Anda di halaman 1dari 8

CPMK 10

RASIO KEUANGAN DANA DESA

OLEH :

Ni Luh Putu Wulandari ; 1902622010004 ; A Pagi 2019

I Kadek Krisna Dwitama ; 1902622010015 ; A Pagi 2019

Ni Luh Putu Sinta Dewi ; 1902622010023 ; A Pagi 2019


1.1 Rasio Kemandirian

Halim, (2007) menyatakan bahwa Rasio kemandirian keuangan daerah (otonomi


fiskal) adalah kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang telah
membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan daerah yang berasal dari
sumber lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman.
Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber
lain, misalnya bantuan pemerintah pusat ataupun dari pinjaman. Rasio kemandirian
bertujuan untuk menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana
eksternal dan menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
Rasio kemandirian keuangan suatu daerah dapat menggambarkan 2 hal yaitu:

1) Tingkat ketergantungan suatu daerah terhadap sumber pendanaan eksternal.


Tingganya rasio kemandirian yang artinya bahwa tingkat ketergantungan
daerah terhadap sumber pendanaan eksternal sangatlah rendah, begitu juga
sebaliknya.

2) Tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. tingkat


partisipasi masyarakat harus tinggi yang artinya bahwa rasio kemandirian
daerah tersebut juga tinggi, begitu juga sebaliknya.

Rumus :

Pendapatan Asli Daerah/ Desa


Rasio Kemandirian = ×100 %............................(1)
PendapatanTransfer
Tabel 1. Kriteria Penilaian Kemandirian Keuangan Daerah
Kemampuan Keuangan Kemandirian
(%)
Sangat Rendah 0% - 25%
Rendah 25% - 50%
Sedang 50% - 75%
Tinggi 75% - 100%
Sumber:Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996 (dalam
Rahayu, dkk, 2019)
Tabel 2. Contoh Perhitungan Rasio Kemandirian
Rasio
Pendapatan Pendapatan
Tahun Kemandirian Kriteria
Asli Desa Transfer (Rp)
Keuangan (%)
(Rp)
2015 97.778.031,39 2.439.591.365,67 4,01% Sangat Rendah
2016 67.721.549,94 3.259.311.923,67 2,08% Sangat Rendah
2017 148.027.185,83 3.249.329.095,94 4,56% Sangat Rendah
2018 147.866.741,29 3.912.173.500,00 3,78% Sangat Rendah
2019 195.145.350,00 3.776.436.500,00 5,17% Sangat Rendah
Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanakaan APBDes Pejarakan
2015- 2019, data diolah (2021)

1.2 Rasio Efektivitas

Menurut (Ulum & Sofyani, 2016) Efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu
organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan,
maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Rasio efektivitas
menggambarkan kemampuan pemerintah daerah/desa dalam merealisasikan
pendapatan asli daerah/desa yang direncanakan, kemudiandibandingkan dengan
pendapatan asli daerah/desa yang telah dianggarkan (Susanto, 2019). Berikut
rumus untuk menghitung rasio efektivitas menurut Sartika (2019).
Rumus :
Realisasi Pendapatan Asli Daerah/ Desa
Rasio Efektivitas = ×
Anggaran Pendapatan Asli Daerah/ Desa
100%......................(2)

Tabel 2. Kriteria Penilaian Efektivitas Keuangan Daerah


Kriteria Efektivitas
Efektivitas (%)
Sangat Efektif >100%
Efektif 90% - 100%
Cukup Efektif 80% - 90%
Kurang Efektif 60% - 80%
Tidak Efektif ≤ 60%
Sumber:Kepmendagri No.690.900.327 tahun 1996 (dalam
Rahayu, dkk, 2019)

Tabel 4. Rasio Efektivitas Keuangan Pemerintah Desa Pejarakan


Realisasi Anggaran Rasio
Tahun Pendapatan Asli Pendapatan Asli Efektivitas Kriteria
Desa (Rp) Desa (Rp) (%)
2015 97.778.031,39 98.000.000,00 99,77% Efektif
2016 67.721.549,94 99.000.000,00 68,41% Kurang
Efektif
2017 148.027.185,83 102.000.000,00 145,12% Sangat
Efektif
2018 147.866.741,29 110.000.000,00 134,42% Sangat
Efektif
2019 195.145.350,00 124.000.000,00 157,38% Sangat
Efektif
Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanakaan APBDes
Pejarakan 2015-2019, data diolah (2021)

1.3 Rasio Aktivitas


Rasio aktivitas mengambarkan bagaimana pemerintah daerah/desa dalam
memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin (belanja operasi) dan belanja
pembangunan (belanja modal) secara optimal (Susato, 2019).

1) Rasio Belanja Operasi


Rasio belanja operasi merupakan perbaningan antara total realisasi belanja
operasi dengan total belaa daerah/desa (Sartika, 2019). Berikut adalah rumus
untuk menghitung rasio belanja operasi menuruta Sartika (2019):

Rumus :

Total BelanjaOperasi
Rasio Belanja Operasi = x 100%
Total Belanja Daerah/ Desa

Tabel 5. Kriteria Penilaian Belanja Operasi


Kriteria Belanja Operasi Persentase Belanja Operasi (%)
Baik Dibawah 40%
Cukup Baik 40% - 80%
Kurang Baik 80% - 100%

Tabel 6. Contoh Rasio Belanja Operasi


Rasio
Tahu Belanj
Belaja Operasi (RP) Belanja Desa (RP) Kriteria
n a Desa
(%)
Rp Rp Cukup
2015 1.455.560.761,46 2.538.663.401,70 57,34% Baik
Rp Rp Cukup
2016 1.938.417.494,74 3.276.094.958,65 59,17% Baik
Rp Rp Cukup
2017 2.232.250.145,00 3.316.734.895,00 67,30% Baik
2018 Rp Rp 48,14% Cukup
1.966.908.210,00 4.085.468.723,00 Baik
Rp Rp Cukup
2019 2.406.056.100,00 3.818.103.185,00 63,02% Baik
Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanakaan APBDes
Pejarakan 2015 - 2019, data diolah (2021)

2) Rasio Belanja Modal


Rasio belanja modal adalah perbandingan antara total realisasi belanja modal
dengan total belanja daerah/desa (Sartika,2019). Berikut adalah rumus untuk
meghitung rasio belanja modal menurut Sartika (2019):

Rumus :

Ttal Belanja Modal


Rasio Belanja Modal = x 100%
Total Belanja Daerah/ Desa

Tabel 7. Kriteria Penilaian Belanja Modal


Kriteria Belanja Operasi Persentase Belanja Operasi (%)
Kurang Baik 0% - 10%
Cukup Baik 10% - 40%
Baik Diatas 40%

Tabel 8. Contoh Rasio Belanja Modal


Rasio
Tahu Belanja
Belaja Modal(RP) Belanja Desa (RP) Kriteria
n Modal(%
)
Rp Rp
2015 1.083.102.640,24 2.538.663.401,70 42,66% Baik
Rp Rp
2016 1.337.677.463,91 3.276.094.958,65 40,83% Baik
Rp Rp Cukup
2017 1.084.484.750,00 3.316.734.895,00 32,70% Baik
Rp Rp
2018 2.118.560.513,00 4.085.468.723,00 51,86% Baik
Rp Rp Cukup
2019 1.412.047.085,00 3.818.103.185,00 36,98% Baik
Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanakaan APBDes
Pejarakan 2015 - 2019, data diolah (2021)

3) Rasio Pertumbuhan
Pengukuran rasio pertumbuhan ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan
pendapatan asli daerah/desa (Susantu,2019). Berikut adalah rumus untuk
menghitung rasio pertumbhan menurut Susanto(2019):
Rumus :
Pn−P 0
Rasio Pertumbuhan = x 100%
Pn

Keterangan:

Pn = Pendapatan Asli Daerah/Desa yang dihitung pad atahun ke-n

P0 = Pendapatan Asli Daerah/Desa yang dihitung pad atahun ke-0 (tahun


sebelum)

Tabel 9. Kriteria Penilaian Belanja Modal


Kriteria Belanja Operasi Persentase Belanja Operasi (%)
Sangat Rendah 0% - 10%
Redah 11% - 20%
Sedang 21% - 305
Tinggi Diatas 40%

Tabel 10. Contoh Rasio Pertumbuhan


Tahun Realisasi PADes Realisasi Rasio Kriteria
Tahun PADes (Rp) Pertumbuhan
sebelumnya (Rp) (%)
2015 - 97.778.031,39 - -
Mengalami
2016 97.778.031,39 67.721.549,94 -30,74% Penurunan
PADes
MengalamI
2017 67.721.549,94 148.027.185,83 118,58% Peningkatan
PADes dengan
kategori
Tinggi
Mengalami
2018 148.027.185,83 147.866.741,29 -0,11% Penurunan
PADes
Mengalami
2019 147.866.741,29 195.145.350,00 31,97% Peningkatan
PADes dengan
kategori
sedang
Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanakaan APBDes
Pejarakan 2015 - 2019, data diolah (2021)

DAFTAR PUSTAKA

Anugeraheni, N. K. D., & Yuniarta, G. A. (2022). Analisis Kinerja Keuangan Desa


Dengan Menggunakan Rasio Keuangan Daerah Pada Pemerintah Desa
Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng Tahun 2015–2019.
JIMAT (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi) Undiksha, 13(02), 426-437.
Martiastuti, H. I., Nugroho, A., & Widyawati, W. (2021). Analisis Kinerja Keuangan
Pada Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (APBDes) Di Kecamatan Meurah
Dua Kabupaten Pidie Jaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 6(2), 29-36.

Anda mungkin juga menyukai