Anda di halaman 1dari 155

PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD KELAS RENDAH

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Puji dan syukur kami atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas mata kuliah

Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah ini dengan baik dan tepat pada

waktunya.

Penulisan tugas ini telah semaksimal mungkin saya upayakan. Untuk itu

saya menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi

penyusunan Bahasa, materi, isi, penulisan dan aspek lainnya. Oleh karena itu, saya

meminta bantuan bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi

memperbaiki tugas ini.

Akhir kata penyusun sangat mengharapkan semoga dari tugas sederhana ini

dapat diambil manfaatnya dan dapat memberikan informasi untuk pembaca serta

bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Muara Bungo, September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR …………………………… 1
A. Keterampilan Dasar Mengajar Matematika ............................................... 1
BAB II TEORI BELAJAR PENGERTIAN DAN PARADIGMA
MATEMATIKA ………………………………………………………11
A. Teori Belajar ............................................................................................. 11
B. Macam-macam Teori Belajar .................................................................. 11
BAB III KURIKULUM MATEMATIKA…………………………………… 16
A. Pengertian Kurikulum .............................................................................. 16
B. Kurikulum Menurut UU Pendidikan Nasional ......................................... 16
C. Kurikulum Secara Etimologis .................................................................. 17
D. KTSP Matematika .................................................................................... 18
E. Kurikulum 2013 ....................................................................................... 18
BAB VI MEDIA, MATERI DAN METODE PEMBELAJARAN
MATEMATIKA……………………………………………………… 24
A. Media dan Materi Mata Pelajaran Matematika Kelas Rendah ................ 24
B. Metode Pembelajaran Matematika ........................................................... 33
BAB III MODEL PENILAIAN MATEMATIKA…………………………… 37
A. Model Pengembangan Penilaian .............................................................. 37
B. Penilaian Kurikulum 2013 ....................................................................... 40
BAB IV MODEL PENILAIAN MATEMATIKA…………………………… 37
A. Model Pengembangan Penilaian .................................................................... 37
B. Penilaian Kurikulum 2013 ....................................................................... 40
BAB V MODEL PENILAIAN MATEMATIKA…………………………… 37
A. Model Pengembangan Penilaian .................................................................... 37
B. Penilaian Kurikulum 2013 ....................................................................... 40

iii
BAB VI MODEL PENILAIAN MATEMATIKA…………………………… 37
A. Model Pengembangan Penilaian .................................................................... 37
B. Penilaian Kurikulum 2013 ....................................................................... 40
BAB VII MODEL PENILAIAN MATEMATIKA…………………………… 37
A. Model Pengembangan Penilaian .................................................................... 37
B. Penilaian Kurikulum 2013 ....................................................................... 40
BAB VIII MODEL PENILAIAN MATEMATIKA……………………………
37
A. Model Pengembangan Penilaian .................................................................... 37
B. Penilaian Kurikulum 2013 ....................................................................... 40
BAB IX MODEL PENILAIAN MATEMATIKA…………………………… 37
A. Model Pengembangan Penilaian .................................................................... 37
B. Penilaian Kurikulum 2013 ....................................................................... 40
BAB X MODEL PENILAIAN MATEMATIKA…………………………… 37
A. Model Pengembangan Penilaian .................................................................... 37
B. Penilaian Kurikulum 2013 ....................................................................... 40
BAB XI MODEL PENILAIAN MATEMATIKA…………………………… 37
C. Model Pengembangan Penilaian .................................................................... 37
D. Penilaian Kurikulum 2013 ....................................................................... 40
BAB XII MODEL PENILAIAN MATEMATIKA…………………………… 37
C. Model Pengembangan Penilaian .................................................................... 37
D. Penilaian Kurikulum 2013 ....................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 150

iv
BAB I

KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

A. Keterampilan Dasar Mengajar Matematika

Keterampilan Dasar Mengajar Guru Matematika Keterampilan dasar

mengajar bagi guru matematika diperlukan agar guru dapat melaksanakan

perannya dalam pengelolaan proses pembelajaran, sehingga pembelajaran

dapat berjalan secara efektif dan efesien. Dalam hal ini, terdapat 8 (delapan)

keterampilan yang dapat digunakan guru selama proses belajar-mengajar yaitu;

keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan

mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan

menutup pelajaran, keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil,

keterampilan mengelola kelas, keterampilan mengajar kelompok kecil dan

perseorangan.

1. Keterampilan Dasar Bertanya

Keterampilan bertanya merupakan ucapan guru secara verbal yang

meminta respon dari peserta didik. Respon yang diberikan dapat berupa

pengetahuan sampai hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Dengan

demikian, bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong

kemampuan berpikir peserta didik. Ada beberapa fungsi pertanyaan dalam

proses belajar-mengajar di antaranya:

a. Memberikan motivasi kepada siswa untuk berpikir dan memecahkan

masalah dengan kemampuan sendiri.

1
2

b. Memberikan motivasi kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses

belajar-mengajar.

c. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu

masalah yang dihadapi atau dibicarakan.

d. Menuntun proses berpikir siswa karena dengan pertanyaan-pertanyaan

yang baik dapat membantu siswa untuk menentukan jawaban yang

baik

e. Memusatkan perhatian siswa terhadap siswa yang di bahas.

Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memainkan peranan

penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran

yang tepat akan memberikan dampak positif. Pertanyaan yang baik di bagi

menjadi dua jenis, yaitu: pertanyaan menurut maksudnya, dan pertanyaan

menurut Taksonomi Bloom. Pertanyaan menurut maksudnya terdiri atas:

pertanyaan permintaan (compliance question), pertanyaan retoris

(rhetorical question), pertanyaan mengarahkan atau menuntun (prompting

question) dan pertanyaan menggali (probing question). Pertanyaan

menurut Taksonomi Bloom, yaitu: pertanyaan pengetahuan (recall

question atau knowlagde question), pemahaman (comprehention

question), pertanyaan penerapan (application question), pertanyaan

sintetis (synthesis question), dan pertanyaan evaluasi (evaluation

question).

Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar

mengajar, guru perlu menunjukkan sikap yang baik pada waktu


3

mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Siswa

juga harus menghindari kebiasaan seperti: menjawab pertanyaan sendiri,

mengulang jawaban siswa, mengulang pertanyaan sendiri, mengajukan

pertanyaan dengan jawaban serentak, menentukan siswa yang harus

menjawab sebelum bertanya dan mengajukan pertanyaan ganda. Dalam

proses belajar-mengajar setiap pertanyaan, baik berupa kalimat tanya atau

suruhan yang menuntut respons siswa sehingga dapat menambah

pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, dimasukkan

dalam golongan pertanyaan. Keterampilan bertanya dibedakan atas

keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut.

Keterampilan bertanya dasar mempunyai beberapa komponen dasar yang

perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis pertanyaan. Komponen-

komponen yang dimaksud adalah: pengungkapan pertanyaan secara jelas

dan singkat, pemberian acuan, pemusatan, pemindah giliran, penyebaran,

pemberian waktu berpikir dan pemberian tuntunan.

Sedangkan keterampilan bertanya lanjut merupakan lanjutan dari

keterampilan bertanya dasar yang lebih mengutamakan usaha

mengembangkan kemampuan berpikir siswa, memperbesar pertisipasi dan

mendorong siswa agar dapat berinisiatif sendiri. Keterampilan bertanya

lanjut dibentuk atas landasan penguasaan komponen-komponen bertanya

dasar. Karena itu, semua komponen bertanya dasar masih dipakai dalam

penerapan keterampilan bertanya lanjut. Adapun komponen-komponen

bertanya lanjut itu adalah: pengubahan susunan tingkat kognitif dalam


4

menjawab pertanyaan, pengaturan urutan pertanyaan, penggunaan

pertanyaan pelacak dan peningkatan terjadinya interaksi.

2. Keterampilan Memberi Penguatan

Penguatan (reinforcement) pada dasarnya adalah suatu respon yang

diberikan terhadap prilaku atau perbuatan baik yang dapat memacu

terulangnya perbuatan tersebut. Menurut pengertian yang dikemukakan

oleh Wina Sanjaya, keterampilan dasar penguatan adalah segala bentuk

respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap

siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau unpan balik atas

perbuatan atau respon siswa.5 Ada dua jenis penguatan yang diberikan oleh

guru, yaitu penguatan verbal dan non verbal.

a. Penguatan verbal

Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan

kata-kata baik, kata-kata pujian dan penghargaan atas kata-kata koreksi.

Melalui kata-kata itu siswa akan merasa puas dan terdorong untuk lebih

aktif belajar. Misalnya ketika diajukan sebuah pertanyaan kemudian

siswa menjawab dengan tepat, maka guru menmuji siswa tersebut

dengan mengatakan “bagus sekali”, “tepat sekali”, ”wah hebat kamu”

dan sebagainya.

b. Penguatan non verbal

Penguatan non verbal adalah penguatan yang diungkapkan

melalui bahasa isyarat dan memberikan tanda-tanda tertentu. Adapun


5

jenis-jenis respon (penguatan) yang digolongkan kedalam penguatan

non verbal antara lain sebagai berikut:

1) Mimik dan gerakan badan Mimik dan gerakan yang dilakukan guru

seperti: mengekspresikan wajah ceria, senyuman, anggukan

kepala, menggunakan ibu jari, tepukan tangan dan gerakan badan

lainnya.

2) Gerakan mendekati Gerakan mendekati dilakukan guru dengan

cara menghampiri siswa dan bahkan duduk bersama-sama dengan

siswa. Pada saat guru mendekati siswa merasa diperhatikan

sehingga siswa akan merasa senang dan aman.

3) Sentuhan Penguatan dalam bentuk sentuhan dilakukan dengan

adanya kontak fisik antara guru dengan siswa (gesturing).

Misalnya berjabatan tangan, menepuk, mengelus anggota-anggota

badan yang dianggap tepat dan bentuk lain yang sejenis.

4) Kegiatan yang menyenangkan Untuk meningkatkan perhatian dan

motivasi belajar, guru dapat melakukan penguatan dengan cara

memberi kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan

kemampuannya sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuannya.

5) Pemberian simbol atau benda Simbol adalah tanda-tanda yang

diberikan atau dilakukan guru terkait dengan perilaku belajar

siswa.

6) Penguatan tak penuh Penguatan tak penuh yaitu respon atau

sebagian prilaku belajar siswa yang belum tuntas.


6

3. Keterampilan Memberikan Variasi

Keterampilan memberikan variasi merupakan suatu proses

pengubahan dalam pengajaran yang menyangkut 3 (tiga) komponen, yaitu

variasi dalam gaya mengajar, variasi media dan bahan lain, dan variasi

interaksi. Komponen-komponen mengadakan variasi ada 3 (tiga) bagian

yaitu:

a. Variasi dalam gaya mengajar guru

1) Penggunaan variasi suara (teacher voice).

2) Pemusatan perhatian (focusing).

Dalam pemusatan perhatian dapat dibedakan 6 (enam) macam yaitu:

a) Verbal focusing yakni pemusatan perhatian melalui kata-kata

seperti: coba dengarkan,, amati baik baik gambar ini atau periksa

gambar ini dengan seksama.

b) Gestural focusing yaitu pemusatan perhatian melalui syarat tertentu,

seperti menunjukkan pada gambar yang tergantung di dingding atau

di papan tulis.

c) Kesenyapan atau kebisuan guru (teaching silence). Dalam hal ini

guru sengaja dan tiba-tiba menciptakan atau menimbulkan

kesenyapan atau kebisuan sejenak selagi menerangkan sesuatu

bahan kepada murid.

d) Mengadakan kontak pandang dengan gerakan (eye contac and

movement) Apabila guru berinteraksi dengan murid, sebaiknya


7

pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat kepada mata

murid-murid.

e) Gerakan badan dan mimic Variasi ini menyangkut ekspresi wajah

guru, gerak kepala, dan gerak badan.

f) Pergantian posisi dalam kelas (teacher movement).

b. Variasi media dan bahan ajar

Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu:

1) Variasi media pandang Penggunaan media pandang seperti: buku,

majalah, globe, peta majalah dinding, film, tv dan lain-lain.

2) Variasi media dengar.

3) Variasi media taktil Maksudnya memberikan kesempatan kepada

anak didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan

ajar.

c. Variasi interaksi

Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan anak didiknya memiliki

rentangan yang bergerak dari dua kutub yaitu:

1) Anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan

dari guru.

2) Anak didik mendengarkan dengan pasif, situasi didominasi guru.

4. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka pelajaran atau set induction adalah usaha yang dilakukan

guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa

agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar, sehingga


8

materi yang disajikan akan mudah mencapai kompetensi yang diharapkan.

Komponen-komponen yang berkaitan dengan membuka pelajaran meliputi:

a. Menarik perhatian peserta didik.

Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk menarik perhatian peserta

didik terhadap pelajaran yang akan disajikan yaitu melalui gaya mengajar

guru dan menggunakan media dan sumbetr belajar yang bervariasi.

b. Membangkitkan motivasi

Cara yang dilakukan guru untuk membangkitkan motivasi belajar peserta

didik yaitu, kehangatan dan semangat, membangkitkan rasa ingin tahu,

mengemukakan ide yang bertentangan, memperhatikan minat belajar

peserta didik.

c. Memberikan acuan

Dalam memberi acuan dapat dilakukan seperti: mengemukakan tujuan

dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan

dilakukan, mengingatkan masalah pokok, mengajukan pertanyaan.

d. Membuat kaitan

Cara yang dapat dilakukan guru antara lain: mengajukan pertanyaan

apersepsi, mengulas sepintas garis besar isi pembelajaran yang telah lalu,

mengaitkan materi yang diajarkan dengan lingkungan peserta didik,

menghubung-hubungkan bahan pelajaran yang sejenis dan berurutan.

Menutup pelajaran (closing) adalah kegiatan yang dilakukan oleh

guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar-mengajar. Bentuk


9

usaha guru dalam mengakhiri kegiatan belajar-mengajar adalah sebagai

berikut:

1) Merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru di bahas

atau dipelajari sehingga siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang

makna serta esensi pokok persoalan yang baru saja diperbincangkan.

2) Mengonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal pokok dalam

pembelajaran yang bersangkutan agar informasi yang telah diterimanya

dapat membangkitkan minat dan kemampuannya terhadap pelajaran

selanjutnya.

3) Mengorganisasi semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari

sehingga merupakan suatu kebutuhan yang berarti dalam memahami

materi yang baru dipelajari.

4) Memberikan tindakan lanjut (follow up) berupa saran-saran dan ajakan

agar materi yang baru dipelajari jangan dilupakan, dan agar dipelajari

kembali ke rumah.

5. Keterampilan Menjelaskan

Dalam kaitan dengan kegiatan belajar-mengajar atau pelatihan,

menjelaskan berarti mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan

yang terencana secara sistematis, sehingga dengan mudah dapat dipahami

siswa. Keterampilan menjelaskan terdiri dari atas berbagai komponen

sebagai berikut:
10

a. Komponen merencanakan penjelasan mencakup:

1) Isi pesan (pokok-pokok materi yang dipilih dan disusun secara

sistematis di sertai dengan contoh-contoh.

2) Hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik penerima pesan siswa.

b. Komponen menyajikan penjelasan sebagai berikut:

1) Kegiatan yang dapat dicapai dengan berbagai cara seperti: bahasa

yang jelas, berbicara yang lancar, mendefenisikan istilah-istilah

yang teknis dan berhenti sejenak untuk melihat respon siswa.

2) Penggunaan contoh dan ilustrasi yang dapat mengikuti pola pikir

induktif dan deduktif.

3) Pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting dengan cara

penekanan suara, membuat iktisar dan mengemukakan tujuan.

4) Balikan tentang penjelasan yang disajikan melihat mimik siswa atau

pengajuan pertanyaan.

6. Keterampilan Mengelola Kelas

Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan

dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses

mengajar yang serasi dan efektif. Komponen dalam mengelola kelas sebagai

berikut:

a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan

kondisi belajar yang optimal. Penciptaan pemeliharaan kondisi yang

optimal dapat dilakukan sebagai berikut: menunujukkan sikap tanggap,

membagi perhatian secara visual dan verbal, memusatkan perhatian,


11

memberi petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur secara bijaksana dan

sebagainya.

b. Keterampilan yang berhubungan denga pengendalian kondisi belajar

yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru terhadap

gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat

mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar

yang optimal.

7. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan

sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan

berbagai pengalaman atau informasi, pengampilan keputusan, atau

pemecahan masalah. Komponen-komponen keterampilan membimbing

diskusi sebagai berikut:

a. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi.

Caranya: rumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas, kemukakan

masalah-masalah khusus, catat perubahan atau penyimpangan.

b. Memperjelas masalah atau urunan pendapat

c. Menganalisis pandangan siswa.

d. Meningkatkan urunan siswa.

e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi.

f. Menutup diskusi.

g. Hal-hal yang harus dihindari.


12

8. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan

1) Prinsif dan tujuan

Mengajarkan kelompok kecil dan perseorangan terjadi dalam konteks

pengajaran klasikal. Di dalam kelas seorang guru mungkin menghadapi

banyak kelompok kecil serta banyak siswa, yang masingmasing diberi

kesempatan belajar secara berkelompok atau perseorangan. Penguasaan

keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan

memungkinkan guru mengelola jenis kegiatan ini secara efektif dan

efesien serta memainkan perannya sebagai:

a. Organisator kegiatan belajar-mengajar.

b. Sumber informasi bagi siswa.

c. Motivator bagi siswa untuk belajar.

d. Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa.

e. Pendiagnosa dan pemberi bantuan bagi yang membutuhkan.

2) Komponen keterampilan

Ada 4 (empat) kelompok keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru,

dalam kaitan ini sebagai berikut:

a. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi

b. Keterampilan mengorganisasikan

c. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar

d. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan

belajarmengajar.
13

3) Prinsip penggunaan

a. Variasi pengorganisasian kelas besar, kelompok perorangan tujuan

yang hendak dicapai, kemampuan siswa, ketersediaan fasilitas, waktu

serta kemampuan guru.

b. Tidak semua topik dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok

kecil dan perseorangan.

c. Pengajaran kelompok kecil yang efektif selalu diakhiri dengan suatu

kulminasi berupa rangkuman, pemantapan, kesepakatan laporan, dan

sebagainya.

d. Guru perlu mengenal siswa secara perseorangan agar dapat mengatur

kondisi belajar dengan tepat.

e. Dalam kegiatan belajar perseorangan siswa dapat bekerja secara bebas

dengan bahan yang disiapkan.


BAB II

TEORI BELAJAR PENGERTIAN DAN PARADIGMA MATEMATIKA

A. Teori Belajar

Pengertian Teori Belajar Teori belajar merupakan suatu kegiatan

seseorang untuk mengubah perilaku mereka. Seluruh kegiatan belajar selalu

diikuti oleh perubahan yang meliputi kecakapan, ketrampilan dan sikap,

pengertian dan harga diri, watak, minat, penyesuaian diri dan lain sebagainya.

Perubahan tersebut meliputi perubahan kognitif, perubahan psikomotor, dan

perubahan afektif. Prinsip-prinsip belajar pada hakekatnya bbberkaitan dengan

potensi yang bersifat manusiawi dan kelakuan. Belajar membutuhkan proses

dan tahapan serta kematangan si belajar. Belajar lebih baik dan efektif didorong

oleh motivasi, khususnya motivasi dari dalam diri karena akan berbeda dengan

belajar karena terpaksa atau memiliki rasa takut.

Di dalam banyak hal, belajar adalah proses mencoba dengan

kemungkinan untuk keliru dan pembiasaan. Kemampuasn belajar seseorang

harus bisa diperhitungkan dan menentukan isi pelajaran. Belajar bisa dilakukan

melalui beberapa cara yaitu diajar secara langsung, kontrol penghayatan,

kontak pengalaman langsung dan dengan pengenalan atau peniruan. Belajar

melalui praktik secara langsung akan lebih efektif daripada melakukan hafalan.

Pengalaman mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Bahan belajar yang

bermakna lebih mudah dan menarik untuk dipelajari dibandingkan bahan yang

kurang bermakna. Informasi mengenai kelakuan yang baik, pengetahuan,

14
15

kesalahan serta keberhasilan belajar akan banyak membantu kelancaran dan

semnagat belajar siswa. Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam aneka ragam

tugas sehingga murid yang belajar bisa melakukan dialog dengan dirinya

sendiri.

B. Macam-macam Teori Belajar

1. Teori Belajar Behavioristik

Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage

dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang

berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan

pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Teori behavioristik

dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang

belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan

menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya

perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang

bila dihukum. Berikut ini adalah gambar proses belajar mengajar menurut

teori belajar Behavioristik. Teori belajar Behavioristik ini mempunyai

beberapa kelemahan antara lain:

a. Proses belajar yang kompleks tidak terjelaskan;

b. Asumsi “stimulus-respon” terlalu sederhana.


16

Selain kritik diatas, berikut ini adalah contoh aplikasi Teori Belajar

Behavioristik.

1) Menentukan tujuan-tujuan instruksional

2) Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk

mengidentifikasi pengetahuan awal mahasiswa

3) Menentukan materi pelajaran

4) Memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil

5) Menyajikan materi pelajaran

6) Menyajikan stimulus berupa pertanyaan, tes, latihan, dan tugastugas

7) Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan

8) Memberikan penguatan positif ataupun negatif

9) Memberikan stimulus baru, dst.

2. Teori Belajar Kognitivisme

Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai

protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang sebelumnya.

Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses

infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir, menyimpan, dan

kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan

pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana

informasi diproses. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah

Ausubel, Bruner, dan Gagne. Berikut ini adalah gambar proses belajar

mengajar menurut teori belajar Kognitivisme.


17

Teori belajar Kognitivisme ini mempunyai beberapa kelemahan

antara lain:

a. lebih dekat ke psikologi;

b. sulit melihat “struktur kognitif” yang ada pada setiap individu.

Selain kritik diatas, berikut ini adalah contoh aplikasi Teori Belajar

Kognitivisme menurut beberapa ahli.

1) Contoh Aplikasi Teori Kognitivisme (Piaget) - Menentukan tujuan

instruksional - Memilih materi pelajaran - Menentukan topik yang

mungkin dipelajari secara aktif oleh mahasiswa

2) Contoh Aplikasi Teori Kognitivisme (Bruner) - Menentukan tujuan

instruksional - Memilih materi pelajaran - Menentukan topik yang bisa

dipelajari secara induktif oleh mahasiswa

3) Contoh Aplikasi Teori Kognitivisme (Ausubel) - Menentukan tujuan

instruksional - Mengukur kesiapan mahasiswa (minat, kemampuan, dan

struktur kognitif) - Memilih materi pelajaran dna mengaturnya dalam

bentuk penyajian konsep-konsep kunci - Mengidentifikasi prinsip-

prinsip yang harus dikuasai mahasiswa dari materi tersebut

3. Teori Belajar Humanistik

Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut

pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama

para pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan

dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri


18

mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam

mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan

bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan

pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak

berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang

paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam

bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa

yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat

dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai

aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.

Teori belajar Humanistik ini mempunyai kelemahan yaitu lebih dekat

ke filsafat daripada pendidikan. Jadi susah untuk dijelaskan dan lebih

bersifat abstrak. Selain kritik diatas, berikut ini adalah contoh aplikasi Teori

Belajar Humanistik menurut beberapa ahli.

a. Menentukan tujuan instruksional

b. Menentukan materi pelajaran

c. Mengidentifikasi “entry behavior” mahasiswa

d. Mengidentifikasi topik-topik yang memungkinkan mahasiswa untuk

belajar

e. Mendesain wahana untuk belajar mahasiswa

f. Membimbing mahasiswa belajar secara aktif


19

g. Membimbing mahasiswa memahami hakikat makna dari pengalaman

belajar mereka

h. Membimbing mahasiswa membuat konseptualisasi pengalaman tersebut

i. Membimbing mahasiswa sampai mereka mampu mengaplikasikan

konsep-konsep baru ke situasi yang baru

j. Mengevaluasi proses dan hasil belajar-mengajar

4. Teori Belajar Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat

pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya

membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme

merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu

bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-

konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau

kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi

pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Dalam mengkonstruksi pengetahuan baru membutuhkan pancaindera

dan pengalaman. Kedua komponen tersebut didapat melalui objek

lingkungan. Proses belajar mengajar tersebut juga perlu didukung dengan

strategi pembelajaran sebagai berikut:

a. Belajar aktif;

b. Belajar mandiri;

c. Belajar kooperatif dan kolaboratif.


20

Selain strategi pembelajaran juga diperlukan model pembelajaran

yang efektif antara lain:

1) Problem based learning;

2) Discovery learning;

3) Cognitive strategies;

4) Project based learning.


BAB III

KURIKULUM MATEMATIKA

A. Pengertian Kurikulum

Istilah kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh

pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai

sekarang. Secara umum kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang

disusun untuk memperlancar proses belajar-mengajar dibawah bimbingan dan

tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.

Sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat bahwa kurikulum bukan hanya

meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan juga peristiwa-

peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah. Selain kegiatan kurikuler

yang formal juga kegiatan yang tak formal atau kokurikuler/ ekstra kurikuler

(co-curriculum atau extra-curriculum).

Dalam pengertian “intrinsic” kependidikan, kurikulum adalah jantung

pendidikan, artinya segala gerak kehidupan yang dilakukan di sekolah

didasarkan pada apa yang direncanakan kurikulum. Kehidupan di sekolah

adalah kehidupan yang dirancang berdasarkan apa yang diinginkan kurikulum.

Pengembangn potensi peserta didik menjadi kualitas yang diharapakan

didasarkan pada kurikulum. Berikut ini, merupakan beberapa pengertian

kurikulum dari berbagai referensi yang kami ambil antara lain.

20
21

B. Kurikulum Menurut Undang-Undang Pendidikan Nasional

Menurut Undang-Undang Pendidikan Nasional Tahun 1989 Bab I pasal

1, menyebutkan bahwa: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggara kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum merupakan merupakan

susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan

penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan, dalam rangka upaya

pencapaian tujuan pendidikan nasional (Pasal 9).

C. Kurikulum Secara Etimologis

Kurikulum berasal dari bahasa latin yang kata dasarnya adalah

“currere”, secara harfiah berarti lapangan perlombaan lari. Lapangan tersebut

ada batas start dan batas finish. Dalam lapangan pendidikan pengertian tersebut

dijabarkan bahwa bahan ajar sudah ditentukan secara pasti, dari mana mulai

diajarkan dan kapan diakhiri, dan bagaimana cara untuk menguasai bahan agar

dapat mencapai gelar. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai

jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan

dan ditandai oleh perolehan gelar tertentu. Akibat dari berbagai perkembangan,

terutama perkembangn masyarakat dan kemajuan teknologi, konsep kurikulum

selanjutnya diterapakan sesuai dengan waktu dan tempat. Artinya kurikulum

mengambil bahan ajar dan berbagai pengalaman belajar tidak hanya terbatas

pada waktu sekarang saja, tetapi juga memperhatikan bahan ajar dan berbagai

pengalaman belajar pada waktu lampau dan yang akan datang.


22

Dengan demikian kurikulum merupakan program pendidikan bukan

program pengajaran, yaitu program yang direncanakan diprogramkan dan

dirancangkan yang berisi berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar baik

yang berasal dari waktu yang lalu, sekarang, maupun yang akan datang.

Berbagai bahan ajar tersebut direncanakan secara sistematik., artinya

direncanakan dengan ,memperhatikan keterlibatan berbagai faktor pendidikan

secara harmonis. Program tersebut akan dijadikan pedoman bagi tenaga

pendidik maupun peserta didik dalam pelaksanaan proses pembelajaran agar

dapat mencapai cita-cita yang diharapkan sesuai dengan yang tertera pada

tujuan pendidikan.

Kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai

bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan

dirancangkan secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang

dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan

peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

D. KTSP matematika

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang ada dalam standar

isi tahun 2006 diberikan mulai dari TK sampai Sekolah Menengah Atas Umum

dan kejuruan. Hal ini tertuang secara jelas dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional nomor 22 tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang standar Isi.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional

Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis

Pendidikan Umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan
23

menengah terdiri atas:

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.

3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Kelompok mata pelajaran estetika.

5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan.

Kurikulum SD/MI memuat delapan mata pelajaran, muatan lokal dan

pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk

mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi

daerah dan kearifan lokal. Substansi mata mata pelajaran IPA dan IPS SD/MI

merupakan IPA terpadu dan IPS terpadu, pembelajaran pada kelas rendah

dilaksanakan melalui pendekatan tematik termasuk Matematika, sedangkan

kelas tinggi dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran. Alokasi waktu

satu jam pembelajaran 35 menit.

E. Kurikulum 2013

Pada kurikulum 2013, khususnya yang berkaitan dengan sekolah dasar

(SD), pendekatan dan landasan yang digunakan sebagai pijakan pengembangan

kurikulum tersebut secara eksplisit menganut pendekatan terintegrasi melalui

pendekatan tematik. Secara garis besar, kurikulum 2013 memiliki karateristik

sebagai berikut.

1. Pendekatan

Dari sisi pendekatan, kurikulum 2013 menganut pendekatan eklektif,

yaitu pendekatan dalam pengembangan kurikulum yang memadukan


24

berbagai desain dalam pengembangannya. Ini antara lain tercemin dalam

kurikulum untuk pendidikan dasar (SD) yang menekankan pada desain yang

berpusat pada masalah (problem centered design). Menurut Print

(1993:101), salah satu varian dalam desain ini adalah desain tematik

(thematic design).

Untuk sekolah menengah peratama (SMP), desain yang diterapkan

adalah desain yang berpusat pada bidang studi (subject matter design)

dengan varian desain berdasarkan pengelompokan bidang studi (board field

design), misalnya adanya pengelompokan mata pelajaran kedalam ilmu

pengetahuan alam (IPA) dan ilmu pengetahuan social (IPS). Sementara itu,

sekolah menengah atas (SMA) menerapkan desain bidang keilmuan

(academic diciplines design), isi kurikulum dipilih kedalam bidang studi,

seperti matematika, biologi, kimia, fisika, bahasa dalam struktur kurikulum

SMA. Pendekatan ekletik ini tampak pula dalam landasan yang digunakan

pengembangannya. Misalnya, untuk kurikulum sekolah dasar termuat

secara eksplesit pendekatan ini baik pada landasan filosofis maupun

teoritisnya. Berikut kutipan Permendikbud No.67 tentang kerangka dasar

dan struktur kurikulum SD/MI.

Kurikulum 2013 untuk SD dari sisi landasan filosofis menerapkan

pandangan sebagai berikut :

a. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun kehidupan

bangsa masa kini dan masa mendatang. Pandangan ini menjadikan

kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan budaya bangsa Indonesia


25

yang beragam, diarahkan untuk membangun kehidupan masa kini, dan

untuk membangun dasar bagi kehidupan bangsa yang lebih baik dimasa

depan. Mempersiapkan peserta didik untuk kehidupan masa depan

selalu menjadi kepedulian kurikulum, hal ini mengandung makna

bahwa kurikulum adalah rancangan pendidikan untuk mempersiapkan

kehidupan generasi muda bangsa.

Dengan demikian, tugas mempersiapkan generasi muda bangsa

menjadi tugas utama suatu kurikulum. Untuk mempersiapkan

kehidupan masa kini dan masa depan peserta didik, kurikulum 2013

mengembangkan pengalaman belajar yang memberikan kesempatan

luas bagi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan

bagi kehidupan dimasa kini dan masa depan, dan pada waktu bersamaan

tetap mengembangkan kemampuan mereka sebagai pewaris budaya

bangsa dan orang yang peduli terhadap permasalahan masyarakat dan

bangsa masa kini.

b. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif. Menurut

pandangan filosofi ini, prestasi bangsa diberbagai bidang kehidupan

dimasa lampau adalah sesuatu yang harus termuat dalam isi kurikulum

untuk dipelajari oleh peserta didik. Proses pendidikan adalah suatu

proses yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan potensi dirinya menjadi kemampuan berfikir rasional

dan kecermelangan akademik dengan memberikan makna terhadap apa

yang dilihat, didengar, bibaca, dipelajari dari warisan budaya


26

berdasarkan makna yang ditentukan oleh lensa budayanya dan sesuai

dengan tingkat kematangan psikologi serta kematangan fisik peserta

didik. Selain mengembangkan kemampuan berfikir rasional dan

cemerlang dalam akademik, kurikulum 2013 memposisikan

keunggulan budaya tersebut dipelajari untuk menimbulkan rasa bangga,

diaplikasikan dan dimanifestasikan dalam kehidupan pribadi, dalam

interaksi social dimasyarakat sekitarnya, dan dalam kehidupan

berbangsa masa kini.

c. Pendidikan ditunjukan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual

dan kecermelangan akademik melalui pendidikan disiplin ilmu. Filosofi

ini menentukan bahwa isi kurikulum adalah disiplin ilmu dan

pembelajaran adalah pembelajaran disiplin ilmu (essentialism). Filosofi

ini mewajibkan kurikulum memiliki nama mata pelajaran yang sama

dengan nama disiplin ilmu, selalu bertujuan untuk mengembangkan

kemampuan intelektual dan kecermelangan akademik.

d. Pendidikan untuk membangun kehidupan masa kini dan masa depan

yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual,

kemampuan berkomunikasi, sikap social, kepedulian, dan

berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa

yang lebih baik. Dengan filosofi ini, kurikulum 2013 bermaksud untuk

mengembangkan potensi peserta didik menjadi kemampuan dalam

berfikir reflektif bagi penyelesaian masalah social dimasyarakat, dan

untuk membangun kehidupan masyarakat demokratis yang lebih baik.


27

Sementara itu, dari segi teoritis, kurikulum 2013 unutk SD

menerapkan panduan sebagai berikut.

a. Kurikulum 2013 dikembangkan atas teori “pendidikan berdasarkan

standar”, dan teori kurikulum berbasis kompetensi. Pendidikan

berdasarkan standar meneteapkan adanya standar nasional sebagai

kualitas minmal warga Negara yang dirinci menjadi standar isi,

standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan

tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar

pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk memberikan

pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik dalam

mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,

berketerampilan, dan bertindak.

b. Kurikulum 2013 menganut:

1) Pembelajaran yang dilakukan guru dalam bentuk proses yang

dikembangkan berupa kegiatan pembelajaran disekolah, kelas,

dan masyarakat; dan

2) Pengalaman belajar langsung peserta didik sesuai dengan latar

belakang , karateristik, dan kemampuan awal peserta didik.

Pengalaman belajar langsung individual peserta didik menjadi

hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh peserta

didik menjadi hasil kurikulum.


28

2. Kompetensi Inti Dan Kompetensi Dasar

a. Kompetensi Inti

Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi

Standar Kompetensi Lulusan dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki

oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan

pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran

mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk

suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus

dan wajib menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian

hard skills dan soft skills.

Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi

(organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi,

Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan

organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi

Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau

jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi

prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan

antara konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah

keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan

konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu

pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling

memperkuat.
29

Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling

terkait yaitu berkenaan dengan sikap keagamaan (Kompetensi Inti 1),

sikap sosial (Kompetensi Inti 2), pengetahuan (Kompetensi Inti 3), dan

penerapan pengetahuan (Kompetensi Inti 4). Keempat kelompok itu

menjadi acuan dari Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam

setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang

berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara

tidak langsung (indirect teaching) yaitu pada waktu peserta didik belajar

tentang pengetahuan (Kompetensi Inti 3) dan penerapan pengetahuan

(Kompetensi Inti 4).

b. Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran

untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi

Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber pada kompetensi inti

yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan

dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal,

serta ciri dari suatu mata pelajaran.

Mata pelajaran sebagai sumber dari konten untuk menguasai

kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu diorganisasikan berdasarkan

disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi esensialisme

dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang

dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang
30

diperbolehkan menurut filosofi rekonstruksi sosial, progresifisme atau

pun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam kurikulum adalah

eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi maka nama

mata pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan

dikembangkan tidak perlu terikat pada kaedah filosofi esensialisme dan

perenialisme.

Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran

untuk setiap kelas yang diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi

Dasar SD/MI untuk setiap mata pelajaran mencakup mata pelajaran:

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan

Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Prakarya, dan

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.


BAB IV

MEDIA, MATERI DAN METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA

A. Media dan Materi Pembelajaran Kelas Rendah

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima

pesan, banyak batasan yang diberikan orang tentang media. Asosiasi Teknologi

dan komunikasi pendidikan (Association of Education and Communication

Technologi/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan

saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gagne

(1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam

lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara Briggs

(1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar, buku, film, kaset, film

bingkai adalah contoh-contohmya.

Asosiasi Pendidikan Nasional (Nation Education Association/NEA)

memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi

yang baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya

dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca. Apapun batasan yang

diberikan, ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan person dari pengirim

ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat

serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Scanland (2012) memberikan definisi tentang media pembelajaran

meliputi semua bahan dan peralatan fisik yang digunakan instruktur untuk

31
32

melaksanakan pembelajaran dan memfasilitasi prestasi peserta didik. Media

pembelajaran termasuk bahan – bahan tradisional seperti papan tulis, handout,

grafik, slide, overhead, benda nyata, dan rekaman video atau film, serta bahan-

bahan baru dan metode seperti computer, DVD, CD-ROM, internet, dan

konferensi video interaktif.

Gbamanja (1991:212) juga mengambarkan media pembelaran sebagai:

perangkat apa saja dengn konten atau fungsi pembelajaran yang digunakan untuk

tujuan pengajaran, termasuk buku, bahan tambahan bacaan, audiovisual, dan

bahan sensorik lainnya, script untuk pembelajaran melalui radio dan televise,

program perangkat materi pembelajaran yang diatur dan dikelola melalui

komputer. Berdasarkan definisi yang diberikan diatas, maka yang dimaksud

dengan media pembelajaran adalah semua peralatan fisik, bahan, atau perangkat

yang digunakan untuk memfasilitasi terciptanya efektivitas dan efisiensi belajar.

Materi pembelajaran matematika kelas rendah diantaranya:

1. Bilangan Cacah

Bilangan cacah dapat didefinisikan sebagai:

a. Himpunan bilangan bulat yang tidak negatif, yaitu {0, 1, 2, 3 ...}.

b. Himpunan bilangan asli ditambah 0. Jadi, bilangan cacah harus

bertanda positif. Himpunan bilangan cacah : C = {0, 1, 2, 3, 4, ....}

c. Bilangan yang digunakan untuk menyatakan cacah anggota atau

kardinalitas suatu himpunan. Maksudnya, jika suatu himpunan yang

karena alasan tertentu tidak mempunyai anggota sama sekali, maka

cacah anggota himpunan itu “nol” dan dinyatakan dengan lambang atau
33

angka “0”. Jika anggota dari suatu himpunan hanya terdiri dari satu

anggota saja maka cacah anggota tersebut adalah “satu” dan dinyatakan

dengan lambang atau angka “1”, dan demikian seterusnya.

Jadi, singkatnya bilangan cacah adalah bilangan yang dimulai dari

angka nol. Bilangan cacah biasanya disimbolkan dengan huruf “C” (cacah)

ataupun “W” (whole). Sehingga apabila kita ingin menuliskan himpunan

bilangan cacah ataupun seluruh unsur bilangan cacah kita bisa

menuliskannya seperti ini C= (0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,...dst.)

Himpunan bilangan cacah juga memuat beberapa himpunan

bilangan lainnya, seperti:

1) Himpunan bilangan asli = {1, 2, 3, 4, ...}

2) Himpunan bilangan genap = {0, 2, 4, 6, ...}

3) Himpunan bilangan ganjil = {1, 3, 5, 7, ...}

4) Himpunan bilangan kuadrat = {0, 1, 4, 9, ...}

5) Himpunan bilangan prima = {2, 3, 5, 7, ...}

6) Himpunan bilangan tersusun (komposit) = {4, 6, 8, 12, ...}

2. Operasi Hitung Bilangan Cacah

1. Penjumlahan

Pada awalnya siswa belajar penjumlahan dengan menggunakan

obyek, misalnya: jika dua apel dan tiga buah apel yang diambil dari

suatu keranjang buah maka banyak apel yang terambil dari keranjang

adalah penjumlahan 2 + 3. Ide mengambil bersama dan

menggabungkan merupakan makna dari penjumlahan.


34

Adapun dalam hal ini, definisi pada bilangan cacah adalah jika

suatu R memiliki r elemen, dan himpunan S merupakan himpunan

saling lepas maka penjumlahan r dan s dinyatakan dengan r + s yang

merupakan elemen dari gabungan himpunan R dan S.

Selanjutnya dapat digunakan cara yang lebih praktis, yaitu

dengan menggunakan penjumlahan bersusun sebagaimana ditunjukan

berikut ini:

325

256+

11

5 +

5 8 1

2. Sifat operasi pada penjumlahan bilangan cacah:

a. Bilangan cacah bersifat tertutup terhadap operasi penjumlahan.

Makna dari sifat tertutup operasi penjumlahan pada bilangan cacah

adalah jika suatu bilangan cacah dijumlahkan suatu bilangan cacah

maka hasilnya merupakan bilangan cacah.

b. Memiliki identitas penjumlahan yaitu nol. Identitas adalah jika suatu

bilangan a dioperasikan dengan bilangan lain misal b dan hasilnya

bilangan itu sendiri (a) maka dikatakan b sebagai identitas. Maka, b

+ 0 = 0 + b= b
35

c. Berlaku sifat asosiatif (pengelompokkan) pada operasi penjumlahan

untuk sembarang bilangan cacah a, b, c berlaku: a + (b + c) =(a + b)

+c

d. Sifat komulatif pada penjumlahan a + b = b + a

3. Pengurangan

Pengurangan dapat dipahami sebagai pengambilan suatu obyek

dari suatu kumpulan obyek. Proses pengambilan atau pengurangan dapat

dinyatakan sebagai kebalikan dari proses penggabungan atau

penjumlahan. Jika dalam penjumlahan, jumlahnya dan salah satu

penjumlahnya sudah diketahui, maka proses penentuan unsur

penjumlahan yang lainnya menuntut operasi pengurangan. Oleh karena

itu, dalam prakteknya jika sebuah bilangan cacah a dikurangi dengan

bilangan cacah b menghasilkan bilangan cacah c (dilambangkan a-b = c),

maka operasi bilangan yang terkait adalah b+c = a.

Pada operasi pengurangan tidak memenuhi sifat- sifat yang

dimiliki oleh operasi penjumlahan, kecuali sifat tertutup. Sifat–

sifat pengurangan antara lain seperti berikut:

a. Operasi pengurangan tidak memenuhi sifat tertutup, sebab tidak setiap

a dan b bilangan cacah menghasilkan a-b bilangan cacah pula.

b. Operasi pengurangan tidak memenuhi sifat pertukaran, sebab tidak

untuk setiap a dan b akan berlaku a – b = b - a. Pengurangan a – b =

b – a hanya akan dipenuhi oleh bilangan-bilangan yang sama, yakni a

= b.
36

c. Operasi pengurangan juga tidak memenuhi sifat identitas, sebab kita

dapat menentukan sembarang bilangan cacah a sehinga a – 0 ≠ 0 – a.

Misalnya a = 2, maka 2 – 0 ≠ 0 – 2.

b. Begitu juga operasi pengurangan juga tidak memenuhi sifat

pengelompokkan. Sebab bisa diperoleh bilangan-bilangan cacah a,b

dan c sehingga menghasilkan ketidaksamaan (a - b) - c ≠ a - (b - c).

Contohnya jika a = 8, b = 4, c = 2, maka nilai untuk pengurangan (a -

b) - c = (8 - 4) - 2 = 4 -2 = 2, sedangkan nilai untuk pengurangan 8 -

(4 - 2)= 8 – 2 = 6. Sehingga jelas, 2 ≠ 6.

Ada juga beberapa macam konsep pengurangan pada bilangan cacah, di

antaranya :

1) Konsep mengambil

Contoh: Ada 9 telur di dalam kulkas. Jika 3 telur diambil oleh ibu,

berapa banyak telur yang tersisa?

9 – 3 = 6 Jadi, ada 6 telur yang tersisa di dalam kulkas.

2) Konsep membandingkan

Contoh: Zahrok memiliki 12 sosis, sedangkan Alik memiliki 5 sosis.

Berapa lebihnya sosis Zahrok dari sosis Alik?

12 – 5 = 7 Jadi, Zahrok mempunyai 7 sosis lebih banyak dari Alik.

3) Konsep menambahkan bilangan yang sesuai

Di dalam keranjang sudah ada 5 buah apel. Jika Vivi ingin mengisi

keranjang tersebut dengan 10 buah apel, maka berapa banyak apel

yang harus ditambahkan Vivi ke dalam keranjang tersebut?


37

5 +...= 10 jadi 10 - 5 = 5 Jadi, apel yang harus ditambahkan pada

keranjang tersebut adalah 5 buah.

Pengurangan bilangan cacah meliputi pengurangan bilangan

satu digit, pengurangan bilangan dua digit dengan bilangan satu digit,

dan pengurangan multidigit.

a) Pengurangan bilangan satu digit dengan bilangan satu digit dapat

digunakan bantuan tongkat, lidi, sedotan, ataupun jari tangan.

b) Pengurangan bilangan dua digit oleh bilangan satu digit dapat

digunakan hitung mundur atau melengkapkan sampai dengan

bilangan yang dimaksud. Sebagai contohnya 13 – 5, dapat

diselesaikan dengan cara berhitung mulai dari angka 5 dan berhenti

pada angka 13. Setiap kali berhitung satu, jari ditekuk satu dan

banyaknya jari yang ditekuk merupakan hasil dari pengurangan

yang dimaksud.

c) Pengurangan multi digit Untuk mengilustrasikan pengurangan

dapat digunakan benda konkrit sebagaimana pada penjumlahan.

Model untuk pengurangan bilangan dua digit dikurangi bilangan

dua digit dapat digunakan tongkat ataupun pengurangan bersusun

yang dapat dilakukan berdasarkan nilai tempatnya.

4. Perkalian

Untuk bilangan cacah r dan s, hasil dari r dan s adalah jumlah s

sebanyak r kali. Hal ini ditulis sebagai: r x s = s + s + s + s......+ s sebanyak

r. Alogaritma (urutan langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang


38

disusun secara logis dan sistematis) menggunakan perkalian bersusun

untuk perkalian 3 x 145 dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertama kalikan lima 5 dengan 3. Tuliskan 5 pada digit satuan

dan 1 puluhan pada digit puluhan seperti tampak pada gambar dibawah ini.

Selanjutnya 4 dikalikan 3 sehingga diperoleh 12. Sisa 1 puluhan pada

pengerjaan sebelumnya ditambahkan pada 12 sehingga diperoleh 13 dan

ditulis 3 pada digit puluhan dan menyimpan 1 pada digit ratusan . Pola itu

dilanjutkan sehingga diperoleh hasil 435. Proses tersebut dapat diamati

dibawah ini:

11

14 5

3x

4 3 5

Adapun sifat-sifat operasi perkalian bilangan cacah adalah

sebagai berikut:

a. Operasi perkalian pada bilangan cacah bersifat tertutub

b. Ada unsur identitas pada perkalian

c. Berlaku sifat komutatif pada operasi perkalian seperti a x b = b x a

d. Berlaku sifat asosiatif pada operasi perkalian seperti a x (b x c) = (a x

b) x c

5. Pembagian

Operasi pembagian pada dasarnya merupakan kebalikan dari

operasi perkalian. Jika sebuah bilangan cacah a dibagi bilangan cacah b


39

menghasilkan bilangan cacah c (dilambangkan dengan a : b = c), maka

konsep perkalian yang bersangkutan adalah c x b = a. operasi pembagian

pada dasarnya juga merupakan suatu proses pencarian tentang bilangan

yang belum diketahui. Karena bentuk pembagian dapat dipandang sebagai

suatu bentuk operasi perkalian dengan salah satu faktornya belum

diketahui.

Sebagaimana operasi pengurangan maka operasi pembagian juga

tidak memenuhi sifat komutatif (pertukaran), assosiatif (pengelompokan),

identitas, dan juga tidak memenuhi sifat distributif (penyebaran), akan

tetapi memenuhi sifat tertutup.

Operasi` pembagian dalam bilangan cacah memiliki memiliki

beberapa sifat, seperti yang tertera di bawah ini:

Untuk semua bilangan bulat p, q, dan r berlaku sifat-sifat:

1) Pembagian dengan bilangan 0

0÷p=0

2) Pembagian dengan bilangan 1

p÷1=p

3) Distributif perkalian terhadap penjumlahan (satu sisi)

(q + r) ÷ p = (q ÷ p) + (r ÷ p)

4) Distributif perkalian terhadap penjumlahan (satu sisi)

(q - r) ÷ p = (q ÷ p) - (r ÷ p)

Untuk setiap a, b, c, p, q dan r bilangan cacah berlaku


40

a. Sifat bilangan 0 dalam pembagian

0 : a = 0 untuk a ≠ 0

a : 0 = tak didefinisika

0 : 0 = tidak tentu

b. ( a:b ) : c = a : ( b: c) syarat : b faktor dari a dan c faktor dari b

c. ( abc) : ( pqr) = a/p x b/q x c/r ; syarat : a, b, c,p, q, r merupakan

bilangan asli.

p faktor dari a

q faktor dari b

r faktor dari c

d. a : b = ( ca) : ( cb) ; syarat : c≠ 0 dan b faktor dari a

e. a : b = [ a/c] : [b/c]; syarat b faktor dari a dan c faktor dari b

f. ( a : b) : c = a : ( b: c); syarat : b dan c faktor-faktor dari a

g. ( a : b) : c = ( a :c ) : b; syarat : b dan c faktor-faktor dari a

h. Sifat distributif pembagian terhadap penjumlahan:

( a + b) : c = [ a/c] + [b/c]; syarat : c faktor dari a dan b

i. Sifat distributif pembagian terhadap pengurangan:

( a – b) : c = a/c – b/c; syarat : a > b dan c faktor dari a dan b

j. Jika a < b , c faktor dari a dan b maka a/c < b/c

Dalam operasi bilangan cacah, pembagian juga memiliki dua

konsep yaitu yang pertama adalah konsep partisi, dimana proses untuk

menentukan hasil pembagian 22 : 2 diilustrasikan memiliki 2 puluhan

dan 2 satuan, kemudian 2 puluhan tadi dipisahkan kedalam 2 tempat


41

sehingga tiap-tiap tempat berisi 1 puluhan. Begitupun dengan 2 satuan

dipisahkan kedalam 2 tempat sehingga tiap-tiap tempat berisi 1 satuan.

Sehingga pada akhirnya masing-masing kelompok memiliki anggota 1

puluhan dan 1 satuan, jadi hasil dari 22 : 2 = 11 (1 puluhan + 1 satuan 10

+ 1). Dan yang kedua adalah konsep pengukuran atau juga biasa

disebut pengurangan berulang sehingga sisanya nol. Misalnya 10 : 2 =

10 – 2 – 2 – 2 – 2 – 2. Hasil dari pembagian tersebut adalah jumlah

pengulangan angka yang dikurangkan, pada contoh diatas hasilnya

adalah 5. Seperti halnya di dalam operasi pengurangan bilangan cacah,

di dalam operasi pembagian ini juga tidak berlaku sifat-sifat pertukaran,

identitas, pengelompokan, dan distributif.

6. Penjumlahan

a. Penjumlahan Tanpa Menyimpan

Penjumlahan tanpa menyimpan bukanlah materi yang sulit

diajarkan di Sekolah Dasar, tapi dalam mengajarkan materi tersebut guru

harus menggunakan media pembelajaran yang tepat.

b. Penjumlahan dengan Teknik Menyimpan

Kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa dalam

mempelajari penjumlahan dengan Teknik Menyimpan adalah

penjumlahan tanpa teknik Menyimpan. Penggunaan media, bimbingan

serta pengalaman guru akan menjadikan teknik Menyimpan ini bukan

menjadi materi yang terlalu sulit dipahami siswa Sekolah Dasar.


42

2. Pengurangan

a. Pengurangan Tanpa Teknik Meminjam

Pengurangan tanpa teknik meminjam bukanlah materi yang sulit

untuk diajarkan di Sekolah Dasar, sama seperti penumlahan tanpa teknik

menyimpan, tapi dalam mengajarkan materi tersebut guru sebaiknya

menggunakan media pembelajaran yang tepat, supaya siswa dapat

menemukan sendiri teknik menyelesaikannya.

b. Pengurangan dengan Teknik Meminjam

Pengurangan dengan teknik meminjam termasuk materi yang

agak sulit dipahami siswa Sekolah Dasar tingkat awal, jika siswa kurang

emahami keterampilan pengurangan dengan teknik meminjam, maka

bisa dipastikan siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam

mempelajari materi pengurangan selanjutnya.

3. Perkalian

Pada prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara

berulang. Oleh karena itu, kemampuan prasyarat harus dimiliki siswa

sebelum mempelajari perkalian adalah penguasaan penjumlahan.

Perkalian termasuk materi yang sulit dipahami sebagian siswa. Ini

dapat dilihat dari banyaknya siswa yang duduk di tingkat Sekolah Dasar

belum menguasai materi perkalian, sehingga siswa banyak mengalami

kesulitan dalam mempelajari materi matematika yang lebih tinggi. Melalui

penggunaan media pembelajaran yang efektif diharapkan dapat membantu


43

siswa dalam mempelajari materi ini.

4. Pembagian

Pembagian merupakan lawan dari perkalian. Pembagian disebut juga

pengurangan berulang sampai habis. Kemampuan prasyarat yang harus

dimiliki siswa dalam mempelajari konsep pembagian adalah pengurangan

dan perkalian.

Pembagian termasuk topik yang sulit untuk dimengerti siswa. Oleh

karena itu, banyak ditemukan kasus ketika siswa dikelas tinggi SD bahkan

sampai SMP, kurang memiliki keterampilan dalam pembagian. Hal ini

merupakan penyebab mengapa siswa banyak mengalami kesulittan dalam

mempelajari matematika atau mata pelajaran lain yang berkaitan dengan

pembagian.

5. Operasi Hitung Campuran

Oprerasi hitung campuran adalah operasi atau pengerjaan hitungan

yang melibatkan lebih dari dua bilangan dan lebih dari satu operasi.

Penyelesaian pengerjaan operasi hitung campuran merujuk pada perjanjian

tertentu, yaitu penjumlahan dan pengurangan setingkat. Ini berarti manapun

yang ditulis terlebih dahulu, operasi itu yang dikerjakan terlebih dahulu.

Begitu pula halnya dengan perkalian atau pembagian setingkat, yang berarti

manapun yang ditulis terlebih dahulu, operasi itu yang dikerjakan terlebih

dahulu, kecuali terdapat tanda dalam kurung.

Tingkatan perkalian dan pembagian lebih tinggi dibandingkan dengan

penjumlahan dan pengurangan. Artinya, perkalian dan pembagian harus


44

dikerjakan terlebih dahulu sebelum penjumlahan dan pengurangan.

Mengapa hal ini dapat terjadi? Selain telah disyaratkan dalam perjanjian,

kita juga dapat menunjukkan bahwa perkalian merupakan penjumlahan

berulang, dan pembagian merupakan pengurangan berulang.

a. Penjumlahan dan pengurangan

Dalam kegiatan berikut akan ditekankan mengenai hasil yang

didapat dalam menyelesaikan operasi hitung campuran antara

penjumlahan dan pengurangan, baik penjumlahan maupun pengurangan

yang dikerjakan terlebih dahulu.

b. Penjumlahan dan Perkalian

Berbeda dengan operasi hitung campuran antara penjumlahan dan

pengurangan, pada operasi hitung campuran penjumlahan dan perkalian

ini akan diperoleh hasil yang berbeda, ketika penjumlahan maupun

perkalian yang dikerjakan terlebih dahulu.

6. Pembelajaran Geometri

Sebenarnya, pengenalan berbagai bentuk bangun datar bukan

merupakan topik yang terlalu sulit untuk diajarkan. Hanya saja, selama ini

guru sering kali kurang memerhatikan batasan-batasan sejauh mana materi

yang perlu diberikan pada siswa. Berdasarkan pengamatan dilapangan,

sering kali siswa Sekolah Dasar sudah diberikan berbagai definisi yang

sebenarnya tidak perlu, sepertidefinisi sudut siku-siku, ciri ciri spesifik

bentuk bangun datar tersebut, dan sebagainya.


45

a. Persegi

Terkadang guru langsung memberikan drill informasi tentang

suatu bentuk bangun datar, . Hal ini sebenarnya kurang efektif, alangkah

baiknya siswa langsung mengalami proses pengidentifikasian berbagai

bentuk bangun datar terebut. Pada intinya, pengalaman bangun datar bagi

siswa Sekolah Dasar hanya ditekankan pada pengenalan bentuk bangun,

dan analisis ciri bangun tersebut melalui pengamatan.

b. Persegi Panjang

Kegiatan pembelajaran pengenalan persegi Panjang tidak jauh

berbeda dengan pengenalan persegi. Hanya saja selama ini terjadi

ketidaktepatan penanaman konsep dalam topik sebelumnya, yaitu

persegi. Dikarenakan topik persegi Panjang sangat erat kaitannya dengan

topik persegi, dan merupakan sebuah topik yang berkelanjutan, maka

secara langsung hal ini akan memengaruhi pemahaman siswa selanjutnya

tentang konsep persegi Panjang.

Sama halnya pada topik persegi terkadang guru juga langsung

memberikan drill informasi tentang bangun persegi Panjang. Hal ini

kurang efektif, karena seharusnya siswa mengalami langsung proses

pengidentifikasian bentuk bangun datar ini.

c. Segitiga

Sama halnya seperti pada topik persegi dan persegi panjang, dalam

pengajaran konsep segitiga sering kali guru berangkat dari konsep dan

melalui cara yang kurang tepat. Siswa sering kali langsung diberikan drill
46

informasi tentang ciri ciri bangun segitiga tersebut, tanpa mengalami dan

mengetahui proses terbentuknya segitiga. Hal ini sangat penting, karena

konsep segitiga juga terkait dengan konsep persegi sebelumnya dalam

hal penentuan luas yang akan dipelajari nanti.

Pengenalan segitiga dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah

satunya penentuan tiga buah titik dengan letak berbeda. Ketiga titik

tersebut kemudian dihubungkan dengan garis, sehingga terbentuklah

segitiga, seperti yang diperlihatkan pada gambar dibawah ini:

d. Trapesium

Trapesium adalah bangun segiempat yang mempunyai dua sisi

yang sejajar. Pada umumnya, trapezium terbagi atas tiga jenis, yaitu

trapesium sembarang, trapesium sama kaki dan trapesium siku- siku.

Dalam mengajarkan topik trapesium, selama ini juga guru

langsung memberikan drill informasi berupa ciri-ciri bangun, dan

selanjutnya memberikan rumus secara langsung. Hal ini menggambarkan

kurangnya penguasaan materi oleh guru. Seharusnya, siswa mengetahui

asal terbentuknya bangun trapesium, melalui pengalaman yang mereka

peroleh sendiri. Dengan cara ini, di kemudian waktu mereka mempunyai


47

pemahaman yang kuat tentang trapesium khususnya, dan berbagai

bangun datar lain pada umumnya.

e. Jajar Genjang

Jajar genjang adalah bangun bersegi empat yang sisi sisinya

berhadapan dan sama panjang. Konsep bangun jajar genjang berangkat

dari konsep bangun persegi panjang, maka pemahaman yang baik tentang

konsep persegi panjang akan membantu siswa dalam memahami topik

jajar genjang ini.

Sama halnya pada topik persegi maupun persegi panjang,

terkadang juga guru langsung memberikan drill informasi tentang

bangun jajar genjang. Hal ini kurang efektif, karena siswa seharusnya

mengalami langsung proses pengidentifikasian bentuk bangun datar ini,

f. Belah Ketupat

Belah ketupat disebut juga sebagai jajar genjang yang memiliki

semua sisi sama panjang. Belah ketupat juga dibentuk dari dua buah

segitiga sama kaki yang kongruen dan alasannya berhimpitan. Agar

siswa dapat memahami konsep belah ketupat, pembelajaran sebaiknya

dilakukan setelah siswa terlebih dahulu memahami konsep bangun

persegi, persegi panjang, dan jajar genjang. Dengan ini, siswa pun tidak

akan mengalami kesulitan dalam menerima materi pelajaran.


48

7. Pengenalan Geometri Ruang

Dalam pengenalan geometri ruang, selama ini guru sering kali

langsung memberi informasi pada siswa tentang ciri-ciri bangun geometri

ruang tersebut. Sebenarnya, hal ini menunjukkan kekurangpahaman guru

dalam penyampaian topik geometri ruang melalui metode dan Teknik

pembelajaran matematika yang benar.

Dalam banyak kasus, guru hanya mengagambar bangun geometri

ruang tersebut dipapan tulis, atau cukup hanya dengan menunjukkan gambar

yang ada dalam buku sumber yang digunakan siswa. Bahkan, walaupun

menggunakan alat peraga, siswa hanya melihat saja bangun ruang yang

ditunjukkan guru tersebut. Kegiatan pembelajaran ini memang efisien

karena tidak membutuhkan waktu dan alat yang banyak. Akan tetapi,

keefektifannya bagi pengalaman belajar siswa harus dipertanyakan, karena

siswa tidak dituntun untuk mencari dan menemukan sendiri ciri-ciri bangun

geometri ruang yang dipelajari.

a. Prisma

Sebelum membahas tentang berbagai bangun ruwang, siwa harus

terlebih dahulu diperkenalkan dengan konsep prisma. Prisma adalah

bangun ruang yang dibatassi oleh dua bidang sejajar, serta beberapa

bidang yang saling berpotongan menurut garis sejajar. Dua bidang sejajar

tersebut dinamakan bidang alas dan bidang atas. Bidang-bidang lainnya

disebut bidang tegak, sedangkan jarak antaraa kedua bidang. (bidang alas
49

dan bidang atas prisma tersebut) disebut tinggi prisma.

b. Kubus

Bangun ruang kubus merupakan bagian dari prisma. Kubus

mempunyai ciri-ciri khas, yaitu memiliki sisi yang sama. Pengajaran

topik kubus ini kepada siswa bukanlah hal yang sulit, tetapi lagi-lagi

permasalahannya bersumber dari pemberian drill secara langsung,

mengenai bentuk dan ciri-ciri kubus.

Pada akhirnya, hal ini akan menyulitkan siswa dalam

mendapatkan pengertian yang utuh dan benar tentang bangun ini.

Serangkaian kegiatan berikut akan memberi panduan pengajaran topik

kubus yang benar dan bermakna, dan dengan menggunakan alat peraga

yang dapat ditemukan disekeliling kita.

c. Balok

Bagi siswa sekolah dasar, pengenalan bangun ruang balok sama

halnyah dengan pengenalan bangun kubus, yaitu melalui identifikasi

bentuk bangun serta analisis ciri-cirinya. Meskipun demikian, tetap


50

diperlukan konsep pembelajaran yang benar, serta dengan menggunakan

media peraga yang dapat digunakan sendiri oleh siswa.

d. Prisma Segitiga

Perbedaan antara prisma segitiga dan prisma (kubus dan balok)

terletak pada sisi alas dan sisi atas bangun prisma tersebut. Sisi alas dan

sisi atas prisma segitiga berbentuk segitiga, dan mempunyai sisi tegak

yang sama, yaitu berbentuk persegi panjang. Inilah konsep yang penting

untuk diketahui siswa, agar berbentuk pemahaman yang benar.

Meskipun demikian, sama halnya dengan pemebelajaran pengenalan

bangun sebelumnya, pengenalan bangun prisma segitiga ini juga hanya

berupa identifikasi bentuk bangun beserta ciri- cirinya.

e. Limas Persegi Panjang

Penanaman „limas‟ bergantung dari bentuk alasnya. Apabila

alasnya berbentuk persegi panjang, maka limas tersebut disebut limas

persegi panjang (termasuk juga limas persegi). Limas persegi panjang

merupakan bangun ruang yang memiliki sisi tegak berbentuk segitiga,

dan sisi alas berbentuk persegi panjang. Oleh karena sisi tegaknya
51

berbentuk segitiga, maka limas tidak mempunyai sisi atas, tapi memiliki

titik puncak.

Pengenalan bangun limas bagi siswa Sekolah dasar sama dengan

pengenalan bangun ruang sebelumnya, yaitu hanya berupa identifikasi

bentuk bangun beserta ciri-cirinya

f. Tabung

Bagi siswa Sekolah Dasar, pengenalan bangun tabung hanya

berupa identifikasi bentuk bangun beserta analisis ciri-cirinya. Meskipun

demikian, selama ini pengajaran bangun tabung khususnya, dan berbagai

bangun ruang lain pada umumnya, sering kali tidak membuat siswa

benar-benar paham. Hal ini dikarenakan siswa tidak mendapatkan

pengalaman dalam membuat bangun ruang tersebut, melainkan hanya

pemberian materi berupa drill langsung.


52

g. Kerucut

Pengenalan bangun kerucut bagi siswa Sekolah Dasar hanya

berupa identifikasi bentuk bangun beserta analisis ciri-cirinya. Meskipun

demikian, dalam pengenalan bentuk kerucut ini, siswa sering kali tidak

benar-benar memahami topik yang diberikan. Hal ini dikarenakan siswa

tidak mendapatkan pengalaman dalam membuat bangun ruang tersebut,

melainkan hanya pemberian materi berupa drill.

B. Metode Pembelajaran Matematika

Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru,

yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Dibawah ini merupakan salah satu metode pembelajaran yang

bisa digunakan untuk pembelajaran mata pelajaran matematika, antara lain:


53

1. Metode Brainstorming

Muhaimin, dkk. (2011) berpendapat bahwa Metode Brainstorming

digunakan untuk menyimpulkan sejumlah

pendapat dalam satu tim pada kerangka pikir yang sama. Menurut definisi

tersebut, Metode Brainstorming dirancang untuk menyimpulkan pendapat

dari beberapa kelompok dalam kegiatan belajar, hasil dari kegiatan belajar ini

dapat dijadikan sebagai ide-ide baru yang dapat dikembangkan.

Dananjaya (2010) memaparkan bahwa Metode Brainstorming adalah

suatu proses diskusi yang dirancang untuk mendorong kelompok untuk

mengekspresikan berbagai macam ide. Jadi, Metode Brainstorming

merupakan kegiatan diskusi yang akan menghasilkan sebuah ide-ide baru.

Dan ide-ide tersebut akan menjadikan kegiatan belajar lebih menyenangkan.

Sutikno (2014) menjelaskan bahwa Metode Brainstorming adalah suatu

bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi,

pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Di mana gagasan dari

seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak

disepakati) oleh peserta lain.

4) Langkah-langkah Metode Brainstorming

Brainstorming merupakan teknik yang sangat membantu dalam

mencari solusi. Brainstorming akan sangat baik jika dilakukan pada

kelompok dengan anggota 5-10 anggota. Tahap pertama adalah :

1) Tuliskan berbagai langkah solusi untuk menyelesaikan suatu masalah;

2) Masing-masing anggota kelompok menuliskan ide terbaiknya;


54

3) Fasilitator harus mendorong dan menjamin seluruh anggota tim untuk

mengeluarkan ide. Dengan demikian, pada tahap ini setiap anggota

kelompok mampu mengeluarkan pendapatnya.

Tahap kedua adalah fasilitator memberikan kesempatan kepada

seluruh anggota untuk mengecek bahwa berbagai rekaman yang telah

dituliskan pada papan tulis tadi dipahami secara tepat. Pada tahap ini

seluruh anggota menghasilkan ide yang sudah dipahami secara bersama.

Tahap ketiga adalah :

1) Ide-ide yang telat dicatat tersebut kemudian dilakukan tinjauan ulang;

2) Keseluruhan ide tersebut dievaluasi dengan mendasarkan pada kriteria

yang telah disepakati bersama. Pada tahap ini bahwa setiap kelompok

melakukan evaluasi terhadap ide-ide yang sudah disepakati

sebelumnya.

Tahap Keempat adalah hasil ini merupakan ide-ide potensial yang

dapat digunakan sebagai langkah perbaikan, atau sebagai dasar dalam

diskusi-diskusi selanjutnya. Hasil dari tahap ini adalah perbaikan terhadap

hasil yang sudah didapat sebelumnya (Muhaimin. Suti‟ah & Sugeng,

2011, h. 124).

Jadi, dapat disimpulkan pada tahap ini ide-ide yang didapat selama

proses diskusi dapat dijadikan langkah perbaikan dalam diskusi-diskusi

selanjutnya.
55

Sedangkan Dananjaya (2010) menjelaskan bahwa Brainstorming

dirancang untuk mendorong kelompok untuk mengekspresikan berbagai

macam ide. Setiap orang menawarkan ide yang dicatat, kemudian

dikombinasikan dengan berbagai macam ide yang lain. Pada akhirnya

kelompok setuju dengan hasil akhirnya.

Tahap pertama adalah sediakan kartu atau potongan kertas kecil

yang digulung rapi. Pada tahap ini awali dengan kegiatan yang

menyenangkan.

Tahap kedua adalah tuliskan ide anda pada kartu- kartu tersebut,

demikian seterusnya sehingga anda kehabisan ide. Pada tahap ini biarlah

setiap siswa mengeluarkan semua idenya.

Tahap ketiga adalah tiga prinsip dasar:

1) Menuliskan sebanyak-banyaknya ide tanpa mengeveluasinya;

2) Setelah selesai, lakukanlah satu pemilahan dan evaluasi ide-ide;

3) Batasi diri untuk tidak menciptakan ide baru.

Hasil dari tahap ini evaluasi ide-ide yang sudah didapat sebelumnya

(Dananjaya, 2010, h. 79). Dari definisi tersebut, pada kegiatan diskusi

dilakukan evaluasi ide-ide yang didapat selama proses diskusi berlangsung

dan ide-ide tersebut dikembangkan.

5) Kelebihan dan Kekurangan Metode Brainstorming

Metode Brainstorming dipakai karena memiliki beberapa

kelebihan seperti:

1) Anak-anak aktif berpikir untuk menyatakan pendapat;


56

2) Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis;

3) Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan

dengan masalah yang diberikan oleh guru;

4) Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran;

5) Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai

atau dari guru;

6) Terjadi persaingan sehat;

7) Anak-anak merasa bebas dan gembira;

8) Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.

Adapun kekurangan dari metode Brainstorming yang perlu diatasi

adalah :

a) Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir

dengan baik;

b) Anak-anak yang kurang selalu ketinggalan;

c) Kadang-kadang berbicara hanya dimonopoli oleh anak yang pandai

saja;

d) Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan

kesimpulan;

e) Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu benar atau salah;

f) Tidak menjamin pemecahan masalah;

g) Masalah bisa berkembang ke arah yang tidak

diharapkan.
57

C. Konsep-Konsep Pembelajaran Matematika SD

Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD/MI dapat dibagi menjadi

tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep),

pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Memang tujuan akhir

pembelajaran matematika di SD/MI yaitu agar siswa terampil dalam

menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan

tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkahlangkah

benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa.

Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD/MI, diharapkan terjadi

reinvention (penemuan kembali). Karena setiap konsep matematika yang abstrak

yang baru dipahami oleh siswa segera diberi penguatan, sehingga mengendap

dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga akan melekat dalam pola

pikirnya. Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara

informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana

dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi

siswa SD/MI penemuan tersebut merupakan sesuatu hal yang baru. Bruner

dalam metode penemuannya mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran

matematika siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang

diperlukannya. “Menemukan” di sini terutama adalah ‘menemukan lagi’

(discovery), atau dapat juga menemukan yang sama sekali baru (invention). Oleh

karena itu, kepada siswa materi disajikan bukan dalam bentuk akhir dan tidak

diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam pembelajaran ini, guru harus lebih

banyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi tahu.


58

Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru

diperlukan.Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan

semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas

siswa.Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori

Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori

belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner

(dalam Carin & Sund, 1975).

1. Individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia

menggunakan pikirannya.

2. Dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa

akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau

penghargaan intrinsik.

3. Satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam

melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan

penemuan.

4. Dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan.

Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang

diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik. Teori

piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan

perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental

atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual

beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (baldwin, 1967).


59

D. Tujuan Penemuan Metode Pembelajaran

Tujuan dari metode penemuan adalah untuk memperoleh pengetahuan

dengan suatu cara yang dapat melatih berbagai kemampuan intelektual siswa,

merangsang keingintahuan dan memotivasi kemampuan mereka. Adapun tujuan

mengajar hanya dapat diuraikan secara garis besar, dan dapat dicapai dengan

cara yang tidak perlu sama bagi setiap siswa. Selain belajar penemuan, pada

pembelajaran matematika harus terjadi pula belajar secara “konstruktivisme"

Piaget. Dalam konstruktivisme, konstruksi pengetahuan dilakukan sendiri oleh

siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan menciptakan iklim yang

kondusif. matematika bagi siswa SD/MI berguna untuk kepentingan hidup pada

lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari

ilmu-ilmu yang kemudian.

Kegunaan atau manfaat matematika bagi para siswa SD/MI adalah

sesuatu yang jelas dan tidak perlu dipersoalkan lagi, lebih-lebih pada era

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Keberhasilan

pembelajaran matematika di sekolah akan dapat mencetak generasi yang

memiliki kemampuan berpikir kritis, logis dan rasional. Keberhasilan

pembelajaran matematika ini sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajarannya yang mengacu kepada standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam mata pelajaran

matematika.
60

Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas,

penggunaan metode mengajar, strategi belajar- mengajar, maupun sikap dan

karakteristik guru dalam mengelola proses belajarmengajar, bertindak selaku

administrator yang berusaha menciptakan kondisi belajar yang efektif sehingga

memungkinkan proses belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran

dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran

yang menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk

memenuhi hal tersebut di atas guru dituntut mampu mengelola proses belajar-

mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar

karena siswalah subjek utama dalam belajar. Dalam menciptakan kondisi

belajar-mengajar yang efektif harus ada partisipasi aktif dari siswa, apalagi

dalam pembelajaran matematika.


BAB V

MODEL PENGEMBANGAN PENILAIAN

A. Model Pengembangan Penilaian

Hasil belajar dapat diukur dari tinggi rendahnya kemampuan seseorang

dalam belajar yang ditunjukkan oleh adanya perubahan perilaku sebagai hasil

pengalaman. Perubahan perilaku sebagai akibat dari belajar dapat

diklasifikasikan dalam aspek-aspek tertentu.Bloom (1979) mengelompokkan

hasil belajar atas tiga aspek, yaitu:

1) Aspek kognitif berhubungan dengan perubahan

pengetahuan,

2) Aspek afektif berhubungan dengan perkembangan atau perubahan sikap,

dan

3) Aspek psikomotor berhubungan dengan penguasaan

keterampilan motorik.

Aspek kognitif dibagi menjadi enam tingkatan yaitu: ingatan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam aspek ini dapat

dinyatakandalam bentuk perilaku akhir yang mengisyaratkan kinerja siswa

yang akan didemonstrasikan pada akhir pembelajaran.

1. Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).

Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah

termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan

kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal,

61
62

memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan

mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang

proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang

paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:

a) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat- ingat kembali

(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus,

dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk

menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses

berfikir yang paling rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada

jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal surat al-Ashar,

menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah

satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan

Agama Islam di sekolah.

b) Pemahaman (comprehension)

Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami

sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,

memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu

apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih

rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.

Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat

lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.


63

Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang

pemahaman ini misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan

Agama Islam dapat menguraikan tentang makna kedisiplinan yang

terkandung dalam surat al-„Ashar secara lancar dan jelas.

c) Penerapan (application)

Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau

menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-

prinsip, rumus-rumus, teori- teori dan sebagainya, dalam situasi yang

baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir

setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.

Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan

misalnya: Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep

kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik

dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

d) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang

lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau

faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi

ketimbang jenjang aplikasi. Contoh: peserta didik dapat merenung dan

memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang

siswa dirumah, disekolah dan dalam kehidupan sehari-hari ditengah-

tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran islam.


64

e) Sintesis (syntesis)

Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari

proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang

memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga

menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola

baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada

jenjang analisis. Salah satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini

adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya

kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.

f) Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

Merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif

dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan

kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu

kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada

beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik

sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah:

peserta didik mampu menimbang- nimbang tentang manfaat yang dapat

dipetik oleh seseorang yang berlaku disiplin dan dapat menunjukkan

mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan menimpa seseorang yang

bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai pada

kesimpulan penilaian, bahwa kedisiplinan merupakan perintah Allah

SWT yang wajib dilaksanakan dalam sehari-hari.


65

B. PENILAIAN KURIKULUM 2013

Pengertian penilaian mengacu pada pengertian penilaian yang tertuang

dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 66 dan 81 tahun

2013. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut

dijelaskan bahwa pengertian penilaian sama dengan pengertian assesmen,

sehingga hanya 3 kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk melihat

perkembangan peserta didik, yaitu:

1. Penilaian Pencapaian Kompetensi Pengetahuan

Penilaian pencapaian kompetensi peserta didik mencakup kompetensi

sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang

sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta

didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Adapun penilaian pengetahuan

dapat diartikan sebagai penilaian potensi intelektual yang mencakup

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognisi. Jenjang

kognitif peserta didik yang dinilai adalah: mengingat, memahami,

mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Anderson &

Krathwohl, 2001).

Seorang pendidik perlu melakukan penilaian untuk mengetahui

pencapaian kompetensi pengetahuan peserta didik. Penilaian terhadap

pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan

penugasan. Kegiatan penilaian terhadap pengetahuan tersebut dapat juga

digunakan sebagai pemetaan kesulitan belajar peserta didik dan perbaikan

proses pembelajaran. Pedoman penilaian kompetensi pengetahuan ini


66

dikembangkan sebagai rujukan teknis bagi pendidik untuk melakukan

penilaian sebagaimana dikehendaki dalam Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013.

2. Penilaian Pencapaian Kompetensi Sikap

Sikap bermula dari perasaan yang terkait dengan kecenderungan

seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Sikap juga sebagai ekspresi

dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap

dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.

Kompetensi sikap yang dimaksud dalam panduan ini adalah ekspresi dari

nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang dan

diwujudkan dalam perilaku.

Penilaian kompetensi sikap dalam pembelajaran merupakan

serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur sikap peserta didik

sebagai hasil dari suatu program pembelajaran. Penilaian sikap juga

merupakan aplikasi suatu standar atau system pengambilan keputusan

terhadap sikap. Kegunaan utama penilaian sikap sebagai bagian dari

pembelajaran adalah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan sikap

peserta didik secara individual. Cakupan penilaian sikap dapat dilihat pada

tabel di bawah ini.

3. Penilaian Pencapaian Kompetensi Keterampilan

Penilaian pencapaian kompetensi keterampilan merupakan penilaian

yang dilakukan terhadap peserta didik untuk menilai sejauh mana


67

pencapaian SKL, KI, dan KD khusus dalam dimensi keterampilan. Cakupan

penilaian dimensi keterampilan meliputi keterampilan dalam ranah konkret

mencakup aktivitas menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,

dan membuat. Sedangkan dalam ranah abstrak, keterampilan ini mencakup

aktivitas menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang.

Pada setiap akhir tahun pelajaran, sesuai dengan Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka

Dasar dan Struktur Kurikulum kompetensi inti keterampilan (KI-4), yang

menjadi tagihan di masing-masing kelas adalah sesuai dengan satuan

pendidikan. Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan

memperhatikan karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri dari

suatu mata pelajaran. Ranah keterampilan diperoleh melalui aktivitas

mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.

a. Teknik Penilaian Kompetensi Keterampilan

1) Penilaian Praktik

Penilaian praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa

keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan

tuntutan kompetensi. Penilaian praktik dilakukan dengan mengamati

kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian digunakan

untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik

melakukan tugas tertentu seperti: praktik di laboratorium, praktik

shalat, praktik olahraga, bermain peran, memainkan alat musik,


68

bernyanyi, membaca puisi atau deklamasi, dan sebagainya.

2) Penilaian Berbasis Projek

Penilaian berbasis projek adalah tugas-tugas belajar (learning

tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan

pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Penilaian

projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus

diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu.Tugas tersebut berupa

suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan,

pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian projek

dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan

mengaplikasikan, penyelidikan dan menginformasikan peserta didik

pada mata pelajaran dan indikator atau topik tertentu secara jelas.

Pada penilaian projek, setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu

dipertimbangkan:

a) Kemampuan pengelolaan: kemampuan peserta didik dalam

memilih indikator atau topik, mencari informasi dan mengelola

waktu pengumpulan data serta penulisan laporan,

b) Relevansi, kesesuaian dengan mata pelajaran dan indikator atau

topik, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman

dan keterampilan dalam pembelajaran, dan

c) Keaslian: proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan

hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa

petunjuk dan dukungan terhadap projek peserta didik.


69

3) Penilaian Portofolio

Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan

cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang

tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat,

perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam

kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata

yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap

lingkungannya. Penilaian portofolio merupakan penilaian

berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang

menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu

periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik

atau hasil ulangan dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik

oleh peserta didik. Akhir suatu periode hasil karya tersebut

dikumpulkan dan dinilai oleh guru. Berdasarkan informasi

perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai

perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan

perbaikan.
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi

Istilah strategi (strategy) berasal dari “kata benda” dan “kata kerja”

dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos merupakan gabungan

kata stratos (militer) dengan “ego” (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego

berarti merencanakan (to plan).Dengan demikian strategi adalah suatu pola

yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan

atau tindakan. Strategi mencakup tujuh kegiatan, siapa yang terlibat dalam

kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan.

Secara sederhana, istilah pembelajaran (instructions) bermakna sebagai

upaya untuk mebelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai

upaya (effort) dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah

pencapaian tujuan yang telah direncanakan.Pembelajaran merupakan proses

utama yang diselenggarakan dalam kehidupan di sekolah sehingga antara guru

yang mengajar dan anak didik yang belajar dituntut untuk provit tertentu.

Maka, strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam

suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan

untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan

falsafah atau teori belajar tertentu. Adapun pengertian strategi pembelajaran

menurut para ahli sebagai berikut :

70
71

1. Kemp, menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan

pembelajaran yang harus dikerjakan gurudan peserta didik agar tujuan

pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

2. Gulo, menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan rencana dan

cara – cara membawakan pengajaran dapat dicapai secara efektif.

3. Hamalik, strategi pembelajaran adalah keseluruhan metode dan prosedur

yang menitikberatkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar –

mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.

4. Makmum, merumuskan strategi pembelajaran sebagai prosedur, metode,

dan teknik belajar – mengajar (teaching methods) yang sebagaimana yang

dipandang paling efektif dan efisien serta produktif sehingga dapat

dijadikan pegangan oleh para guru dalam melaksanakan kegiatan

mengajarnya.

Dengan demikian strategi pembelajaran mencakup penggunaan

pendekatan, metode dan teknik, bentuk media, sumber belajar, pengelompokan

peserta didik, untuk mewujudkan interaksi edukasi antara pendidik dengan

peserta didik, antar peserta didik, dan terhadap proses, hasil, dan/atau dampak

kegiatan pembelajaran.

Dalam hal ini, strategi pembelajaran di artikan sebagai perencanaan

yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan

dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Strategi pembelajaran merupakan

rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan


72

pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang

disusun untuk mencapai tujuan tertentu, yakni tujuan pembelajaran.

Stretegi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu

sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk

mencapai tujuan pembelajaran, yang dijabarkan dari pendangan falsafah atau

teori belajar tertentu. Berikut pendapat beberapa ahli berkaitan dengan

pengertian strategi pembelajaran.

Menurut Kozma dalam Majid (2015:7) secara umum menjelaskan

bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan yang

dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta

didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. Sedangkan Wina

Sanjaya dalam Majid (2015:) menyatakan bahwa strategi pembelajaran

merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan

metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam

pembelajaran.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan atau rangkaian kegiatan yang

dipilih guru mencakup penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber

daya yang ditujukan untuk siswa, yang bertujuan agar tercapainya tujuan

pembelajaran.Hal ini bahwa berarti di dalam penyusunan suatu strategi baru

sampai pada proses penyusunan rencana kerja, belum sampai tindakan. Strategi

disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya arah dari semua keputusan
73

penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas

dan sumber belajar, semua diarahkan dalam pencapaian tujuan.

B. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran

1. Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar

berpusat pada gurunya paling tinggi, dan paling sering digunakan. Pada

strategi ini termasuk didalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan

didaktik, pengajaran eksplisit, praktek dan latihan, serta demonstrasi.

Strategi pembelajaran langsung efektif digunakan untuk memperluas

informasi atau mengembangankan ketrampilan langkah demi langkah.

2. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect Instruction)

Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan

siswa yang tinggi dalam observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi

berdasarkan data, atau pembentukanhipotesis.Dalam pembelajaran tidak

langsung, peran guru beralih dari penceramah menjadi fasilitator,

pendukung, dan sumber personal (resourse person).Guru merancang

lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk terlibat, dan

memungkinkan memberikan umpanbalik kepada siswa ketika meraka

melakukan inkuiri. Strategi pembelajaran tidak langsung mengisyaratkan

bahan-bahan cetak, non-cetak, dan sumber-sumber manusia.

3. Strategi Pembelajaran Interaktif (Interactive Intruction)

Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi

dan saling berbagi diantara peserta didik. Seaman dan Fellenz (1989)
74

mengemukakan bahwa diskusi dan saling berbagi akan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk memberikan reaksi terhadap gagasan,

pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau kelompok, serta

mencoba mencari alternatif dalam berfikir.Strategi pembelajaran interaktif

dikembangkan dalam rentang pengelompokan dan metode-metode

interaktif. Didalamnya terdapat bentuk-bentuk diskusi kelas, diskusi

kelompok kecil atau pengkerjaan tugas berkelompok, dan kerja sama

siswa secra berpasangan.

4. Strategi Pembelajaran melalui Pengalaman (Experiential Learning)

Strategi pembelajaran melalui pengalaman menggunakan bentuk

sekuensi induktif, berpusat pada siswa, dan berorientasi pada

aktivitas.Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah

pada proses belajar, dan bukan hasil belajar.Guru dapat menggunakan

strategi ini baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sebagai contoh, di

dalam kelas dapat digunakan metode simulasi, sedangkan di luar kelas

dapat dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran

pendapat umum.

5. Strategi Pembelajaran Mandiri

Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan

untuk membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri.

Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik

dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman

atau sebagan dari kelompok kecil. Kelebihan dari pembelajaran ini adalah
75

membentuk peserta didik yang mandiri dan bertanggung jawab.

Sedangkan kekurangannya adalah peserta belum dewasa, sulit

menggunakan pembelajaran mandiri.

6. Strategi Pembelajaran Matematika

Matematika merupakan suatu mata pelajaran yang dianggap para

siswa sebagai pelajaran yang cukup susah. Mata pelajaran ini sulit karena

terdapat banyak rumus dalam mengerjakan suatu persoalan.Setiap materi

matematika ini memiliki rumus yang berbeda dengan tingkat kesulitan

yang berbeda.Untuk meminimalisir rasa kesulitan yang dirasakan oleh

setiap siswa sehingga dibutuhkan suatu strategi.Strategi pembelajaran

matematika harus menitik beratkan supaya bisa mempengaruhi anak didik

untuk menghasilkan suatu prestasi yang baik.Terdapat 3 aspek yang bisa

dilakukan dalam memenuhi strategi pembelajaran matematika.

Aspek pertama adalah kemampuan khusus dimana seseorang

pengajar memiliki skill baik dalammenguasai materi yang akan

disampaikan kepada murid.

Aspek kedua adalah wawasan dan kemampuanwawasan seorang

guru dalam menyampaikan materi menajdi hal penting yang bisa

mempengaruhi cara berpikir seorang murid.

Aspek ketiga adalah kemampuan dalam komunikasiini sangat

ditekankan agar guru dan murid bisa berkomunikasi dengan baik sehingga

jika murid merasa kesulitan berani berkonsultasi kepada guru.


76

Strategi yang berkaitan dalam pembelajaran matematika adalah suatu

siasat atau kiat yang sengaja direncanakan oleh guru, yang berkenaan dengan

segala persiapan pembelajaran agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan

lancar dan tujuan yang berupa hasil belajar bisa tercapai secara optimal.

Strategi pembelajaran matematika ini hampir sama dengan metode

pembelajaran matematika karena pengertian dari strategi itu sendiri adalah

suatu siasat atau suatu metode.

Strategi yang Umum dipakai pada pembelajaran matematika adalah:

a. Strategi Inquiri

Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan kegiatan belajar

yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari

dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka

dapat merumuskan sendiri penemuannya denga penuh percaya diri.

Sasaran utama kegiatan mengajar pada strategi ini ialah:

1) Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar.

Kegiatan belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial

emosional.

2) Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan

pengajaran.

3) Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (selfbelief) pada diri

siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Untuk menyusun strategi yang terarah perlu diperhatikan kondisi-

kondisi yang memungkinkan siswa dapat berinkuiri secara maksimal.


77

Kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya inkuiri bagi

siswa adalah:

a) Aspek sosial didalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang

siswa berdiskusi. Hal ini menuntut adanya suasana bebas di dalam

kelas, setiap siswa tidak merasakan adanya tekanan atau hambatan

untuk mengemukakan pendapatnya.Kebebasan berbicara dan

penghargaan terhadap pendapat yang berbeda walaupun pendapat itu

tidak relevan.

b) Inkuiri berfokus pada hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa ada

dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif, tidak ada kebenaran

yang bersifat mutlak. Sehubungan adanya berbagai sudut pandang

yang berbeda diantara siswa, maka dimungkinkan adanya variasi

penyelesaian masalah sehingga inkuiri bersifat open ended, ada

berbagai kesimpulan yang berbeda dari masing-masing siswa dengan

argumen yang benar. Disamping inkuiri terbuka dikenal juga inkuiri

tertutup yaitu jika hanya ada satu-satunya kesimpulan yang benar

sebagaihasil proses inkuiri.

c) Penggunaan fakta. Di dalam kelas dibicarakan validitas dan

reliabilitas tentang fakta sebagimana dituntut dalam pengujian

hipotesis pada umumnya.Untuk menciptakan kondisi diatas, maka

peranan guru sangat menentukan. Guru tidak lagi berperan sebagai

pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, sekalipun

hal itu sangat diperlukan.


78

Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai

berikut:

a) Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah

berpikir.

b) Fasilisator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam

proses berpikir siswa.

c) Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat

dan memberi keyakinan pada diri sendiri.

d) Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di

dalam kelas.

e) Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang

diharapkan.

f) Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.

g) Rewarder, yang memberi penhargaan pada prestasi yang dicapai dalam

rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa supaya guru dapat

melakukan perananya secara efektif maka pengenalan kemampuan siswa

sangat diperlukan, terutama cara berpikirnya, cara mereka menanggapi,

dan sebagainya.

b. Strategi Penyelesaian Masalah (PROBLEM SOLVING)

Strategi belajar mengajar penyelesaian masalah memberi tekanan

pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Proses ini berlangsung

secara bertahap, mulai dari menerima stimulus dari lingkungan sampai pada
79

memberi respons yang tepat terhadapnya. Penyelesaian masalah dapat

dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

1) Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau, dalam

hal ini penyelesaian masalah kurang (tidak) rasional.

2) Penyelesaian masalah secara intuitif masalah diselesaikan tidak

berdasarkan akal, tetapi berdasarkan intuisi atau firasat.

3) Penyelesaian masalah dengan cara trial error, penyelesaian masalah

dilakukan dengan coba-coba ,percobaan yang dlakukan tidak berdasar

hipotesis tetapi secara acak.

4) Penyelesaian masalah secara otoritas. Penyelesaian masalah

dilakukan berdasarkan kewenangan seseorang.

5) Penyelesaian masalah secara meta fisik. Masalah-masalah yang

dihadapi dalam dunia empirik diselesaikan dengan prinsip-prinsip

yang bersumber pada dunia supranatural atau dunia mistik atau dunia

gaib.

6) Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara

rasional melalui proses deduksi dan induksi.

Penyelesaian masalah dalam strategi belajar mengajar disini ialah

penyelesaian masalah secara ilmiah atau semi ilmiah. Guru memilih bahan

pelajaran yang memiliki permasalahan, materi pelajaran tidak terbatas

hanya pada buku teks disekolah tetapi dapat diambil dari sumber-sumber

lingkungan yang ada.Pemilihan materi seperti itu memerlukan beberapa

criteria sebagai berikut:


80

a) Bahan yang dipilih bersifat conflict issue atau controversial. Bahan

seperti itu dapat direkam dari peristiwa-peristiwa konkret dalam

bentuk audo visual atau kliping atau disusun sendiri oleh guru.

b) Bahan yang dipilih bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi

siswa.

c) Bahan tersebut mencakup kepentingan orang banyak dalam

masyarakat.

d) Bahan tersebut mendukung tujuan pengajaran dan pokok bahasan

dalam kurikulum sekolah.

e) Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah pada

tujuan yang dikehendaki.

f) Bahan tersebut menjamin kesinambungan pengalaman belajar siswa.

C. Penggolongan Strategi Pembelajaran Matematika

1. Berdasarkan Bentuk dan Pendekatan

a. Expository

“Exposition” (ekspositorik) yang berarti guru hanya

memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum atau

dalil beserta bukti bukti yang mendukung. Siswa hanya menerima saja

informasi yang diberikan oleh guru.Pengajaran telah diolah oleh guru

sehingga siap disampaikan kepada siswa, dan siswa diharapkan

belajar dari informasi yang diterimanya.Hampir tidak ada unsur

discovery (penemuan).Dalam suatu pengajaran, pada umumnya guru

menggunakan dua kutub strategi serta metode mengajar yang lebih


81

dari dua macam, bahkan menggunakan metode campuran. Guru dapat

memilih metode ceramah, ia hanya akan menyampaikan pesan

berturut-turut sampai pada pemecahan masalah/eksperimen bila guru

ingin banyak melibatkan siswa secara aktif. Contoh strategi

ekspositorik : Pada Taman kanak-kanak, guru menjelaskan kepada

anak-anak, tentang bangun datar dengan menggunakan gambar untuk

menunjukkan sifat atau ciri dari benda datar tersebut, seperti :

menunjukkan gambar segitiga dan menunjukkan sudut-sudut yang

dimilki segitiga tersebut. Gurumengemukakantersebut secara detail

dan mengharap anak-anak akan memahami hal tersebut.

b. Discovery dan Inquiry

Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya

dengan inquiry (penyelidikan). Discovery (penemuan) adalah proses

mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu

prinsip. Proses mental misalnya; mengamati, menjelaskan,

mengelompokkan, membuat kesimpulan dan sebagainya. Sedangkan

konsep, misalnya; bundar, segitiga, kubus dan balok. Inquiry,

merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan lebih

mendalam) Artinya, inquiry mengandung proses mental yang lebih

tinggi tingkatannya.

Misalnya; merumuskan problema, merancang eksperi men,

melaksanakan eksperimen, melaksanakan eksperimen,

mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan


82

sebagainya.Selanjutnya Sund mengatakan bahwa penggunaan

discovery dalam batas-batas tertentu adalah baik untuk kelas-kelas

rendah, sedangkan inquiry adalah baik untuk siswa-siswa di kelas

yang lebih tinggi.DR. J. Richard Suchman mencoba mengalihkan

kegiatan belajar-mengajar dari situasi yang didominasi.guru ke situasi

yang melibatkan siswa dalam proses mental melalui tukar pendapat

yang berwujud diskusi, seminar dan sebagainya. Salah satu bentuknya

disebut Guided Discovery Lesson, (pelajaran dengan penemuan

terpimpin) yang langkah-langkahnya sebagai berikut:

Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dengan

pernyataan atau pertanyaan:

a) Jelas tingkat atau kelasnya (dinyatakan dengan jelas tingkat

siswa yang akan diberi pelajaran, misalnya SMP kelas III).

b) Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui

kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas.

c) Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa

dalam melaksanakan kegiatan.

d) Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melaksanakan

kegiatan.

e) Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa

penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau

prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.


83

f) Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan

adanya mental operasional siswa, yang diharapkan dalam

kegiatan.

g) Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

terbuka, yang mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.

h) Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang

sulit dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama

kalau penyelidikan mengalamikegagalan atau tak berjalan

sebagaimana mestinya.

Sedangkan langkah-langkah inquiry meliputi:

a) Menemukan masalah

b) Pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan

c) Pengumpulan data untuk mengadakan percobaan

d) Perumusan keterangan yang diperoleh

e) Analisis proses inquiry.

c. Pendekatan Konsep

Istilah “concept” (konsep) ditunjukkan melalui tingkah laku

individu dalam mengemukakan sifat-sifat suatu obyek seperti :

bundar, merah, halus, rangkap, atau obyek-obyek yang kita kenal

seperti rambut, kucing, pohon dan rumah. Semuanya itu menunjukkan

pada suatu konsep yang nyata (concrete concept).Gagne mengatakan

bahwa selain konsep konkret yang bisa kita pelajari melalui

pengamatan, mungkin juga ditunjukkan melalui definisi/batasan,


84

karena merupakan sesuatu yang abstrak. Misalnya iklim, massa,

bahasa atau konsep matematis.Bila seseorang telah mengenal suatu

konsep, maka konsep yang telah diperoleh tersebut dapat digunakan

untuk mengorganisasikan gejala-gejala yang ada di dalam kehidupan.

Proses menghubungkan dan mengorganisasikan konsep yang satu

dengan yang lain dilakukan melalui kemampuan kognitif.

d. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

Pendekatan ini sebenamya telah ada sejak dulu, bahwa di

dalam kelas mesti terdapat kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa

(melibatkan siswa secara aktif).Hanya saja siswa itulah yang berbeda.

Kalau dahulu guru lebih banyak menjejalkan fakta, informasi atau

konsep kepada siswa, akan tetapi saat ini dikembangkan suatu

keterampilan untuk memproses perolehan siswa. Siswa pada

hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk

secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka

mampu menampilkan potensi itu, meskipun sederhana.Para guru

dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai

dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh

konsep.

Dengan mengembangkan keterampilan keterampilan

memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan

mengembangkan sendi fakta dan konsep serta mengembangkan sikap


85

dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang

dapat menciptakan siswa belajar aktif.

D. Berdasarkan Pertimbangan Proses Pengolahan Pesan

1. Strategi Deduktif. Dengan Strategi Deduktif materi atau bahan

pelajaran diolah dari mulai yang umum, generalisasi atau rumusan,

ke yang bersifat khusus atau bagian-bagian.Bagian itu dapat berupa

sifat, atribut atau ciri-ciri.Strategi Deduktif dapat digunakan dalam

mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep

terdefinisi.

2. Strategi Induktif Dengan Strategi Induktif materi atau bahan

pelajaran diolah mulai dari yang khusus (sifat, ciri atau atribut) ke

yang umum, generalisasi atau rumusan.Strategi Induktif dapat

digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun

konsep terdefinisi.

E. Berdasarkan Pertimbangan Pihak Pengolah Pesan

1. Strategi Ekspositorik.

Dengan Strategi Ekspositorik bahan atau materi pelajaran

diolah oleh guru.Siswa tinggal “terima jadi” dari guru.Dengan

Strategi Ekspositorik guru yang mencari dan mengolah bahan

pelajaran, yang kemudian menyampaikannya kepada siswa.Strategi

Ekspositorik dapat digunakan di dalam mengajarkan berbagai materi

pelajaran, kecuali yang sifatnya pemecahan masalah.


86

2. Strategi Heuristik.

Dengan Strategi Heuristik bahan atau materi pelajaran diolah

oleh siswa.Siswa yang aktif mencari dan mengolah bahan pelajaran.

Guru sebagai fasilitator memberikan dorongan, arahan, dan

bimbingan. Strategi Heuristik dapat digunakan untuk mengajarkan

berbagai materi pelajaran termasuk pemecahan masalah. Dengan

Strategi Heuristik diharapkan siswa bukan hanya paham dan mampu

melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

telah ditetapkan, akan tetapi juga akan terbentuk sikap-sikap positif,

seperti: kritis, kreatif, inovatif, mandiri, terbuka. Strategi Heuristik

terbagai atas diskoveri dan Inkuiri.

F. Berdasarkan Pertimbangan Pengaturan Guru

1. Strategi Seorang Guru

Seorang guru mengajar kepada sejumlah siswa.

2. Strategi Pengajaran Beregu (Team Teaching).

Dengan Pengajaran Beregu, dua orang atau lebih guru mengajar

sejumlah siswa. Pengajaran Beregu dapat digunakan di dalam

mengajarkan salah satu mata pelajaran atau sejumlah mata pelajaran

yang terpusat kepada suatu topik tertentu.

G. Berdasarkan Pertimbangan Jumlah Siswa

1. Strategi Klasikal

Strategi klasikal adalah model pembelajaran yang biasa kita

lihat sehari-hari. Pada model ini guru mengajar sejumlah siswa,


87

biasanya antara 30-40 siswa di dalam sebuah ruangan.Dalam kondisi

seperti ini, kondisi belajar siswa secara individual baik menyangkut

kecepan belajar, kesulitan belajar dan minat belajar sukar untuk

diperhatikan oleh guru. Pada umumnya cara guru dalam menentukan

kecepatan menyajikan dan tingkat kesukaran materi pada informasi

kemampuan siswa secara umum.

Guru tapaknya sangat mendominasi dalam menentukan

semua kegiatan pembelajaran. Banyaknya materi yang akan diajarkan,

urutan materi pelajaran, kecepatan guru mengajar dan lain-lain

sepenuhnya ada ditangan guru. Metode pembelajaran klasikal

konvensional biasanya menuntut disiplin yang tinggi dari para siswa,

dan guru memiliki otoritas penuh di ruang kelas. Pelajaran klasikal

cenderung digunakan oleh guru apabila dalam proses pelajarannya

lebih banyak bentuk penyajian materi dari guru. Penyajian lebih

menekankan untuk menjelaskan sesuatu materi yang belum diketahui

atau dipahami siswa. Metode yang digunakan cenderung metode

ceramah dan tanya jawab bervariasi.

Pembelajaran klasikal akan memberi kemudahan bagi guru

dalam mengorganisasi materi pelajaran, karena dalam pelajaran

klasikal secara umum materi pelajarannya akan seragam diserap oleh

siswa. Pembelajaran klasikal dapat digunakan apabila materi

pelajaran lebih bersifat informatif atau fakta. Proses pembelajaran

klasikal dapat membentuk kemampuan siswa dalam menyimak atau


88

mendengarkan, membentuk kemampuan dalam mendengarkan dan

kemampuan dalam bertanya.

2. Model pengajaran klasikal

Pengembangan kecakapan hidup didasarkan atas pokok-pokok

pemikiran bahwa hasil proses pembelajaran. Selain berupa

penguasaan siswa terhadap kompetensi, kemampuan dasar dan materi

pembelajaran tertentu, juga berupa kecakapan lainnya yang secara

implisit diperoleh melalui pengalaman belajar.hasil samping yang

positif atau bermanfaat.

3. Tujuan Pengajaran Klasikal

Pengajaran klasikalmerupakan kemampuan belajar yang

utama.Hal itu disebabkan oleh pengajaran klasikal merupakan

kegiatan mengajar yang tergolong efisien. Secara

ekonomis,pembiayaan kelas studi lebih murah, oleh karena itu ada

jumlah minimum pembelajar atau siswa dalam kelas.Jumlah

pembelajar atau siswa tiap kelas pada umumnya berkisar antara 10-

45 orang.Dengan jumlah tersebut seorang pembelajar atau siswa

masih dapat belajar secara klasikal berarti melaksanakan dua

kegiatan sekaligus, yaitu pengelolaan pelajaran.Pengelolaan kelas

adalah menciptakan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya

kegiatan belajar. Contoh pengajaran klasikal: terdapat pada sekolah

tingkat SD,SMP, SMA sederajat yang di lakukan oleh guru dalam

kehidupan sehari-hari.
89

4. Strategi Kelompok Kecil

Strategi kelompok kecil adalah kegiatan belajar bersama

dimana seorang guru membagi murid menjadi sebuah kelompok-

kelompok kecil dimana didalam kelompok tersebut terdiri atas 3-5

orang.Adanya strategi ini dilakukan agar siswa dapat mmemecahkan

suatu persoalan secara bersama.

Keuntungan strategi belajar kelompok:

a) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk

menggunakan keterampilan bertanya dan membahas sesuatu.

b) Berbagi informasi dan pengalaman suatu masalah

c) Mengambangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi

d) Membina kerjasama yang sehat dalam kelompok

e) Meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting

dalam pembelajaran.

Kelemahan strategi belajar kelompok:

a) Memerlukan waktu yang cukup panjang dan sangat

ketergantungan dengan kemampuan siswa tersebut.

b) Keberhasilan tergantung kepada kemnampuan siswa

memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri

c) Strategi ini terkadang menuntut pengaturan tempat duduk

yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula.


90

5. Strategi Individual

Strategi individual adalah kegiatan mengajar pembelajaran yang

menitik beratkan bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing

individual. Strategi individual ini memiliki berbagai ciri-ciri, diantaranya:

Kecerdasan, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan kurang, pada

umumnyabelajarnya lebih lamban khususnya anak reterdasi mental,

mereka memerlukan banyak latihan yang bermakna dan membutuhkan

lebih bnayk waktu untuk belajar berikutnya.

a) Bakat. Bakat mempunyai pengruh yang besar terhadap

perkembangan seseorang, untuk mengetahui bakat siswa diperlukan

tes bakat.

b) Keadaan jasmani---kondisi badan, gangguan penyakit, misalnya

penglihatan kurang jelas dan lain-lain, akan mempengaruhi efisiensi

dan kegairahan dalm belajar.

c) Penyesuaian sosial dan emosional---penyeuaian sosial dan

emosional adalah dua sifat yang erat kaitannya antara satu dengan

yang lainnya, berbagai alternatif kondisi sosial dan emosional dapat

terjadi di kalangan siswa.

d) Latar belakang keluarga--eadaan keluarga mempunyai individu

siswa, banyak faktor yang bersumber dari keluarga yang dapat

menimbulkan perbedaan individual seperti kultur dalam keluarga.


91

e) Hasil belajar---perbedaan hasil belajar dikalangan para siswa di

sebabkan oleh berbagai alternatif. Faktor yang mempengaruhinya

antara lain faktor kematangan.

f) Siswa yang cerdas dan lamban belajar---ciri-ciri siswa yang cerdas

yaitu mempunyai energy yang lebih besar, dorongan ingin tahunya

lebih besar, sikap sosialnya lebih baik, aktif dan lain sebagainya.

Contoh pengajaran individual: Pengajaran pada anak-anak kuliah

yang harus belajar sendiri atau mandiri (individual).

H. Berdasarkan Pertimbangan Interaksi Guru dengan Siswa

1. Strategi Tatap Muka.

Akan lebih baik dengan menggunakan alat peraga.

2. Strategi Pengajaran Melalui Media.

Guru tidak langsung kontak dengan siswa, akan tetapi guru

“mewakilkan” kepada media. Siswa berinteraksi dengan media.


BAB VII

BANGUN DATAR

A. Pengertian Bangun Datar

Isma (Imam Roji. 1997) Bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang

dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung.

Isma (Julius Hambali, Siskandar, dan Mohamad Rohmad, 1996) Bangun datar

dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua demensi

yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa bangun datar

merupakan bangun dua demensi yang hanya memiliki panjang dan lebar, yang

dibatasi oleh garis lurus atau lengkung.

Bangun Datar juga merupakan sebuah bangun berupa bidang datar yang

dibatasi oleh beberapa ruas garis. Jumlah dan model ruas garis

yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bentuk

bangun datar tersebut. Misalnya:

- Bidang yang dibatasi oleh 3 ruas garis, disebut bangun segitiga.

- Bidang yang dibatasi oleh 4 ruas garis, disebut bangun segiempat.

- Bidang yang dibatasi oleh 5 ruas garis, disebut bangun segilima dan

seterusnya.

92
93

B. Macam-macam dan sifat-sifat Bangun Datar

Dilihat dari banyak segi/sisinya, bangun datar dibagi ke dalam 3 bagian,

yaitu: Bangun datar Segitiga dan bangun datar Segiempat dan Lingkaran. Jumlah

ruas garis serta model yang dimiliki oleh sebuah bangun datar merupakan salah

satu sifat bangun datar tersebut. Jadi, sifat suatu bangun datar ditentukan oleh

jumlah ruas garis, model garis, besar sudut, dan lain-lain.

1. Persegi

Persegi adalah bangun datar yang memiliki empat buah sisi sama panjang.

Bangun datar persegi memiliki sifat sebagai berikut.

a. Memiliki empat ruas garis: AB, DC, AD dan BC.

b. Keempat ruas garis itu sama panjang.

c. Memiliki empat buah sudut sama besar (90’).

Rumus Persegi

Luas = s x s = s2

Keliling =4xs

Ket : s = panjang sisi persegi

Contoh soal :

Hitunglah luas dan keliling persegi yang panjang sisinya 8cm.

Diketahui : sisi persegi = 8cm


94

Ditanyakan : luas dan keliling persegi

Jawab :

Rumus Luas : L= sisi x sisi

Rumus keliling : K= sisi+sisi+sisi+sisi atau (4s)

L= 8cm x 8cm K= 8+8+8+8

L= 64cm K= 32cm

Jadi luas persegi adalah 64cm sedangkan kelilingnya adalah 32cm.

2. Persegi Panjang

Persegi Panjang, yaitu bangun datar yang mempunyai sisi berhadapan

yang sama panjang, dan memiliki empat buah titik sudut siku-siku.

Persegi panjang memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

a. Memiliki 4 ruas garis: AB , DC, AD dan BC.

b. Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang.

c. Memiliki dua macam ukuran panjang dan lebar.

d. Memiliki empat buah sudut sama besar (90o).

Rumus Persegi Panjang

Luas = p x l

Keliling = 2p + 2l
95

Keterangan: p = panjang l = lebar

Contoh soal :

Hitunglah luas dan keliling persegi panjang dengan ukuran panjang 12cm dan

lebar 5cm.

Diketahui : p = 12cm, l = 5cm

Ditanyakan : Luas dan Keliling persegi panjang

Jawab : rumus L = p x l rumus K = 2p + 2l

L= 12cm x 5cm K = (2 x 12) + (2 x 5)

L= 60cm2 K = 24 + 10 = 34

Jadi luas persegi panjang adalah 60cm2 dan keliling persegi panjang adalah

34cm

3. Segitiga

Segitiga merupakan bangun datar yang terbentuk dari tiga buah titik yang

tidak terletak pada satu garis lurus dan saling dihubungkan akan berpotongan

dan membentuk tiga buah sudut. Titik potong garis tersebut merupakan titik

sudut segitiga. Segitiga sendiri ada beberapa macam.


96

1. Jenis segitiga bedasarkan panjang sisinya, dibagi menjadi:

a. Segitiga sama kaki

yaitu segitiga yang mempunyai dua sisi sama panjang. Akibatnya, Segitiga sama

kaki juga memiliki dua sudut yang berhadapan sama besar atau sering disebut

kaki segitiga.

Bangun segitiga sama kaki memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

1. Memiliki 3 ruas garis: AB, AC, dan BC.

2. Dua ruas garis kaki sama panjang, AC dan BC.

3. Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi.

4. Memiliki tiga buah sudut lancip.

b. Segitiga sama sisi

Segitiga sama sisi, yaitu segitiga yang ketiga sisinya sama panjang. Akibatnya,

ketiga sudutnya sama besar, yaitu 60.

Bangun segitiga sama sisi memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

1. Memiliki 3 ruas garis: AB, AC, dan BC

2. Ketiga (semua) ruas garis sama panjang.

3. Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi.

4. Memiliki tiga buah sudut sama besar (60o)

c. Segitiga sembarang

Segitiga sembarang, yaitu segitiga yang ketiga sisinya berbeda panjangnya.

Akibatnya, ketiga sudut segitiga tersebut juga tidak ada yang sama.

Bangun segitiga sama sisi memiliki sifat-sifat sebagai berikut


97

a. Memiliki 3 ruas garis: GH, HI, dan IG

b. 3 sisinya tidak sama panjang

c. Punya 3 sudut lancip yang tidak sama besar

2. Jenis segitiga bedasarkan besar sudutnya, dibagi menjadi:

a. Segitiga siku-siku

yaitu segitiga

yang besar salah satu sudutnya 90(siku-siku).

Bangun segitiga sama sisi memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

a. Memiliki 3 ruas garis: AB, AC, dan BC

b. Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi.

c. Memiliki dua buah sudut sama besar (60o)

b. Segitiga tumpul

yaitu segitiga yang besar salah satu sudutnya lebih dari90 atau sudut tumpul.

Bangun segitiga sama sisi memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

a. Memiliki 3 ruas garis: DE, EF, FD`

b. Memiliki lebih dari 90’ tetapi kurang dari 180’.

c. Segitiga lancip

yaitu segitiga yang besar salah satu sudutnya kurang dari 90 atau sudut

tumpul.

Bangun segitiga sama sisi memiliki sifat-sifat sebagai berikut.


98

a. Memiliki 3 ruas garis: GH, HI, IG.

b. Memiliki sudut yang besarnya kurang dari 90’.

Rumus luas segitiga Keterangan :

L=½axt a = alas

K=s+s+s t = tinggi

Dengan s = sisi

Contoh soal:

Diketahui : sisi AB = 5cm, sisi BC = 13cm, dan sisi CA =12cm

Ditanyakan : Luas dan Keliling

Rumus : L = ½ a x t K= sisi+sisi+sisi

L = ½ 5cm x 12cm K= 5cm +13cm +12cm

L = ½ (5cm x 12cm) K= 30cm

L = ½ 60cm = 30cm2

Jadi luas segitiga adalah 30cm2 dan kelilingnya adalah 30cm

4. Belah Ketupat

Bangun belah ketupat memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

a. Memiliki 4 sisi dan 4 titik sudut.

b. Keempat sisinya sama panjang.

c. Memiliki 2 pasang sudut yang berhadapan sama besar.


99

d. Diagonalnya berpotongan tegak lurus.

e. Memiliki 2 simetri lipat.

f. Memiliki simetri putar tingkat 2.

Rumus belah ketupat :

Luas = ½ x diagonal 1 x diagonal 2

Keliling = 4s atau sisi x sisi x sisi x sisi

Contoh Soal :

Tentukanlah luas dan keliling belah ketupat yang panjang sisinya 4cm dan

panjang kedua diagonalnya 6 cm.

Diketahui : sisi = 4cm, diagonal 1= 6cm, diagonal 2= 6cm

Ditanyakan : luas dan keliling belah ketupat

Jawab : Rumus luas : L= ½ x d1 x d2

keliling :K= sisi + sisi + sisi + sisi

L= ½ (6 cm x 6cm)

K= 4cm + 4cm + 4cm + 4cm

L= ½ x 36cm = 18cm2 K= 16cm

Jadi luas belah ketupat adalah 18cm2 dan kelilingnya adalah 16cm.

5. Trapesium

Trapesium terbagi atas beberapa bangun datar diantaranya.

a. Trapesium sama kaki

Bangun datar Trapesium memliki sifat-sifat diantaranya:


100

1. Terdapat 1 pasang sisi yang sejajar (BA,CD).

2. Terdapat 2 pasang sudut yang sama besar (sudut A dan sudut D, sudut B

dan sudut C).

b. Trapesium Siku-siku.

Pada trapezium siku-siku, selain memiliki sepasang sisi yang sejajar, juga

memiliki satu buah sudut siku-siku. Pada gambar di bawah ini.

Merupakan trapesium siku-siku, dimana A = 90° sifat trapesium siku-siku

yaitu, salah satu kakinya tegak lurus terhadap sisi yang sejajar.

Bangun datar Trapesium siku-siku memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

1. Mempunyai 2 sudut siku-siku.

2. Diagonal tidak sama panjang.

3. Tidak mempunyai simetri lipat.

c. Trapesium sembarang

Pada trapesium sembarang, sisinya tidak sama panjang dan tidak ada

yang tegak lurus dengan sisi sejajarnyanya. Pada gambar dibawah merupakan

trapesium sembarang.

Bangun datar Trapesium sembarang memiliki Sifat-sifat sebagai berikut.

a. Keempat sisinya tidak sama panjang.

b. Keempat sudutnya tidak sama besar.

c. Diagonalnya tidak sama panjang.

d. Tidak memiliki simetri lipat.

Rumus Trapesium
101

K=(a+b)+(c+d)

L=½x(a+b)xt

6. Layang-Layang

Layang-layang adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh dua

pasang rusuk yang masing-masing pasanganya sama panjang dan saling

membentuk sudut.

Pada bangun datar Layang - Layang, mempunyai sifat-sifat diantaranya :

a. Memiliki 4 sisi dan 4 titik sudut.

b. Memiliki 2 pasang sisi yang sama panjang.

c. Memiliki 2 sudut yang sama besar.

d. Diagonalnya berpotongan tegak lurus.

e. Salah satu diagonalnya membagi diagonal yang lain sama panjang.

f. Memiliki 1 simetri lipat.

Rumus

• Luas = ½ x AC x BD

• Keliling = AB + BC + CD + AD

Contoh soal :

1) Diketahui ada sebuah layang-layang kecil yang memiliki panjang

diagonal horizontal yaitu 12cm, dan diagonal vertikalnya 15cm.hitunglah

luas layang-layang.

Diketahui : diagonal horizontal(d1) =12cm dan diagonal vertical (d2) = 15cm.


102

Ditanyakan : luas layang-layang

Jawab : L = ½ x d1 x d2

L = ½ x 12cm x 15cm

L = 90cm2

Jadi luas layang-layang tersebut adalah 90cm2

2) Sebuah layang-layang memiliki sisi yaitu s1 = 9cm dan s2= 12cm

hitunglah kelilingnya.

Diketahui : s1 = 9cm dan s2 = 12cm

Ditanyakan : keliling layang-layang

Jawaban : K= 2(s1 + s2)

K= 2(9cm + 12cm)

K= 2(21cm)

K = 42cm

Jadi keliling layang-layang adalah 42cm.

7. Jajar Genjang

Jajar Genjang adalah bangun datar dua dimensi yang yang dibentuk oleh dua

pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar dengan pasanganya,

dan memiliki dua pasang sudut bukan siku-siku yang masing masing sama besar

dengan sudut di hadapanya.


103

Pada bangun datar Jajaran Genjang, mempunyai sifat-sifat diantaranya :

• Memiliki 4 sisi dan 4 titik sudut

Rumus

Luas = ½ x AC x BD

Keliling = AB + BC + CD + AD

8. Lingkarang

Lingkaran, yaitu bangun datar yang terbentuk dari himpunan semua

titik persekitaran yang mengelilingi suatu titik asal dengan jarak yang sama.

jarak tersebut biasanya dinamakan r, atau radius, atau jari-jari. Sifat lingkaran

yaitu memiliki simetri lipat dan simetri putar yang tak terhingga jumlahnya.

Bangun datar Lingkaran memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

a. Mempunyai 1 sisi

b. Memiliki simetri putar dan simetri lipat tak terhingga

Rumus

L = r2

Contoh soal :

1) Sebuah memiliki panjang diameter 35cm. tentukan keliling dan luas

lingkaran.

Diketahui : d= 35cm => r = ½ x d = 17,5cm


104

Ditanyakan : keliling dan Luas

Jawab :

Rumus : K = πd = (22/7) x 35cm = 110cm

Jadi keliling lingkaran adalah 110cm

Rumus : L = πr2

L = 22//7 (17,5)2

L = 22/7 x 306.25cm

L = 962.5cm2

Jadi luas lingkarannya adalah 962.5cm2


105

BAB VIII

BESARAN, SATUAN DAN PENGUKURAN

A. Pengertian Besaran

Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur, serta dapat dinyatakan dengan

angka dan memiliki satuan. Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat

dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu:

1. Besaran Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran. Karena diperoleh

dari pengukuran maka harus ada alat ukurnya. Sebagai contoh adalah massa.

Massa merupakan besaran fisika karena massa dapat diukur dengan

menggunakan neraca.

2. Besaran non Fisika yaitu besaran yang diperoleh dari penghitungan. Dalam hal

ini tidak diperlukan alat ukur tetapi alat hitung sebagai misal kalkulator.

Contoh besaran non fisika adalah Jumlah.

Besaran Fisika sendiri dibagi menjadi 2, yaitu besaran pokok dan besaran

turunan.
Besaran Satuan Lambang Satuan

Panjang Meter m

Massa Kilogram kg

Waktu Sekon s

Suhu Kelvin K

Kuat Arus Ampere A

Intensitas Cahaya Candela cd

Jumlah Zat Mol mol


106

a) Besaran Pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan

kesepatan para ahli fisika. Besaran pokok yang paling umum ada 7 macam.

Selain itu, terdapat dua besaran tambahan yang tidak memiliki dimensi,

yakni sudut datar dan sudut ruang (tiga dimensi).

Besaran Tambahan Satuan Lambang Satuan

Sudut Datar Radian rad

Sudut Ruang Steradian sr

b) besaran turunan

besaran yang diturunkan dari besaran pokok. Besaran ini ada banyak

macamnya.

Besaran Turunan Nama Satuan Lambang Satuan

Kecepatan meter/sekon m/s

Massa jenis kilogram/meter3 kg/m3

Luas meter2 m2

Volume meter3 m3

Gaya Newton N

Energi Newton.meter = joule N.m = j

*tabel besaran turunan dan satuannya

Selain itu, berdasarkan ada tidaknya arah, besaran juga dikelompokkan menjadi

dua, yaitu besaran skalar dan besaran vector.

1. Besaran skalar yaitu besaran yang mempunyai besar dan satuan saja tanpa

memiliki arah. Contoh : pangjang, massa, waktu


107

2. Besaran vektor yaitu besaran yang memiliki besar (nilai), satuan dan arah.

Contoh : kecepatan, gaya, perpindahan,dll.

B. Pengertian Satuan

Satuan adalah suatu pembanding dalam pengukuran atau

membandingkan besaran dengan yang lain yang dipakai oleh patokan. Satuan

merupakan salah satu komponen besaran yang menjadi standar dari suatu besaran.

Adanya berbagai macam satuan untuk besaran yang sama akan menimbulkan

kesulitan. Kalian harus melakukan penyesuaian-penyesuaian tertentu untuk

memecahkan persoalan yang ada. Dengan adanya kesulitan tersebut, para ahli

sepakat untuk menggunakan satu sistem satuan, yaitu menggunakan satuan standar

Sistem Internasional, disebut Systeme Internationale d’Unites (SI).

Satuan Internasional adalah satuan yang diakui penggunaannya secara

internasional serta memiliki standar yang sudah baku. Satuan ini dibuat untuk

menghindari kesalahpahaman yang timbul dalam bidang ilmiah karena adanya

perbedaan satuan yang digunakan. Pada awalnya, Sistem Internasional disebut

sebagai Metre – Kilogram – Second (MKS). Selanjutnya pada Konferensi Berat dan

Pengukuran Tahun 1948, tiga satuan yaitu newton (N), joule (J), dan watt (W)

ditambahkan ke dalam SI. Akan tetapi, pada tahun 1960, tujuh Satuan Internasional

dari besaran pokok telah ditetapkan yaitu meter, kilogram, sekon, ampere, kelvin,

mol, dan kandela.

Sistem MKS menggantikan sistem metrik, yaitu suatu sistem satuan desimal

yang mengacu pada meter, gram yang didefinisikan sebagai massa satu sentimeter
108

kubik air, dan detik. Sistem itu juga disebut sistem Centimeter – Gram – Second

(CGS).

Satuan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu satuan tidak baku dan satuan

baku. Standar satuan tidak baku tidak sama di setiap tempat, misalnya jengkal dan

hasta. Sementara itu, standar satuan baku telah ditetapkan sama di setiap tempat.

No Besaran MKS CGS

1 Panjang m Cm

2 Massa kg gram, ons, pounds

3 Waktu detik menit, jam, hari

4 Gaya newton Dyne

5 Energi joule kalori, erg

6 Suhu kelvin Celcius, Fahrenheit, Reamur

Sistem Satuan Internasional (SI) : Sistem satuan yang berlaku secara

internasional (mendunia). Sistem Satuan Internasional (SI) di bagi menjadi dua,

yaitu:

a) Sistem MKS : (Meter, kilogram, sekon, atau detik).

b) Sistem CGS : (Sentimeter, gram, sekon, atau detik).

C. Pengertian Pengukuran

Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam seperti gerak, kalor,

cahaya, bunyi , listrik, dan magnet. Proses pengamatan gejala alam tersebut bermula

dari pengamatan yang dilakukan oleh indera kita. Akan tetapi pengamatan tersebut

harus disertai dengan data kuantitatif yang dapat diperoleh dari hasil pengukuran.
109

Pada proses pengukuran, alat ukur merupakan bagian terpenting dari sebuah

pengamatan. Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari sesungguhnya kita

tidak pernah luput dari kegiatan pengukuran. Kita membeli minyak goreng, gula,

beras, daging, mengukur tinggi badan, menimbang berat, mengukur suhu tubuh

merupakan bentuk aktivitas pengukuran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

pengukuran merupakan bagian dari kehidupan manusia. Melalui hasil pengukuran

kita bisa membedakan antara satu dengan yang lainnya. Pengukuran agar

memberikan hasil yang baik maka haruslah menggunakan alat ukur yang memenuhi

syarat.

Suatu alat ukur dikatakan baik bila memenuhi syarat

yaitu valid (sahih)dan reliable (dipercaya). Disamping ke dua syarat di atas,

ketelitian alat ukur juga harus diperhatikan. Semakin teliti alat ukur yang

digunakan, maka semakin baik kualitas alat ukur tersebut.

Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan suatu besaran dengan

suatu besaran yang sudah distandar. Pengukuran panjang dilakukan dengan

menggunakan mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Pengukuran berat

menggunakan neraca dengan berbagai ketelitian, mengukur kuat arus listrik

menggunakan ampermeter, mengukur waktu dengan stopwatch, mengukur suhu

dengan termometer, dan lain sebagainya. Mistar, jangka sorong, mikrometer

sekrup, neraca, amper meter, termometer merupakan alat ukur yang sudah

distandar. Penggunaan alat ukur yang sudah distandar, maka siapapun yang

melakukan pengukuran, dimanapun pengukuran itu dilakukan, dan kapanpun

pengukuran itu dilaksanakan akan memberikan hasil yang relatif sama.


110

1. Instrumen Pengukuran

Instumen pengukuran adalah alat yang digunakan untuk melakukan

pengukuran. Hasil akhir dari proses pengukuran sangat tergantung pada

kemampuan alat ukur yang digunakan. Kemampuan alat ukur dapat diketahui dari

berbagai kriteria yang ditetapkan, diantaranya adalah:

a. accuracy, adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil ukur yang

mendekati hasil sebenarnya.

b. Presisi, adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil yang sama dari

pengukuran yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama.

c. Sensitivitas, adalah tingkat kepekaan alat ukur terhadap perubahan besaraan yang

akan diukur.

d. Kesalahan ( error ), adalah penyimpangan hasil ukur terhadap nilai yang

sebenarnya

Idealnya sebuah alat ukur memiliki accuracy, presisi dan sensitivitas yang baik

sehingga tingkat kesalahannya relatif kecil dan data yang dihasilkan akan akurat.

2. Pengukuran Besaran Pokok

a. Pengukuran Besaran Panjang

Pengukuran besaran panjang bisa dilakukan dengan menggunakan mistar,

jangka sorong, atau mikrometer sekrup. Alat ukur tersebut memiliki nilai ketelitian

yang berbeda-beda. Nilai ketelitian adalah nilai terkecil yang masih dapat diukur.

1) Mistar

Mistar merupakan alat ukur panjang yang paling sederhana dan sudah lumrah

dikenal orang. Ada dua jenis mistar yang sering digunakan, yaitu stik meter dan
111

mistar metrik. Stik meter memiliki panjang 1 meter dan memiliki skala desimeter,

sentimeter, dan milimeter. Mistar metrik memiliki panjang 30 sentimeter. Mistar

memiliki skala pengukuran terkecil 1 milimeter, sesuai dengan jarak garis terkecil

antara dua garis yang saling berdekatan. Ketelitiannya adalah 0,5 milimeter, atau

setengah dari skala terkecil.

Ketika kita akan mengukur panjang suatu objek dengan menggunakan

sebuah mistar kita letakan ujung mistar yang menunjukan nilai nol ke ujung objek

yang akan diukur, kemudian baca panjang skala yang terdekat dengan ujung objek

yang diukur tersebut. Angka tersebut menunjukan panjang objek yang kita ukur

Untuk pengukuran dengan menggunakan mistar atau penggaris, kita harus

membaca skala pada alat secara benar, yaitu posisi mata tepat di atas tanda yang

akan dibaca. Posisi yang salah akan menyebabkan kesalahan baca atau kesalahan

paralaks.

2) Meteran lipat (pita pengukur)

a) Digunakan untuk megukur suatu obyek yang tidak bisa dilakukan dengan

mistar, misalnya karena ukurannya terlalu panjang atau bentuknya tidak lurus.

b) Mempunyai tingkat ketelitian sampai dengan 1 mm.

3) Jangka sorong

a) Digunakan untuk mengetahui panjang bagian luar maupun bagian benda

dengan sangat akurat / teliti

b) Mempunyai tingkat ketelitian sampai dengan 0,1 mm

Jangka sorong seperti pada gambar di atas adalah jangka sorong yang skalanya

mudah dibaca. Tetapi jangka sorong yang ada di laboratorium sekolah mempunyai
112

cara pembacaan skala yang berbeda, dimana ada skala utama dan skala

vernier/nonius.

Cara membaca skala:

Hasil pembacaan = 4,74 cm atau 47,4 mm

4) Mikrometer Sekrup

a) Digunakan untuk mengetahui ukuran panjang yang sangat kecil

b) Mempunyai tingkat ketelitian sampai dengan 0,01 mm

b. Alat Ukur Massa

Neraca yang digunakan di laboratorium fisika pada umumnya berbeda

neraca yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa contoh

neraca berbagai bentuk.

Dan di bawah ini adalah contoh neraca yang sering ditemukan di

laboratarium

Ada empat macam prinsip kerja neraca, yaitu:

1. Prinsip kesetimbangan gaya gravitasi, contoh neraca sama lenga

2. Prinsip kesetimbangan momen gaya, contoh neraca dacin

3. Prinsip kesetimbangan gaya elastis, contoh neraca pegas untuk menimbang

bahan-bahan ku

4. Prinsip inersia (kelembaman), contoh neraca inersi.

c. Alat Ukur Waktu

Sebenarnya ada banyak alat ukur waktu yang tersedia, seperti jam tangan, jam

dinding, jam bandul dan sebagainya. Namun yang sering digunakan di laboratorium

adalah stopwatch.
113

Ada banyak jenis stopwatch dengan berbagai ketelitian, mulai dari 1 detik, 1/10

detik, sampai 1/100 detik. Ada juga stopwatch digital dengan ketelitian yang sangat

tinggi, misalnya fasilitas stopwatch di handphone.

d. Alat Ukur Suhu (temperatur)

Alat ukur suhu adalah termometer, dan ada banyak jenis termomter. Dilihat

dari jenis skala ada tiga macam termomometer, yaitu Celcius, Fahrenheit, dan

Reamur. Ditinjau dari bahan termometrik yang digunakan juga ada tiga jenis

termometer, yaitu termometer gas, zat cair, dan zat padat (termokopel dan hambatan

platina).

e. Alat Ukur Massa jenis

Massa jenis termasuk besaran turunan yaitu sama dengan massa dibagai

volume benda. Oleh karena itu, untuk menentukan massa jenis sebuah benda kita

perlu dua alat ukur, yaitu alat ukur massa (neraca) dan alat ukur volume (penggaris

untuk benda yang teratur bentuknya atau gelas ukur).

Cara lain untuk mengukur volume benda adalah dengan memasukkan benda

langsung ke dalam gelas ukur.

Contoh:

Mula-mula air pada gelas ukur menunjuk skala pada 12,4 ml. Setelah sebuah

benda dimasukkan pada gelas ukur, air menunjuk pada skala 20,2 ml. Jadi volume

benda tersebut adalah 20,2 ml – 12,4 ml atau 7,8 ml


114

BAB IX

BILANGAN PECAHAN

A. Jenis-Jenis Bilangan Pecahan

Bilangan pecahan terbagi menjadi 4 jenis, yaitu : pecahan biasa,

pecahan campuran, pecahan desimal, dan pecahan senilai.

1. Pecahan Biasa

Pecahan biasa terbagi menjadi dua macam, yaitu pecahan sejati dan

pecahan tidak sejati. Pecahan sejati merupakan bilangan pecahan yang

pembilangnya lebih kecil daripada penyebutnya. Sedangkan pecahan tidak

sejati merupakan kebalikannya. Misalkan diketahui sebuah bilangan

pecahan a/b, jika a < b disebut pecahan sejati, jika a > b disebut pecahan

tidak sejati.

2. Pecahan Campuran

Pecahan campuran dapat diperoleh dari pecahan biasa tidak sejati dengan

pembagian porogapit bersisa. Pecahan campuran terdiri dari bilangan bulat

dan bilangan pecahan biasa. Pecahan campuran dapat disimbolkan sebagai

berikut:
115

Cara mengubah pecahan biasa ke pecahan campuran dapat

dilakukan dengan menggunakan cara porogapit. Contoh:

Selain mengubah pecahan biasa ke pecahan campuran, kalian juga

bisa mengubah pecahan campuran ke pecahan biasa dengan cara berikut:

3. Pecahan Senilai

Pecahan senilai merupakan dua atau lebih bilangan pecahan yang memiliki

perbandingan yang sama antara pembilang dan penyebutnya.

Contoh:

1/2 senilai dengan 4/8, karena perbandingan pembilang dan penyebutnya

sama, yaitu 1/2.

4. Pengertian Bilangan Desimal

Bilangan decimal adalah bilangan yang menggunakan dasar

atau basis 10, dalam arti memiliki 10 digit yang berbeda yaitu memiliki

nilai 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,0. Dasar dari notasi bilangan decimal itu sendiri

adalah notasi bilangan arab. Setelah 9, sudah tidak ada lagi digit yang
116

tunggal yang dapat dituliskan dalam system bilangan berbasis 10. Kita

dapat menghasilkan lagi bilangan lain dalam system ini, yang kita sebut

sebagai bilangan puluhan atau sering ditulis 10-an, dengan cara

menambah satu digit di sebelah kiri digit tunggal di atas yang dimulai

dari digit 1 yaitu 10,11,12 …19 dan begitu seterusnya. Sebagai contoh

jika dimiliki bilangan 43, maka: 4 adalah sebagai puluhan (4x10), dan 3

sebagai satuan,

Sejalan dengan cara diatas, kita kembangkan lagi dengan menambah

satu digit sebelah kiri dari 2 digit sebelumnya, yang kemudian kita sebut

sebagai tempat ratusan (karena terdapat 100(seratus) buah kemungkinan

bilangan yang dilambangkan lagi dari dua digit sebelumnya). Satu

kelompok ratusan tersebut kita lambangkan dengan kelompok 10x10.

Senada dengan kalimat diatas pada bilangan decimal digit yang terletak

pada posisi paling kanan disebut sebagai satuan, posisi nomor dua dari

kanan disebut puluhan, nomor posisi tiga dari kanan disebut ratusan,

posisi nomor empat dari kanan disebut ribuan begitu seterusnya

5. Mengenal nilai tempat pada pecahan desimal

Pecahan desimal adalah pecahan yang berpenyebut kelipatan


1 1 1 1
dari 10 (10 ,100, 1.000, dan seterusnya) , , , ,dan
10 100 1000 10000

seterusnya.Jika bilangan-bilangan pecahan itu ditulis dalam

bentuk pecahan desimal, maka penulisannya adalah sebagai berikut:


117

1
• ditulis 0,1
10

1
• ditulis 0,01
100

1
• ditulis 0,001
1000

1
• ditulis 0,0001
10000

Pengerjaan hitung terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian,

dan pembagian. Sebelum menjumlahkan pecahan desimal, kita perlu

mengingat kembali nilai tempat suatu bilangan. Nilai tempat pada pecahan

desimal dapat digambarkan seperti gambar di atas.

6. Operasi Hitung Bilangan Desimal

a. Penjumlahan dan Pengurangan bilangan desimal

Menjumlahkan/mengurangkan dua bilangan desimal adalah

menjumlahkan/pengurangan angka-angka yang nilai tempatnya sama pada

kedua bilangan tersebut. Untuk menjumlahkan dua bilangan dengan benar

kita harus menjumlahkan angka-angka yang nilai tempatnya sama;

• ratusan dijumlahkan dengan ratusan

• puluhan dijumlahkan dengan puluhan

• satuan dijumlahkan dengan satuan


118

• persepuluhan dengan persepuluhan

• perseratusan dengan perseratusan, dst

Contoh :

0,7 + 0,8 = . . .

Jawab :

Pecahan disusun ke bawah, letak tanda koma harus lurus. Jumlahkan 7 + 8 = 15

Angka ditulis dibawah persepuluhan (di belakang koma) dan 1 satuan disimpan.

Jumlahkan 1 + 0 + 0 = 1, hasilnya ditulis di tempat satuan.

Perhatikan :

0,7

0,8

1,5 jadi, 0,7 + 0,8 = 1,5


119

➢ Menjumlahkan pecahan dua desimal dengan satu desimal

Untuk mempermudah penjumlahan pecahan dua desimal dan satu desimal

susunlah ke bawah seperti penjumlahan biasa, tanda koma harus lurus ke bawah.

Contoh :

0,54 + 0,8 = . . .

Jawab :

0,54

0,8

1,34 jadi, 0,54 + 0,4 = 1,34

➢ Menjumlahkan pecahan dua desimal dan pecahan dua desimal

Contoh :

0,54 + 0,89 = . . .

Jawab :

11

0,54

0,89

1,43 jadi, 0,54 + 0,89 = 1,43


120

➢ Mengurangkan pecahan dua decimal dengan pecahan satu decimal

Untuk mempermudah pengurangan pecahan dua desimal dan satu

desimal susunlah kebawah seperti pengurangan biasa, tanda koma harus lurus

ke bawah.

Contoh :

0,42 – 0,2 = . . .

Jawab :

0,42

0,2

0,22 jadi, 0,42 – 0,2 = 0,22

7. Pembagian Pecahan Desimal

Pembagian adalah kebalikan dari perkalian, sehingga cara yang

digunakan pada perkalian pecahan desimal (Cara 1) dapat digunakan pada

pembagian. Dengan cara salah satu pecahan dibalik ( penyebut menjadi

pembilang atau sebaaliknya). Untuk membagi pecahan desimal juga dapat

dilakukan dengan cara mengubah pecahan desimal menjadi bilangan bulat.

Caranya adalah sebagai berikut:

1. Jadikan terlebih dahulu bilangan desimal tersebut menjadi bilangan bulat

yaitu dengan mengalikannya dengan bilangan kelipatan 10 (10,100,1.000

dst )
121

contoh : 14,4 : 0,12 = . . . .

2. Ambil desimal yang terbesar yaitu 2 desimal sehingga bilangan di atas

dikalikan dengan

100, sehingga :

14,4 x 100 = 1440

0,12 x 100 = 12

1.440 : 12 = 120, Jadi 14,4 x 0,12 = 120

➢ Membagi bilangan satu angka dengan bilangan satu angka yang lebih

besar

Untuk membagi bilangan dengan bilangan yang lebih besar dapat kita

lakukan dengan cara seperti berikut.

Contoh :

1:4=...

Penyelesaian :

0,25

4 1

10

20

20
122

0 Jadi, 1 : 4 = 0,25

a) 1 dibagi 4 tidak bisa, 0 ditulis sebagai hasil pertama, di belakang 0

diberi koma.

b) 0 dikalikan 4 = 0, tulis dibawah angka 1.

c) 1 dikurangi 0 adalah 1. 1 dibagi 4 tidak bisa, diberi 0 menjadi 10.

d) 10 dibagi 4 hasilnya 2 (ditulis sebelah hasil), 2 X 4 = 8, 8 ditulis

dibawah 10.

e) 10 – 8 = 2, angka 2 dibagi 4 tidak bisa, maka diberi 0 menjadi 20.

20 : 4 = 5 (ditulis sebagai hasil). 20 – 20 = 0.

f) Jika hasil pembagian akhir adalah 0, berarti sudah menemukan

hasil yang dicari.

8. Perkalian pecahan desimal

Perkalian pada pecahan desimal Ada dua cara untuk mengalikan

pecahan desimal, yaitu dengan terlebih dahulu merubah bentuk

pecahan menjadi pecahan biasa dan dengan cara bersusun:

1. Cara 1
4 12 48
0,4 ×1,2 = 10×10 = 100 = 0,48

81 15 1215
0,81 × 1,5 = 100 × 10 = 1000 = 1,215
123

2. Cara 2

Perkalian dilakukan secara bersusun, berapa jumlah angka di belakang koma

harus diperhatikan.

Hitung berapa jumlah : 12,54 x 1,25 = . . . .

Cara bersusun :

Jawab: 12,54 (2 angka di belakang koma)

1,25 x (2 angka di belakang koma), jadi ada 4 angka dibelakang koma(,)

6270

2508

1254 +

156750 (4 angka dibelakang koma (,) sehingga menjadi 15, 6750

Menyelesaikan soal perkalian pecahan dua desimal dan satu desimal.

Contoh:

1,25 × 2,1 = . . . .

Jawab :

125

21

125

250

2625 jadi, 1,25 × 2,1 = 2,625


124

0,5 ×0,2 = . . . .

Jawab :

5 2
0,5 ×0,2 = 10 : 10

5 10
= 10 : 2

50
= 20 50 : 2

Jadi, 0,5 : 0,2 = 2,5 20 : 2

25

10

2,5

3. Membandingkan dua pecahan dengan cara mengubahnya terlebih

dahulu menjadi pecahan desimal

Untuk membandingkan suatu pecahan, ubahlah dengan desimal

persepuluh atau perseratus. (samakan terlebih dahulu penyebutnya)


1 3
....
5 5

penyelesaianya :

1 1x2 2

= = = 0,2

5 5x2 10
125

3 3x2 6

= = = 0,6

5 5x2 10

0,2 < 0,6

𝟏 𝟑
Jadi, <
𝟓 𝟓

4. Mengubah bentuk pecahan desimal dan persen ke bentuk lainnya

➢ Mengubah persen ke bentuk pecahan biasa

Mengubah persen ke dalam bentuk pecahan biasa dilakukan dengan cara sebagai

berikut.

1. Dari bentuk persen diubah dulu menjadi pecahan biasa (per seratus).

2. Taksir atau cari pembagi terbesar dari bilangan pembilang dan penyebut.

3. Bagi pembilang maupun penyebut dengan bilangan pembagi tersebut.

Contoh

Pembagi terbesar dari 75 dan 100 adalah 25, maka kedua bilangan

75% = 75 dan 100 (pembilangdan penyebut) dibagi oleh bilangan 25.

Menjadi
75% =
75 : 25 = 3 (pembilang)
3
4 100 : 25 = 4 (penyebut)

➢ Mengubah pecahan biasa ke dalam bentuk desimal

Untuk mengubah pecahan biasa ke dalam bentuk desimal, bisa kita lakukan

dengan cara seperti berikut ini!


126

Contoh :

Penyelesaianya dengan cara pembagian : 0,666. . .

3 2

20

18

20

18

20

18

2 dan seterusnya

Hasilnya 2 adalah 0,67

Catatan :

1) Bilangan dibelakang koma (desimal) yang sama atau lebih dari 5

dibulatkan ke bilangan depanya (bilangan di depanya ditambahkan 1)

seperti contoh adalah 0,666. . dibulatkan menjadi 0,67.

2) Bilangan kurang dari 5 ditiadakan.


127

➢ Mengubah pecahan biasa menjadi dsimal dan sebaliknya

1
Ubahlah menjadi pecahan persepuluh
2

Jawab : 1 1x5 5

= = (lima persepuluh)

2 2x5 10

5
Pecahan 10 Jika ditulis dalam bentuk desimal menjadi 0,5

➢ Mengubah pecahan biasa menjadi persen

Perhatikan contoh berikut :

1
= ….%
2

Jawab :

1 1 x 50 50

= = (dibaca lima puluh perseratus)

2 2 x 50 100

1
jadi ditulis dalam bentuk persen adalah 50%
2

Dari kedua contoh di atas diperoleh :

𝟏
Jadi, 𝟐 = 0,5 = 50% Persen (%) artinya perseratus.
128

Menyelesaikan soal-soal yang mengandung penjumlahan dan pengurangan

pecahan desimal dan persen

Contoh :

0,25 + 0,50 – 15% = . . .

Jawab :

0,25

0,50

0,75 0,75

5. Masalah yang muncul dalam pembelajaran pecahan desimal

1. Siswa masih belum paham dengan pecahan desimal,siswa masih


1 1
beranggapan bahwa < ,jadi siswa masih berpusat pada penyebut
2 7

dalam menentukan besar kecilnya suatu bilangan pecahan.

2. Siswa masih kesulitan dalam mengoprerasikan bilangan desimal

Contoh:

1,2 – 0,375 = . . . .

Kebanyakan siswa masih kebingungan menentukan nilai tempat

bilangan desimal.

6. Penyelesaian masalah yang muncul dalam pembelajaran pecahan

desimal

1. Untuk memberikan pemahaman siswa tentang pecahan desimal kita

dapat mencontohkan dengan hal hal yang real seperti dengan


129

menggunakan kertas yang dibagi sesuai dengan penyebut pecahan

biasa.

2. Dengan memberikan latihan soal – soal seperti contoh dan menjelaskan

kembali tentang nilai tempat bilangan desimal. Sehingga anak benar –

benar menguasai materinya.

7. Contoh Soal masalah :

1. Ibu Rudi membeli gula putih sebanyak 2,5kg dan gula merah sebanyak

1,25kg ,gula merah digunakan ibu untuk memasak sebanyak

0,45kg,berapa kg sisa gula merah dan putih yang ibu miliki?

2. Vivi mempunyai pita merah 1,75m dan pita putih 4m,vivi akan

membagikan pita merah ke pada 8 temannya dan pita putih kepada 3

temanya dengan jumlah yang sama,berapa meter bagian yang diterima

oleh masing - masing teman vivi


BAB X

LAMBANG BILANGAN ROMAWI

A. Mengenal Lambang Bilangan Romawi

Selain bilangan asli, bilangan cacah, bilangan bulat, maupun bilangan

pecahan yang telah kamu pelajari, satu lagi himpunan bilangan yang akan kita

pelajari adalah bilangan Romawi. Bilangan Romawi tidak banyak digunakan

dalam kehidupan sehari-hari.

Mari kita perhatikan contoh-contoh kalimat berikut.

1. Marbun tinggal bersama orang tuanya di Jalan Nuri III nomor 9.

2. Daerah Istimewa Jogjakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku

Buwono X.

3. Memasuki abad XXI, kita dituntut untuk lebih menguasa teknologi.

Bagaimana lambang bilangan Romawi? Secara umum, bilangan

romawi terdiri dari 7 angka (dilambangkan dengan huruf) sebagai berikut:

I melambangkan bilangan 1

V melambangkan bilangan 5

X melambangkan bilangan 10

L melambangkan bilangan 50

C melambangkan bilangan 100

D melambangkan bilangan 500

M melambangkan bilangan 1.000

130
131

1. Membaca Bilangan Romawi

a.) Aturan Penjumlahan Bilangan Romawi

Untuk membaca bilangan Romawi, dapat kita uraikan dalam

bentuk penjumlahan seperti pada contoh berikut ini.

Contoh:

a. II = I + I

=1+1

=2

Jadi, II dibaca 2

b. VIII =V+I+I+I

=5+1+1+1

=8

Jadi, VIII dibaca 8

c. LXXVI = L + X + X + V + I

= 50 + 10 + 10 + 5 + 1

= 76

Jadi, LXXVI dibaca 76

b.) Aturan Pengurangan Bilangan Romawi

Bagaimana jika lambang yang menyatakan angka lebih kecil

terletak di sebelah kiri? Untuk membaca bilangan Romawi, dapat

kita uraikan dalam bentuk pengurangan seperti pada contoh berikut

ini.
132

Contoh:

a. IV = V – I

=5–1

=4

Jadi, IV dibaca 4

b. IX = X – I

= 10 – 1

=9

Jadi, IX dibaca 9

c. XL = L – X

= 50 – 10

= 40

Jadi, XL dibaca 40

c.) Menuliskan Bilangan Romawi

Aturan-aturan dalam menuliskan lambang bilangan Romawi

sama dengan yang telah kalian pelajari di depan. Mari kita

perhatikan contoh berikut ini:


133

Contoh:

1. 24 = 20 + 4

= (10 + 10) + (5 – 1)

= XX + IV

= XXIV

Jadi, lambang bilangan Romawi 24 adalah XXIV

2. 48 = 40 + 8

= (50 – 10) + (5 + 3)

= XL + VIII

= XLVIII

Jadi, lambang bilangan Romawi 48 adalah XLVIII

3. 139 = 100 + 30 + 9

= 100 + (10 + 10 + 10) + (10 – 1)

= C + XXX + IX

= CXXXIX

Jadi, lambang bilangan Romawi 139 adalah CXXXIX


134

BAB XI

BANGUN RUANG DAN BANGUN DATAR

A. Bangun Ruang Dan Bangun Datar

1. Bangun Ruang Sederhana Dan Sifat-Sifatnya

Dalam bangun ruang dikenal istilah sisi, rusuk, dan titik sudut. Mari

kita perhatikan bangun ruang berikut ini.

Sisi adalah bidang atau permukaan yang membatasi bangun ruang.

Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan dari dua sisi bangun ruang.

Titik sudut adalah titik pertemuan dari tiga buah rusuk pada bangun ruang.
135

a. Kubus

b. Balok

c. Kerucut
136

d. Tabung

e. Bola

2. Jaring-Jaring Kubus Dan Balok

Bangun ruang kubus dan balok terbentuk dari bangun datar persegi

dan persegi panjang. Gabungan dari beberapa persegi yang membentuk kubus

disebut jaring-jaring kubus. Sedangkan jaring-jaring balok adalah gabungan

dari beberapa persegi panjang yang membentuk balok.


137

3. Mengenal Bangun Datar Simetris

Sebelum mempelajari benda atau bangun datar simetris, coba kamu

ingat bangun-bangun datar yang pernah kamu pelajari di kelas-kelas

sebelumnya. Apakah yang dimaksud benda simetris?

Persegi panjang merupakan benda simetris karena mempunyai garis

lipatan yang dapat mempertemukan sisi-sisi luarnya dengan tepat. Sedangkan

jajargenjang bukan merupakan benda simetris karena tidak ada garis lipatan

yang dapat mempertemukan sisi-sisi luarnya dengan tepat.

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa bangun simetris adalah

bangun yang dapat dilipat (dibagi) menjadi dua bagian yang sama persis baik

bentuk maupun besarnya. Sedangkan bangun tidak simetris disebut bangun

asimetris.
138

4. Pencerminan Bangun Datar

Mari kita perhatikan pencerminan bagun datar segitiga berikut ini.

Dari gambar di atas, dapat kita tuliskan sifat bayangan benda yang

dibentuk oleh cermin sebagai berikut.

1. Bentuk dan ukuran bayangan sama persis dengan benda.

2. Jarak bayangan dari cermin sama dengan jarak benda dari cermin.

3. Bayangan dan benda saling berkebalikan sisi (kanan kiri atau depan

belakang), sehingga dikatakan bayangan simetris dengan benda (cermin

sebagai sumbu simetri)


BAB XII

MATEMATIKA KELAS RENDAH

A. Pengertian Matematika

Fakta adalah sesuatu yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Contoh : simbol, angka, notasi. Konsep adalah ide abstrak yang

dimungkinkan untuk mengelompokkan benda-benda (obyek) ke dalam

contoh atau bukan contoh konsep memiliki tiga dimensi yaitu:

1. Internalisasi pengembangan pola mental yang memberikan pada kita untuk

merasakan dan menggunakan konsep tersebut.

2. Verbalisasi atau kemampuan mendefinisikan konsep tersebut.

3. Nama. artinya mengetahui nama yang memberikan pada konsep-

konsep tersebut. Contoh konsep adalah persegi, persegi panjang,

lingkaran.

Prinsip sebagai pola hubungan fungsional antara konsep-konsep,

prinsip-prinsip pokok disebut teorema yang disajikan dalam bentuk rumus.

Contoh prinsip adalah penjumlahan dua bilangan real adalah komutatif, dua

garis lurus yang tidak sejajar dan terletak dalam suatu bidang datar akan

berpotongan di satu titik. Skill (keterampilan) adalah keterampilan mental

untuk menjalankan prosedur dalam menyelesaikan masalah atau suatu

kemampuan m kemampuan dapat menyelesaikan materi pengukuran luas

daerah persegi dan persegi panjang.

Seringkali orang mempertukarkan matematika dan aritmetika

(berhitung). Padahal aritmetika itu hanyalah bagian dari matematika yang

139
140

berkaiatn dengan bilangan, termasuk didalamnya berhitung (komputasi).

Oleh karena itu tidak sedikit orang bahkan guru yang berpandangan bahwa

matematika itu sama dengan ketrampilan berhitung seperti penjumlahan,

pengurangan, perkalian, dan pembagian dari bilangan bulat, pecahan, dan

desimal. Mereka percaya bahwa melatih ketrampilan berhitung sudah

mencukupi kompentensi yang diperlukan pada tingkat sekolah dasar.

Matematika itu pada dasarnya bukan hanya sekedar berhitung, namun lebih

luas daripada itu.

Matematika dapat dipandang sebagai ilmu tentang pola dan

hubungan. Siswa perlu menjadi sadar bahwa diantara idea-idea matematika

terdapat saling keterkaitan. Siswa harus mampu melihat apakah suatu idea

atau konsep matematika identik atau berbeda dengan konsep-konsep yang

pernah dipelajarinya.

Matematika diartikan juga sebagai cara berpikir sebab dalam

matematika tersaji strategi untuk mengorganisasi, menganalisis, dan

mensintesis informasi dalam memecahkan permasalahan. Seperti orang

menulis sistem persamaan untuk menyelesaikan permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari. Selain itu matematika dapat dipandang

sebagai bahasa dan sebagai alat. Sebagai bahasa matematika menggunakan

definisi-definisi yang jelas dan simbol-simbol khusus dan sebagai alat

matematika digunakan setiap orang dalam kehidupannya.


141

B. Tujuan Belajar Matematika

Menurut Depdiknas (2004) tujuan pengajaran matematika di SD

sebagai berikut.

1. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung

(menggunakan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari).

2. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui

kegiatan matematika.

3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar

lebih lanjut di Sekolah Menengah Pertama (SMP).

4. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa-siswa SD

setelah selesai mempelajari matematika bukan saja diharapkan memiliki

sikap kritis, jujur, cermat, dan cara berpikir logis dan rasional dalam

menyelesaikan suatu masalah, melainkan juga harus mampu menerapkan

matematika dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki pengetahuan

matematika yang cukup kuat sebagai bekal untuk mempelajari matematika

lebih lanjut dan dalam mempelajari ilmu-ilmu lain.

Tujuan dari belajar matematika ini adalah untuk meningkatkan

kemampuan berfikir anak dan anak-anak mampu berhitung dengan

menggunakan berbagai metode cepat sehingga dapat menyelesaikan soal

dengan lebih cepat dan jawabannya tepat.

Tujuan yang ingin dicapai adalah anak-anak tingkat SD, Harapannya

anak-anak tersebut dapat menghitung matematika dengan menggunakan


142

metode cepat perkalian dengan menggunakan jari tangan seperti yang telah

saya ajarkan, sehingga anak-anak mampu menjawab soal-soal yang ada di

sekolahnya dan tidak takut lagi dengan mata pelajaran matematika yang

selama ini dianggap sulit oleh kebanyakan siswa.

C. Konsep-Konsep Pembelajaran Matematika SD

Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD/MI dapat dibagi

menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman

konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan. Memang tujuan

akhir pembelajaran matematika di SD/MI yaitu agar siswa terampil dalam

menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui

langkahlangkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan

siswa.

Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD/MI, diharapkan

terjadi reinvention (penemuan kembali). Karena setiap konsep matematika

yang abstrak yang baru dipahami oleh siswa segera diberi penguatan,

sehingga mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga

akan melekat dalam pola pikirnya. Penemuan kembali adalah menemukan

suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas.

Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang

telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD/MI penemuan tersebut

merupakan sesuatu hal yang baru. Bruner dalam metode penemuannya

mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa harus


143

menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya.

“Menemukan” di sini terutama adalah ‘menemukan lagi’ (discovery), atau

dapat juga menemukan yang sama sekali baru (invention). Oleh karena itu,

kepada siswa materi disajikan bukan dalam bentuk akhir dan tidak

diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam pembelajaran ini, guru harus

lebih banyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi

tahu.

Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru

diperlukan.Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang

dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas

siswa.Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori

Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga

teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar

Bruner (dalam Carin & Sund, 1975).

1. Individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia

menggunakan pikirannya.

2. Dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan,

siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang

merupakan suatau penghargaan intrinsik.

3. Satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam

melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan

penemuan.

4. Dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan.


144

Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang

diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik. Teori

piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan

perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur

mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara

intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya

(baldwin, 1967).

D. Tujuan Penemuan Metode Pembelajaran

Tujuan dari metode penemuan adalah untuk memperoleh

pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih berbagai

kemampuan intelektual siswa, merangsang keingintahuan dan

memotivasi kemampuan mereka. Adapun tujuan mengajar hanya dapat

diuraikan secara garis besar, dan dapat dicapai dengan cara yang tidak

perlu sama bagi setiap siswa. Selain belajar penemuan, pada

pembelajaran matematika harus terjadi pula belajar secara

“konstruktivisme" Piaget. Dalam konstruktivisme, konstruksi

pengetahuan dilakukan sendiri oleh siswa, sedangkan guru berperan

sebagai fasilitator dan menciptakan iklim yang kondusif. matematika

bagi siswa SD/MI berguna untuk kepentingan hidup pada

lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk

mempelajari ilmu-ilmu yang kemudian.

Kegunaan atau manfaat matematika bagi para siswa SD/MI

adalah sesuatu yang jelas dan tidak perlu dipersoalkan lagi, lebih-lebih
145

pada era pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini.

Keberhasilan pembelajaran matematika di sekolah akan dapat

mencetak generasi yang memiliki kemampuan berpikir kritis, logis dan

rasional. Keberhasilan pembelajaran matematika ini sangat ditentukan

oleh kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya

yang mengacu kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

ingin dicapai dalam mata pelajaran matematika.

Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian

kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar- mengajar,

maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses

belajarmengajar, bertindak selaku administrator yang berusaha

menciptakan kondisi belajar yang efektif sehingga memungkinkan

proses belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan

baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran

yang menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.

Untuk memenuhi hal tersebut di atas guru dituntut mampu mengelola

proses belajar-mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa

sehingga ia mau belajar karena siswalah subjek utama dalam belajar.

Dalam menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif harus ada

partisipasi aktif dari siswa, apalagi dalam pembelajaran matematika.

E. Bagaimana Anak Belajar Matematika

Matematika dapat diajarkan melalui: melihat, mendengar, membaca,

mengikuti perintah, mengimitasi, mempraktekan, dan menyelesaikan


146

latihan. Perlu diingat, bahwa itu semua mengundang peran-serta guru yang

seimbang dalam membimbing dan mengarahkannya. Pengalaman akan

benda-benda kongkrit yang dimiliki anak sangat membantu dalam

mendasari pemahaman konsep-konsep yang abstrak. Guru harus terampil

membangun jembatan penghubung antara pengalaman kongkrit dengan

konsep-konsep matematika. Oleh karena itu peranan media pembelajaran,

terutama alat peraga, memiliki peranan yang penting untuk kegiatan

pembelajaran matematika di sekolah dasar.

F. Bagaimana Guru Mengajar Matematika

1. Mulailah dari apa yang diketahui anak, bukan dari apa yang diketahui

guru

2. Sajikan matematika dalam suasana menyenangkan

3. Beri siswa kesempatan sebanyak-banyaknya untuk berbicara, bekerja,

dan menulis mengenai matematika.

4. Gunakan bahasa yang biasa (familier bagi anak) sebagai strategi awal

5. Padukan matematika dengan pelajaran lain

6. Manfaatkan rekayasa teknologi (kalkulator dan komputer)

7. Gunakan media pembelajaran yang mudah diperoleh dan menarik

8. Biasakan menyelesaikan suatu permasalahan dengan pendekatan

problem solving

9. Biasakan siswa untuk aktif bekerjasama dalam kelompok (cooperative

learning
147

Dan unuk mempermudah proses pebelajaran atau memperudah

menyampaikan materi guru harus menggunakan beberapa metode

diantaranya:

1. Metode jarimatika

Jarimatika (singkatan dari jari dan aritmatika) adalah metode

berhitung dengan menggunakan jari tangan. Metode ini

dikembangkan oleh Septi Peni Wulandani sekitar tahun 2004. Meski

hanya menggunakan jari tangan, tapi dengan metode jarimatika mampu

melakukan operasi bilangan KaBaTaKu (Kali Bagi Tambah Kurang)

sampai dengan ribuan.

Jarimatika adalah sebuah cara sederhana dan menyenangkan

mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah : Dimulai

dengan memahamkan secara benar terlebih dahulu tentang konsep

bilangan, lambang bilangan, dan operasi hitung dasar, kemudian

mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.Prosesnya diawali,

dilakukan dan diakhiri dengan gembira.

Metode ini sangat mudah diterima anak. Mempelajarinya pun

sangat mengasyikkan, karena jarimatika tidak membebani memori otak

dan “alat”nya selalu tersedia bahkan saat ujian karena alatnya adalah jari

tangan kita sendiri. Sebuah cara sederhana dan menyenangkan

mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah-kaidah

berikut:
148

• Dimulai dengan memahami konsep bilangan lambang bilangan dan

operasi hitung dasar

• Barulah kemudian mengajarkan cara berhitung dengan jari-jari tangan.

• Prosesnya diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira.

Contohnya yaitu dalam soal penjumlahan yang dianggap sulit

oleh kebanyakan siswa:

Ø Tekankan pada anak dan selalu ingatkan bahwa belajar matematika itu

mudah dan menyenangkan.

Ø Ajarkan anak dalam mengerjakan matematika/hitungan angka dengan

logika, bukan dengan menghitung.

Ø Ajarkan angka 1 - 10 dengan menggunakan hitungan jari, dan ajarkan

anak untuk mengingat posisi jari pada angka tersebut. Misalnya

7 adalah dengan membuka kelima jari tangan kiri dan 2 (jempol dan

ibu jari) tangan kanan, dst. Inilah awal anak belajar menghitung.

Ø Ajarkan anak menghitung dimulai dari penjumlahan angka yang

menghasilkan nilai 5. Misal: 1 + 4 = 5, 2 + 3 = 5. biarkan anak

mengingatnya dengan otomatis penjumlahan tsb. (Jangan ajarkan: 1

simpan di hati, buka 4 jari lalu hitung habis 1, 2, 3, 4,5. Ini akan

menyusahkan anak ketika anak sudah belajar perkalian yang

membutuhkan hitungan penjumlahan yang cepat dan akurat.

Ø Ajarkan anak menghitung penjumlahan yang menghasilkan angka

10. Misalnya, 1 + 9 = 10, 2 + 8 = 10 dan seterusnya. Biarkan anak


149

mengingat secara otomatis pasangan angka penjumlahan yang

menghasilkan 10.

Ø Setelah anak mengingat pasangan angka penjumlahan yang

menghasilkan 5 dan 10 ajarkan nilai tempat/angka yang dimulai

dengan satuan, puluhan, ratusan, dst. Ini sangat penting. Banyak

orang tua dan guru melupakan bahwa nilai tempat inilah modal

anak untuk menghitung dengan cepat.

Ø Setelah mengerti nilai tempat/angka puluhan, ajarkan penjumlah

angka dimulai dari 10 + 1, 10 + 2 dst.

Ø lalu ajarkan penjumlahan bilangan lain yang menghasilkan angka

lebih dari 10 dengan bermain di angka puluhan.. Misalnya 7 + 8 =

15. Jangan mengajarkan anak menghitung satu per satu, tapi

mainkan pasangan angka puluhan dari salah satu angka di atas.

Teman 7 adalah 3, atau 7 + 3 = 10. Jadi angka 3 sudah

berpindah/berteman ke angka 7, maka 8 - 3 = 5, jadi 10 + 5 = 15.

Lama kelamaan anak hanya akan menghitung nilai satuannya,

karena puluhannya otomatis sudah ia hitung dengan pasangan

angka puluhan seperti pada poin 5.


DAFTAR PUSTAKA

Awiria, dkk. 2020. Pembelajaran Matematika SD Kelas Rendah. Jakarta: CV


Bianglala Kreasi Mandiri.

Ahmadi, Khoiru. 2011. Strategi Pembelajaran KTSP. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Akbar, Sa‟dun dkk. 2003 Laporan Penelitian Pengembangan Model


PembelajaranTerpadu. Malang: Lemlit.

Anitah, W., Manoy & Susanah. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Arsyad, Azhar. 2015. Media pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contektual Teaching and learning)


Jakarta: Depdiknas Dirjen

Heruman. (2010). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung :


Remaja Rosdakarya.

Iis Nuraisiyyah. Maret 2013. Kelebihan dan kekurangan Metode Brainstorming.

Diaksesdarihttp://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21131/2/IIS
%20NURAISIYYAHFITK.pdf

Nggili, Ricky Arnold. 2015. Belajar Any Where. Salatiga: Guepedia.

Sadiman, Arief, dkk. 2009. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sundayana, Wachyu. 2014. Pembelajaran Berbasis Tema. Jakarta: Erlangga.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Jusmawati, S. Pd., M. Pd, dan Satriawati, S. Pd., MPd, dan Irman R, S. Pd.,
MPd. Strategi belajar mengajar. Makassar:Rizky Artha Mulia, 2018

150

Anda mungkin juga menyukai