Anda di halaman 1dari 41

BAB III

PELAKSANAAN KERJA PRAKTIK

3.1 PROSES PRODUKSI

3.1.1 Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan oleh Pabrik Kelapa Sawit (PKS)


PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput merupakan hasil dari kebun milik
sendiri. Bahan baku yang digunakan berupa Tandan Buah Segar (TBS) yang
diperoleh dari pohon kelapa sawit yang telah berusia lebih dari 3 tahun.

Gambar 3.1 Jenis Tanaman Kelapa Sawit

Terdapat beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang umumnya


dikenal di Indonesia, diantaranya Dura, Tenera dan Pesifera. Dura memiliki
cangkang yang tebal antara 2-8 mm dan daging buah yang tipis serta inti
yang besar dengan nilai ekstraksi minyak yang rendah berkisar 17-18%.
Pisifera dapat dikatakan tidak memiliki cangkang (karena terlalu tipis)
namun memiliki daging buah yang sangat tebal yakni mencapai 27-30%.
Tenera merupakan varietas hasil persilangan antara dura dan pisifera.
Cangkangnya memiliki tebal 0-5,4 mm dan daging buah 60-90% dan nilai
ekstraksi minyak yang tinggi antara 23-26%. Varietas ini merupakan
varietas yang paling banyak dibudidayakan saat ini.

18
Varietas tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di perkebunan
PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput adalah varietas Tenera. Mutu dan
rendemen hasil pengolahan sangat dipengaruhi oleh fraksi panen (derajat
kematangan), pengutipan brondolan dan perlakuan terhadap TBS.

3.1.2. Proses Produksi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK)

Proses pengolahan kelapa sawit merupakan faktor utama dalam menentukan


kualitas produk yang nantinya akan dihasilkan di suatu Pabrik Kelapa Sawit
(PKS). Produk utama yang dihasilkan di PT. Socfin Indonesia Kebun Sei
Liput adala Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK). Bahan baku yang
digunakan berupa Tandan Buah Segar (TBS) diperoleh dari kebun milik
sendiri. PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput menggunakan TBS jenis
Tenera. Tenera memiliki komposisi cangkang yang tipis, daging buah yang
tebal dan inti yang besar. Bagian daging buah (Mesocarp) akan menjadi
Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit akan menjadi Palm Kernel (PK) untuk
diproses lebih lanjut. Proses pengolahan TBS sampai menjadi Crude Palm
Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) di PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput
terdiri atas beberapa tahapan proses.

Berikut ini adalah alat-alat yang digunakan pada proses pengolahan


TBS di PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput, yaitu :

3.1.3. STASIUN PENERIMAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS)

1. Timbangan TBS (Weight Bridge)

Proses pengolahan dimulai dari penimbangan buah, bertujuan untuk


mengetahui jumlah TBS yang akan diolah, dan berat TBS rata-rata. Dari
penimbangan juga dapat diketahui berapa besar jumlah produksi TBS yang
dicapai dari setiap afdeling. Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput
terdapat 2 unit Timbangan dengan masing- masing berkapasitas 30 ton dan
40 ton. Timbangan yang berkapasitas 40 ton menggunakan sistem Indicator
Display (dengan pengendalian di dalam operator).

19
Gambar 3.2 Jembatan Timbangan

2. Loading Ramp

Buah yang telah ditimbang dikirim ke Loading Ramp (tuangan buah).


Fungsi dari Loading Ramp adalah sebagai tempat penampungan TBS,
tempat mensortasi TBS, memudahkan masuknya TBS kedalam Conveyor
dan untuk memisahkan kotoran yang menempel pada buah kelapa sawit
seperti pasir, tanah, dan sampah yang terbawa dari kebun sehingga dapat
mengurangi kadar kotoran yang terdapat pada buah sawit tersebut. Oleh
karena itu pada stasiun ini, lantai dipasang kisi-kisi besi (Ramp) yang
berfungsi untuk memudahkan terpisahnya kotoran (seperti pasir, tanah, dan
sampah) dari TBS. Lantai atas Loading Ramp memiliki kemiringan berkisar
28° dengan jarak antar kisi sebesar 1 cm. Pada PT. Socfin Indonesia Kebun
Sei Liput memiliki 8 pintu Loading Ramp untuk menampung TBS sebelum
disalurkan ke FFB Incline Conveyor.

20
Gambar 3.3 Loading Ramp

3. Fresh Fruit Bunch (FFB) Incline Conveyor

FFB Incline Conveyor adalah alat yang berfungsi untuk memuat dan
mendistribusikan TBS dari Loading Ramp ke FFB Scrapper Conveyor.
Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput memiliki 2 unit FFB Incline
Conveyor.

Gambar 3.4 FFB Incline Conveyor yang berisi TBS

21
4. Fresh Fruit Bunch (FFB) Scrapper Conveyor

FFB Scrapper Conveyor merupakan alat yang digunakan untuk


mendistribusikan TBS ke dalam Sterilizer setelah dari FFB Incline
Conveyor. Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput memiliki 2 unit FFB
Incline Conveyor dengan jenis horizontal.

Gambar 3.5 FFB Scrapper Conveyor

3.1.4. STASIUN PEREBUSAN (STERILIZER STATION)

1. Sterilizer

Sterilizer atau perebusan adalah tahapan pertama dari tingkat


pengolahan kelapa sawit. Tujuan dilakukannya tahap perebusan yaitu :

a. Menghentikan aktivitas enzim

Tandan buah segar yang dipanen terdapat enzim Oksidase dan Lipase
yang bersifat merugikan dan akan tetap bekerja dalam buah sebelum enzim

22
itu dihentikan, enzim tersebut dapat dihentikan dengan cara fisika dan kimia.
Cara fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu yang dapat
mendegradasi protein. Enzim Lipase bertindak sebagai katalisator dalam
pembentukan trigliserida dan kemudian memecahkan kembali menjadi
Asam Lemak Bebas (ALB). Aktivitas enzim semakin tinggi apabila buah
mengalami kememaran (luka). Untuk mengurangi aktivitas enzim
diusahakan agar kememaran buah dalam persentase yang relatif kecil. Enzim
pada umumnya tidak aktif lagi pada suhu 50°C, oleh sebab itu perebusan
pada suhu 140°C akan menghentikan kinerja enzim.

b. Melepaskan buah dari spiklet

Minyak dan inti sawit yang terdapat dalam buah berfungsi untuk
mempermudah, buah agar dapat dilepaskan dari spiklet. Buah dapat terlepas
dari spiklet melalui cara Hidrolisis Hemiselulosa dan pektin yang terdapat
pada pangkal buah. Hidrolisis dengan reaksi biokimia telah terjadi sebagian
di lapangan yaitu pada proses pemasakan buah yang ditandai dengan buah
yang brondol. Reaksi Hidrolisis Hemiselulosa dan Pektin yang terdapat
dalam sterilizer dipercepat oleh pemanasan. Panas uap tersebut dapat
meresap ke dalam buah karena adanya tekanan.

c. Menurunkan kadar air

Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti
yaitu dengan cara penguapan pada saat perebusan. Penurunan kandungan air
buah menyebabkan penyusutan buah sehingga terbentuk rongga-rongga
kosong yang mempermudah proses pengempaan. Interaksi penurunan kadar
air dan panas dalam buah akan menyebabkan minyak sawit antara sel dapat
bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga mudah keluar dari
dalam sel sewaktu proses pengempaan berlangsung.

23
d. Pemecahan emulsi

Minyak dalam pericarp berbentuk emulsi dapat lebih mudah keluar


dari sel jika berubah dari fase emulsi menjadi minyak. Perubahan ini terjadi
dengan bantuan pemanasan, yang mengakibatkan penggabungan fraksi yang
memiliki polaritas yang sama dan berdekatan, sehingga minyak dan air
masing-masing terpisah. Peristiwa ini akan mempermudah minyak keluar
dari pericarp. Penetrasi uap yang sempurna pada pericarp, terutama pada
buah yang paling dalam, akan mempertinggi efisiensi ekstraksi minyak.

e. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang

Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15%.
Kadar air biji yang turun hingga 15% akan menyebabkan inti susut
sedangkan tempurung biji tetap, maka inti terjadi inti yang lekang
daricangkang. Hal ini akan membantu fermentasi di dalam nut silo, sehingga
pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian juga pemisahan
inti dan cangkang dalam proses pemisahan kering atau basah dapat
menghasilkan inti yang mengandung kotoran lebih kecil.

Uap (steam) yang digunakan untuk perebusan ini disuplai dari boiler
yang kemudian disalurkan kedalam sterilizer menggunakan pipa. Pola
perebusan yang umum digunakan ada dua yaitu double peak (dua puncak)
dan triple peak (tiga puncak). Jumlah puncak dalam pola perebusan
ditunjukkan dari jumlah pembukaan atau penutupan dari uap masuk atau uap
keluar.

24
Adapun sistem perebusan yang digunakan pada PT. Socfin Indonesia
Kebun Sei Liput menggunakan sistem perebusan Tiga Puncak (Triple Peak)
dapat dilihat pada Grafik berikut ini:

Kg/cm2

45 Menit

Max. 80

Menit

Gambar 3.6 Grafik sistem perebusan tiga puncak

Prinsip dari Triple Peak adalah tiga kali pemasukan uap kedalam
Sterilizer dan tiga kali pembuangan uap (Blow Down). Dengan memerlukan
waktu pada puncak pertama dan kedua masing-masing 2 menit dan pada
puncak ketiga memerlukan waktu 45 menit. PT. Socfin Indonesia Kebun Sei
Liput memiliki 15 unit Sterilizer jenis vertikal.

Gambar 3.7 Sterilizer

25
2. Scraper Bunch Conveyor No.1 dan No.2

Setelah buah kelapa sawit direbus pada sterilizer lalu buah kelapa
sawit tersebut dikeluarkan secara manual oleh operator dan kemudian
didistribusikan melalui Scrapper Bunch Conveyor. Adapun fungsi dari
scrapper bunch conveyor adalah untuk mendistribusikan TBS masak ke
Stripper. Buah kelapa sawit pertama akan melewati Scraper Bunch
Conveyor No.1 yang berbentuk horizontal dan akan melewati Scraper Bunch
Conveyor No.2 yang bergerak secara miring.

Gambar 3.8 Scrapper Bunch Conveyor

3.1.5. STASIUN PENEBAHAN (THRESHING STATION)

1. Stripper

Stripper atau sering disebut juga Thresser terletak pada Stasiun


Pemipilan dimana tandan yang masih berisi brondol akan terpisah dari
tandannya. Lalu tandan tersebut akan didistribusikan melalui Conveyor
Empty Bunch menuju Empty Bunch Hopper, sedangkan brondolan akan
jatuh di Conveyor Under Stripper untuk dibawa ke Stasiun Pengepressan.
Berikut dapat dilihat gambar Thresser (Stripper) pada PT. Socfin Indonesia
Kebun Sei Liput .

26
Gambar 3.9 Stripper (Thresser)

2. Mini Stripper
Mini Stripper berfungsi untuk memisahkan kembali Brondolan dari
janjangan yang sudah diproses pada Stripper agar Brondolan dan janjangan
terpisah secara keseluruhan atau dengan kata lain meminimalisir Losses
Brondolan dalam jangkos

Gambar 3.10 Mini Stripper

27
3. Empty Bunch Conveyor No.1 dan No.2

Empty Bunch Conveyor berfungsi untuk menyalurkan tandan kosong


ke Empty Bunch Hopper lalu untuk selanjutnya Tandan Kosong akan di
bawa ke perkebunan sebagai aplikasi pemupukan lapangan. Pada PT. Socfin
Indonesia Kebun Sei Liput memiliki 2 unit Empty Bunch Conveyor. Berikut
dapat dilihat gambar Empty Bunch Conveyor pada PT. Socfin Indonesia
Kebun Sei Liput .

Gambar 3.11 Empty Bunch Conveyor

4. Empty Bunch Hopper

Empty Bunch Hopper berfungsi menerima Tandan Kosong (tankos)


sebagai tempat penyimpanan kemudian mendistribusikan ke truk angkutan
tankos untuk kemudian diaplikasikan dilapangan.

28
Gambar 3.12 Empty Bunch Hopper

5. Conveyor Under Stripper

Brondolan yang berasal dari telah melalui tahap Stripper akan keluar
dari bagian bawah Stripper dan didistribusikan melalui Conveyor Under
Stripper. Berikut dapat dilihat gambar Conveyor Under Stripper pada
PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput.

Gambar 3.13 Conveyor Under Stripper

29
6. Fruitles Elevator

Brondolan yang berasal Conveyor Under Stripper didistribusikan ke


Stasiun Press dan dimasukkan kedalam Digester. Berikut dapat dilihat
gambar Fruitles Elevator No.1 dan No.2 pada PT. Socfin Indonesia Kebun
Sei Liput.

Gambar 3.14 Fruitles Elevator

7. Distributing Fruitless Conveyor To Digester

Distributing Fruitless Coveyor adalah alat angkut bahan yang


berbentuk screw yang berputar berfungsi membawa brondolan dari Fruitless
Elevator untuk didistribusikan ke masing – masing Digester. Pengisian
Digester dilakukan dengan membuka tutup slinding door yang ada di
Digester Feed Conveyor.

Gambar 3.15 Distributing Fruitless Conveyor

30
3.1.6. STASIUN PENGEMPAAN (PRESSING STATION)

1. Digester

Brondolan yang berasal dari Fruitles Elevator Digester akan


dimasukkan kedalam Digester melalui Conveyor To Digester. Digester
berfungsi untuk melumatkan brondol kelapa sawit dengan sistem
pengadukan menggunakan Stirring Arm (pisau digester) dengan kecepatan
pengadukan 25-26 rpm didalam bejana silender. Pada PT. Socfin Indonesia
Kebun Sei Liput terdapat 3 unit Digester. Dimana pada saat pengolahan
Digester yang digunakan 2 unit, sedangkan 1 unit untuk cadangan. Berikut
dapat dilihat gambar Digester pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput.

Gambar 3.16 Digester


2. Screw Press

Screw Press terletak pada stasiun press yang berfungsi untuk memeras
berondolan yang telah dicincang dan dilumat dari Digester untuk
mendapatkan minyak kasar. Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput
terdapat 3 unit Screw Press. Dimana pada saat pengolahan Screw Press yang
digunakan 2 unit, sedangkan 1 unit untuk cadangan. Dengan kapasitas
masing – masing sebesar 10 - 15 ton. Berikut dapat dilihat gambar Screw
Press pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput.

31
Gambar 3.17 Screw Press

3.1.7. STASIUN PEMURNIAN MINYAK (CLARIFICATION


STATION)

1. Oil Vibrating Screen

Fungsi dari Vibrating Screen adalah memisahkan Non Oil Solid (NOS)
yang terdiri dari sampah, serat fiber yang berukuran besar serta pasir yang
terikut bersama Crude Oil karena tidak terendapkan di Sand Trap Tank.
Vibrating Screen berbentuk seperti silinder yang di permukaannya terus
berputar untuk memisahkan Crude Palm Oil dari kotorannya. Berikut dapat
dilihat gambar Vibrating Screen pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput.

Gambar 3.18 Oil Vibrating Screen

32
2. Crude Oil Tank

Crude Oil Tank (COT) merupakan tangki pengendap Crude Oil yang
berasal dari Vibrating Screen dan pemisah pasir atau Non Oil Solid. Crude
oil tank (COT) berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel yang tidak
larut dan masih lolos dari Oil Vibrating Screen. Pada PT. Socfin Indonesia
Kebun Sei Liput terdapat 1 unit Crude Oil Tank dengan kapasitas yaitu
sebesar 5 m3.

Gambar 3.19 Crude Oil Tank

3. Continuous Tank

Continuous Tank atau sering disebut dengan Continuous Settling Tank


(CST) yang berfungsi memisahkan lumpur (sludge) dan oil. Pemisahan
dapat berlangsung dengan baik apabila kecepatan aliran lebih lambat dari
kecepatan mengendap (Retention Time) dari zat yang memiliki Spesifik
Gravity (SG) ≥ 1,0. Berikut dapat dilihat gambar Continuous Tank pada
PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput dengan kapasitas volume 90 m3.

33
Gambar 3.20 Continous Tank
4. Oil Tank

Oil Tank merupakan tempat penampungan minyak dari Continuous


Tank, Selanjutnya minyak yang berada di Oil Tank akan diteruskan ke Oil
Vacuum Dryer. Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput terdapat 2 unit
Oil Tank dengan masing-masing berkapasitas volume sebesar 10 m3.

Gambar 3.21 Oil Tank

34
5. Oil Vacum Drayer

Oil Vacum Dryer ini memiliki fungsi untuk mengurangi kadar air yang
berada di dalam Crude Palm Oil (CPO), dimana minyak tersebut berasal dari
Oil Tank. Prinsip Oil Vacuum Dryer ini adalah dengan menyemprotkan
minyak, kemudian kandungan airnya akan dihisap dalam kondisi Vacum. Di
dalam mesin Vacum Dryer ini terdiri dari tabung hampa udara yang di
dalamnya terdapat sejumlah Nozzle Injector. Di dalam Vacum Dryer ini
memiliki tekanan yang sangat rendah yaitu -70 hingga -65 cmHg atau
sampai di bawah tekanan atmosfer.

Gambar 3.22 Oil Vacum Drayer

6. Daily Tank

Minyak yang telah diproses dari Oil Vacum Dryer, kemudian


dipompakan ke Daily Tank (tangka harian). Oil pada Daily Tank selanjutnya
diteruskan ke Stock Tank. Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput
terdapat 1 unit Daily Tank dengan kapasitas yaitu sebesar 50 ton.

35
Gambar 3.23 Daily Tank

7. Stock Tank

Stock Tank (Tangki Timbun) berfungsi untuk menampung Crude Palm


Oil (CPO) yang berasal dari Daily Tank. Stock tank memiliki kapasitas
sebesar 500 ton. Berikut dapat dilihat gambar Stock Tank pada PT. Socfin
Indonesia Kebun Sei Liput.

Gambar 3.24 Stock Tank

36
8. Sludge Tank

Sludge Tank berfungsi sebagai tempat untuk penampungan sementara


yang sebelumnya berasal dari Continius Tank dan selanjutnya di teruskan ke
Sludge agar dapat digunakan untuk melanjutkan proses pengolahan
selanjutnya ke Balance Tank. Konstruksi untuk Sludge Tank berbentuk
silinder vertikal dengan ujung bagian bawah nya berbentuk kerucut (Cone
Bottom) yang dilengkapi dengan Steam Injector dan Thermometer. Pada
PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput memiliki Sludge Tank dengan
kapasitas sebesar 20 m3.

Gambar 3.25 Sludge Tank

9. Balance Tank

Tangki ini berfungsi untuk menampung sementara sludge dari


Sludge Tank sebelum masuk ke Decanter. Selain tempat penampungan
sementara Balance Tank juga berfungsi untuk menstabilkan pemasukan
umpan kedalam decanter agar tidak terjadi over flow.

37
Gambar 3.26 Balance Tank

10. Decanter

Kegunaan Decanter adalah untuk memisahkan serat-serat halus (Non-


Oil Solid) yang terkandung dalam lumpur (Sludge) dari Sludge Tank. Jadi
tujuan utama pengoperasian decanter adalah untuk memisahkan Sludge
menjadi Light Phase, Heavy Phase Dan Solid. Lalu untuk Light Phase akan
dimasukkan kembali ke Collecting Tank, sedangkan Solid akan dimasukkan
ke Solid Hopper, dan Heavy Phase akan dimasukkan ke Bak Dekantasi.
Decanter di PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput memiliki 3 unit Decanter
dengan kapasitas masing – masing sebesar 7 ton. Dimana pada saat
pengolahan Decanter yang digunakan 2 unit, sedangkan 1 unit untuk
cadangan.

38
Gambar 3.27 Decanter

11. Oil Collecting Tank

Oil Collecting Tank merupakan bak tempat penampungan minyak


yang berasal dari Bak Dekantasi, Vertikal Fat-pit, Oil Phase Decanter, dan
Fat – pit. Dari Oil Colletting Tank ini minyak akan di pompakan ke
Continuous Tank untuk di proses ulang. Berikut adalah gambar unit Oil
Collecting Tank pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput :

Gambar 3.28 Oil Collecting Tank

39
12. Solid Hopper

Solid Hopper merupakan suatu tempat untuk mengumpulkan Solid


hasil pemisahan dari Decanter sebelum dikirim ke kebun untuk menjadi
pupuk. PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput memiliki 1 unit Solid Hopper
yang berkapasitas 7 ton.

Berikut adalah gambar unit Solid Hopper pada PT. Socfin Indonesia Kebun
Sei Liput :

Gambar 3.29 Solid Hopper

13. Bak Dekantasi

Bak Dekantasi merupakan bak penampungan Heavy Phase yang


berasal dari Overflow dari Vertical fat-pit dan Overflow dari air Decanter.
Didalam bak ini minyak tersebut di pisahkanan di diamkan sampai keadaan
air dan minyak terpisah.

40
Gambar 3.30 Bak Dekantasi
14. Fat-pit

Fat – Pit merupakan bak penampung Sludge yang terdiri dari


tumpahan minyak, dan air cucian PKS pada proses pemurnian minyak
sebelumnya. Pada Fat-Pit akan diukur persentase minyak yang masih
terkandung dalam Sludge, jika melebihi anggaran yaitu sebesar 0,60 % maka
akan diambil kembali minyak tersebut dan dimasukkan ke Collecting Tank
untuk diolah kembali. Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput memiliki
6 kolam yang masing – masing memiliki kapasitas yaitu sebesar 216 m3.

Gambar 3.31 Fat-Pit

41
3.1.8. STASIUN PENGOLAHAN BIJI (KERNEL PLANT STATION)

Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk memisahkan inti (kernel)


dari cangkang nya dan fibre. Campuran ampas (fiber) dan biji (nut) yang
keluar dari screw press diproses kembali di stasiun kernel untuk
menghasilkan:

1). Cangkang (shell) dan fiber yang digunakan sebagai bahan bakar boiler.

2). Kernel (inti sawit) sebagai hasil produksi yang siap dipasarkan.

1. Cake Breaker Conveyor (CBC)

Cake Breaker Conveyor berfungsi untuk membawa serabut dan biji


(Cake) serta untuk mencacah gumpalan cake (sekaligus mengeringkannya)
dari pressan menuju ke Depericarper dan lebih mudah di blower untuk
memisahkan fraksi ringan dan fraksi yang berat.

Fraksi berat ialah biji utuh, biji pecah, inti utuh dan inti pecah.
Conveyor ini dilengkapi dengan ulir pembawa yang di desain berbentuk
pedal – pedal yang berfungsi sebagai pencacah gumpalan cake. Berikut
gambar unit Cake Breaker Conveyor Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei
Liput.

Gambar 3.32 Cake Breaker Conveyor (CBC)

42
2. Separating Coluomb and Fiber Cyclone

Pa
da alat ini dilakukan pemisahan antara biji dan serat yang berasal dari
mesin Screw Press melalui Cake Breaker Conveyor (CBC), serat buah
kelapa sawit akan naik ke atas karena massanya lebih ringan dibandingkan
kernel buah sawit. Dan fiber (serat) buah sawit akan menjadi bahan baku
Boiler. Sedangkan biji akan diteruskan menuju Depericarper. Berikut dapat
dilihat gambar Separating Coulomb And Fiber Cyclone pada PT. Socfin
Indonesia Kebun Sei Liput .

Gambar 3.33 Separating Coulomb and Fiber Cyclone

43
3. Depericarper

Depericarper berfungsi untuk memisahkan biji dari batu dan spiklet


Depericarper berbentuk seperti drum yang diberi lubang di sepanjang
sisinya. Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput terdapat 1 unit
Depricarper dengan kapasitas sebesar 30 ton/jam.

Gambar 3.34 Depericarper

4. Nut Silo

Sebelum memasuki Nut Silo maka terdapat Wet Nut Elevator yang
berfungsi untuk mengangkat biji atau nut dari Depericarper. Nut Silo
berfungsi untuk mengurangi kadar air di dalam biji atau Nut dan sebagai
tempat penyimpanan nut sementara (Hopper) sebelum dipecah oleh Ripple
Mill. Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput terdapat 2 unit Nut Silo
dengan kapasitas masing – masing yaitu sebesar 40 m3.

44
Gambar 3.35 Nut Silo
5. Ripple Mill

Sebelum memasuki Ripple Mill terdapat Dry Nut Conveyor yang


berfungsi sebagai alat angkut bahan berbentuk Screw yang berputar
berfungsi untuk menampung biji dari bawah Nut Silo untuk dibawa ke Ripple
Mill. Didalam Ripple Mill terjadi proses pemecahan Nut, dimana nut yang
dipecahkan ini sudah bersih dari serabut setelah keluar dari Nut Silo. Tujuan
dari pemecahan Nut di dalam Ripple Mill ini adalah agar mudah memisahkan
antara kernel dan cangkangnya.

Gambar 3.36 Ripple mill

45
6. Mixture Conveyor

Mixture Conveyor adalah alat angkut bahan berbentuk Screw yang


berputar berfungsi untuk membawa inti dan cangkang dari bawah Ripple
Mill untuk dibawa ke Moder Bak.

Gambar 3.37 Mixture Conveyor

7. Winowing Separating

Winowing Separating berfungsi untuk pemisahan cangkang dari inti


dengan cara dihisap. Proses hisapan merupakan suatu proses untuk
menghilangkan debu dan partikel halus seperti pecahan cangkang, inti, dan
serat. Sebaliknya inti dan cangkang yang besar pada umumnya berbentuk
bulat dan tebal akan jatuh ke Moder Bak. Debu dan partikel tersebut akan
ditampung ke dalam Shell Fiber Bin yang nantinya akan digunakan sebagai
bahan bakar Boiler. Winowing Separating pada PT. Socfin Indonesia Kebun
Sei Liput memiliki Losses maksimal 0,50%.

46
Gambar 3.38 Winowing Separatin

8. Moder Bak

Moder Bak berfungsi untuk memisahkan inti dari cangkang dengan


cara memanfaatkan perbedaan berat jenis dengan menggunakan lumpur.
Lumpur tersebut terbuat dari air dan tanah liat yang diaduk didalam Agitator.
Inti sawit basah memiliki berat jenis 1,07 gram/cm3, sedangkan cangkang
1,15 – 1,30 gram/cm3. Maka untuk memisahkan inti dan cangkang dibuat
berat jenis campuran lumpur 1,13 gram/cm3. Dan dilakukan pengadukan
sehingga inti mengapung dan cangkang akan tenggelam. Inti yang
mengapung tersebut akan diteruskan ke Vibrating Kernel melalui Conveyor,
sedangkan cangkang, biji bulat, biji pecah akan diteruskan ke Shell Grading.

Gambar 3.39 Moder Bak

47
9. Vibrating Kernel

Vibrating Kernel berfungsi untuk mengurangi kadar air dan lumpur


yang terdapat pada kernel dengan memanfaatkan suatu getaran dan
selanjutnya akan diteruskan ke Kernel Dryer melalui Pneumatic Wet Kernel.

Gambar 3.40 Vibrating Kernel

10. Shell Grading

Shell Grading adalah sebuah drum yang berputar dan memiliki


lubang-lubang disepanjang sisi-sisinya, yang berfungsi sebagai pemisahan
cangkang berdasarkan ukuran. Cangkang yang masuk kedalam Shell
Grading hasil dari pemisahan kernel dan cangkang melalui timba-timba
pada Moder Bak. Sehingga untuk memisahkannya, cangkang tersebut
diputar dengan kecapatan 33 rpm, untuk Losses pada Shell Grading
maksimal 1%.

48
Gambar 3.41 Shell Grading
11. Peneumatic Wet Kernel

Peneumatic Wet Kernel sebagai media transport kernel menuju Kernel Dryer
dengan cara hembusan Blower.

Gambar 3.42 Pneumatic Wet Kernel

12. Kernel Dryer

Kernel Dryer yang berfungsi untuk sebagai tempat mengeringkan


kernel, dan menurunkan kadar air dengan proses pemanasan menggunkan
steam yang diblower. Kadar Air kernel yang diizinkan setelah melalui proses

49
pada Kernel Dryer yaitu sebesar 8,00%, dan kadar kotoran maksimal 8,00%.
Kernel tersebut akan diteruskan ke Kernel Bin melalui Pneumatic Transport
Kernel Produksi. Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput terdapat 2 unit
Kernel Dryer dengan masing – masing memiliki kapasitas sebesar 10 ton.

Gambar 3.43 Kernel Dryer


13. Kernel Bin

Kernel Bin adalah tempat penampungan terakhir pada proses


pengolahan kernel yang berfungsi sebagai penyimpanan kernel untuk
sementara waktu sebelum didistribusikan ke pembeli. Pada PT. Socfin
Indonesia Kebun Sei Liput terdapat 2 unit Kernel Bin dengan masing –
masing memiliki kapasitas yaitu sebesar 40 ton.

Gambar 3.44 Kernel Bin

50
3.2 KEGIATAN PENGUMPULAN DATA

3.2.1.Boiler

Boiler adalah alat pembangkit tenaga untuk menghasilkan uap


yang berbentuk bejana tertutup. Pada PT Socfin indonesia Kebun Sei
Liput terdapat 2 unit Boiler dengan jenis Water Tube Boiler yang
berkapasitas 20 bar. Bahan bakar yang digunakan adalah Fibre dan
cangkang

Di dalam Water Tube Boiler, air umpan Boiler mengalir melalui


pipa-pipa masuk ke dalam Drum Steam terbentuk karena sirkulasi air
yang dipanaskan oleh gas pembakar yang terjadi di daerah uap di dalam
Drum Water Tube Boiler biasanya dirancang dengan tekanan sangat
tinggi dan memiliki kapasitas Steam antara 4.500-12.000 kg/jam. Perp
indahan panas pada Boiler terjadi antara api yang dihasilkan dari ruang
bakar pada pembakaran Fibre dan cangkang dengan air dari dalam pipa.
Pipa menyerap panas yang dihasilkan dari ruang bakar sehingga air
yang terdapat di pipa mengalami perubahan Phase dari air menjadi uap

Perawatan yang dilakukan pada Boiler diantaranya yaitu


dibagian Dust Collector (Pengumpul Abu) dan Chimney (Cerobong
Asap):

1) Perawatan Dust Collector

a. dibuka Manhole, bersihkan dengan sapu

b. Abu dikumpulkan untuk dibuang kelapangan

c. Pembersihan Dust Collector minimal 1 minggu sekali

51
2) Perawatan Chimney

a. Dibuka Manhole bawah

b. Dibasahi abu yang ada dan gunakan sekop untuk


membersihkannya

c. Ditutup Manhole

d. Pembersihan Chimney dilakukan seminggu sekali.

Gambar 3.45 Boiler Bagian Atas

52
Gambar 3.46 Boiler Bagian Bawah

3.2.2 Jenis Bahan Bakar

Bahan Bakar adalah bahan-bahan yang di gunakan dalam proses


pembakaran. Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah
menjadi energi. Biasanya bahan bakar mengandung energi panas yang
dapat dilepaskan. Beberapa sifat utama bahan bakar yang perlu
diperhatikan ialah :

1) Mempunyai nilai bakar tinggi.

2) Mempunyai kesanggupan menguap pada suhu rendah

3) Uap bahan bakar harus dapat dinyatakan dan terbakar


segera dalam campuran dengan perbandingan yang cocok
terhadap oksigen

4) Bahan bakar dan hasil pembakarannya tidak beracun


atau membahayakan kesehatan

5) Harus dapat diangkut dan disimpan dengan aman dan


mudah

53
Jenis bahan bakar yang digunakan pada Boiler di PT. Socfin
Indonesia Kebun Sei Liput ada Bahan bakar padat yang
digunakan yaitu Fibre dan cangkang.

1. Fibre

Limbah serat/Fibre dari hasil proses pengepresan di PT. Socfin


Indonesia Kebun Sei Liput digunaakan sebagai bahan bakar Boiler. Fibre
yang dihasilkan tersebut seluruhnya digunakan untuk bahan bakar Boiler.

Gambar 3.47 serat fibre

2. Cangkang
Cangkang dari proses Claybath Separator digunakan sebagai bahan
bakar Boiler. Cangkang digunakan sebagai bahan bakar tambahan,
dimana Fibre seluruhnya digunakan untuk bahan bakar Boiler, tetapi
belum memenuhi bahan bakar yang diperlukan oleh Boiler untuk
menghasilkan Steam yang diinginkan, oleh karena itu harus dipenuhi
dengan menggunakan cangkang.

Gambar. 3.48 cangkang

54
Perbandingan yang terdapat pada bahan bakar fiber dan cangkang
pada boiler yaitu 1 banding 5,atau 20% cangkang dan 80% fiber agar
menghasilkan api pembakaran yang baik dan juga menghemat bahan
bakar tersebut.

3.2.3 KOMPONEN BOILER

1. Tungku Pengapian (Furnace)


Bagian ini merupakan tempat terjadinya pembakaran bahan bakar
yang akan menjadi sumber panas, proses penerimaan panas oleh media air
dilakukan melalui pipa yang telah dialiri air, pipa tersebut menempel pada
dinding tungku pembakaran. Proses perpindahan panas pada furnace
terjadi dengan tiga cara:

 Perpindahan panas secara radiasi, dimana akan terjadi pancaran


panas dari api atau gas yang akan menempel pada dinding tube
sehingga panas tersebut akan diserap oleh fluida yang mengalir di
dalamnya.
 Perpindahan panas secara konduksi, panas mengalir melalui hantaran
dari sisi pipa yang menerima panas kedalam sisi pipa yang memberi
panas pada air.
 Perpindahan panas secara konveksi. panas yang terjadi dengan
singgungan molekul-molekul air sehingga panas akan menyebar
kesetiap aliran air.

Di dalam furnace, ruang bakar terbagi atas dua bagian yaitu ruang
pertama dan ruang kedua. Pada ruang pertama, di dalamnya akan tejadi
pemanasan langsung dari sumber panas yang diterima oleh tube (pipa),
sedangkan pada ruang kedua yang terdapat pada bagian atas, panas yang
diterima berasal dari udara panas hasil pembakaran dari ruang pertama.
Jadi, fungsi dari ruang pemanas kedua ini yakni untuk menyerap panas
yang terbuang dari ruang pemanasan pertama, agar energi panas yang
terbuang secara cuma-cuma tidak terlalu besar, dan untuk mengontrol

55
panas fluida yang telah dipanaskan pada ruang pertama agar tidak
mengalami penurunan panas secara berlebihan.
2. Steam Drum
Steam drum berfungsi sebagai tempat penampungan air panas serta
tempat terbentuknya uap. Drum ini menampung uap jenuh (saturated
steam) beserta air dengan perbandingan antara 50% air dan 50% uap.
untuk menghindari agar air tidak terbawa oleh uap, maka dipasangi sekat-
sekat, air yang memiliki suhu rendah akan turun ke bawah dan air yang
bersuhu tinggi akan naik ke atas dan kemudian menguap.
3. Superheater
Merupakan tempat pengeringan steam, dikarenakan uap yang
berasal dari steam drum masih dalam keadaan basah sehingga belum
dapat digunakan. Proses pemanasan lanjutan menggunakan superheater
pipe yang dipanaskan dengan suhu 260°C sampai 350°C. Dengan suhu
tersebut, uap akan menjadi kering dan dapat digunakan untuk
menggerakkan turbin maupun untuk keperluan peralatan lain.
4. Air Heater
Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan
udara yang digunakan untuk menghembus/meniup bahan bakar agar dapat
terbakar sempurna. Udara yang akan dihembuskan, sebelum melewati air
heater memiliki suhu yang sama dengan suhu udara normal (suhu luar)
yaitu 38°C. Namun, setelah melalui air heater, suhunya udara tersebut
akan meningkat menjadi 230°C sehingga sudah dapat digunakan untuk
menghilangkan kandungan air yang terkandung didalamnya karena uap
air dapat menganggu proses pembakaran.
5. Dust Collector (Pengumpul Abu)
Bagian ini berfungsi untuk menangkap atau mengumpulkan abu
yang berada pada aliran pembakaran hingga debu yang terikut dalam gas
buang. Keuntungan menggunakan alat ini adalah gas hasil pembakaran
yang dibuang ke udara bebas dari kandungan debu. Alasannya tidak lain
karena debu dapat mencemari udara di lingkungan sekitar, serta bertujuan

56
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan pada alat akibat
adanya gesekan abu maupun pasir.
6. Pengatur Pembuangan Gas Bekas
Asap dari ruang pembakaran dihisap oleh blower IDF (Induced
Draft Fan) melalui dust collector selanjutnya akan dibuang melalui
cerobong asap. Damper pengatur gas asap diatur terlebih dahulu sesuai
kebutuhan sebelum IDF dinyalakan, karena semakin besar damper dibuka
maka akan semakin besar isapan yang akan terjadi dari dalam tungku.
7. Safety Valve (Katup pengaman)
Alat ini berfungsi untuk membuang uap apabila tekanan uap telah
melebihi batas yang telah ditentukan. Katup ini terdiri dari dua jenis, yaitu
katup pengaman uap basah dan katup pengaman uap kering. Safety valve
ini dapat diatur sesuai dengan aspek maksimum yang telah
ditentukan. Pada uap basah biasanya diatur pada tekanan 21 kg per cm
kuadrat, sedangkan untuk katup pengaman uap kering diatur pada tekanan
20,5 kg per cm kuadrat.
8. Gelas Penduga (Sight Glass)
Gelas penduga dipasang pada drum bagian atas yang berfungsi
untuk mengetahui ketinggian air di dalam drum. Tujuannya adalah untuk
memudahkan pengontrolan ketinggian air dalam ketel selama boiler
sedang beroperasi. Gelas penduga ini harus dicuci secara berkala untuk
menghindari terjadinya penyumbatan yang membuat level air tidak dapat
dibaca.
9. Pembuangan Air Ketel
Komponen boiler ini berfungsi untuk membuang air dalam drum
bagian atas. Pembuangan air dilakukan bila terdapat zat-zat yang tidak
dapat terlarut, contoh sederhananya ialah munculnya busa yang dapat
menganggu pengamatan terhadap gelas penduga. Untuk mengeluarkan air
dari dalam drum, digunakan blowdown valve yang terpasang pada drum
atas, katup ini bekerja bila jumlah busa sudah melewati batas yang telah
ditentukan.

57
58

Anda mungkin juga menyukai