18
Varietas tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di perkebunan
PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput adalah varietas Tenera. Mutu dan
rendemen hasil pengolahan sangat dipengaruhi oleh fraksi panen (derajat
kematangan), pengutipan brondolan dan perlakuan terhadap TBS.
3.1.2. Proses Produksi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK)
19
Gambar 3.2 Jembatan Timbangan
2. Loading Ramp
20
Gambar 3.3 Loading Ramp
FFB Incline Conveyor adalah alat yang berfungsi untuk memuat dan
mendistribusikan TBS dari Loading Ramp ke FFB Scrapper Conveyor.
Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput memiliki 2 unit FFB Incline
Conveyor.
21
4. Fresh Fruit Bunch (FFB) Scrapper Conveyor
1. Sterilizer
Tandan buah segar yang dipanen terdapat enzim Oksidase dan Lipase
yang bersifat merugikan dan akan tetap bekerja dalam buah sebelum enzim
22
itu dihentikan, enzim tersebut dapat dihentikan dengan cara fisika dan kimia.
Cara fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu yang dapat
mendegradasi protein. Enzim Lipase bertindak sebagai katalisator dalam
pembentukan trigliserida dan kemudian memecahkan kembali menjadi
Asam Lemak Bebas (ALB). Aktivitas enzim semakin tinggi apabila buah
mengalami kememaran (luka). Untuk mengurangi aktivitas enzim
diusahakan agar kememaran buah dalam persentase yang relatif kecil. Enzim
pada umumnya tidak aktif lagi pada suhu 50°C, oleh sebab itu perebusan
pada suhu 140°C akan menghentikan kinerja enzim.
Minyak dan inti sawit yang terdapat dalam buah berfungsi untuk
mempermudah, buah agar dapat dilepaskan dari spiklet. Buah dapat terlepas
dari spiklet melalui cara Hidrolisis Hemiselulosa dan pektin yang terdapat
pada pangkal buah. Hidrolisis dengan reaksi biokimia telah terjadi sebagian
di lapangan yaitu pada proses pemasakan buah yang ditandai dengan buah
yang brondol. Reaksi Hidrolisis Hemiselulosa dan Pektin yang terdapat
dalam sterilizer dipercepat oleh pemanasan. Panas uap tersebut dapat
meresap ke dalam buah karena adanya tekanan.
Sterilisasi buah dapat menyebabkan penurunan kadar air buah dan inti
yaitu dengan cara penguapan pada saat perebusan. Penurunan kandungan air
buah menyebabkan penyusutan buah sehingga terbentuk rongga-rongga
kosong yang mempermudah proses pengempaan. Interaksi penurunan kadar
air dan panas dalam buah akan menyebabkan minyak sawit antara sel dapat
bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga mudah keluar dari
dalam sel sewaktu proses pengempaan berlangsung.
23
d. Pemecahan emulsi
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15%.
Kadar air biji yang turun hingga 15% akan menyebabkan inti susut
sedangkan tempurung biji tetap, maka inti terjadi inti yang lekang
daricangkang. Hal ini akan membantu fermentasi di dalam nut silo, sehingga
pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian juga pemisahan
inti dan cangkang dalam proses pemisahan kering atau basah dapat
menghasilkan inti yang mengandung kotoran lebih kecil.
Uap (steam) yang digunakan untuk perebusan ini disuplai dari boiler
yang kemudian disalurkan kedalam sterilizer menggunakan pipa. Pola
perebusan yang umum digunakan ada dua yaitu double peak (dua puncak)
dan triple peak (tiga puncak). Jumlah puncak dalam pola perebusan
ditunjukkan dari jumlah pembukaan atau penutupan dari uap masuk atau uap
keluar.
24
Adapun sistem perebusan yang digunakan pada PT. Socfin Indonesia
Kebun Sei Liput menggunakan sistem perebusan Tiga Puncak (Triple Peak)
dapat dilihat pada Grafik berikut ini:
Kg/cm2
45 Menit
Max. 80
Menit
Prinsip dari Triple Peak adalah tiga kali pemasukan uap kedalam
Sterilizer dan tiga kali pembuangan uap (Blow Down). Dengan memerlukan
waktu pada puncak pertama dan kedua masing-masing 2 menit dan pada
puncak ketiga memerlukan waktu 45 menit. PT. Socfin Indonesia Kebun Sei
Liput memiliki 15 unit Sterilizer jenis vertikal.
25
2. Scraper Bunch Conveyor No.1 dan No.2
Setelah buah kelapa sawit direbus pada sterilizer lalu buah kelapa
sawit tersebut dikeluarkan secara manual oleh operator dan kemudian
didistribusikan melalui Scrapper Bunch Conveyor. Adapun fungsi dari
scrapper bunch conveyor adalah untuk mendistribusikan TBS masak ke
Stripper. Buah kelapa sawit pertama akan melewati Scraper Bunch
Conveyor No.1 yang berbentuk horizontal dan akan melewati Scraper Bunch
Conveyor No.2 yang bergerak secara miring.
1. Stripper
26
Gambar 3.9 Stripper (Thresser)
2. Mini Stripper
Mini Stripper berfungsi untuk memisahkan kembali Brondolan dari
janjangan yang sudah diproses pada Stripper agar Brondolan dan janjangan
terpisah secara keseluruhan atau dengan kata lain meminimalisir Losses
Brondolan dalam jangkos
27
3. Empty Bunch Conveyor No.1 dan No.2
28
Gambar 3.12 Empty Bunch Hopper
Brondolan yang berasal dari telah melalui tahap Stripper akan keluar
dari bagian bawah Stripper dan didistribusikan melalui Conveyor Under
Stripper. Berikut dapat dilihat gambar Conveyor Under Stripper pada
PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput.
29
6. Fruitles Elevator
30
3.1.6. STASIUN PENGEMPAAN (PRESSING STATION)
1. Digester
Screw Press terletak pada stasiun press yang berfungsi untuk memeras
berondolan yang telah dicincang dan dilumat dari Digester untuk
mendapatkan minyak kasar. Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput
terdapat 3 unit Screw Press. Dimana pada saat pengolahan Screw Press yang
digunakan 2 unit, sedangkan 1 unit untuk cadangan. Dengan kapasitas
masing – masing sebesar 10 - 15 ton. Berikut dapat dilihat gambar Screw
Press pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput.
31
Gambar 3.17 Screw Press
Fungsi dari Vibrating Screen adalah memisahkan Non Oil Solid (NOS)
yang terdiri dari sampah, serat fiber yang berukuran besar serta pasir yang
terikut bersama Crude Oil karena tidak terendapkan di Sand Trap Tank.
Vibrating Screen berbentuk seperti silinder yang di permukaannya terus
berputar untuk memisahkan Crude Palm Oil dari kotorannya. Berikut dapat
dilihat gambar Vibrating Screen pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput.
32
2. Crude Oil Tank
Crude Oil Tank (COT) merupakan tangki pengendap Crude Oil yang
berasal dari Vibrating Screen dan pemisah pasir atau Non Oil Solid. Crude
oil tank (COT) berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel yang tidak
larut dan masih lolos dari Oil Vibrating Screen. Pada PT. Socfin Indonesia
Kebun Sei Liput terdapat 1 unit Crude Oil Tank dengan kapasitas yaitu
sebesar 5 m3.
3. Continuous Tank
33
Gambar 3.20 Continous Tank
4. Oil Tank
34
5. Oil Vacum Drayer
Oil Vacum Dryer ini memiliki fungsi untuk mengurangi kadar air yang
berada di dalam Crude Palm Oil (CPO), dimana minyak tersebut berasal dari
Oil Tank. Prinsip Oil Vacuum Dryer ini adalah dengan menyemprotkan
minyak, kemudian kandungan airnya akan dihisap dalam kondisi Vacum. Di
dalam mesin Vacum Dryer ini terdiri dari tabung hampa udara yang di
dalamnya terdapat sejumlah Nozzle Injector. Di dalam Vacum Dryer ini
memiliki tekanan yang sangat rendah yaitu -70 hingga -65 cmHg atau
sampai di bawah tekanan atmosfer.
6. Daily Tank
35
Gambar 3.23 Daily Tank
7. Stock Tank
36
8. Sludge Tank
9. Balance Tank
37
Gambar 3.26 Balance Tank
10. Decanter
38
Gambar 3.27 Decanter
39
12. Solid Hopper
Berikut adalah gambar unit Solid Hopper pada PT. Socfin Indonesia Kebun
Sei Liput :
40
Gambar 3.30 Bak Dekantasi
14. Fat-pit
41
3.1.8. STASIUN PENGOLAHAN BIJI (KERNEL PLANT STATION)
1). Cangkang (shell) dan fiber yang digunakan sebagai bahan bakar boiler.
2). Kernel (inti sawit) sebagai hasil produksi yang siap dipasarkan.
Fraksi berat ialah biji utuh, biji pecah, inti utuh dan inti pecah.
Conveyor ini dilengkapi dengan ulir pembawa yang di desain berbentuk
pedal – pedal yang berfungsi sebagai pencacah gumpalan cake. Berikut
gambar unit Cake Breaker Conveyor Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei
Liput.
42
2. Separating Coluomb and Fiber Cyclone
Pa
da alat ini dilakukan pemisahan antara biji dan serat yang berasal dari
mesin Screw Press melalui Cake Breaker Conveyor (CBC), serat buah
kelapa sawit akan naik ke atas karena massanya lebih ringan dibandingkan
kernel buah sawit. Dan fiber (serat) buah sawit akan menjadi bahan baku
Boiler. Sedangkan biji akan diteruskan menuju Depericarper. Berikut dapat
dilihat gambar Separating Coulomb And Fiber Cyclone pada PT. Socfin
Indonesia Kebun Sei Liput .
43
3. Depericarper
4. Nut Silo
Sebelum memasuki Nut Silo maka terdapat Wet Nut Elevator yang
berfungsi untuk mengangkat biji atau nut dari Depericarper. Nut Silo
berfungsi untuk mengurangi kadar air di dalam biji atau Nut dan sebagai
tempat penyimpanan nut sementara (Hopper) sebelum dipecah oleh Ripple
Mill. Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput terdapat 2 unit Nut Silo
dengan kapasitas masing – masing yaitu sebesar 40 m3.
44
Gambar 3.35 Nut Silo
5. Ripple Mill
45
6. Mixture Conveyor
7. Winowing Separating
46
Gambar 3.38 Winowing Separatin
8. Moder Bak
47
9. Vibrating Kernel
48
Gambar 3.41 Shell Grading
11. Peneumatic Wet Kernel
Peneumatic Wet Kernel sebagai media transport kernel menuju Kernel Dryer
dengan cara hembusan Blower.
49
pada Kernel Dryer yaitu sebesar 8,00%, dan kadar kotoran maksimal 8,00%.
Kernel tersebut akan diteruskan ke Kernel Bin melalui Pneumatic Transport
Kernel Produksi. Pada PT. Socfin Indonesia Kebun Sei Liput terdapat 2 unit
Kernel Dryer dengan masing – masing memiliki kapasitas sebesar 10 ton.
50
3.2 KEGIATAN PENGUMPULAN DATA
3.2.1.Boiler
51
2) Perawatan Chimney
c. Ditutup Manhole
52
Gambar 3.46 Boiler Bagian Bawah
53
Jenis bahan bakar yang digunakan pada Boiler di PT. Socfin
Indonesia Kebun Sei Liput ada Bahan bakar padat yang
digunakan yaitu Fibre dan cangkang.
1. Fibre
2. Cangkang
Cangkang dari proses Claybath Separator digunakan sebagai bahan
bakar Boiler. Cangkang digunakan sebagai bahan bakar tambahan,
dimana Fibre seluruhnya digunakan untuk bahan bakar Boiler, tetapi
belum memenuhi bahan bakar yang diperlukan oleh Boiler untuk
menghasilkan Steam yang diinginkan, oleh karena itu harus dipenuhi
dengan menggunakan cangkang.
54
Perbandingan yang terdapat pada bahan bakar fiber dan cangkang
pada boiler yaitu 1 banding 5,atau 20% cangkang dan 80% fiber agar
menghasilkan api pembakaran yang baik dan juga menghemat bahan
bakar tersebut.
Di dalam furnace, ruang bakar terbagi atas dua bagian yaitu ruang
pertama dan ruang kedua. Pada ruang pertama, di dalamnya akan tejadi
pemanasan langsung dari sumber panas yang diterima oleh tube (pipa),
sedangkan pada ruang kedua yang terdapat pada bagian atas, panas yang
diterima berasal dari udara panas hasil pembakaran dari ruang pertama.
Jadi, fungsi dari ruang pemanas kedua ini yakni untuk menyerap panas
yang terbuang dari ruang pemanasan pertama, agar energi panas yang
terbuang secara cuma-cuma tidak terlalu besar, dan untuk mengontrol
55
panas fluida yang telah dipanaskan pada ruang pertama agar tidak
mengalami penurunan panas secara berlebihan.
2. Steam Drum
Steam drum berfungsi sebagai tempat penampungan air panas serta
tempat terbentuknya uap. Drum ini menampung uap jenuh (saturated
steam) beserta air dengan perbandingan antara 50% air dan 50% uap.
untuk menghindari agar air tidak terbawa oleh uap, maka dipasangi sekat-
sekat, air yang memiliki suhu rendah akan turun ke bawah dan air yang
bersuhu tinggi akan naik ke atas dan kemudian menguap.
3. Superheater
Merupakan tempat pengeringan steam, dikarenakan uap yang
berasal dari steam drum masih dalam keadaan basah sehingga belum
dapat digunakan. Proses pemanasan lanjutan menggunakan superheater
pipe yang dipanaskan dengan suhu 260°C sampai 350°C. Dengan suhu
tersebut, uap akan menjadi kering dan dapat digunakan untuk
menggerakkan turbin maupun untuk keperluan peralatan lain.
4. Air Heater
Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan
udara yang digunakan untuk menghembus/meniup bahan bakar agar dapat
terbakar sempurna. Udara yang akan dihembuskan, sebelum melewati air
heater memiliki suhu yang sama dengan suhu udara normal (suhu luar)
yaitu 38°C. Namun, setelah melalui air heater, suhunya udara tersebut
akan meningkat menjadi 230°C sehingga sudah dapat digunakan untuk
menghilangkan kandungan air yang terkandung didalamnya karena uap
air dapat menganggu proses pembakaran.
5. Dust Collector (Pengumpul Abu)
Bagian ini berfungsi untuk menangkap atau mengumpulkan abu
yang berada pada aliran pembakaran hingga debu yang terikut dalam gas
buang. Keuntungan menggunakan alat ini adalah gas hasil pembakaran
yang dibuang ke udara bebas dari kandungan debu. Alasannya tidak lain
karena debu dapat mencemari udara di lingkungan sekitar, serta bertujuan
56
untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan pada alat akibat
adanya gesekan abu maupun pasir.
6. Pengatur Pembuangan Gas Bekas
Asap dari ruang pembakaran dihisap oleh blower IDF (Induced
Draft Fan) melalui dust collector selanjutnya akan dibuang melalui
cerobong asap. Damper pengatur gas asap diatur terlebih dahulu sesuai
kebutuhan sebelum IDF dinyalakan, karena semakin besar damper dibuka
maka akan semakin besar isapan yang akan terjadi dari dalam tungku.
7. Safety Valve (Katup pengaman)
Alat ini berfungsi untuk membuang uap apabila tekanan uap telah
melebihi batas yang telah ditentukan. Katup ini terdiri dari dua jenis, yaitu
katup pengaman uap basah dan katup pengaman uap kering. Safety valve
ini dapat diatur sesuai dengan aspek maksimum yang telah
ditentukan. Pada uap basah biasanya diatur pada tekanan 21 kg per cm
kuadrat, sedangkan untuk katup pengaman uap kering diatur pada tekanan
20,5 kg per cm kuadrat.
8. Gelas Penduga (Sight Glass)
Gelas penduga dipasang pada drum bagian atas yang berfungsi
untuk mengetahui ketinggian air di dalam drum. Tujuannya adalah untuk
memudahkan pengontrolan ketinggian air dalam ketel selama boiler
sedang beroperasi. Gelas penduga ini harus dicuci secara berkala untuk
menghindari terjadinya penyumbatan yang membuat level air tidak dapat
dibaca.
9. Pembuangan Air Ketel
Komponen boiler ini berfungsi untuk membuang air dalam drum
bagian atas. Pembuangan air dilakukan bila terdapat zat-zat yang tidak
dapat terlarut, contoh sederhananya ialah munculnya busa yang dapat
menganggu pengamatan terhadap gelas penduga. Untuk mengeluarkan air
dari dalam drum, digunakan blowdown valve yang terpasang pada drum
atas, katup ini bekerja bila jumlah busa sudah melewati batas yang telah
ditentukan.
57
58