Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sampah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan [manusia] yang
berwujud padat [baik berupa zat organik maupun anorganik yang bersifat dapat
terurai maupun tidak terurai] dan dianggap sudah tidak berguna lagi [sehingga
dibuang ke lingkungan]. Alam tidak mengenal sampah, yang ada hanyalah daur
materi dan energi. Hanya manusia yang menyampah [mengakibatkan
munculnya sampah.
Pencemaran lingkungan umumnya berasal dari sampah yang
melonggok pada suatu tempat penampungan atau pembuangan. Perombakan
sampah organik dalam suasana anaerob [miskin oksigen] akan menimbulkan
bau tak sedap. Makin tinggi kandungan protein dalam sampah, makin tak sedap
bau yang ditimbulkan. Dampak lain karena timbunan sampah dalam jumlah
besar adalah lingkungan yang kotor dan pemandangan yang kumuh
Sekolah sebagai tempat berkumpulnya banyak orang dapat menjadi
penghasil sampah terbesar selain pasar, rumah tangga, industri dan
perkantoran. Secara umum sampah dapat dipisahkan menjadi sampah organic
dan sampah anorganik. Sampah organic dilingkungan sekolah berasal dari: sisa
makanan, sisa sayuran dan kulit buah-buahan, sisa ikan dan daging, sampah
kebun (rumput, daun dan ranting).

Di lingkungan sekolah, pengelolaan sampah membutuhkan perhatian serius.


Dengan komposisi sebagian besar penghuninya adalah anak-anak [warga
belajar] tidak menutup kemungkinan pengelolaannya pun belum optimal.
Namun juga bisa dipakai sebagai media pembelajaran bagi siswa-siswinya.
Salah satu parameter sekolah yang baik adalah berwawasan lingkungan.
Sampah basah bisa diolah menjadi kompos. Prosesnya mudah dan sederhana.
Anak usia sekolah SD hingga SLTA bisa mengerjakan sendiri. Pembuatan
kompos dengan sampah basah di sekolah bisa menjadi media pembelajaran
untuk anak didik. Setidaknya anak akan belajar tentang Ilmu Pengetahuan
Alam. Anak juga akan belajar menghargai lingkungan. Mereka akan belajar
bagaimana sampah itu bisa bermanfaat bagi manusia bukan hanya sebagai
sesuatu yang kotor dan menjijikkan. Kompos yang dihasilkan dapat digunakan
untuk memupuk tanaman yang ada atau sebagi bahan campuran media tanam
dalam pot.
Kertas bekas yang dihasilkan banyak sekali yang berjenis HVS. Jenis kertas ini
di kalangan pemulung memiliki harga yang paling tinggi. Belum lagi kertas
karton, kertas pembungkus makanan dan kertas jenis lainnya.
Pada umumnya,sampah dibakar secara serampangan. Kegiatan ini akan
menghasilkan karbonmonoksida (CO) yang bila terhirup manusia dapat
mengganggu fungsi kerja hemoglobin (sel darah merah) yang semestinya
mengangkut dan mengedarkan oksigen (O2) ke seluruh tubuh. Kekurangan O2
ini bisa menimbulkan kematian
Salah satu pemanfaatan sampah adalah dijadikan bahan baku arang briket.
Briket adalah sebuah blok bahan yang dapat dibakar yang digunakan
sebagai bahan bakar untuk memulai dan mempertahankan nyala api. Briket yang
paling umum digunakan adalah briket batu bara, briket arang, briket gambut, dan
briket biomassa.
Antara tahun 2008-2012, briket menjadi salah satu agenda riset energi Institut
Pertanian Bogor.[1] Bahan baku briket diketahui dekat dengan masyarakat pertanian
karena biomassa limbah hasil pertanian dapat dijadikan briket. Penggunaan briket,
terutama briket yang dihasilkan dari biomassa, dapat menggantikan
penggunaan bahan bakar fosil.
Briket dibuat dengan menekan dan mengeringkan campuran bahan menjadi blok
yang keras. Metode ini umum digunakan untuk batu bara yang memiliki nilai kalori
rendah atau serpihan batu bara agar memiliki tambahan nilai jual dan manfaat.
Briket digunakan di industri dan rumah tangga.
Bahan yang digunakan untuk pembuatan briket sebaiknya yang memiliki kadar
air rendah untuk mencapair nilai kalor yang tinggi. Keberadaan bahan volatil juga
mempengaruhi seberapa cepat laju pembakaran briket; bahan yang memiliki bahan
volatil tinggi akan lebih cepat habis terbakar.[4
Pemanfaatan bahan bakar padat seperti briket batu bara umumnya tidak
disarankan untuk digunakan di rumah tangga karena asapnya yang pekat.
Diperlukan tungku khusus yang mengatasi masalah tersebut. [6]
Briket memiliki harga yang murah dibandingkan bahan bakar jenis lainnya sehingga
penggunaannya dalam dunia industri dapat memberikan penghematan biaya. Di
daerah Ketahun, Bengkulu Utara, briket telah digunakan sebagai pengganti kayu
bakar yang harganya semakin naik. Penggunaan briket diketahui memberikan
manfaat dari sisi pengeluaran usaha. [7]
Pengertian Briket
Briket adalah sumber energi yang berasal dari biomassa yang bisa digunakan
sebagai energi alternatif pengganti , minyak bumi dan energi lain yang berasal
dari fosil. Briket dapat dibuat dari bahan baku yang banyak kita temukan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti batok kelapa, sekam padi, arang sekam, serbuk
kayu (serbuk gergaji), bongkol jagung, daun,dan lain sebagainya. Pembuatan
briket dilakukan dengan proses penekanan atau pemadatan yang bertujuan
untuk meningkatkan nilai kalor per satuan luas dari suatu biomassa yang akan
digunakan sebagai energi alternatif, sehingga dengan ukuran biomassa yang
relatif kecil akan dihasilkan energi yang besar. Selain itu bentuk biomassa
menjadi lebih seragam, sehingga akan lebih mudah dalam proses penyimpanan
dan pendistribusian.
batubara, tanah liat, dan tapioka. Material batubara dipilih karena sumbernya
yang sangat melimpah di Indonesia. Bahkan cadangan Sebenarnya briket adalah
bahan bakar yang terbuat dari campuran batubara di Indonesia bisa untuk 150
tahun. Saat ini teknologi pembuatan briket dilakukan oleh pihak swasta dan
masyarakat secara swadaya.
Pengembangan briket sebagai energi alternatif sudah ada sejak tahun 1994.
Hanya saja tidak bisa berkembang dengan baik karena pada saat itu
penggunaan minyak tanah masih banyak dan harganya juga masih sangat
murah. Jadi, masyarakat Indonesia lebih memilih untuk menggunakan minyak
tanah sebagai bahan bakar sehari-hari.
Khusus untuk sampah kertas, bisa dilakukan dua hal untuk pengelolaannya.
Yang pertama adalah daur ulang sebagai pengelolaan sendiri. Sampah kertas
bisa didaur ulang dengan cukup mudah. Kertas bekas dipotong kecil-kecil dan
direndam ke dalam air. Proses berikutnya adalah diblender hingga berubah
menjadi bubur kertas. Dari sinilah kreativitas anak diperlukan. Bubur kertas bisa
dijadikan bahan kertas daur ulang atau bisa dijadikan bahan dasar kreativitas
lain, misalnya topeng kertas atau bentuk pigora.
Bentuk pengelolaan kedua adalah sistem pemilahan untuk dijual. Kertas
berjenis HVS dipisah dari jenis lain misalnya koran, karton dan kerdus. Kertas
bekas yang sudah dipilah tadi dijual ke pemulung. Pemulung secara berkala
akan datang ke sekolah untuk mengambil kertas tersebut.

Sebagai gambaran kasar, satu ton sampah yang dibakar akan berpotensi
menghasilkan gas CO sebanyak 30 kg.

Asap dari pembakaran sampah plastik akan menghasilkan senyawa kimia


dioksin atau zat yang bisa digunakan sebagai herbisida (racun tumbuhan).
Selain itu, proses tersebut juga dapat menghasilkan fosgen atau gas beracun
berbahaya yang pernah digunakan sebagai senjata pembunuh pada masa
Perang Dunia pertama.

Hasil pembakaran sampah yang mengandung klorin dapat menghasilkan 75


jenis zat beracun lain.

Asap dari pembakaran sampah mengandung benzopirena (gas beracun


penyerang jantung) sebanyak 350 kali. Zat ini ditengarai sebagai biang keladi
penyebab kanker dan hidrokarbon berbahaya (seperti asam cuka) penyebab
iritasi.

Membakar kayu juga dapat menghasilkan senyawa yang mengakibatkan


kanker. Sedangkan melamin dapat menghasilkan formaldehida (formalin) bila
dibakar dengan suplai oksigen yang banyak atau HCN (asam sianida) bila
kurang oksigen.

Pembakaran sampah di area terbuka dapat menghasilkan partikel debu halus


atau Particulate Matter (PM) yang mencapai level PM 10 (10 mikron). Dengan
tingkatan tersebut, zat ini tidak dapat disaring oleh alat pernapasan manusia,
sehingga bisa masuk ke paru-paru dan mengakibatkan gangguan pernapasan.
Pembakaran sampah dapat menyebabkan kabut asap yang tebal dan
mengurangi jarak pandang dan kenyamanan di lingkungan tempat tinggal. Yang
lebih parah, bisa memicu terjadinya kebakaran dengan skala lebih besar. Kita
tentu masih ingat terjadinya kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan yang
menyebabkan kapal laut menabrak tebing dan menghentikan aktivitas
penerbangan komersial di beberapa bandara.

Pembuangan sampah yang tidak diurus dengan baik, akan mengakibatkan


masalah besar. Karena penumpukan sampah atau membuangnya
sembarangan ke kawasan terbuka akan mengakibatkan pencemaran tanah
yang juga akan berdampak ke saluran air tanah. Demikian juga pembakaran
sampah akan mengakibatkan pencemaran udara, pembuangan sampah ke
sungai akan mengakibatkan pencemaran air, tersumbatnya saluran air dan
banjir (Sicular 1989).

Selain itu, Eksploitasi lingkungan adalah menjadi isu yang berkaitan dengan
pengurusan terutama sekitar kota Oleh sebab itu, banyak negara besar
melakukan incineration atau pembakaran, yang menjadi alternatif dalam
pembuangan sampah. Sementara itu, permasalahan yang dihadapi untuk
proses ini adalah biaya pembakaran lebih mahal dibandingkan dengan sistem
pembuangan akhir (sanitary landfill). Apabila sampah ini digunakan untuk
pertanian dalam jumlah yang besar, maka akan menimbulkan masalah karena
mengandung logam berat (Ross 1994).

Permasalahan sampah di Indonesia antara lain semakin banyaknya limbah


sampah yang dihasilkan masyarakat, kurangnya tempat sebagai pembuangan
sampah, sampah sebagai tempat berkembang dan sarang dari serangga dan
tikus, menjadi sumber polusi dan pencemaran tanah, air, dan udara, menjadi
sumber dan tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan.

Para siswa pada umumnya membersiihkan lingkungan di sekolahnya termasuk


siswa siswi SMP/MTS AL-MUHAJIRIN, sampah-sampah yang biasanya di
temui adalah sampah daun kering dan juga kertas bekas, karena halaman
sekolah yang luas juga banyak pepohonan rindang terlebih lagi para siswa dan
siswi nya yang menggunakan kertas setiap harinya untuk melakukan kegiatan
belajar mengajar seperti biasanya.Kertas bekas dan sampah daun kering
biasanya hanya di buang ke tempat sampah besar oleh petugas kebersihan jika
terus di diamkan sampah daun kering dapat membusuk dengan sendirinya.
Daun kering juga kertas bisa menjadi limbah di lingkungan sekolah dan
sekitarnya namun jika dibakar dapat membuat polusi udara disekitar

BERDASARKAN LATAR BELAKANG TERSEBUT MAKA KAMI TERTARIK


UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN YANG BERJUDUL; BRIKET
ASWAD( BRIKET RAMAH LINGKUNGAN UNTUK MENGELOLAH LIMBAH
DAUN KERING DAN KERTAS BEKAS )

Anda mungkin juga menyukai