ III disertai
waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang
dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggung atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara
yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlakukan,
waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan
afek (mood-congruent).
Global Assesment of Functioning (GAF) Scale pada Aksis V adalah skala
numerik yang digunakan untuk menilai subyektif fungsi sosial, pekerjaan, dan
psikologis seseorang yang terdiri atas :
 100-91 = Gejala tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tak
tertanggulangi.
 90-81 = Gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah
harian yang biasa.
 80-71 = Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial,
pekerjaan, sekolah dll
 70-61 = Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum masih baik.
 60-51 = Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
 50-41 = Gejala berat (serious), disabilitas berat.
 40-31 = Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi.
 30-21= Disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu
berfungsi hampir semua bidang.
 20-11 = Bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam
komunikasi dan mengurus diri.
 10-01 = Seperti diatas => persisten dan lebih serius.
 0 = Informasi tidak kuat.
Tryhexyphenidyl merupakan golongan obat antikolinergik/ antimuskarinik
yang berkerja dengan cara mengurangi efek kolinergik sentral yang berlebihan
akibat adanya defisiensi dopamine. Obat antimuskrinik bermanfaat pada
parkinsonisme yang diinduksi oleh obat, namun tidak digunakan pada Parkinson
yang ideopatik, karena obat ini kurang efektif dibandingkan dengan obat
dopaminergik dan dapat menyebabkan kerusakan kogntif. Juga mengurangi
gejala Parkinson yang diinduksi oleh obat antipsikotik.
Risperidone merupakan obat anti psikotik generasi kedua yang digunakan
dalam penatalaksanaan skizofrenia, gangguan bipolar mania, iritabilitas yang
berhubungan dengan gangguan autism, gangguan tingkah laku, serta demensia
pada penyakit Alzheimer. Efek terapi obat risperidone adalah dengan
memblokade dopamine pada reseptor postsinaps neuron di otak sehingga efektif
untuk gejala positif, serta berafinitas dengan reseptor serotonin 5HT2 sehingga
efektif juga unutuk gejala negatif.
Amitriptiline adalah obat antidepresan yang bermanfaat untuk mengatasi
mengatasi depresi. Obat ini membantu meningkatkan suasana hati dan
menghilangkan kecemasan, sehingga meningkatkan energi dan membuatnya lebih
mudah bagi seseorang untuk beristirahat. Amitriptilin merupakan senyawa obat
yang bersifat antikolinergik (mempengaruhi sistem saraf) dan sedatif. Setelah
tertelan, senyawa farmakologis ini dimetabolisme menjadi nortriptyline, yang
dapat menghambat pemulihan noradrenalin dan serotonin sehingga terdapat
kelebihan serotonin dan noradrenalin di otak. Gangguan reuptake serotonin dan
norepinefrin diyakini menjadi penyebab utama depresi maupun cemas. Efek
samping obat yang ditimbulkan mengantuk, efek aditif dengan obat sedatif lain,
tremor, insomnia, penglihatan kabur, konstipasi, sukar kencing, hipotensi
ortostatik, gangguan konduksi jantung, aritmia, psikosis bertambah berat, sindrom
putus obat, kejang, gangguan seksual.

XI. DIALOG ANAMNESIS


DM : Dokter Muda
P : Pasien
SM : Suami Pasien
(Autoanamnesis + Alloanamnesis)

DM : “Selamat pagi bu, perkenalkan saya dokter muda Rochnald yang sedang
bertugas hari ini.”
P : “Iya selamat pagi dok”
DM : “Permisi bu, saya mau menanyakan beberapa hal mengenai penyakit ibu,
apakah ibu bersedia?
P : “iya boleh dok”
DM : “baik ibu, dengan ibu siapa namanya?
P : “Nama saya Ny.N dok.”
DM : “Dimana tempat dan tanggal lahirnya bu ?”
P : “Lahimbua, 16 Agustus 1972”
DM : “Alamat rumah ibu dimana?”
P : “Desa Basule, Kec. Lasolo, Kab. Konawe Utara.”
DM : “ibu datang ke RSJ sendiri, atau ada yang mengantar bu?”
P : “saya datang dengan suami saya dok”
DM : “Pekerjaannya apa bu?”
P : “Saya bekerja sebagai pegawai honorer.”
DM : “Honorer dimana bu ?”
P : “Honorer di kantor kecamatan dok”
DM : “Apa pendidikan terakhir ibu ?”
P : “SMA dok”
DM : “Ibu dari suku apa bu ?”
P : “Suku Tolaki dok”
DM : “Oh iya bu. Selanjutnya jika saya boleh tahu, ibu ada keluhan apa saat ini
sehingga datang berobat ke RSJ?”
P : “ini dok saya sering merasa ketakutan”
DM : “Sejak kapan ibu mulai merasa sering ketakutan seperti ini ?”
P : “Sudah sejak 3 bulan yang lalu”
DM : “Bisa ibu ceritakan, bagaimana awalnya ibu mulai merasa sering
ketakutan seperti ini ?”
P : --pasien sempat terdiam beberapa saat-- “jadi begini dok, 3 bulan yang
lalu anak saya diperkosa, sejak saat itu saya jadi sering ketakutan dan
khawatir yang berlebihan dok. Tapi sudah sempat mulai hilang rasa
takutnya, tiba-tiba ada lagi kabar keponakanku dipukul sama orang, waktu
saya dengar berita itu, rasa takut saya jadi bertambah lagi dan sampai
sekarang saya jadi sering lebih takut, saya takut hal-hal seperti ini terjadi
lagi kepada saya, suami dan anak saya”
DM : “Rasa takut yang ibu rasakan ini, apakah ibu rasakan terus menerus atau
hanya pada saat-saat tertentu saja bu ?”
P : “hanya waktu-waktu tertentu saja dok”
DM : “pada saat kapan rasa takut ibu sering muncul bu ?”
P : “biasa kalau saya lagi sendiri di rumah dok, saya suka tiba-tiba rasa takut”.
DM : “Apa pada saat sendiri itu, ibu ada melihat bayangan-bayangan atau
mendengar bisikan-bisikan yang tidak bisa dilihat ataupun didengar orang
lain ?”
P : “iya ada, saya terkadang melihat bayangan anak saya ataupun suami saya,
padahal pada saat itu mereka sedang tidak ada dirumah, katika saya
melihat bayangan mereka saya jadi takut dan khawatir mungkin terjadi
sesuatu pada mereka”
DM : “kalau bisikan-bisikan ada kita dengar bu?”
P : “iya kadang juga ada bisikan-bisikan, terutama ketika saya sudah mulai
merasakan takut”
DM : “apa yang suara bisikan itu bilang ke kita bu ?”
P : “tidak jelas bisikannya.”
DM : “Tabe bu, apakah gejala yang kita rasakan ini menyebabkan kehidupan ta
sehari-hari terganggu bu ?”
P : “Iya dok, tidurku jadi terganggu, saya juga jadi malas makan, sama
terganggu juga pekerjaanku dok”
SM : “ibu jadi lebih sering diam dan menyendiri dirumah, suka melamun juga”
DM : “Apakah ada kegiatan rutin yang saat ibu sehat selalu ibu lakukan, tapi
semenjak ibu sakit, ibu jadi malas melakukannya lagi ?”
SM : “ada dok, ibu sejak sakit jarangmi memasak dirumah, jadinya saya
dirumah lebih sering beli makanan diluar”
DM : “apakah rasa takut ini sampai membuat ibu terpikir untuk bunuh diri ?”
P : “iya dok, pernah saya berpikir bgitu dok”
DM : “oh iya baik, selain rasa takut ada lagi gejala-gejala lain kita rasa bu?”
P :“iya ada dok, dadaku sering terasa berdebar-debar, lalu punggung
belakangku ini juga terasa sakit sampai tembus ke dada, leherku juga
sering tegang saya rasa dok”
DM : “Selama ini apakah ibu pernah menderita suatu penyakit tertentu?”
P : “Paling hanya asam urat dok, karena pernah saya periksa di puskesmas
katanya hasilnya tinggi”
DM : “Asam urat saja bu ? kalua penyakit seperti darah tinggi, gula, atau
riwayat penyakit jantung ada bu?”
P : “Tidak ada dok, hanya asam urat dok”
DM : “Oh iya baik bu berarti hanya asam urat saja ya bu. Tabe bu, maaf
sebelumnya bu, apakah kita pernah memakai narkoba atau sejenisnya
bu ?”
P : “Tidak pernah dok”
DM :“Tabe bu, kalau minum alkohol atau merokok pernah bu?”
P : “Tidak juga dok.”
DM : “Kita pernah punya riwayat penyakit yang mirip seperti keluhan takut ta
sekarang ini sebelumnya ?
P : “tidak ada dok”.
DM : “Kita berapa bersaudara bu ?”
P : “enam dok, 4 perempuan, 2 laki-laki”
DM : “kita anak ke berapa ?”
P : “saya anak ke empat”
DM : “kalau ayah sama ibu ta masih ada ?”
P : “sudah meninggal dok”
DM : “di keluarga ada yang punya riwayat penyakit atau keluhan yang mirip
kaya kita ?”
P : “ iya ada dok, kakak laki-lakiku juga mirip kaya saya gampang takut”
DM : “oh hiya baik bu, bagaimana hubungan ibu dengan keluarga, apakah baik-
baik saja, apakah keluarga ibu tau mengenai keluhan ibu saat ini?"
P : “hubungan saya dengan keluarga baik-baik saja dokter, untuk kejadian ini,
iya mereka tau dokter”
DM : “oh iya baik bu, tabe bu untuk riwayat kelahiran ta waktu bayi apakah kita
tau dulu kita lahir dimana ?”
P : ‘dirumah dok”
DM : “dibantu sama siapa lahirannya bu ?”
P : “sama dukun”
DM : “Apakah kita pernah diceritakan sama orang tua, apakah ada masalah pada
saat proses kita lahir ? misalnya kita terlahir premature atau sulit kita
keluar waktu dilahirkan ?”
P : “Tidak ada dok, normal dulu waktu saya lahir dok”
DM : “Oh iya baik bu, untuk masa pertumbuhan dan perkembangan pada saat
bayi apakah ada masalah bu, apakah ada gangguan seperti terlambat
berjalan, ataupun terlambat bicara ?”
P : “setahu saya tidak ada gangguan dok, sepertinya normal-normal saja dok”
DM : “Untuk masa sekolah ta mulai TK sampai SMA apakah ada masalah atau
pengalaman traumatis yang pernah kita rasakan ?”
P : “Dulu pernah pas SMA ada masalah dok, tapi saya tidak bisa ceritakan"
DM : “Kira-kira permasalahan terkait apa bu kalua boleh tau ?”
P : “maaf dok, tidak bisa saya ceritakan dok”
DM : “oh iya baik bu, maaf sebelumnya bu. Tabe bu, pas sekolah kita termasuk
siswa berprestasi ?”
P : “ Iya dok, saya selalu masuk 3 besar sejak SD sampai SMP, nantipi di
SMA baru mulai menurun peringkatku”
DM : “apakah ada hubungannya dengan masalah yg tadi kita bilang bu ?”
P : “iya dok”
DM : “oh iya baik bu, tabe bu untuk pendidikan terakhir ta sampai mana bu ?”
P : “ SMA dok”
DM : “Tabe bu, kalau boleh tau ini pernikahan ta yang pertama ? atau
sebelumnya sudah pernah menikah ?
P : “Ini pernikahan yang pertama dok”
DM : “kalau ibadah kita rajin ji sholat sama mengaji bu ?”
P : “kalau itu tidak dok, sering bolong-bolong sholatku, sama mengaji juga
begitu dok”
DM : “tabe bu, pernah kita terlibat dengan masalah hukum yang sampai harus
berurusan dengan polisi ?”
P : “tidak pernah dok”
DM : “Sekarang ini kita tinggal sama siapa bu ?”
P : “saya tinggal bertiga sama suai dan anak saya dok”
DM : “apakah ada masalah-masalah dirumah yang mungkin bisa mempegaruhi
rasa takut bu ?”
P : “tidak ada dok, baik-baik ji dok”
DM : “respon dari keluarga ta sendiri terkait keluhan ta ini bagaimana bu ?”
P : “Baik dok, mereka mendukung saya untuk berobat supaya sembuh”
DM : “oh iya baik bu, tabe bu, kita sendiri sadarji bu bagaimana kondisi ta
sekarang ?”
P : “iya sadar dok”
DM : “kita mau ji sembuh dari keluhan ta sekarang ini ?”
P : “iye mau dok”
DM : “apakah ibu tau sekarang ibu ada dimana dan sekrng pagi, siang atau
malam?”
P : “lagi di rumah sakit dan sekarang pagi dok”
DM : “Apakah ibu masih ingat teman SD nya? Bisa sebutkan 1 nama teman
SD ibu?”
P : “Iya dokter, Tyas dokter”
DM : “Apakah ibu ingat apa yang ibu lakukan 1 minggu yang lalu?”
P : “saya melakukan kegiatan seperti biasa dokter, namun sudah 3 hari
inisaya sudah tidak ingin melakukan aktivitas seperti biasa dokter”
DM : “sebelum ke RSJ, apakah ibu sempat sarapan, jika sudah ibu makan
apa?”
P : “iya dokter, saya makan nasi dan tempe dokter”
DM : “untuk saat ini apakah ibu masih bisa melakukan kegiatan sehari-hari
sendiri? Misalnya makan, mandi, atau perlu bantuan orang lain”
P : “saya masih bisa sendiri dokter”
DM :”apakah ibu pernah merasa ada bagian tubuh ibu yang berubah?”
P : “tidak dokter””
DM :”apakah ibu pernah merasa lingkungan ibu berubah misalnya saat ini ibu di
RSJ namun tiba-tiba ibu sudah berada di tempat lain ?”
P : “tidak dokter”

DM : “Baik, mungkin pertanyaan saya sudah cukup, untuk yang terakhir apa
boleh saya minta kontaknya untuk saya tanya-tanya kalau misalnya
masih ada informasi yang kurang?”
P : “iya dokter, nomor saya 0813xxxxxxxx”.
DM : “Baik bu, Saya ucapkan terima kasih atas kerjasamanya bu”
P : “Baik dok, terimakasih banyak dok.”
DAFTAR PUSTAKA
1. Diferiansyah, O., Septa, T., Lisiswanti R. 2016. Gangguan Cemas Menyeluruh.
Jurnal Medula Unila. 5(6)
2. Maslim, R. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas
PPDGJ-III dan DSM-5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya :
Jakarta
3. Kaplan, HI. Sadock, BJ. Grebb, JA. 2016. Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Binarupa Aksara : Tangerang.
4. Strawn, J., Geracioti,L., Rajdev, N. 2019. Pharmacotherapy for Generalized
Anxiety Disorder in Adults and Pediatric Patients: An Evidence-Based Treatment
Review. NCBI.
5. Bandelow, Borwin et al. 2017. Treatment of anxiety disorders. NCBI 3.

Anda mungkin juga menyukai