Anda di halaman 1dari 52

Memahami dan menghayati makna akhlak dalam Islam, pembagian dan berbagai

aspeknya, serta mengidentifikasi macam macam akhlak terpuji dan tercela.

1. Mahasiswa PPG dapat menjelaskan hakikat akhlak Islam dan posisi akhlak
dalam ajaran Islam.
2. Mahasiswa PPG dapat menjelaskan pembagian akhlak dalam Islam beserta
dalilnya.
3. Mahasiswa PPG dapat menjelaskan pentingnya akhlak bagi umat Islam.

1. Definisi Akhlak
2. Pembagian Akhlak
3. Dalil-dalil Akhlak menurut Islam

1
Uraian Materi

AKHLAK DALAM ISLAM

1. Definisi Akhlak
a. Definisi Akhlak Secara Umum
Perkataan akhlak secara etimologis, berasal dari bahasa Arab yang merupakan
jama‘ dari bentuk mufradnya khuluqun (‫ )خلق‬dimana kata khuluqun (‫ )خلق‬memiliki arti:
budi pekerti, perangai, tingkah laku, karakter atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung
segi-segi persesuaian dengan perkataan Khalqun (‫ )خلق‬yang berarti kejadian, serta
erat hubungannya dengan Khâliq (‫ )خالق‬yang berarti pencipta dan Makhluq (‫ )مخلوق‬yang
berarti diciptakan.

Pola bentuk defenisi akhlak diatas muncul sebagai mediator yang


menjembatani komunikasi antar Khaliq (pencipta) dengan makhluk (yang diciptakan)
secara timbal balik yang kemudian disebut sebagai hablum minallah. Dari produk hablum
minallah yang benar, biasanya lahirlah pola hubungan antar sesama manusia yang disebut
dengan hablum minannas (pola hubungan antar sesama makhluk).
Makna akhlak juga bisa dilihat dari perspektif lain, yaitu sebagai ilmu. Pertama,
diartikan sebagai ilmu tentang kebiasaan. Arti ini mengikuti pendapat dari para filusuf
Yunani, namun definisi ini membatasi ruang lingkup ilmu akhlak yang terbatas pada
perbuatan manusia yang sesuai dengan kehendaknya yang menjadi kebiasaan dan tradisi,
padahal ilmu akhlak lebih luas daripada itu, di dalamnya juga meliputi petunjuk yang
benar untuk perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk serta perintah untuk berpegang
teguh pada tradisi dan kebiasaan yang benar. (Mu‘ti et.al, 2001: 33)
Kedua, akhlak diartikan sebagai ilmu tentang manusia. Ini adalah pendapat dari
seorang penulis berkebangsaan Prancis. Berbeda dengan definisi pertama yang
membatasi ruang lingkup akhlak, maka definisi yang kedua ini justru lebih luas
cakupannya karena dalam definisi ini meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan
manusia dari berbagai macam ilmu dan pengetahuan mulai dari ilmu kedokteran, ilmu
jiwa, ilmu logika, sejarah dan segala macam ilmu yang berada di sekitar manusia ( Mu‘ti
et.al, 2001:33-34)
Pendapat ketiga menjelaskan bahwa akhlak adalah ilmu tentang baik dan

2
buruk. Akhlak juga diartikan sebagai studi tentang wajib dan kewajiban. Pengertian ini
terlalu ringkas karena mengabaikan sisi yang terpenting dari aspek ilmu yaitu nilai-nilai
dari perbuatan manusia yang berubah nilai baik dan buruk. (Mu‘ti et.al, 2001:34)

Selanjutnya akhlak didefinisikan sebagai ilmu tentang keutamaan atau sifat-sifat


yang utama dan bagaimana cara agar manusia senantiasa menghiasi diri dengan
keutamaan tersebut, dan Ilmu yang membahas tentang keburukan-keburukan dan
bagaimana cara menjaga diri agar menjauhi dari perbuatan buruk tersebut. Ini adalah
pengertian menurut al-Bustani definisinya itu membatasi pada bagaimana manusia
menghiasi diri dengan sifat-sifat utama serta menjauhkan diri dari sifat-sifat buruk dan
tercela serta menerangkan contoh-contoh metode untuk mencapai hal tersebut. (Mu‘ti
et.al, 2001:33-34)
Beberapa kalangan pengkaji etika maupun akhlak seperti Poedjawiyatna
menklasifikasi beberapa ukuran baik dan buruk seperti teori hedonisme, utilitarisme,
vitalisme, sosialisme, religeosisme dan humanisme, dengan uraian sebagai berikut;
1) Hedonisme, yaitu sebuah aliran klasik dari Yunani yang menyatakan bahwa
ukuran tindakan kebaikan adalah done, yakni kenikmatan dan kepuasan rasa.
Tokoh utama pandangan ini adalah S. Freud.
2) Utilitarisme, yaitu aliran yang menyatakan bahwa yang baik adalah yang
berguna. Karena ini jika berbuatan itu dilakukan atas diri sendiri maka itu disebut
individual, dan jika terhadap kepentingan orang banyak disebut sosial.
3) Vatalisme, yaitu aliran yang berpandangan bahwa ukuran perbuatan baik itu
adalah kekuatan dan kekuasaan, bahwa yang baik adalah mencermikan kekuatan
dalam hidup manusia.
4) Sosialisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa baik nya sesuatu ditentukan
oleh masyarakat. Jadi, masyarakatlah yang menentukan baik dan buruknya
tindakan seseorang bagi anggotanya.
5) Religiosisme, aliran yang mengatakan bahwa baik dan buruk itu adalah sesuai
dengan kehendak Tuhan. Lantas, manakah yang menjadi kehendak Tuhan itu?,
ini adalah tugas para theolog dalam memberikan gambaran.
6) Humanisme, yaitu aliran yang berpandangan bahwa baik dan buruknya sesuatu
itu adalah sesuai dengan kodrat manusia itu sendiri, atau kemanusiaannya.
Dari sejumlah aliran dalam mengukur baik buruknya sesuatu di atas, Islam tentu
saja memiliki sikap tersendiri. Islam berpandangan bahwa baik dan buruk itu adalah
sesuai dengan kehendak Allah. Meski demikian, tidak mudah menjawabnya. Jika muncul

3
pertanyaan yang manakah yang dikehendaki Tuhan? Sebagai antaran awal, guna
menjawab pertanyaan ini, bahwa kehendak Tuhan tentu saja adalah apa-apa yang
difirmankan di dalam al-Qur‘an dan ajaran praktis para utusan-Nya, khususnya terhadap
ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Lebih dari itu, pemahaman tentang
kebaikan dan keburukan, atau yang dikehendaki oleh Allah dan yang tidak dikehendaki-
Nya dapat pula diperoleh melalui akal, jiwa dan hati yang jernih.
b. Definisi Akhlak Secara Istilah
Akhlak yang berasal dari kata khuluq secara hahasa menurut ibnu mundzir: berarti
Ad-diin wa at-thab’u, wa as-sajiyah. Sementara Azhari mengatakan At-thabi’atu dan
kholiqotu serta saliqotu mempunyai makna yang sama.
Menurut istilah ada beberapa definisi tentang akhlak. Pertama, adalah
kemampuan yang menimbulkan pekerjaan-pekerjaan dengan mudah tanpa harus berfikir
dan terbebani (al-abd, Nd)
Definisi kedua akhlak adalah kumpulan dari makna-makna dan sifat-sifat yang
bersemayam di dalam jiwa yang darinya perbuatan seseorang menjadi baik atau buruk
(al-Kharaiti, 14).
Definisi yang ketiga akhlaq adalah perumpamaan dari kondisi jiwa yang bersih
yang memunculkan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.
Jika keadaan jiwa itu menimbulkan perbuatan yang baik, baik secara akal maupunsyariat
dengan mudah, maka akhlak itu disebut dengan akhlak yang baik, dan jika yang muncul
adalah perbuatan yang jelek maka disebut dengan akhlak yang buruk.
Akhlak juga diartikan sebagai perilaku manusia sebagaimana mestinya sesuai
dengan teladan yang baik sehingga akal manusia condong untuk mengikutinya bukan
sebagai tujuan tetapi karena itu wajib.
Ibnu Athir dalam bukunya An-Nihayah memberikan komentar sebagai berikut:
“Hakikat makna khuluq itu adalah gambaran batin manusia (yaitu jiwa dan sifat-
sifatnya), sedang khalqun merupakan gambaran bentuk luarnya (raut muka, warna
kulit, tinggi rendah tubuhnya, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan sikap dan
perbuatan hamba)”.
Pendapat Ibnu Athir ini sejalan dengan Imam Al-Ghazali yang
menyatakan.bahwa:
“Bilamana orang mengatakan si A itu baik khalqunya dan khuluqnya, berarti si A
baik sifa-sifat lahirnya dan sifat-sifat batinnya.

Jadi, berdasarkan sudut pandang kebahasaan, defenisi akhlak dalam pengertian


sehari-hari disamakan dengan ―budi pekerti‖, kesusilaan, sopan santun, tata karma dan
karakter (versi bahasa Indonesia), sedang dalam Bahasa Inggrisnya disamakan dengan

4
istilah moral atau etic.
Dalam bahasa Yunani istilah ―akhlak dipergunakan istilah ethos atau ethikos atau
etika (tanpa memakai huruf H) yang mengandung arti ―Etika adalah Bahasa Indonesia
untuk memakai akal budi dan daya pikirnya dalam memecahkan masalah bagaimana ia
harus hidup kalau ia mau menjadi baik. Dan etika itu adalah sebuah ilmu bukan sebuah
ajaran. Dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Abd. Hamid Yunus dinyatakan:

‫ا ألخالق هو صفات الانسان ا ألدابية‬


Artinya: “Akhlak ialah segala sifat manusia yang terdidik”
Ungkapan tersebut memberikan pemahaman bahwa sifat/potensi yang dibawa
setiap manusia sejak lahir: artinya, potensi tersebut sangat bergantung dari cara
pembinaan, latihan/pembiasaan dan pembentukannya. Apabila pengaruhnya posotif,
outputnya adalah akhlak mulia; sebaiknya apabila pembinaaannya negatif, yang terbentuk
adalah akhlak mazmumah (tercela). Lingkungan keluarga, masyarakat dan situasi negara
sangat mempengruhi akhlak seseorang, sebagai individu dan warga negara, karena secara
potensial dan aktual Allah telah membentangkan jalan yang benar dan jalan yang salah.
Firman Allah surat Al-Syam: 8

َ ‫فَأ َ ۡل َه َم َها فُ ُج‬


‫ورهَا َوت َۡق َو ٰى َها‬
Artinya: “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kepasikan dan
ketakwaannya”.
Pemahaman tentang akhlak dapat diperoleh dari para para tokoh moralis Islam.
Berikut ini dikemukakan defenisi akhlak menurut beberapa pakar, yaitu sebagai berikut:
1) Ibn Miskawaih
‫حال للنفس داعية هلا اىل افعاهلا من غري فكر وروية‬
Artinya: “Keadaan jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan
tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dulu)

2) Iman Al-Ghazali

‫اخللق عبارة عن هيئة ىف النفس راسخة عنها تصدر األفعال بسهولة ويسر من غري حاجة إىل فكر وروية‬
Artinya: “Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran
(lebih dulu).
3) Ahmad Amin

‫عرف بعضهم اخللق ابنه عادة اإلرادة يعىن أن اإلرادة إذا اعتادت شيئا فعائدهتا هي املسماة ابخللق‬
Artinya: “Sebagian orang mengartikan bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang

5
dibiasakan( karakter). Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu
dinamakan akhlak”.
Menurut Ahmad Amin, kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan
manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang- ulang
sehingga mudah melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini
mempunyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang
lebih besar. Kekuatan yang besar inilah yang bernama akhlak.
Akhlak darmawan umpamanya, semula timbul dari keinginan berderma atau
tidak. Dari kebimbangan ini tentu pada akhirnya timbul, umpamanya, ketentuan memberi
derma. Ketentuan ini adalah kehendak, dan kehendak ini bila dibiasakan akan menjadi
akhlak, yaitu akhlak dermawan.
Betapapun semua definisi akhlak diatas berbeda redaksinya, tetapi sebenarnya
tidak berjauhan maksudnya, bahkan artinya berdekatan satu dengan yang lain, sehingga
Prof. K.H. Farid Ma‘ruf membuat kesimpulan tentang definisi akhlak ini sebagai berikut:
“Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena
kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu”.
Dalam pengertian yang hampir sama dengan kesimpulan di atas, Dr. M. Abdullah
Darroz, mengemukakan definisi akhlak sebagai berikut:
“Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan dan
kehendak yang berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang
benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pilihan yang jahat (dalam hal akhlak
yang jahat)”.
Selanjutnya menurut Abdullah Darraz, bahwa perbuatan-perbuatan manusia dapat
dianggap sebagai menifestasi dari akhlaknya, apabila memenuhi dua syarat, yaitu:
1) Perbuatan-perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama
sehingga menjadi kebiasaan,

2) Perbuatan-perbuatan ini dilakukan karena dorongan emosi-emosi jiwanya, bukan


karena adanya tekanan-tekanan yang datang dari luar, seperti paksaan dari orang
lain yang menimbulkan ketakutan, atau bujukan dengan harapan- harapan yang
indah-indah, dan lain sebagainya.
Sesungguhnya akhlak mempunyai peran yang penting dalam perilaku manusia
dan apa yang dimunculkannya. Perilaku manusia sesuai dengan apa yang bersemayam
di dasar jiwanya dari nilai-nilai dan sifat-sifat. Oleh karena itu, perbuatan-perbuatan
manusia selalu berhubungan dengan jiwanya, artinya adalah bahwa baiknya perbuatan
seseorang itu dikarenakan karena baiknya akhlak orang tersebut.

6
Oleh karena itu metode yang paling tepat untuk memperbaiki perilaku manusia
adalah dengan memperbaiki jiwa-jiwa dan mensucikannya serta menanamkan akhlak
akhlak yang utama. Islam sudah menjelaskan bahwa perubahan keadaan seseorang itu
mengikuti perubahan jiwanya. Allah berfirman dalam Surat Ar Radu ayat 11:
‫ٱّللَ ََل يُغ َِّي ُر َما ِّبقَ ۡو ٍم َحت َ ٰى يُغ َِّي ُرواْ َما ِّبأَنفُ ِّس ِّه ۡ ِۗم‬ ُ َ‫ت ِّم ۢن َب ۡي ِّن َيدَ ۡي ِّه َو ِّم ۡن خ َۡل ِّفِّۦه َي ۡحف‬ٞ ‫لَهۥُ ُم َع ِّق ٰ َب‬
ِّ ِۗ َ ‫ظونَ ۥهُ ِّم ۡن أَمۡ ِّر‬
َ ‫ٱّلل ِّإ َن‬
‫س ٓو ٗءا فَ ََل َم َردَ لَ ۚهۥُ َو َما لَ ُهم ِّمن دُونِِّّۦه ِّمن َوا ٍل‬ َ َ‫َو ِّإذَآ أَ َراد‬
ُ ‫ٱّللُ ِّبقَ ۡو ٖم‬
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum,
maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka
selain Dia”
Akhlak yang terpuji merupakan kebutuhan primer dari suatu masyarakat. Sejarah
telah menunjukkan bahwa bangsa yang kuat dan maju adalah bangsa yang memiliki
akhlak yang baik.

2. Dasar Ilmu Akhlak


Akhlak sebagaimana hal-hal lainnya memiliki dasar-dasar. Adapun dasar dari
akhlak di dalam aqidah Islamiyah adalah:

Pertama: Dasar I’tiqadi


Dasar I’tiqadi ini meliputi tiga hal:
a. Iman dan percaya kepada Allah (bahwa Allah itu ada dan nyata) yang
menciptakan mati dan hidup, manusia dan alam semesta, Dialah Allah yang Maha
Mengetahui segala sesuatu, yang telah lalu, saai ini dan yang akan datang.
b. Sesunggguhnya Allah sejak menciptakan manausia di dunia ini telah
mengenalkannya kepada Diri (jiwa) nya, dan mengenalkan jalan yang baik dan
buruk, mengenalkan yang haq dan yang batil melalui risalah dan wahyu. Allah
juga memberikan kemampuan kepada manusia untuk memahami hakikat
tersebut, serta memberikan petunjuk kaarah hal tersebut di dalam alam ini yang
barang siapa mau merenungkan dan mencarinya maka akan dapat
menemukannya.
c. Adanya kehidupan setelah mati. Kehidupan setelah mati ini ada yang penuh
kenikmatan namun sebaliknya ada juga yang penuh derita. Kenikmatan setelah
mati dapat diperoleh dengan mengikuti kebenaran. Sedangkan mereka yang

7
mengikuti kebatilan akan mendapatkan kehidupan setelah mati yang sangat
pedih. Akhlak Islam mengarahkan manusia untuk mengikuti yang benar guna
meraih kebahagiaan di dunia dan setelah mati (Yaljin, 1392: 119-121).
Kedua, Dasar Ilmiah
Islam adalah agama yang moderat. Islam mengambil posisi ditengah diantara dua
kelompok yang bertolak belakang. Kelompok pertama meyakini dan mengarahkan
orientasi hidupnya hanya pada kehidupan dunia ini saja dan mengabaikan (bahkan
mengingkari) kehidupan setalah kehidupan di dunia ini. Kelompok kedua sebaliknya
berorientasi pada kehidupan setelah kematian mengambil jalan kehidupan ruhani dan
mengabaiakan kehidupan dunia. Sedangkan Islam mengambil posisi ditengah tengah
dengan menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Ketiga, (Menjaga) Tabiat Manusia
Hal ini dikarenakan adanya hubungan yang erat antara perilaku (perbuatan)
manusia dengan tabiat (perangai) manusia, maka untuk dapat membentuk akhlak yang
baik para ulama menaruh perhatian pada aspek tabiat manusia.

Akhlak manusia secara umum dibagi menjadi tiga, akhlak manusia dengan
Tuhannya, akhlak manusia dengan dirinya, dan akhlak manusia kepada masyarakat
sekitarnya. Oleh karena itu tanggunng jawab akhlak adalah mengarahkan manusia pada
nilai-nilai dan usaha-usaha dalam perbuatannya, baik positif atau negativ untuk
dipertanggung jawabkan dihadapan Allah, dirinya sendiri dan dalam masyarakat
sosialnya (yaljin, 1392: 327).
Berdasarkan uraian di atas nilai tanggung jawab akhlak ini didasarkan pada tiga dasar:
a. Iman kepada Allah, karena pilihan untuk berpegang pada akhlak yang utama dan
meninggalkan akhlak tercela tidak dapat terwujud kecuali dengan keyakinan
yang mantap yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Begitu juga
pertimbangan untuk melakukan atau tidak melakukan tidak akan muncul kecuali
dengan keyakinan yang bersih, dan keyakinan ini adalah iman kepada Allah.
b. Dasar Rasional (akal). Hal ini karena akal diciptakan bagi manusia agar dapat
membedakan perkara benar dan salah, baik dan buruk sehingga manusia siap
menerima perintah dan larangan, juga manusia memperoleh akibat-akibat dari
perbuatannya (Al-Muhasibi, 1420: 252). Akal juga bisa memberikan isyarat dan
menunjukkan pada kebenaran (al-asfahany, 1408: 102). Akal juga menjadi media
untuk membuat pertimbanagan dalam menentukan pilihan.
c. Dasar intuisi (hati), hati bisa menjadi dasar pertimbangan perbuatan manusia,
seseorang yang mau merenungkan perbuatannya dengan bertanya pada hatinya

8
maka akan menemukan ketenangan dalam hatinya jika dia melakukanperbuatan
baik. Atau hatinya menjadi bingung dan takut perbuatannya diketahuiorang lain
jika melakukan perbuatan buruk.

3. Objek Kajian Ilmu Akhlak


Sebelum sampai kepada pembahasan inti tentang objek akhlak, sebaiknya perlu
dipahami dahulu apa sebenarnya ilmu akhlak itu.
Ilmu akhlak ialah ilmu untuk menetapkan segala perbuatan manusia. Baik atau
buruknya, benar atau salahnya, sah atau batal, semua itu ditetapkan dengan
mempergunakan ilmu akhlak sebagai petunjuknya.

Ahmad Amin lebih mempertegas lagi dalam kitabnya Al-Akhlak dengan


menyatakan bahwa Ilmu Akhlak adalah:

‫علم يوضح معىن اخلري والشر ويبني معاملة الناس بعضهم بعضا ويشرح الغاية الىت ينبغى أن‬
‫يقصدها ما ىف أعماهلم ويبني السبيل لعمل ما ينبغى‬
Artinya: “Ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, dan menerangkan apa yang
harus diperbuat oleh sebagian manusia terhadap sesamanya dan menjelaskan tujuan
yang hendak dicapai oleh manusia dan perbuatan mereka dan menunjukkanyang
lurus yang harus diperbuat”.
Jadi, menurut definisi tersebut ilmu akhlak itu mengandung unsur-unsur sebagai
berikut:
a. Menjelaskan pengertian baik dan buruk;
b. Menerangkan apa yang seharusnya dilakukan seseorang serta bagaimana cara
kita bersikap terhadap sesama;
c. Menjelaskan mana yang patut kita perbuat, dan
d. Menunjukkan mana jalan lurus yang harus dilalui.
Berdasarkan beberapa bahasan yang berkaitan dengan ilmu akhlak, maka dapat
dipahami bahwa objek (lapangan/sasaran) pembahasan ilmu akhlak itu ialah tindakan-
tindakan seseorang yang dapat diberikan nilai baik/buruknya, yaitu perkataan dan
perbuatan yang termasuk dalam kategori perbuatan akhlak. Dalam hubungan ini, Dr.
Ahmad Amin mengatakan bahwa ―etika itu menyelidiki segala perbuatan manusia
kemudian menetapkan hukum baik atau buruk. J.H. Muirhead meyebutkan bahwa pokok
pembahasan (subject matter) etika adalah penyelidikan tentang tingkah laku dan sifat
manusia. Muhammad Al-Ghazali mengatakan bahwa daerah pembahasan ilmu akhlak

9
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (perseorangan)maupun
kelompok (masyarakat).
Untuk jelasnya, bahwa perbuatan-perbuatan manusia itu dapat dibagi dalam tiga
macam perbuatan. Dari yang tiga ini ada yang masuk perbuatan akhlak dan ada yang tidak
masuk perbuatan akhlak.
a. Perbuatan yang dikehendaki atau disadari, pada waktu dia berbuat dan disengaja.
Jelas, perbuatan ini adalah perbuatan akhlak, bisa baik atau buruk, tergantung
pada sifat perbuatannya.

b. Perbuatan yang tidak dilakukan tidak dikehendaki, sadar atau tidak sadar diwaktu
dia berbuat, tetapi perbuatan itu diluar kemampuannya dan dia tidak bisa
mencegahnya. Perbuatan demikian bukan perbuatan akhlak. Perbuatan ini ada
dua macam:
1) Reflex action, al-a’maalu-mun’akiyah
Umpamanya, seseorang keluar dari tempat gelap ketempat terang, matanya
berkedip-kedip. Perbuatan berkedip-kedip ini tidak ada hukumnya, walupun
dia berhadap-hadapan dengan seseorang yang seakan-akan dikedipi. Atau
seseorang karena digigit nyamuk, dia menamparkan tangan pada yang digigit
nyamuk tersebut.
2) Automatic action, al-a’maalu ‘aliyah
Model ini seperti halnya degup jantung, denyut urat nadi dan sebagainya.
Perbuatan-perbuatan reflex actions dan automatic actions adalah perbuatan
di luar kemampuan seseorang, sehingga tidak termasuk perbuatan akhlak.
c. Perbuatan yang samar-samar, tengah-tengah, mutasyabihat.
Yang dimaksud samar-samar/tengah-tengah, mungkin suatu perbuatan dapat
dimasukkan perbuatan akhlak tapi bisa juga tidak. Pada lahirnya bukan perbuatan akhlak,
tapi mungkin perbuatan tersebut termasuk perbuatan akhlak, sehingga berlaku hukum
akhlak baginya, yaitu bahwa perbuatan itu baik atau buruk. Perbuatan-perbuatan yang
termasuk samar-samar, umpamanya lupa, khilaf, dipaksa, perbuatan diwaktu tidur dan
sebagainya. Terhadap perbuatan-perbuatan tersebut ada hadis-hadis rasul yang
menerangkan bahwa perbuatan-perbuatan lupa, khilaf, dipaksa, perbuatan diwaktu tidur
dan sebagainya, tidak termasuk perbuatan akhlak.
Selanjutnya, dalam menetapkan suatu perbuatan yang muncul dengan kehendak
dan disengaja hingga dapat dinilai baik atau buruk, ada beberapa syarat yang perlu
diperhatikan: (1) situasi dalam keadaan bebas, sehingga tindakan dilakukan dengan
sengaja dan (2) pelaku tahu apa yang dilakukan, yakni mengenai nilai baik buruknya.

10
Oleh sebab itu, suatu perbuatan dapat dikatakan baik buruknya manakala memenuhi
syarat-syarat diatas. Kesengajaan merupakan dasar penilaian terhadap tindakan
seseorang. Sebagai contoh, seorang prajurit yang membunuh musuh dimedan perang
tidak dikatakan melakukan kejahatan, karena ia dipaksa oleh situasi perang. Seorang
anak kecil yang main api didalam rumah hingga berakibat rumah itu terbakar, tidak dapat
dikatakan bersalah, karena ia tidak tahu akibat perbuatannya itu. Dalam Islam faktor
kesengajaan merupakan penentu dalam penetapan nilai tingkah laku/tindakan seseorang.
Seorang muslim tidak berdosa karena melanggar syariat, jika ia tidak tahu bahwa ia
berbuat salah menurut hukum Islam.
Erat kaitannya dengan permasalahan di atas, Rasulullah saw telah memberikan
penjelasan bahwa kalaulah suatu tindakan itu dilakukan oleh seseorang yang didasari
karena kelalaian (di luar kontrol akal normal) atau karena dipaksa, betapapun adaukuran
baik/buruknya, tidak dihukumi sebagai berdosa. Ini berarti diluar objek ilmu akhlak.
Dalam hubungannya dengan problem di atas, Rasulullah saw telah mengeluarkan
sabdanya yang diriwatkan oleh Ahmad, Abu Daud dan Hakim dari Umar bahwa
Rasulullah saw. berdabda:

‫رفع القلم عن اجملنون املغلوب على عقله حىت يربأ وعن النائم حىت يستيقظ وعن الصيب‬
‫حىت حيتلم‬
Artinya: “Tidak berdosa seorang muslim karena tiga perkara: (1) orang gila
hingga sembuh dari gilanya, (2) orang yang tidur hingga terbangun dan (3) seorang anak
hingga ia dewasa”.
Berdasarkan hadis tersebut, perbuatan lupa atau khilaf tidak diberi hukum dan
tidak termasuk perbuatan akhlak. Perbuatan tersebut umpamanya perbuatan diwaktu tidur
dan yang dipaksa. Namun, menurut ayat Al-Qur‘an, kita diperintahkan berdo’a kepada
Allah, untuk minta ampun, agar Allah tidak menghukum dan menyiksa kita apabila kita
berbuat lupa dah khilaf yang dianggap salah, sehingga mendapat hukuman siksa. Jadi
meskipun demikian lupa atau khilaf termasuk perbuatan akhlak. Dalam hal ini para ahli
etika menyimpulkan bahwa perbuatan lupa dan khilaf dan sebagainya ada dua macam:
a. Apabila perbuatan itu sudah dapat diketahui akibatnya atau patut diketahuiakibat-
akibatnya, atau bisa juga diikhtiarkan untuk terjadi atau tidak terjadinya. Oleh
karena itu, perbuatan mutasyabih demikian disebut perbuatan ikhtiari atau ghair
ta’adzur, sehingga dimasukkan perbuatan akhlak. Umpamanya, kalau kita tahu
bahwa dikhawatirkan kalau tidur akan berbuat yang tidak diinginkan, maka
hendaknya sebelum tidur kita harus menjauhkan benda-benda yang

11
membahayakan, senjata harus diamankan, api dipadamkan, pintu-pintu dikunci
dan sebagainya.

b. Apabila perbuatan ini tidak kita ketahui sama sekali dan diluar kemampuan
manusia, walaupun sudah diikhtiarkan sebelumya, tapi toh terjadi juga, perbuatan
demikain disebut ta’adzury (diluar kemampuan manusia). Perbuatan demikian
tidak termasuk perbuatan akhlak.
Rasulullah saw telah mengisyaratkan hal ini sebagai berikut:
‫إن هللا تعاىل جتاوز ىل وعن امىت اخلطأ والنسيان وما استكرهوا عليه‬
Artinya:“Sesungguhnya Allah member maaf bagiku dari umatku yang khilaf, lupa
dan terpaksa”.

4. Sumber Akhlak Islam


Sebagaimana ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur‘an dan Hadits maka akhlak
Islam juga demikian bersumber pada dua sumber ajaran Islam tersebut yaitu: al-Qur‘an
dan hadits (Sunnah).
Dalil yang menerangkan hal tersebut misalnya Q.S al-Ahzab:31:

‫صا ِّل ًحا نُؤْ تِّ َهآ أَ ْج َرهَا َم َرتَي ِّْن َوأَ ْعتَ ْدنَا‬
َ ‫سو ِّل ِّه َوتَ ْع َم ْل‬ ْ ُ‫َو َمن يَ ْقن‬
ِّ َ ِّ ‫ت ِّمن ُك َن‬
ُ ‫ّلل َو َر‬
‫لَ َها ِّر ْزقًا َك ِّري ًما‬
Artinya: ―dan barang siapa diantara kamu sekalian (isteri-isteri Nabi) tetap taat
kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang saleh, niscata Kami
memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezki yang
mulia”

Atau Sabda Nabi saw.:

‫امنا بعثت ألمتم مكارم األخالق‬


Artinya: Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik (HR. Muslim)

)‫أكمل املؤمنني امياان احسنهم خلقا وخياركم خياركم لنسائهم (رواه الرتمذى‬
Artinya: Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik
akhlaknya, dan yang terbaik diantara kalian adalah yang paling baik (perlakuannya)
kepada wanita (istri)nya. (HR. Tirmidzi)

12
5. Tujuan Akhlak
Akhlak yang diberi penekanan cukup besar dalam agama Islam tentu memiliki
tujuan yang ingin dicapai. Diantara tujuan dari akhlak adalah:

a. Menjadikan manusia memiliki derajat tinggi dan sempurna.


b. Akhlak menjadikan manusia senantiasa menghiasi diri dengan akhlakul karimah
dalam berhubungan dengan Allah dan sesamanya.
c. Akhlak membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
d. Akhlak yang baik menjadikan manusia bahagia di dunia dan beruntung di
akhirat.
e. Dengan akhlak yang baik maka keberlangsungan umat manusia akan tetap
terjaga.
f. Akhlak yang baik menjadikan iman seorang mukmin menjadi sempurna. (Mu‘ti
et.al, 2001:37-38)

6. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak


Akhlak adalah mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan
makhluk hewani. Manusia tanpa akhlak akan hilang derajat kemanusiaannya sebagai
makhluk Allah yang paling mulai, menjadi turun kemartabat hewani. Manusia yang telah
lari dari sifat insaniyahnya adalah lebih berbahaya dari binatang buas. Di dalam surat Al-
Tiin ayat 4-6, Allah mengajarkan bahwa: “sesungguhnya kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya; kemudian Kami kembalikan dia ke tempat
yang serendah-rendahnya (neraka); kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”.
Menurut Iman Al-Ghazali dalam bukunya Mukasyafatul Qulub, Allah telah
menciptakan makhluk-Nya terdiri atas tiga kategori. Pertama, Allah menciptakan
malaikat dan diberikan kepadanya akal dan tidak diberikan kepadanya elemen nafsu
(syahwat). Kedua, Allah menjadikan binatang dan tidak dilengkapi dengan akal, tetapi
dilengkapi dengan syahwat saja. Ketiga, Allah menciptakan manusia (anak Adam)
lengkap dengan elemen akal dan syahwat (nafsu). Oleh karena itu, barang siapa yang
nafsunya dapat mengalahkan akalnya, maka hewan melata misalnya lebih baik dari
manusia. Sebaliknya bila manusia dengan akalnya dapat mengalahkan nafsunya,
derajatnya diatas malaikat. Sedangkan menurut Prof. John Oman, Morality without
religion lacks awide heaven to bearth in (moral tanpa agama kehilangan tempat yang luas

13
untuk bernafas).

Akhlak sangat urgen bagi manusia. Urgensi akhlak ini tidak saja dirasakan oleh
manusia dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga dan
bermasyarakat, bahkan juga dirasakan dalam kehidupan berbangsa atau bernegara.
Akhlak adalah mustika hidup yang membedakan makhluk manusia dan makhluk hewani.
Manusia tanpa akhlak adalah manusia yang telah ―membinatang, sangat berbahaya.
Ia akan lebih jahat dan lebih buas dari pada binatang buas itu sendiri.
Jika akhlak telah lenyap dari diri masing-masing manusia, kehidupan ini akan
kacau balau, masyarakat menjadi berantakan. Orang tidak lagi peduli soal baik atau
buruk, halal atau haram. Dalam al-Qur‘an ada peringatan yang menjadi hukum besi
sejarah (sunnatullah), yaitu firman Allah dalam surat al-Araf Ayat 182:

‫} َوأ ُ ْم ِّلي‬١٨٢{ َ‫ْث َلَيَ ْعلَ ُمون‬ َ ‫َوالَذِّينَ َكذَبُوا ِّبئَايَاتِّنَا‬


ُ ‫سنَ ْستَ ْد ِّر ُج ُهم ِّم ْن َحي‬
‫لَ ُه ْم ِّإ َن َك ْيدِّي َمتِّين‬
Artinya: “dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami lalaikan
mereka dengan kesenangan-kesenangan dari jurusan yang mereka tidak sadari tidak
mereka kertahui”.

Rasulullah saw. pun diutus diantara misinya membawa ummat manusia kepada
akhlakul karimah. Dalam sabdanya disebutkan:

‫إمنا بعثت ألمتم مكارم األخالق‬


Artinya: “Saya diutus (kedunai) ialah untuk menyempurnakan akhlak yangmulai”.
Syauqi Beik, penyair Arab yang ternkenal pernah memperingatkan bangsa Mesir
‫وإنما األمم األحَلق ما بقيت وإن هموا ذهبت اخَلقهم ذهبواا‬
Artinya: “Bangsa itu hanya bisa bertahan selama mereka memiliki akhlak. Bila akhlak
telah lenyap dari mereka, merekapun akan lenyap pula”.
Berdasarkan definisi ilmu akhlak yang sudah dijelaskan, manfaat mempelajari
ilmu akhlak sebagai berikut:
a. Dapat menyinari orang dalam memecahkan kesulitan-kesulitan rutin yang
dihadapi manusia dalam hidup sehari-hari yang berkaitan dengan perilaku.
b. Dapat menjelaskan kepada orang sebab atau illat memilih perbuatan yang baik
dan lebih bermanfaat.
c. Dapat membendung dan mencegah kita secara kontinyu untuk tidak terperangkap
kepada keinginan-keinginan nafsu, bahkan mengarahkannya kepada hal yang
positif dengan menguatkan unsur iradah.

14
d. Manusia atau orang banyak mengerti benar-benar akan sebab-sebab melakukan
atau tidak akan melakukan sesuatu perbuatan, dimana dia akan memilih pekerjaan
atau perbuatan yang nilai kebaikannya lebih besar.
e. Mengerti perbuatan baik akan menolong untuk menuju dan menghadapi perbuatan
itu dengan penuh minat dan kemauan.
f. Orang yang mengkaji ilmu akhlak akan tepat dalam memvonis perilaku orang
banyak dan tidak akan mengekor dan mengikuti sesuatu tanpa pertimbangan yang
matang lebih dulu.
Sebenarnya dengan memahami ilmu akhlak itu bukanlah menjadi jaminan bahwa
setiap yang mempelajarinya secara otomatis menjadi orang yang berakhlak mulia, bersih
dari berbagai sifat tercelah. Ilmu akhlak ibarat dokter yang hanya memberikan penjelasan
penyakit yang diderita pasien dan memberikan obat-obat yang diperlukan untuk
mengobatinya. Dokter menjelaskan apa dan bagaimana memelihara kesehatan agar ia
sembuh dari penyakitnya; memberikan saran-saran dan peringatan bahaya-bahaya
penyakit yang diderita pasiennya agar ia lebih berhati-hati menjagadirinya.
Jadi, tugas dokter bukan untuk menyembuhkan pasien, tetapi dia menjelaskan
dengan sesempurna mungkin mengenai penyakit dan gejala-gejala penyakit. Bila si
pasien tidak menghentikan merokok atau tidak meninggalkan minuman-minuman keras,
misalnya, jadi, kesembuhan suatu penyakit sangat tergantung kepada si pasien apakah
setelah ia mendapat keterangan dari dokter mau menurutinya atau tidak. Jika dituruti,
insya Allah dia ada harapan terhindar dari penyakit atau penyakit yang sedang diderita itu
akan berangsur-angsur hilang dan dia menjadi sehat. Dengan demikian, faedah ilmu
akhlak dapat dipahami bahwa sesungguhnya ilmu akhlak tidak memberi jaminan
seseorang menjadi baik dan sopan. Ilmu akhlak membuka mata hati seseorang untuk
mengetahui suatu perbuatan dapat dikatakan baik atau buruk. Selain itu juga memberikan
pengertian apa faedahnya jika berbuat baik dan apa pula bahayanya jika berlaku jahat.

7. Pembagian Akhlak
Beberapa definisi dari akhlak yang telah dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya, menjelaskan bahwa aspek penting dari akhlak adalah nilai dari perbuatan
manusia; baik atau buruk.
Berdasarkan definisi di atas akhlak yang merupakan ilmu yang mengkaji tentang
perbuatan manusia, akhlak dapat diklasifikasikan menjadi dua; yaitu akhlak yang terpuji
yang seorang mukmin harus menghiasi dirinya dengannya, dan akhlak yang tercela yang
harus dijauhi dan dihindari oleh seorang mukmin.

15
Dualisme bentuk akhlak yaitu akhlak yang baik dan akhlak yang buruk membawa
konsekwensi berbeda bagi pelakunya. Masing-masing perbuatan akhlak manusia akan
mendapatkan balasannya baik atau buruk. Sebagaimana dijelaskan diatas akhlak
seseorang dibagi menjadi tiga, akhlak terhadap Allah, terhadap diri sendiri dan
masyarakat. Maka manusia akan menerima balasan dari dari tiga akhlak ini. Balasan dari
Allah untuk akhlak manusia berupa pahala untuk orang yang berakhlak baik dan hukuman
bagi yangberakhlak buruk. Balasannya itu bisa di dunia atau kelak di akhirat. Balasan dari
akhlak terhadap diri sendiri adalah berupa ketenangan dan kebahagiaan kalau akhlaknya
baik, dan kegelisahan kalau akhlaknya buruk. Sedangkan balasan dari masyarakat adalah
berupa sanksi sosial sesuai dengan aturan yang berlaku didalam masyarakat.
Pembagian akhlak yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah menurut sudut
pandang Islam, baik dari segi sifat maupun dari segi objeknya. Dari segi sifatnya, akhlak
dikelompokkan menjadi dua, yaitu pertama, akhlak yang baik, atau disebut juga akhlak
mahmudah (terpuji) atau akhlak al-karimah; dan kedua, akhlak yang buruk atau akhlak
madzmumah.
a. Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan
seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang
terpuji pula.
Sifat terpuji yang dimaksud adalah, antara lain: cinta kepada Allah, cinta kepda
rasul, taat beribadah, senantiasa mengharap ridha Allah, tawadhu‘, taat dan patuh kepada
Rasulullah, bersyukur atas segala nikmat Allah, bersabar atas segala musibah dan
cobaan, ikhlas karena Allah, jujur, menepati janji, qana‘ah, khusyu dalam beribadah
kepada Allah, mampu mengendalikan diri, silaturrahim, menghargai orang lain,
menghormati orang lain, sopan santun, suka bermusyawarah, suka menolong kaum yang
lemah, rajin belajar dan bekerja, hidup bersih, menyayangi binatang, dan menjaga
kelestarian alam. Selain itu terdapat pula sikap untuk menilai orang lain yang disebut
dengan husnuzzan. Husnuzzan artinya berprasangka baik. Sedangkan huznuzhan kepada
Allah SWT mengandung arti selalu berprasangka baik kepada Allah SWT, karena Allah
SWT akan memberikan terhadap hamba-Nya seperti yang hambanya sangkakan kepada-
Nya. Kalau seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah SWT maka buruklah
prasangka Allah kepada orang tersebut, jika baik prasangka hamban kepadanya maka
baik pulalah prasangka Allah kepada orang tersebut.
Apabila kita melihat petunjuk ayat-ayat al-Quran, terdapat isyarat tentang adanya
hirarki atau tingkatan akhlak mahmudah, yaitu:

16
1) Tingkat Hasanah, artinya hirarki akhlak mahmudah dalam tingkatan yang paling
rendah. Contoh kongkritnya misalnya menjawab salam dengan redaksi yang sama
dengan yang diucapkan oleh pemberi salam. Misalnya, ketika seseorang
mengucapkan salam dengan redaksi ―Assalamu’alaikum, dijawab dengan
ucapan―wa’alikumussalam.

2) Tingkat Karimah, artinya hirarki akhlak mahmudah dalam tingkat yang lebih
tinggi dari tingkat hasanah. Contoh kongkritnya misalnya menjawab salam
dengan redaksiyang lebih panjang dari yang diucapkan pemberi salam. Misalnya,
ketika seseorang mengucapkan salam dengan redaksi ―Assalamu’alaikum,
dijawab dengan ucapan ―wa’alikumussalam warohmatullah wabarokatuh.
3) Tingkat ‘Azhimah (‫)عظيمة‬, artinya hirarki akhlak mahmudah dalam tingkat yang

paling tinggi. Bentuk kongkritnya yaitu membalas keburukan dengan kebaikan.


Hal ini memang tidak mudah. Rasulullah SAW adalah personifikasi orang yang
mampu mempraktekkan tingkatan ini. Makanya Rasul disebut orang yang
memiliki akhlak mulia dengan tingkat ini. Hal ini diisyaratkan dalam Q.S. al-
Qalam [68]: 4 berikut ini:

‫ع ِّظ ٍيم‬ ٍ ُ‫َو ِّإنَ َك لَعَلَى ُخل‬


َ ‫ق‬
Artinya: ―dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”

Hirarki akhlak mahmudah tingkat hasanah dan karimah dalam al-Quran


diisyaratkan oleh Q.S. al-Nisa [4]: 86 berikut ini:

َ َ‫سنَ ِّم ْن َهآ أَ ْو ُردُّوهَآ إِّ َن للاَ َكان‬


‫علَى ُك ِّل‬ َ ‫َوإِّذَا ُحيِّيتُم بِّتَ ِّحيَ ٍة فَ َحيُّوا بِّأ َ ْح‬
‫ش ْىءٍ َحسِّيبًا‬
َ
Artinya: “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan,
maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau
balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah
memperhitungankan segala sesuatu”.

b. Akhlak Madzmumah
Akhlak madzmumah adalah tingkah laku yang tercela atau perbuatan jahat yang
merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat manusia.
Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan

17
dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur,
riya, dengki, bohong, menghasut, kikil, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah,
qati‘urrahim, ujub, mengadu domba, sombong, putus asa, kotor,mencemari lingkungan,
dan merusak alam.
Berdasarkan uraian di atas, hendaknya seorang mukmin senantiasa menghiasi
dirinya dengan akhlak yang terpuji dalam setiap tarikan dan hembusan nafasnya. Hal
demikian ini sudah diajarkan oleh Allah melalui al-Quran untuk hidup dalam tuntunan
Ilahi. Quraish Shihab menjelaskan tentang hal ini dalam menafsirkan al-Quran surat al-
Anfalayat 34 yang berbunyi: “Hai orang-orang beriman berkenan lah Allah dan
Rasul apabila Dia menyeru kamu kepada apa yang menghidupkan kamu”. Menurut
Quraish Shihab kata menghidupkan kamu dalam surat al-Anfal ayat 34 tersebut mengandung arti
bahwa Allah menganugerahi manusia apa yang berpotensi mencapai kesempurnaannya. Seperti
pencerahan akalnya, keyakinan yang benar, budi pekerti yang luhur. petunjuk menyangkut
kegiatan positif serta perbaikan individu dan masyarakat. (Shihab, 2018: 68-69)
Sebagaimana akhlak terpuji, akhlak tercela juga dapat dikatakan memiliki
tingkatan, walaupun tidak secara tegas diisyaratkan dalam teks al-Quran atau hadits.
Kata-kata hûban kabîra yang terdapat dalam Q.S. al-Nisa [4]: 2 yang ditafsirkan dengan
dzanban ‘azhîmâ (dosa besar) atau kata-kata lain yang semakna dengannya, atau istilah
min al-kabâir dalam hadits nabi menunjukkan adanya tingkatan dosa besar. Beberapa
contoh dosa besar yang dijelaskan dalam al-Quran dan hadits diantaranya: syirik,
menyakiti kedua orang tua, memakan harta riba, mengkonsumsi minuman keras (khamr),
membunuh jiwa bukan karena alasan yang benar, dan lain. Mafhum mukhalafah dari
adanya dosa besar adalah ada yang disebut dosa kecil, walaupun dalamteks al-Quran tidak
ada istilah dzanban shagîra. Seorang muslim dituntut menjauhi dosa besar dan kecil.
Ketika melakukan dosa besar segera bertaubat kepada Allah, dan diusahakan sekua
mungkin mengerjakan dosa kecil. Dalam sebuah keterangandijelaskan:

ِّ ‫اَل ْستِّ ْغ َف‬


‫ار‬ ِّ ‫ص َر ِّار َوَلَ َك ِّبي َْرةَ َم َع‬
ْ ‫اَل‬
ِّ ‫ص ِّغي َْرةَ َم َع‬
َ ‫َل‬
Artinya: “Tidak ada (disebut) dosa kecil kalau dikerjakan terus menerus (akhirnya
menjadi besar juga), dan tidak ada dosa besar kalau diiringi istighfar/ tobat(akhirnya
akan terhapus juga)”.

18
Memahami, mengidentifikasi macam macam akhlak terpuji terhadap Allah,
diri sendiri, maupun terhadap orang lain dan lingkungan

1. Mahasiswa PPG mampu menjelaskan konsep akhlak terpuji dalam Islam.


2. Mahasiswa PPG mampu mengidentifikasi akhlak terpuji dalam
kehidupan sehari hari.
3. Mahasiswa PPG mampu menjelaskan implementasi akhlak terpuji dalam
kehidupan.

1. Akhlak terpuji
2. Akhlak terpuji terkait diri sendiri
3. Adab kepada orang tua
4. Akhlak terpuji dalam kehidupan sosial, bernegara dan berbangsa

1
Uraian Materi

A. Akhlak Mahmudah

Masih ingat dalam kegiatan belajar sebelumnya, akhlak dibagi menjadi dua ;
mahmudah dan madzmumah. Sekarang kita akan membahas tentang akhlak mahmudah.
Akhlak mahmudah adalah tingkah laku terpuji yang merupakan tanda keimanan
seseorang. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji ini dilahirkan dari sifat-sifat yang
terpuji pula. Berikut ini diuraikan beberapa bentuk akhlak terpuji.

1. Hidup Bersih
Hidup bersih adalah menjalani kehidupan dengan selalu menjaga kebersihan.
Anjuran untuk hidup bersih merupakan perintah agama dan perintah sosial. Dalam
agama, hidup bersih merupakan bagian keimanan itu sendiri. Dalam kehidupan sosial,
terutama perintah kesehatan dan lingkungan, hidup bersih juga sebagai keharusan.
Dengan demikian, kita wajib hidup bersih, karena hal itu merupakan tuntutan keduanya.
Hidup bersih mengandung dua pengertian; yakni bersih dalam pengertian fisik (jasmani)
dan bersih dalam pengertian rohani. Dalam pengertian fisik, bersih mencakup bersih
badan, bersih pakaian, bersih tempat tidur, bersih ruang kelas, bersih tempat
tinggal dan lingkungan, bersih tempat ibadah.
Bersih badan ini bisa dilakukan dengan kegiatan sehari-hari seperti mandi dua kali
sehari dengan bersabun, menyikat gigi setelah bangun tidur, makan dan menjelang tidur,
mencuci tangan sebelum makan, mencuci kaki sebelum tidur dan menghindari tempat-
tempat kotor.
Bersih pakaian maksudnya memelihara kebersihan pakaian dari kotoran dan najis.
Dari segi agama dan kesehatan, kita dianjurkan untuk memakai pakaian bersih. Sebab
pakaian kotor dapat menimbulkan berbagai macam penyakit. Bersih pakaian juga
mengandung arti bahwa pakaian itu tidak diwarnai dengan cat, pilok, tulisan, gambar dan
lambang-lambang apa pun. Sebab hal itu akan menjadikan pakaian yang dipakai justru
menjadi simbol kenakalan.
Bersih tempat tidur, artinya bantal dan kasur yang kita pakai tidak mengandung
debu dan jenis kotoran lain, penerangan lengkap, udara masuk, dan juga tidak lembab.
Bersih tempat tinggal dan lingkungan artinya memelihara kebersihan dengan menyapu
lantai setiap hari, menyediakan tempat sampah, tidak membuang sampah di sembarang
tempat, saluran air kotoran selalu dibersihkan, tidak mencorat-coret tembok rumah,

2
tembok sekolah, jembatan dan bahu-bahu jalan.
Termasuk kepada bersih lingkungan dalam wilayah yang lebih luas adalah
menjaga dan memelihara ciptaan Allah yang ada di sekitar kita, seperti tumbuh-
tumbuhan, hutan, laut, binatang-binatang dan sebagainya. Semua ini termasuk akhlak
yang terpuji.

a. Menjaga Kelestarian Hutan


Hutan merupakan faktror yang sangat penting untuk menopang kehidupan di
bumi. Kenyataannya, luas hutan hanya seperempat bagian dari daratan bumi. Hutan
memberikan perlindungan kepada kestabilan tanah, iklim lokal, dan menyerap
pemanasan global. Hutan juga menjadi habitat berbagi jenis flora dan fauna. Dari sudut
pandang ekonomi, hutan tidak hanya menghasilkan kayu industri dan kayu bakar, akan
tetapi juga obat-obatan dan tanaman bermanfaat lainnya. Bila pengelola tidak baik, maka
banyak kawasan hutan yang rusak. Kayu adalah satu sumber daya alam tertua. Bangunan,
perahu, mebel, batang korek api, dan kertas adalah beberapa benda yang dapat dibuat dari
kayu yang berasal dari berbagai jenis pohon. Dan Dialah Allah yang menjadikan bagimu
dari yang diciptakan-Nya keteduhan, dan dari gunung-gunung Ia menjadikan bagimu
tempat berlindung, dan Ia menjadikan bagimu pakaian yang melindungi dari kekerasan.
Demikianlah ia lengkapkan nikmat-Nya bagimu supayakamu tunduk pada kehendak-
Nya dalam Islam. (QS. an-Nahl:81).
Selingan:
Seorang kakek tua membuat sebuah kebun buah pada usia
delapan puluh tahun, para tetangga mengira ia sudah gila. Pada
suatu hari para tetangga melihat si kakek tua sedang sibuk
menanam pohon di tanah lapang dekat rumahnya. Orang- orang
berkerumun dan mulai mentertawakannya. Mereka bertanya:
Apa yang telah merasukimu sehingga kau mulai menanam pohon
pada usiamu sekarang? Kau tak akan sempat melihat pohon-
pohon itu tumbuh besar dan berubah. Sang kakek tetap
meneruskan pekerjaannya. Setelah beberapa saat, ia
menegakkan badannya dan memperhatikan orang-orang itu.
“Tak terpikirkan oleh kalian, bahwa aku sedang menanam pohon
untuk generasi sesudahku?”, lalu ia membungkuk dan
meneruskan pekerjaannya. Orang yang menanam pohon tidak
selalu makan buahnya.

3
b. Menjaga Kebersihan Laut
Samudera yang luasnya sekitar 362 juta km2 menutup lebih dari 2/3 permukaan
bumi. Berarti lebih dari dua kali luas daratan. Samudra menyimpan 90% air di dunia.
Samudera sangat berpengaruh kepada sistem cuaca harian dan iklim jangka panjang bumi.
Hampir 75% panas dari matahari yang mencapai bumi tersimpan oleh samudera. Laut
merupakan sumber kehidupan manusia. Di laut orang bisa mengambil ikan, berlayar,
mengambil energi, dan masih banyak lagi kepentingan lain. Oleh karena itu kita wajib
melindungi laut dari yang merusak ekosistemnya. Dialah yang menundukkan lautan,
supaya dari situ kamu dapat memakan daging yang segar dan lembut, dandapat
kamu keluarkan dari dalamnya perhiasan guna dipakai, dan kamu lihat kapal berlayar
melelui ombak supaya kamu mencari karunia Allah dan kamu bersyukur (QS. An-Nahl:
14).
Sayang, banyak orang memperlakukan laut dan samudera dengan ceroboh.
Mereka merusak habitat laut, maracuni makhluk hidup laut, dan menggunakan laut
sebagai mtempat pembuangan sampah yang mengancam kesehatan orang-rang yang
tergantung pada laut.
2. Kasih Sayang
Selain bersih fisik, seperti yang disebutkan di atas, ada pula bersih rohani.Bersih
rohani artinya bersih dalam bersikap seperti menyayangi orang lain, berperilaku bagus
dan rukun dengan tetangga, menasehati teman yang melakukan kejahatan, menghormati
kedua orang tua dan mengikuti perintahnya, dan masih banyak lagi perbuatan-perbuatan
terpuji sebagai indikator seseorang itu dapat disebut memiliki rohani yang bersih.
Simaklah Cerita Berikut!
Ahmad dan Rusli sekarang sama-sama duduk di kelas satu SD.
Mereka adalah dua sahabat yang bertetangga dan akrab sekali.
Pada suatu hari, Rusli, teman sekelas Ahmad tidak bisa hadir di
sekolah karena sakit. Sudah barang tentu, Rusli terpaksa tinggal
pelajaran hari itu. Sehari kemudian, Rusli sudah sembuh. Bahkan
esok harinya Rusli sudah bisa masuk sekolah seperti biasa.
Ketika Rusli pulang dari sekolah, tiba-tiba Ahmad, teman

4
akrabnya, memanggilnya. “Rusli, kamu sudah sehatkan bukan?
O ya, sahut Rusli. Kemudian Ahmad berkata lagi: “syukurlah,
kamu dua hari yang lewat sakit bukan? Jadi, saya ingin bantu
kamu untuk mengulang dan menerangkan kembali pelajaran
pada hari dimana kamu sakit waktu itu, kamu setuju bukan?” O
ya, saya sangat setuju, jawab Rusli. OK, nanti malam selesai
sholat magrib kita belajar bersama saja. Alhamdulillah, kamu
Ahmad adalah teman saya yang penyayang sama temannya, ujar
Rusli dengan wajah ceria.

Kasih sayang, seperti tergambar dalam cerita pendek di atas, juga dapat terwujud
dengan sikap penolong Ahmad atas temannya Rusli. Demikian memang, manusia adalah
sebagai makhluk sosial. Pada dasarnya, ia tidak bisa hidup sendiri. Ia membutuhkan
teman dalam hidupnya. Si Amad, yang sehat sekalipun tidak bisa hidup ceria tanpa
temannya Rusli, yang pada waktu itu sakit. Ahmad butuh teman bicara, bermain,
bercanda dan masih banyak bentuk kebutuhan lainnya. Siapa pun yang hidup di tengah
masyarakat, tidak akan bisa lepas dari sikap tolong menolong. Seseorang tidak boleh
hanya memikirkan dirinya sendiri, untuk kepentingan dirinya sendiri, apalagi sampai
mengorbankan orang lain.
Seorang guru bisa saja mengungkapkan manfaat tolong menolong, seperti:
disayang Allah, disayang orang tua maupun teman, hidup tenang dan bahagia, bisa
membantu orang lain untuk lepas dari suatu kesulitan dan masih banyak manfaat langsung
yang bisa dirasakan para siswa dalam kehidupan realnya. Untuk mengetahui siswa aktif,
guru bisa pula mengajukan pertanyaan seperti:
a. Sebutkan siapa saja orang yang sudah pernah kamu tolong.
b. Mengapa kamu harus menolongnya.
c. Dalam hal apa kamu menolongnya.
d. Kamu merasakan apa ketika bisa menolong orang lain.
e. Tulislah cerita tentang kejadian saat kamu menolong oran lain, kemudian
bacalah di depan kelas.

3. Disiplin
Disiplin dapat diartikan melakukan hal-hal yang sesuai dengan aturan, petunjuk,
kesepakatan atau jadual. Dalam agama Islam, disiplin merupakan ajaran yang sangat
penting. Pentingnya menghargai waktu misalnya, dapat dibaca dalam al-Qur‘an surat al-
Ashr, ayat 1-3 yang menyebutkan: “Demi waktu, sungguh manusia dalam kerugian,

5
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati
untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”.
Ada beberapa hal yang bisa disampaikan di sini terkait dengan hal kedisiplinan,
yakni disiplin belajar atau di sekolah, disiplin bermain, disiplin nonton televisi, disiplin
di tempat- tempat umum dan kenderaan umum.
a. Disiplin Belajar atau Disiplin di Sekolah
Disiplin belajar atau disiplin di sekolah merupakan hal yang rutin dilakukan dan
bisa diawasi setiap saat. Hanya saja disiplin belajar di luar sekolah, seperti di rumah,
selalu mendapatkan kendala atau kesulitan. Secara teoritis, orang tua dan lingkungan
harus berperan. Akan tetapi dalam kenyataan, banyak sekali orang tua siswa yang merasa
kesulitan untuk membimbing anak disiplin belajar di rumah. Akhirnya, guru tetap saja
sebagai sosok tempat mengadu orang tua. Oleh karena itu, ada satu strategi yang bisa
dilakukan guru untuk menambah tingkat disiplin anak di rumah, yakni dengan
menekankan kepada anak untuk membacakan/mempresentasikan kembali isi pelajaran
yang didapatkan di sekolah, yakni membacakan di depan orang tuanya atau kolega lain.
Hal ini bisa dilakukan berlangsung rutin setiap hari. Menekankan artinya ada evaluasi,
indikator dan sanksi yang jelas dan tegas dari guru bila hal ini tidak dilakukan. Dalam
kenyataan di lapangan, apa yang dikatakan guru (perintah atau larangan) lebih ampuh dari
perkataan orang tua.
b. Disiplin (dalam mengatur waktu) Bermain dan Nonton Televisi
Dewasa ini, jenis permainan anak cukup berkembang pesat, yakni dari yang paling
murah hingga yang paling mahal. Dari bermain petak umpat di kampung- kampung
sampai ke Time Zone di Super Market. Barangkali, permainan-permainan seperti ini
masih dalam kategori bisa diawasi dan terjadual secara baik. Artinya, masih besar
kemungkian untuk membentuk kedisiplinan anak dalam melakukan permainan itu.
Dewasa ini, kesempatan untuk bermain anak sudah sangat terbatas oleh jam kesibukan
belajar, yang menurut sebagian ahli pendidikan, sudah melanggar hak anak- anak. Ini juga
harus dimaklumi oleh orang tua dan pengelola pendidikan sendiri.
Berbeda dengan menonton televisi, tampaknya, tidak ada jadwal yang jelas kapan
seorang anak menonton televisi, kemudian dalam acara apa misalnya. Sudah barang tentu,
ada beberapa orang tua yang sudah melakukan penjadwalan secara ketat tentang kapan
seorang anak nonton televisi di rumah. Namun, kebanyakan belum bisa melakukan itu
secara konsisten. Sudah banyak guru yang menyampaikan himbauan ini di dalam kelas,
tetapi belum secara maksimal dilakukan anak. Beberapa waktu lalu, ada satu acara yang
cukup menarik seperti Smack Down, belakangan ini sudah tidak banyak dilihat siswa

6
tertentu, karena ada beberapa sekolah yang secara tegas mengatakan bahwa permainan
itu haram, dan menontonnya pun berarti berdosa. Memang, pendekatan-pendekatan
normatif dalam hal tertentu penting dilakukan untuk menjadikan anak lebih berhati-hati.
Cara seperti ini, juga bisa dilakukan untuk acara- acara lain, bukan hanya Smack Down
c. Displin di Tempat Umum
Disiplin tidak hanya di rumah dan di sekolah, tetapi di mana saja pun seseorang
harus mempunyai disiplin. Disiplin pada tempat-tempat umum artinya mengikuti aturan-
aturan atau petunjuk yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kalau berjalan kaki, misalnya,
harus disebelah kiri jalan; jika naik kenderaan harus mematuhi rambu-rambu lalu lintas,
membuang sampah harus pada tempat yang sudah disediakan, tidak saling ngebut di jalan
raya kendati pun naik sepeda biasa beserta teman-teman misalnya.
Dari seluruh ajaran yang terkait dengan aqidah dan akhlak, pedekatan dengan
pembiasaan merupakan strategi yang dianggap lebih tepat. Para siswa tidak harus banyak
dituntut untuk menghafalkan, akan tetapi membiasakan diri untuk melakukan. Yang ingin
disampaikan di sini adalah seharusnya perbuatan-perbuatan baik yang dilakukian itu
merupakan hasil pembiasaan, yang pada gilirannya menjadi budaya masyarakat (peserta
didik). Apakah yang demikian akan mendapat pahala Tuhan, barangkali penekanan aspek
normatif ini dijelaskan di belakang. Demikianlah, strategi ini bisa ditarapkan terhadap
perbuatan-perbuatan yang dilarang (tercela).

4. Adab Kepada Orang Tua dan Guru


Al-Quran pada dasarnya sudah memberikan contoh minimal atas apa yang tidak
boleh dilakukan terhadap orang tua (bapak dan ibu). Di sana disebutkan ―janganlah
kamu mengatakan “ah” kepada kedua orang tua kamu, akan tetapi katakanlah kepada
mereka kata- kata yang mulia (Q.S. al-Isra [17]: 23-24). Adab kepada orang tua tidak
semata dalam bentuk kata seperti itu, akan tetapi juga terkait dengan tingkah laku maupun
sikap. Sebab, sering ditemukan kata-kata yang kelihatan halus dan hormat, akan tetapi
dapat berimplikasi menyakitkan hati orang tua. Oleh karena itu, faktor budaya dalam
masyarakat juga harus mendapat pertimbangan.
Adab kepada orang tua bisa dilakukan dengan bentuk-bentuk sebagai berikut:
a. Mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan kedua orang tua
b. Mematuhi perkataan atau perintah kedua orang tua, selama perintah itu tidak
melanggar aturan-aturan agama mapun norma masayarakat secara umum.
c. Mengkomunisikan kepada kedua orang tua apa yang merupakan rencana anak.
d. Bersikap lemah lembut dihadapan keduanya.

7
e. Meninggalkan atau menjauhi apa yang dilarang oleh kedua orang tua
f. Membantu orang tua di rumah, khususnya, pekerjaan yang rutin dilaksanakan.
g. Tidak menceritakan kekurangan dan kelemahan orang.
Dalam konteks ini, tatakrama terhadap kedua orang tua memiliki pengertian:
a. Seorang anak harus dilatih untuk berbakti kepada kedua orang tua. Demi tujuan
ini, hendaknya ia diberi beberapa tugas yang dapat dilaksanakan. Setiap dia
mentaati kedua orang tuanya, hendaknya ia diberi pujian agar nilai semacam ini
semakin tertanam.
b. Berbicara dengan orang tua dengan sopan dan tidak mengeraskan suara. Allah
berfirman dalam surat al-Isra‘ ayat 24: Dan rendahkan lah dirimu terhadaop
mereka (dua orang tua) dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “wahai
Tuhanku, kasihanilah mereka berdua, sebagaimana mereka telah mendidik aku
diwaktu kecil‟.
c. Anak dibiasakan agar tidak memandang dengan tajam terhadap kedua orang
tuanya, serta duduk dengan sopan di hadapan mereka.
d. Anak dibiasakan agar tidak keluar rumah tanpa seizing orang tuanya, serta tidak
boleh pulang terlambat kecuali mendapatka izinnya.
e. Sejak kecil anak dibiasakan untuk mendo‘akn kedua orang tuanya. Metode terbaik
dalam hal ini apabila anak selalu mendengan orang tuanya berdo‘a untuk kakek
neneknya. Dengan cara ini, Insya Allah, akan tertanam pada diri anak untuk selalu
mendo‘akan kedua orang tuanya.
Pada umumnya, tindakan anak sangat dipengaruhi kebiasaan orang tuanya. Oleh
karena itu, aspek keteladanan merupakan hal paling utama dalam pembinaan anak-anak.
Keteladanan merupakan metode terbaik dalam pendidikan moral. Diperingatkan kepada
dua orang tua, bahwa mereka selalu diawasi oleh putra-putrinya dalam keluarga. Bahkan,
segala perilaku mereka akan selalu direkam dalam hati anak yang masih bersih dan suci,
hati yang merupakan amanat Allah yang ada pada diri anak. Pada aspek keteladanan,
sikap yang harus dituntut adalah konsistensi serta kelangsungan, baikdalam perbuatan
ataupun budi pekerti yang luhur dari dua orang tua.
Adab kepada guru sebenarnya tidak jauh berbeda dengan adab kepada dua orang
tua. Hanya saja guru dan anak bertemu di sekolah dengan waktu tertentu, sementara orang
tua biasanya di rumah. Ayah dan ibu di rumah sering disebut orang tua biologis dan
teologis. Sementara guru di sekolah disebut orang tua teologis. Orang tua biologis lebih
berorientasi membereskan jasmani, sedangkan orang tua teologis lebih berkaitan dengan
membereskan rohani atau mental.

8
5. Akhlak dalam kehidupan sosial, bernegara dan berbangsa
a. Toleransi
Toleransi berasal dari Bahasa latin tolerare yang berarti berusaha untuk tetap
bertahan hidup tinggal atau berinteraksi dengan sesuatu yang sebenarnya tidak disukai
atau disenangi. Dalam kamus Bahasa Indonesia toleransi berarti kelapangan dada dalam
arti suka rukun kepada siapapun, membiarkan orang berpendapat atau berpendirian lain.
Sikap toleransi ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang baik sosial maupun
keagamaan, namun dalam pembahasan ini kajian tentang toleransi akan kita fokuskan
dalam masalah agama.
1) Toleransi menurut al-Quran dan Sunnah
Berdasarkan Al-quran surat Al-mumtahanah ayat 8 dan 9 Islam menganjurkan
untuk berlaku adil tidak hanya kepada sesama muslim namun juga kepada non muslim
selama mereka tidak memerangi dan melakukan pengusiran terhadap umat Islam. Konsep
toleransi dalam Islam dikenal dengan istilah tasamuh, yang berasal dari akar kata
tasâmaha – yatasâmahu – tasâmuhan, yang arti asalnya adalah saling membiarkan, atau
saling mempersilahkan.
Rasulullah sebagai teladan umat muslim memberikan contoh langsung bagaimana
toleransi diterapkan, yaitu ketika beliau hijrah ke Madinah. Di Madinah ada kelompok-
kelompok dari orang Yahudi yang menjadi penduduk asli. Upaya awal yang dilakukan
oleh Rasulullah adalah membangun kerjasama di antara semua elemen masyarakat
Madinah baik muslim maupun non-muslim yang dituangkan dalam suatu perjanjian yang
dikenal dengan Piagam Madinah (Mitsaqu Madinah/ Madinah Charter).
Poin yang dituangkan dalam Piagam Madinah antara lain berisi bahwa umat Islam
dan orang-orang Yahudi harus mempertahankan Yatsrib atau Madinah apabila diserang
oleh musuh, serta mengukuhkan kebebasan keluar dari kota Yatsrib bagi yang
menghendaki dan mempersilahkan berdiam diri bagi yang ingin mempertahankan
kehormatannya
Toleransi sebagai bentuk kemauan untuk menerima perbedaan berarti sejalan
dengan sunnatullah yang menciptakan manusia bersuku suku berbangsa bangsa agar
saling mengenal saling berinteraksi satu sama lain (Q.S. al-Hujrat [49]: 13). Ajaran Islam
dengan tegas mengatakan bahwasanya di dalam beragama tidak ada paksaan. Manusia
bebas memilih jalannya masing-masing yang tentunya nanti akan bersedia menerima
konsekuensi dari pilihannya. Meskipun manusia berbeda keyakinan namun Islam
mengajarkan untuk saling menghormati dan saling berbuat baik dalam kehidupan sosial

9
bermasyarakat, sedangkan untuk urusan keyakinan keagamaan (akidah) diserahkan
kepada masing-masing lakum dinukum waliyadin.
Untuk mewujudkan toleransi hendaknya kita senantiasa memahami bahwa dalam
kehidupan selalu terdapat perbedaan bahkan perbedaan-perbedaan itu adalahsunnatullah,
dan sebaiknya kita sebagai Muslim mampu menyikapi perbedaan-perbedaan itu dengan
baik sehingga perbedaan bisa menjadi rahmat, bukan menyebabkan perpecahan. Hal
lain yang bisa kita usahakan untuk menumbuhkan perilaku toleransi adalah dengan
membuka diri untuk menerima saran dan masukan dari orang lain didasari pada kenyataan
bahwa Sanya kita adalah manusia yang penuh kekurangan dan kelemahan serta tempatnya
salah dan lupa.
Ketika nilai-nilai dan praktek toleransi ini dapat kita lestarikan dalam relasi sosial,
kita maka kita akan mendapatkan hal-hal positif darinya seperti:
1. Terwujudnya persaudaraan persatuan dan kesatuan
2. Terwujudnya kehidupan masyarakat yang harmonis
3. Terciptanya rasa aman, tentram, tenang dan damai
4. Sesama anggota masyarakat akan saling menghormati satu sama lain
5. Menghilangkan sifat dengki, fitnah, kebencian, dendam dan permusuhan
Dalam konteks kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara, sikap toleransi
akan melahirkan kerukunan. Salah satu makna kerukunan ialah terwujudnya kehidupan
yang saling menghormati dan menghargai. Di Indonesia dikenal tiga bentuk kerukunan,
yaitu (1) kerukunan antar umat seagama, (2) kerukunan antar umat beragama, (3)
kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.
b. Sikap Moderat (Tawassuth)
Tawassuth merupakan sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan dalam
segala aspek kehidupan. Dalam bahasa sehari-hari istilah ini diartikan dengan moderat,
atau pertengahan. Dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara, sikap ini
memiliki urgensi yang sangat penting. Dengan sikap ini seseorang, kelompok, atau
organisasi apapun akan menampilkan perilaku menghindari konfrontasi atau kekerasan
manakala menyikapi segala sesuatu yang berbeda dengannya. Sikap tawassuth ini
didasarkan pada sebuah keterangan:

‫خير األمور اوسطها‬


Artinya: “Sebaik-baiknya segala urusan ialah yang pertengahannya”

Implementasi sikap tawassuth dalam kehidupan, terutama dalam kehidupan

10
beragama akan melahirkan beberapa keadaan berikut:
1. Seseorang atau sekelompok orang tidak akan mudah menuduh orang lain yang
berbeda pendapat, pemahaman, dan termasuk aliran (kelompok) keagamaan
dengan tuduhan negatif, apalagi misalnya mengkafirkan atau sebutan lainnya yang
tidak layak diucapkan.
2. Terwujudnya kehidupan yang aman, damai dan harmonis dalam bermasyarakat,
beragama, berbangsa dan bernegara.
3. Keberlangsungan pembangunan akan tetap berjalan karena rakyat yang sedang
membangun negerinya tidak direpotkan dengan adanya konflik yang ditimbulkan
sikap-sikap intoleran dan tidak moderat.
4. Cita-cita dan tujuan negara seperti yang tercantum dalam konstitusi negara akan
terwujud.

c. Sikap Seimbang (Tawâzun)


Tawâzun secara literal berasal dari kata al-wazn artinya timbangan. Secara
filosofis sesuatu disebut timbangan manakala dapat menimbang sesuatu secara seimbang
dengan kadar ukuran timbangan yang benar. Isyarat konsep dan implementasi tawazun
banyak terdapat dalam al-Quran. Salah satunya misalnya dalam Q.S. al- Rahman [55]: 9
berikut ini:

َ‫ْط َوالَت ُ ْخس ُِروا ْال ِميزَ ان‬


ِ ‫َوأَقِي ُموا ْال َو ْزنَ ِب ْال ِقس‬
Artinya: “dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu
mengurangi neraca itu”
Seseorang yang memiliki sikap Tawâzun tidak akan tergesa-gesa dan mengambil
keputusan tanpa dipertimbangkan terlebih dahulu secara cermat akibat baik buruknya.
Misalnya ketika mendapat atau membaca berita yang diragukan kebenarannya apalagi
yang diduga bersifat bohong (hoaks), ia akan mempertibangkannya dengan penuhkehati-
hatian. Ia tidak akan cepat memihak kepada salah satu pihak tanpa dasar yang jelas.
Dalam kehidupan beragama, sikap Tawâzun akan menjadikan seseorang mampu
menjalani kehidupan secara seimbang. Ia tidak akan terlalu sibuk mengejar dunia dengan
mengabaikan akhirat atau sebaliknya. Sikap berlebihan pada satu aspek dengan
mengabaikan aspek lainnya tidak dibenarkan oleh Islam. Hal ini didasrkan pada firman
Allah Q.S. al-Qashash [28]: 77 berikut ini:

‫َصيبَ َك ِمنَ الدُّ ْن َيا َوأَ ْحسِن‬ َ ‫َّار اْأل َ ِخ َرةَ والَتَ ْن‬
ِ ‫سن‬ َ َ‫َوا ْبتَ ِغ فِي َمآ َءات‬
َ ‫اك للاُ الد‬

11
َ‫ض ِإ َّن للاَ الَيُ ِحبُّ ْال ُم ْف ِسدِين‬ َ َ‫سنَ للاُ ِإلَي َْك َوالَتَب ِْغ ْالف‬
ِ ‫سادَ فِي اْأل َ ْر‬ َ ‫َك َمآأَ ْح‬
Artinya: “dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Implementasi sikap Tawâzun akan membawa dampak positif dalam kehidupan
pada berbagai aspeknya, diantaranya:
1. Menjadikan hati dan pikiran senantiasa tenang karena kehatian-hatian yang
didasarkan pada pertimbangan teologis, logika dan rasionalitas.
2. Menjadikan seseorang atau sekelompok masyarakat bisa diterima oleh berbagai
kalangan sehingga ia bisa memberi warna positif bagi lingkungannya.
3. Menjadikan seseorang atau sekelompok masyarakat terhindar dari konflik, baik
dalam skala regional, nasional, maupun internasional.

d. Persamaan/Sikap Egalitarian (Musawah)


Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
membawa prinsip egaliter dalam ajarannya. Islam datang di masa di mana perbudakan
masih menjadi hal yang lumrah, namun Islam datang memandang semua manusia sama
derajatnya. Ketakwaan lah yang akan membedakan derajat mereka Hal inilah yang
menjadi prinsip dari musawah.
Secara etimologi musawah diartikan sebagai sama tidak kurang dan tidak lebih.
Sedangkan secara istilah musawah berarti persamaan seluruh manusia dalam hak dan
kewajiban tanpa ada pemisahan atau perbedaan yang didasarkan pada kebangsaan kelas
aliran kelompok keturunan pangkat atau harta dan hal-hal lainnya.
Ajaran Islam yang mengedepankan persamaan menjadi daya tarik pada awal
dakwah dakwah Rasulullah. orang-orang yang tidak mampu/tertindas (mustadh’afin) dan
para budak yang awalnya sering ditindas, setelah mengakui prinsip musawah di dalam
Islam, merasa tertarik dan berbondong-bondong untuk menyatakan keIslamannya.
Prinsip musawah atau persamaan derajat ini salah satunya dikukuhkan oleh Rasulullah
dalam peristiwa Haji Wada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “wahai
segenapmanusia Ingatlah bahwa Tuhan kalian sama ayah kalian sama kalian adalah
keturunanAdam dan Adam berasal dari tanah tidak ada perbedaan bagi orang Arab atau
non Arab orang yang berkulit merah dan orang yang berkulit hitam atau sebaliknya

12
kecuali ketakwaannya Sesungguhnya orang yang paling mulia dari kalian adalah orang
yang paling bertakwa”.
Contoh lain dari prinsip musawah di dalam Islam adalah peristiwa ketika Usamah
bin Zaid ingin membantu untuk meloloskan seorang wanita dari suku Quraisy agar
terbebas dari jeratan hukum. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Apakah
engkau wahai Usamah akan membantu meloloskan seseorang dari hukum Allah.
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berpidato dan berkata Wahai segenap manusia
sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah hancur karena apabila ada di antara
orang yang terhormat dari mereka mencuri maka mereka membiarkan, dan apabila ada
orang yang lemah mencuri maka mereka tegakkan hukuman. Demi Allah seandainya
Fatimah binti Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mencuri maka niscaya
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam akan memotong tangannya” (Hadits Riwayat
Bukhari.)
Prinsip prinsip musawah di dalam Islam tidak hanya terbatas dalam hubungan
sosial atau di dalam urusan hukum semata akan tetapi di dalam beribadah juga terkandung
nilai-nilai musawah. Sebagai contoh antara lain di dalam salat; tidak ada perbedaan antara
orang yang kaya dan miskin. Shaf-nya harus lurus tanpa membedakan kaya miskin, kuat
lemah. Demikian juga di dalam ibadah haji. Jamaah Haji menggunakan pakaian yang
sama. Tiada beda antara si kaya dan si miskin. Inilah di antara prinsip-prinsip musawah
di dalam ibadah yang diajarkan oleh AgamaIslam.
e. Persaudaraan (Ukhuwwah)
Selain toleransi, tawassuth dan tawazun serta musawah, satu hal lagi yang penting
untuk senantiasa kita tanamkan pada diri kita adalah Ukhuwwah. Ukhuwwah secara
bahasa artinya adalah persaudaraan. Ia berakar kata akhun yang artinya saudara.
Ukhuwwah adalah persaudaraan, kerukunan, persatuan dan solidaritas yang dilakukan
oleh seseorang kepada orang lain.
Ukhuwah umumnya didasarkan pada persamaan-persamaan yang dimiliki yang
mengikat antara satu orang dengan orang yang lain. Contohnya di dalam Islam, sesama
muslim saling terikat karena kesamaan agama, kesamaan keyakinan. Aatas dasar itu,
terwujudlah yang disebut dengan Ukhuwwah Islamiyah yaitu persaudaraan yang
didasarkan pada kesamaan agama yaitu Islam. ukhuwah Islamiyah dalam hal ini
melampaui batas-batas wilayah dan kebangsaan. Dasar Ukhuwwah Islamiyah adalah
persamaan agama yaitu Islam tanpa memandang sukunya, tanpa memandang
kebangsaannya asalkan ia seorang muslim maka ia bersaudara dengan muslim yang
lainnya.

13
Ukhuwwah Islamiyah serta perintah untuk menjaga persatuan dan kesatuan adalah
salah satu aspek yang ditekankan oleh ajaran Islam. Allah menjelaskan dalam Q.S al-
Hujurat ayat 10 bahwa “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara, oleh
karena itu damaikanlah atau perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”.
Rasulullah mengumpamakan persatuan dan persaudaraan umat Islam itu ibarat
tubuh. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Perumpamaan orang- orang
beriman di dalam kecintaan kasih sayang dan kelembutan adalah seperti satu tubuh.
Apabila salah satu anggota tubuh mengeluh karena sakit maka seluruh anggota tubuh
lainnya merasakan sakit dengan tidak dapat tidur serta demam” (Hadits Riwayat
Muslim).
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita garis bawahi bahwas ukhuwah atau
persaudaraan di dalam kehidupan manusia secara umum didasari pada dua hal:
1. Adanya persamaan baik dalam masalah keyakinan, wawasan, pengalaman
kepentingan, tempat tinggal, dan atau cita-cita
2. Adanya kebutuhan yang dirasakan hanya dapat dicapai dengan melakukan kerja
sama dengan orang lain.

Macam-macam Ukhuwah
Di atas dijelaskan bahwasannya ukhuwah terwujud karena adanya persamaan
yang melatarbelakangi satu orang dengan orang lain untuk saling bersaudara dan bersatu.
Persamaan keyakinan dan agama mendorong manusia untuk bersatu dan bersaudara yang
di dalam Islam kemudian melahirkan ukhuwah Islamiyah. Selain kesamaan agama,
masih ada faktor-faktor yang menjadi latar belakang manusia untuk saling bersaudara dan
bersatu. Dalam konteks agama Islam dan kaitannya dengan kehidupan sosial
kemasyarakatan di dalam berbangsa dan bernegara setidaknya setidaknya ada tiga bentuk
ukhuwah yang punya peran besar dalam kehidupan masyarakat.
1. Yang pertama ukhuwah Islamiyah yang didasarkan pada kesamaan agama Islam.
2. Yang kedua ukhuwah Wathoniyah, yang berarti persaudaraan kebangsaan. Maka
dalam konteks Indonesia seluruh warga negara Indonesia adalah bersaudara.
3. Yang ketiga Ukhuwah Insaniyah, yang diartikan sebagai persaudaraan sesama
manusia atau kadang disebut juga dengan ukhuwah Basyariyah yaitu
persaudaraan yang tumbuh dan berkembang didasarkan atas dasar kemanusiaan.

14
Memahami dan mengidentifikasi macam macam akhlak tercela terhadap Allah, diri
sendiri, orang lain dan lingkungan.

1. Mahasiswa PPG mampu menjelaskan konsep akhlak tercela dalam Islam


2. Mahasiswa PPG mampu mengidentifikasi akhlak-akhlak tercela dalam
kehidupan sehari hari
3. Mahasiswa PPG mampu menjelaskan hikmah dilarangnya akhlak tercela
4. Mahasiswa PPG mampu menjelaskan cara menghindari akhlak tercela dalam
kehidupan
5.
6.

1. Akhlak tercela
2. Macam macaam akhlak tercela: Berjudi,
3. Hikmah dilarangnya akhlak tercela

1
Uraian Materi

A. Akhlak Madzmumah
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa Akhlak madzmumah adalah tingkah laku
tercela atau perbuatan jahat yang merusak iman seseorang dan menjatuhkan martabat
manusia.

Sifat yang termasuk akhlak mazmumah adalah segala sifat yang bertentangan
dengan akhlak mahmudah, antara lain: kufur, syirik, munafik, fasik, murtad, takabbur,
riya, dengki, bohong, menghasut, kikir, bakhil, boros, dendam, khianat, tamak, fitnah,
qati‘urrahim, ujub, mengadu domba, sombong, putus asa, kotor, mencemari lingkungan,
dan merusak alam.
Akhlak tercela dapat diartikan sebagi sikap dan perbuatan yang buruk menurut
pandangan agama dan buruk menurut masyarakat pada umumnya. Penilaian suatu
perbuatan harus didasarkan dua kekuatan tersebut. Jika, salah satu saja yang dijadikan
ukuran, maka kemungkinan akan muncul sikap dan tingkah laku yang apologis di
kalangan anak didik. Seseorang akan mengatakan, ―yang penting baik menurut
pandangan Tuhan atau agama. Jadi manusia sekitar tidak dipentingkan atau tidak perlu
dipertimbangakan. Demikian pula, jika yang dijadikan ukuran hanya masyarakat semata,
kemudian menafikan norma-norma atau seruan-seruan agama, maka hal ini akan
melahirkan sikap maupun tingkah laku yang kosong dari etika agama dan terasa hampa.
Dari sekian banyak akhlak tercela, sebaiknya seorang guru harus melakukan
observasi terdahu dulu mengenai akhlak tercela yang paling dominan (reel) yang
ditemukan pada siswa. Tidak semua akhlak tercela ditemukan pada anak-anak yang
sedang dihadapi di kelas. Jangan sampai ada materi-materi yang diajarkan sama sekali
tidak terkait dengan perilaku atau kebiasaan buruk anak di kelas (reel). Jika hal ini
dilakukan, maka besar kemungkinan anak- anak tidak akan merespon dan mengapresiasi
proses pembelajaran.
Secara umum, perbuatan yang tercela dan dominan dilakukan anak-anak didik,
antara lain dapat dilihat dari uraian di bawah ini:
1. Hidup Kotor
Hidup kotor dapat diartikan secara fisik dan secara rohani. Secara fisik, seseorang
dikatakan kotor bila yang bersangkutan terlihat menjijikkan, bau busuk, lusuh, semraut
dan sebagainya. Hal itu dapat dilihat dari pakaian yang dipakainya maupun dari badannya
sendiri. Hidup kotor seperti itu dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Rugi

2
bagi dirinya, karena besar kemungkinan ia akan sakit dan dijauhi orang lain. Rugi bagi
orang lain, karena orang lain itu tidak merasa nyaman atas kehadirannya. Oleh karena
itu, jika kita ingin dianggap sebagai orang yang beriman,

maka kita harus hidup bersih. Nabi Muhammad bersabda: “Kebersihan itu merupakan
bagian dari iman.”
Hidup kotor juga dapat dimaknai rohani. Kejahatan yang dilakukan dalam hidup
merupakan salah satu akhlak tercela. Akhlak tercela misalnya kejahatan moral. Kejahatan
moral adalah suatu peristiwa yang berkaitan dengan perilaku manusia yang dianggap
tidak sesuai atau menyimpang dari norma moral yang berlaku, baik yang berakibat
langsung maupun tidak langsung terhadap orang lain. Ituah kejahatan dalam terminologi
al-Qur‘an yang sering disebut antar lain dengan kata: syarr, fasad, su‟. Setiap kejahatan
manusia mempunyai akibat yang kembali kepada dirinya, baik langsung maupun tidak
langsung. Allah akan membalas perbuatan tersebut. Setiap perbuatan manusia akan
mendapat balasan. Perbuatan baik akan dibalas baik (pahala) dan perbuatan jahat akan
dibalas dengan siksa.
Dari Ibn Umar bin Zubair bin Abdullah diterangkan bahwa Rasulullah saw
telah bersabda: “orang yang mempelopori melakukan perbuatan yang baik dalam Islam,
dia akan akan mendapat pahala dan pahala orang-orang yang mengerjakannya
sesudahnya, tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala oraang-orang yang ikut
mengerjakannya. dan orang yang mempelopori melaksanakan perbuatan yang buruk, ia
akan menanggung dosa-dosa dan dosa orang yang ikut mengerjakannya sesudahnya,
tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa orang ikut mengerjakannya”. (Hadis Riwayat
Muslim).
Dalam buku-buku yang dijadikan sebagai bahan rujukan pembelajaran tentang
aqidah dan akhlak, ada beberapa perbuatan yang dikategorikan sebagai perbuatan buruk
atau akhlak tercela, seperti dusta dan hidup kotor. Hidup kotor dalam buku tersebut
mengandung pengertian kotor dalam arti fisik maupun kotor dalam pengertian rohani.
Tetapi yang penting tampaknya bagaimana sikap kotor ini dapat dijadikan sebagai
kebiasaan yang harus dihindari, seperti halnya akhlak terpuji menjadi budaya anak didik
nantinya. Jadi, suatu perbuatan itu dilakukan atau ditinggalkan atas dasar nurani dan
kontrol sosial.
Di antara akhlak yang tidak terpuji dapat kita temukan bagi seseorang yang tidak
pernah berterima kasih dan bersyukur. Dalam al-Quran, Allah telah melukiskan orang
yang tidak pernah berterima kasih, yakni: Dialah yang memungkinkan kamu menjelajahi
daratan dan lautan, sampai bila kamu di dalam kapal dan berlayar dengan

3
tiupan angin yang baik, dan bergembira karenanya, tiba-tiba datang angin keras dan
gelombang pun datng dari segenap,penjuru, dan mereka mengira sudah terkepung, ketika
itu mereka berdo’a kepada Allah dengan tulus ikhlas sebagai pengabdian kepada-Nya
sambil berkata, “ kalau Engkau selamatkan kami dari bencana ini, niscaya kami akan
sangat berterima kasih. Tetapi ketika mereka diselamtkan-Nya, tiba-tiba mereka
melanggar peraturan di bumi tanpa alasan yang benar. Hai manusia! Pelanggaranmu
akan menimpa dirimu sendiri, suatu kesenangan hidup di dunia. Kemudian kepada Kami
kamu kembali, dan saat itu Kami berithukan kepadamu apa yang telah kamu lakukan.
(QS Yunus: 22-23)
2. Suka berbohong
Selain hidup kotor, akhlak tercela juga dapat ditemukan pada sikap suka
berbohong. Dalam bahasa Arab bohong disebut kidzb (‫)كذب‬. Kebalikannya jujur yang
dalam bahasa Arab disebut shidq (‫)صدق‬. Orang yang berbohong disebut kâdzib (‫)كاذب‬,
sedangkan orang yang selalu atau senantiasa berbohong disebut kadzdzâb (‫)كذّاب‬.
Berbohong artinya mengatakan sesuatu yang tidak sama dengan apa yang ada dalam
hatinya. Berbohong merupakan perbuatan yang dapat merusak kejiwaan seseorang.
Berbohong, berarti memupuk pertentangan dan konflik dalam hati dan nuraniseseorang.
Semakin banyak berbohong, semakin banyak pula konflik kejiwaan pada diri seseorang.
Konflik kejiwaan salah satu penyakit yang sangat berbahaya dan bisamembinasakan. Jika
suka berkata bohong, ini artinya, seseorang membunuh dirinya sendiri secara pelan-pelan.
3. Pasif
Pasif dapat diartikan sebagai malas, tidak giat, tidak punya keinginan maju, baik
dalam belajar maupun bekerja. Termasuk juga dalam sifat pasif ini adalah orang-orang
yang tidak memiliki kepedulian terhadap dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya.
Ada seseorang yang ingin pintar, tetapi tidak mau peduli untuk belajar atau hanya
bermalas-malas, ini juga disebut pasif.
Lawan dari pasif adalah aktif. Aktif artinya rajin, punya keinginan untuk maju dan
berlomba dengan temannya. Salah satu contoh murid yang aktif adalah ditandai dengan
banyak membaca, sering bertanya kepada guru, tidak malu-malu dalam kelas,
membimbing temannya di kelas, kemudian melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang
ditugaskan oleh guru secara tepat.

Untuk menjadikan siswa aktif dalam kelas, seorang guru pun harus menggunakan
pendekatan belajar aktif (active learning) dalam proses pembelajaran di kelas. Jika tidak
demikian, sulit dibayang akan munculnya siswa yang aktif dan kreatif. Pembelajaran yang
aktif adalah proses pembelajaran di mana siswa lebih banyak terlibatsecara langsung dan

4
dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan. Mata pelajaran yang banyak terkait
dengan problem solving, sangat menarik bila disampaikan dengan metode pembelajaran
aktif tersebut. Bisa saja setiap mata pelajaran dengan kreativitas masing-masing guru.
4. Tidak Menghargai Waktu
Termasuk unsur penting dalam pendidikan nilai adalah menghargai waku.
Pepatah orang Inggris mengatakan, time is money (waktu adalah uang). Orang Arab pun
punya ungkapan sendiri yang menunjukkan betapa pentingnya waktu, yaitu:

‫الوقت كالسيف ان لم تقطعه قطعك‬

“Waktu itu ibarat pedang. Jika engkau tidak memotongkannya, maka ia akan
memotongmu”. Dalam tradisi bangsa kita, menghormati waktu ini merupakan pekerjaan
yang cukup berat. Menghormati waktu berarti bukan kita diam, tetapi justru kita harus
bekerja untuk mengisinya.
Contoh yang sering ditemukan dalam masyarakat adalah, jika ada rapat atau
pertemuan misalnya, maka biasanya acara pasti ditunda dari waktu yang ditetapkan,
karena undangan banyak yang datang terlambat. Siswa kita tidak boleh meniru kebiasan
yang tidak baik tersebut. Seorang siswa harus betul-betul memanfaatkan waktu yang ada,
khususnya, untuk kepentingan belajar dan membaca. Dalam konteks ini, paling tidak, kita
bisa melihat dua surat al-Qur‘an, yaitu yang dimulai dengan ungkapan wal-‘ashr (demi
waktu) dan iqra (bacalah). Menghargai waktu dan membaca merupakan kegiatan yang
penting dalam kehidupan. Hanya dengan menggunakan waktu seefektif mungkin dan
membaca sebanyak mungkin, seseorang akan menjadi manusia sukses. Nabi Muhammad
sendiri mengajarkan sebuah do‘a kepada umatnya, yakni mengatakan: Ya Allah Tuhanku,
aku sungguh berlindung kepada-Mu dari kesusahan dan kesedihan, kelemahan dan
malas, dari penakut dan bakhil, dari lilitan hutang dan penindasan orang lain. (Hadis
Riwayat Bukhari).

Selain apa yang telah dijelaskan di atas, masih terdapat akhlak tercela lain yang berbahaya dan harus
dijauhi. Di antara akhlak madzmumah yang harus dihindari adalah:

1. Berjudi
a. Larangan Judi
Firman Allah dalam Q.S al-Maidah [5]: 90-91:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan

5
dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari
mengerjakan pekerjaan itu).”
Pada ayat tersebut kata al-maisir artinya mudah, yakni mengambil harta orang
lain dengan mudah tanpa susah payah, dan secara spesifik hal ini disebut dengan berjudi.
Kata al-maisir juga diambil dari kata al-yasaraa yang berarti merampas harta temannya.
Ibnu Abbas berkata: al-maisir disebut juga al-qimaar artinya taruhan atau judi.
Sedang menurut Imam Syaukani: setiap permainan yang tidak lepas dari merampas harta
orang lain atau merugikan orang lain dinamakan al-maisir atau berjudi. Berdasarkan
keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa berjudi adalah suatu aktifitas yang
direncanakan ataupun tidak dengan melakukan spekulasi ataupun rekayasa untuk
mendapatkan kesenangan dengan menggunakan jaminan atau taruhan, sehingga yang
menang akan diuntungkan dan yang kalah akan merasa dirugikan. Dinyatakan oleh ibnu
abbas bahwa ―orang laki-laki pada zaman jahiliyyah berjudi dengan taruhan istri dan
hartanya, sehingga bagi yang menang berhak mengambil istri dan harta orang yang kalah,
kemudian turun surat al-Baqoroh ayat 219 yang membahas tentang perjudian. Ibnu Abbas
menyatakan apabila kita ragu-ragu atas suatu hukum sebuah perkara itu halal atau
haram maka lihatlah aspek mudhorot dan manfaatnya. Jika mudhorotnya lebih banyak,
mustahil Allah memerintahkannya atau menghalalkannya.
Selain memberi hukum terhadap perbuatan judi, para ulama juga memberi
ketentuan sanksi bagi penjudi atau pelaku perjudian yakni:
1) Tidak diterima persaksiannya.
2) Di had (didera) dan alat perjudiannya dihancurkan.
3) Tidak boleh diberi ucapan salam ketika bertemu dengannya.
4) Mendapat laknat dari Allah.
5) Secara Syariat boleh diusir dari rumah tinggalnya.
6) Pemain judi diibaratkan sebagai penyembah berhala karena mereka
mementingkan berjudi ketimbang beribadah.
7) Penjudi dihukum menurut hukum syara‘ dan atau negara yang berlaku.
8) Hak penguasaan hartanya boleh diambil oleh pejabat yang berwenang untuk
mengamankan harta dan keluarganya.
b. Bahaya perjudian :
1) Masuk dalam lingkaran syaiton yang merugikan pribadi dan orang lain.
2) Merugikan ekonomi karena ketidak pastian usaha yang dilakukan.
3) Menimbulkan permusuhan dan kedengkian.

6
4) Menyebabkan kelalaian terhadap melaksanakan kewajiban.
5) Menutup kepekaan rasa manusiawi.
6) Menjadikan orang malas bekerja.
7) Menjadi penyebab terjadinya perbuatan yang dilarang agama.
8) Menghancurkan kestabilan, kerukunan, dan keharmonisan keluarga.
9) Menghilangkan rasa malu dan kasih sayang.

c. Hikmah Menghindari Perjudian


1) Orang akan dapat istiqomah menjalankan tanggung jawab yang diemban dalam
kaitannya dengan Allah ataupun sesama manusia.
2) Perekonomian keluarga akan dapat distabilkan dengan berbagai usaha yang
nyata- nyata halal dan menghasilkan rizqi yang barokah.
3) Melatih diri untuk sabar dan tenang dalam menghadapi berbagai tipuan dunia.
4) Mantap dan khusyu‘ dalam berdzikir dan beribadah kepada Allah.
5) Menyebabkan orang konsisten menjalankan kewajiban terhadap diri, orang lain
dan Penciptanya.
6) Menjadikan orang tekun dan bersemangat untuk terus berusaha sesuai dengan
kebenaran yang diyakini.
7) Meninggalkan perbuatan berjudi menjadi motivasi untuk mengamalkan agama
atau berkarya bagi nusa dan bangsa.

8) Bangunan kehidupan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya menjadi kokoh


dan mandiri karena jauh dari persengketaan.
9) Memupuk perasaan malu dan kasih sayang terhadap sesama manusia.
10) Menumbuhkan kedamaian dan kebahagiaan sebab meninggalkan perbuatan judi
dapat meningkatkan kepemilikan harta benda dan menjaga diri seseorang. (Roli
A.Rahman, dan M. Khamzah, 2008 : 52-56).

2. Berzina
a. Pengertian
Zina adalah memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin
perempuan (dalam persetubuhan) yang haram menurut zat perbuatannya, bukan karena
syubhat dan perempuan itu mendatangkan syahwat.
Adapun yang dimaksud dengan persetubuhan yang haram menurut zat
perbuatannya dalam pengertian di atas ialah bercampur dengan perempuan yang bukan
istrinya dan bukan pula budaknya. Dengan demikian persetubuhan antara suami istri atau

7
antara laki-laki dengan budaknya tidak termasuk zina, walaupun dilakukan apda waktu-
waktu yang haram, seperti dalam keadaan haid, pada siang hari bulan puasa atau sedang
ihram. Dalam waktu-waktu tersebut persetubuhan antara suami istri atau antara laki-laki
dan budak perempuan hukumnya adalah haram, tetapi disini bukan lantaran zat
perbuatannya, melainkan karena sebab lain. Oleh karena itu tidak termasuk kategori zina,
walaupun pelakunya berdosa.
Begitu juga, tidak termasuk kategori zina, persetubuhan yang terjadi karena
syubhat (karena khilaf atau dipaksa), sebab persetubuhan demikian itu tidak haram.
Adapun yang dimaksud dengan perempuan yang mendatangkan syahwat adalah manusia
yang masih hidup dan berjenis kelamin perempuan baik yang masih kecil maupun sudah
dewasa. Dengan demikian tidak termasuk kategori zina persetubuhan dengan mayat atau
dengan binatang, walaupun hukumnya haram.

b. Hukuman Berzina
Hukuman bagi orang yang berzina dapat dilakukan apabila yang bersangkutan
benar-benar melakukannya. Untuk memastikan yang bersangkutan benar-benar
melakukan perbuatan zina, maka diperlukan penetapan hukum secara syara‘. Rasululloh
sangat berhati-hati melaksanakan hukuman bagi pelaku zina. Beliau tidak menjatuhkan
hukuman sebelum yakin bahwa yang dituduh atau yang mengaku berzina itu benar- benar
berbuat.
Secara garis besar, hukuman zina ada dua macam, yaitu : (a) Rajam, jenis
hukuman mati dengan cara dilempari batu sampai terhukum meninggal dunia, (b) Dera
atau taghrib. Dera yang disebut dengan jilid adalah jenis hukuman yang berupa
pencambukan terhadap pelaku kejahatan, sedangkan taghrib ialah jenis hukuman yang
berupa pengasingan ke suatu tempat terasing yang jauh dari jangkauan. Bentuknya yang
sekarang adalah hukuman penjara.
Menuduh berzina (qadzaf) adalah salah satu kejahatan yang hukumnya haram,
bahkan merupakan salah satu dosa besar. Penegasan bahwa qadzaf adalah dosa besar
terdapat dalam Al-Qur‘an dan sunnah Rasul. Firman Allah SWT : Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita baik-baik, yang lengah (dari
perbuatan keji) lagi beriman (berzina), mereka kena laknat di dunia dan diakhirat, dan
bagi mereka adzab yang besar”(QS An-Nur: 23)
Perbuatan menuduh zina, diancam dengan sangsi hukum berupa jilid (dera)
sebanyak delapan puluh kali jika pelaku penuduh zina itu merdeka dan setengahnya
(empat puluh kali jika pelakunya budak hamba sahaya). Hukuman menuduh berzina dapat

8
gugur, dalam arti si penuduh dibebaskan dari hukuman qadzaf, jika terjadi tiga keadaan
sebagai berikut: a) penuduh dapat mengemukakan empat orang saksi bahwa tertuduh
betul-betul berzina, b) li‘an, jika tertuduh adalah istri penuduh. Jika seseorang suami
menudh istrinya berzina tetapi tidak dapat mengemukakan empat orang saksi, ia dapat
bebas dari had qadzaf dengan jalan meli‘ankan istrinya, c) tertuduh memaafkan.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan penyakit kelamin
yang menyengsarakan fisik, mental, dan sosial. Secara fisik biologis seseorang yang
terinfeksi oleh virus HIV (Human Immunoedeficiency Virus) akan kehilangan sistem
kekebalan tubuh untuk melawan penyakit secara berlahan. Seolah-olah tubuhnya
dibiarkan terbuka oleh berbagai bentuk serangan kanker yang berasal dari beberapa sel
abnormal yang ikut memanfaatkan peluang ini untuk memperbanyak diri maupun
terhadap infeksi biasa, yang ada dalam keadaan normal sebelumnya tidak terlalu
membahayakan. Penderita HIV, pada umumnya dijauhi oleh masyarakat, kehadirannya
dipandang merugikan dan membahayakan kesehatan orang banya. Sikap masyarakat
yang seperti itu menjadikan mentalitas HIV rapuh, tiada gairah hidup lagi. Penyakit
tersebut salah satunya karena perbuatan zina.
Sebenarnya kalau dicermati hadist Nabi Muhammad SAW, berikut ini merupakan
peringatan keras bagi orang yang berperilaku menyimpang dan bahayanya zina.
“Apabila perbuatan zina (prostitusi, pelacuran, pergaulan bebas) sudah meluas di
masyarakat dan dilakukan secara terang-terangan (dianggap biasa), maka infeksi dan
penyakit yang mematikan yang sebelunya tidak terdapat pada zaman nenek moyang akan
menyebar diantara mereka”.
c. Hikmah diharamkannya Zina
Zina merupakan sumber kejahatan dan penyebab pokok kerusakan dan termasuk
dosa besar. Hikmah diharamkannya zina antara lain :
1) Memelihara dan menjaga keturunan dengan baik. Karena adanya anak dari
hasil zina, umumnya tidak dikehendaki dan kurang disenangi.
2) Menjaga dari jatuhnya harga diri dan rusaknya kehormatan keluarga
3) Menjaga tertib dan teraturnya urusan rumah tangga. Biasanya seorang istri,
apabila suaminya cenderung melakukan perbuatan zina timbul rasa benci
dan ketidak harmonisan dalam rumah tangga.
4) Timbulnya rasa kasih sayag terhadap anak yang dilahirkan dari pernikahan
yang sah.
5) Terjaganya akhlak Islamiyah yang akan mengangkat harkat dan martabat
manusia dihadapan sesama dan sang Kholik (Roli A. Rahman, dan M.

9
Khamzah, 2008 : 56-59) .

3. Mabuk-mabukan
Minuman keras adalah minuman yang memabukkan dan menghilangkan
kesadaran dalam semua jenisnya. Dalam bahasa Arab, minuman keras ini disebut khamar.
Kata tersebut arti asalnya adalah menutup. Minuman keras disebut khamar karena ia
(dapat) menutupi akal pikiran.
Pemberian nama pada bermacam-macam minuman keras, dapat dibagi menjadi
beberapa golongan sesuai dengan bahan baku yang digunakan. Jika bahan dasarnya dari
sari buah-buahan seperti: anggur, nanas, apel d, maka disebut wine. Jika miras itu dibuat
dari sari pati disebut Bir. Bir yang paling banyak diperdagangkan adalah bir yang dibuat
darimalt (barley). Jenis bir lainnya adalah sake yang dibuat dari beras kuning.
Nama-nama lain seperti rum, wisky, cognac drai Perancis, gin dari Irlandia, vodka
dari Rusia, merupakan miras yang diperoleh dengan cara distilasi (penyulingan) prodak
fermentasi alkoholik, sehingga kadar alkoholnya tinggi, hingga bisa mencapai 35-40 %.
Secara tradisional, orang telah mengetahui bahwa nira aren atau nira kelapa dapat
dijadikan miras dengan nama tuak, dengan cara membiarkan (inkubasi) selama satu hari
atau lebih. Selama inkubasi terjadilah proses fermentasi nira oleh saccharomycs. Bibit
saccharomycs ini sudah secara alami terdapat dalam nira sendiri, dam bercampur bersama
mikroba-mikroba lain yang turut melakukan fermentasi, sehingga rasanya bisa
bermacam-macam. Sedangkan bibit yang digunakan dalam fermentasi industrial adalah
bibit murni.
Sudah menjadi ijma‘ ulama bahwa minuman keras (khamar) itu hukumnya haram,
meminumnya termasuk salah satu dosa besar. Haramnya minuman keras ini didasarkan
kepada dalil nash yang qath‘i (pasti) yaitu ayat Al-Qur‘an, yang artinya: ”Hai orang-
orang yang beriman, sesungguhnya (minuman) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan
syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”
(Al-Maidah [5]: 90)

4. Narkoba
Konsumsi narkoba dalam Bahasa Arab disebut dengan kata ‫مخدر‬/ ‫مخدرة‬
(Mukhaddirun, Mukhaddiraatun). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Narkoba
diartikan: obat untuk menenangkan saraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan
rasa mengantuk atau merangsang. Perkataan narkotika berasal dari perkataan Yunani;

10
narke yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Narkotika dapat
dimafaatkan untuk pengobatan, asal sesuai petunjuk ilmu kedokteran dan dalam keadaan
terpaksa, karena obat halal tidak didapat. Namun, jika digunakan untuk mendatangkan
kerusakan pada mental dan fisik pemakainya, maka hal ini dianggap penyalahgunaan
narkotika. Narkotika merupakan zat perusak jasmani dan rohani manusia. Narkotika
dapat merusak akal dan menghilangkan stabilitas diri. Narkotika dan khamar
merupakan saudara kembar dalam menimbulkan kejahatan dan kerusakan pada
masyarakat serta merusak kesehatan pelakunya. Penyalahgunaan Narkoba merupakan
pola penggunaan yang bersifat Phatologik, yang berlangsung pada jangka waktu tertentu
dan menimbulkan gangguan fungsi moral dan fungsi sosial. Narkoba sangat
membahayakan hidup manusia, karena akan berpengaruh pada kondisi fisik dan mental
emosional penderita. Islam terhadap khamar dan Narkotika atau yang sejenisnya
semuanya diharamkan, dan memberi sangsi hukuman terhadap pemakainya.
Keharaman narkoba ini dikarenakan unsur memabukkan yang ada pada narkoba,
sedangkan segala sesuatu yang memabukkan dalam Islam termasuk khamer, dan khamer
hukumnya haram dikonsumsi. Dalam hadits disebutkan:

‫ُك ُّل ُم ْس ِك ٍر خ َْم ٌر َو ُك َّل خ َْم ٍر َح َرا ٌم‬


Artinya: “setiap yang memabukkan adalah khamr, dan setiap (segala jenis) Khamr
adalah haram”
Islam telah menetapkan undang-undang yang menghukum orang yang suka
minuman khamar ataupun mengkonsumsi Narkoba, demi untuk menjaga masyarakatdari
bahaya yang ditimbulkan. Undang-undang non-Islam juga menyadari bahaya yang
ditimbulkan akibat terganggunya akal. Oleh karena itu, undang-undang tersebut
menghukum siapa saja yang mengkonsumsi ganja atau narkotika, karena bahaya yang
ditimbulkan narkotika dapat merusak akal dan menghilangkan stabilitas diri. Khamar dan
ganja adalah saudara kemba dalam menimbulkan kejahatan dan kerusakan pada
masyarakat di samping merusak kesehatan pelakunya.
Menurut tinjauan medis, Narkoba akan menimbulkan gangguan fisik manusia
mulai dari gangguan menstruasi, impotensi, kontipasi kronik, mudah terserang infeksi,
memperburuk aliran darah koroner dan dalam jangka panjang akan berakibat pada
anemia, timbulnya komlikasi seperti gangguan lambung, kanker usus, gangguan usus,
gangguan liver, gangguan pada otot jantung dan saraf, cacat janin, gangguan seksual, dan
bisa terjadi pendarahan pada otak. Kesemuanya menjadi penyebab kematian dini.
Na'uzubillahi mindzalik.

11
Bahaya Narkotika terutama menimpa pada orang yang menyalahgunakan bahkan
dapat pula menimpa keluarga pemakai, masyarakat, bangsa dan negara. Bahaya Nakotika
terhadap pemakainya anatara lain sebagai berikut :
1.Menjadikan jiwa dan raga manusia rusak
2.Menjadikan badan manusia tidak memiliki tahan kuat terhadap serangan penyakit
3.Menjadikan pemakainya kehilangan kemampuan kendali dan kontrol diri
4.Mendorong pelakunya melakukan perbuatan kriminal lain sehingga ia akan mendapat
perlaukan dan hukuman yang menghinakan.
5.Memperoleh laknat dan adzab dari Allah SWT
Meninggalkan minuman keras dan narkotika banyak mengandung hikmah, antara
lain:

a. Masyarakat terhindar dari kejahatan yang dilakukan seseorang yang diakibatkan


pengaruh minuman keras dan Narkotika.
b. Menjaga kesehatan jasmani dan rohani dari penyakit yang disebabkan pengaruh
minuman keras dan Nakotika.
c. Masyarakat terhindar dari sikap kebencian dan permusuhan akibat pengaruh
minuman keras dan Narkotika.
d. Menjaga hati agar tetap taqorrub kepada Allah dan mengerjakan sholat sehingga
selalu memperoleh cahaya hikmat. Minuman keras dan Narkotika yang
mengganggu kestabilan jasmani dan rohani menyebabkan hati seseorang
bertambah jauh dari mengungat Allah, hati menjadi gelap dan keras sehingga
mudah sekali berbuat apa yang menjadi larangan Allah. (Roli A. Rahman dan M.
Khamzah, 2008 : 63-66)

5. Mencuri
a. Pengertian Mencuri
Dalam pengertian umum mencuri berarti mengambil sesuatu barang secara
sembunyi- sembunyi, baik yang melakukan itu anak kecil atau orang dewasa, baik yang
dicuri itu sedikit atau banyak, dan yang mengambil harta itu tidak mempunyai andil
pemilikan terhadap orang yang diambil. Dalam bahasa Arab pencurian disebut dengan
sariqah (‫)سرقة‬.
Menurut syara' para ulama memberi ta'rif mencuri sebagai berikut:
“perbuatan orang mukallaf (baligh), sembunyi-sembunyi mencapai jumlah satu
nisab, dari tempat simpanannya, dan orang yang mengambil harta itu tidak
mempunyai andil pemilikan terhadap barang yang diambil.”

12
Dengan pengertian di atas jelas bahwa mencuri yang diancam dengan syarat
sebagai berikut:
1) Pelaku pencurian adalah mukallaf, yaitu sudah baligh dan berakal.
2) Barang yang dicuri adalah milik orang lain.
3) Pencurian itu dilakukan dengan diam-diam atau secara sembunyi.
4) Barang yang dicuri tersimpan di tempat simpanannya.
5) Pelaku pencurian tidak mempunyai andil pemilikan terhadap barang yang dicuri.
6) Barang yang dicuri mencapai jumlah satu nisab. Jika barang yang dicuri kurang
dari satu nisab, maka had mencuri tidak dapat dijatuhkan.

Walaupun perbuatan mencuri yang diancam dengan had mencuri terbatas pada
perbuatan terentu seperti telah dijelaskan di atas, tidak berarti bahwa perbuatan
mengambil harta orang lain selain mencuri, diperbolehkan dalam agama. Baik mencuri,
maupun perbuatan mengambil harta orang lain secara tidak sah lainnya seperti mencopet,
merampas, korupsi, semuanya termasuk perbuatan dosa yang diancam dengan adzab di
akhirat.

Pencurian merupakan tindak pidana (jarimah) yang batasan hukum (had) nya
sudah ditentukan secara jelas. Dalam Q.S. al-Maidah [5]: 38 Allah berfirman:

ُ‫للا َوللا‬ َ ‫طعُوا أَ ْي ِد َي ُه َما َجزَ آء ِب َما َك‬


ِ َ‫س َبا نَ َكال ِ ّمن‬ َ ‫ارقَةُ فَا ْق‬
ِ ‫س‬َّ ‫ار ُق َوال‬ ِ ‫س‬َّ ‫َوال‬
ُُ‫يز َح ِكي ُم‬ٌ ‫ع ِز‬َ
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.
Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”
b. Hikmah Hukuman bagi Pencuri
Adapun ketentuan sanksi bagi pencuri mengandung hikmah, sebagai berikut:
1) Seseorang tidak mudah dengan begitu saja mengambil barang milik orang
lain, karena berakibat buruk bagi dirinya. Sanksi moral bagi dirinya adalah
rasa malu, sedangkan sanksi yang merupakan hak adam adalah had.
2) Hak milik seseorang benar-benar dilindungi oleh hukum Islam. Karunia Allah
tidak terbatas bilangannya akan tetapi apabila seseorang telah memilikinya
dengan cara perolehan yang halal, maka haknya dilindungi.
3) Menghindari sifat malas yang cenderung memperbanyak pengangguran.
Mencuri adalah cara singkat untuk memperoleh sesuatu dan memilikinya
secara tidak sah. Perbuatan seperti ini disamping tidak terpuji karena

13
membuat orang lain tidak aman, juga cenderung pada sikap malas tidak mau
berjuang. Sifat ini bertentangan dengan ajaran Islam.

14
Memahami makna Syirik dan mengidentifikasi perbuatan yang termasuk dalam
perbuatan syirik

1. Mahasiswa PPG mampu menjelaskan hakikat Syirik


2. Mahasiswa PPG mampu mendidentifikasi perbuatan yang termasuk Syirik
3. Mahasiswa PPG mampu menjelaskan cara menjauhi perbuatan syirik

1. Syirik termasuk Akhlak tercela


2. Definisi Syirik
3. Macam-macam syirik dan Bentuknya
4. Contoh perbuatan Syirik

1
Uraian Materi

A. Syirik, Contoh Syirik dan Bahaya Syirik


1. Makna Syirik
Syirik adalah lawan kata dari tauhid, yaitu sikap menyekutukan Allah secara zat,
sifat, perbuatan, dan ibadah. Adapun syirik secara dzat adalah dengan meyakini bahwa
zat Allah seperti zat makhlukNya. Perbuatan syirik dapat merendahkan harkat dan

martabat manusia. Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilahadalah
perbuatan yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Orang yang
melakukan perbuatan syirik disebut musyrik. Allah subhanahu wa ta‘ala berfirman:

َّ‫ون َّذه ِل ه‬
َّْ ‫ك َّ ِل همن َّ هيشهآءَّ َّ هو همن َّي ْش ِر‬
َّ‫ك‬ َّ‫للا َّاله هي ْغ ِفرَّ َّأهن َّي ْش هر ه‬
َّ‫ك َّ ِب َِّه َّ هو هي ْغ ِفرَّ َّ هماد ه‬ َّ‫ِإنَّ َّ ه‬
‫ِباللََِّّفهقه َِّدَّا ْفته هرىَّ ِإثْ ًماَّ ه‬
‫ع ِظي ًمَّا‬
Artinya: ―Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki- Nya.
barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia Telah berbuat dosa yang
besar.” (QS. An Nisa: 48)
Diriwayatkan dalam satu hadis, Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Sesuatu yang paling aku khawatirkan kepada kalian adalah perbuatan syirik kecil. Para
shohabat bertanya: Ya Rosululloh, apakah syirik kecil itu? Beliau menjawab: “riya”.
(HR. Ahmad). Diriwayatkan dari shohabat Abdullah bin Mas‘ud radhiallahu ‘anhu
berkata: bahwa Rasululloh shalallahu alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa mati
dalam menyembah sesembahan selain Allah sebagai tandingannya, maka masuklah ia
kedalam neraka” (HR. Bukhori). Diriwayatkan oleh shohabat Jabir rodiAllahu anhu
bahwa Rosululloh shollallahualaihi wa sallam bersabda: ―Barangsiapa menemui Allah
dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikitpun, pasti masuk surga.
Sedangkan barangsiapa menemui- Nya dalam keadaan berbuat sesuatu kesyirikan
kepada-Nya, pasti masuk neraka” (HR. Muslim).
Kandungan pada ayat-ayat dan hadis-hadis di atas:
a. Syirik adalah perbuatan dosa yang harus ditakuti dan dijauhi.
b. Riya termasuk perbuatan syirik.
c. Riya termasuk syirik ashghor (kecil).
Jadi syirik terbagi menjadi dua macam; yaitu syirik akbar (besar):

2
memperlakukan sesuatu selain Allah sama dengan Allah, dalam hal-hal yangmerupakan
hak khusus baginya. Syirik asghor (kecil: perbuatan yang disebutkan didalam Al Qur‘an
dan Hadis sebagai suatu kesyirikan tetapi belum sampai ke tingkat syirik akbar. Adapun
perbedaan di antara keduanya: Syirik akbar menghapussemua/seluruh amal kebajikan,
sedangkan syirik ashghor hanya menghapuskan amalan yang disertainya saja. Syirik
akbar mengakibatkan pelakunya kekal di dalam neraka, sedangkan syirik ashghor tidak
sampai demikian. Syirik akbar menjadikan pelakunya keluar dari Islam, sedangkan syirik
ashghor tidak menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Syirik ashghor ini adalah
perbuatan dosa yang paling dikhawatirkan oleh Rosululloh sholAllahu alaihi wa sallam
terhadap para sahabatnya, padahal mereka itu adalah orang-orang sholih.
Surga dan neraka benar-benar ada, dan keduanya merupakan makhluk ciptaan
Allah subhanahu wa ta‟ala. Barangsiapa mati dalam keadaan tidak berbuat syirikkepada
Allah sedikitpun, ia dijanjikan masuk surga. Tetapi barangsiapa meninggal dalam
keadaan menyekutukan Allah, maka ia akan masuk neraka jahannam, sekalipun banyak
sekali peribadatan yang telah ia kerjakan. Masalah penting, yaitu: bahwa Nabi Ibrahim
memohon kepada Allah untuk dirinya dan anak cucunya supaya dijauhkan dari perbuatan
menyembah berhala. Nabi Ibrahim mengambil pelajaran dari keadaan sebagian besar
manusia, yaitu: bahwa mereka itu adalah sebagaimana kata beliau: “Ya Tuhanku,
sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia”
(QS. Ibrahim: 36)
2. Macam-Macam Syirik
Dijelaskan di pembahasan sebelumnya bahwa syirik adalah lawan dari tauhid,
sedangkan dalam tauhid ada dimensi uluhiyah, rububiyah serta asma dan sifat. Ketika
didasarkan pada dimensi tauhid tersebut maka syirik juga bisa dikategorikan dalam tiga
hal tersebut,
a. Syirik dalam rububiyah, yaitu meyakini ada pencipta dan pengatur alam semesta
selain Allah.
b. Syirik dalam uluhiyah, yaitu meyakini ada tuhan lain selain Allah yang berhak
disembah,
c. Syirik dalam Asma‘ dan Sifat, yaitu menyamakan sifat Allah dengan sifat
makhluk. Padahal Allah tidak sama dengan makhluk ―laisa kamitslihi syaiun.
Berdasarkan bentuknya, syirik ada tiga macam, yaitu: pertama, syirik dalam
keyakinan (i‘tiqad) yaitu syirik dalam keyakinan. Artinya meyakini adanya tuhan selain
Allah yang mampu mendatangkan manfaat atau madharat. Kedua, syirik dalam
perkataan, seperti bersumpah dengan selain nama Allah. Ketiga, syirik dalam

3
perbuatan, melakukan hal- hal yang mengandung kemusyrikan seperti beribadah dan
menyembah kepada selain Allah, sujud menyembah batu misalnya.
3. Bahaya Syirik.
Di antara kerusakan dan bahaya akibat perbuatan syirik adalah: Pertama: syirik
merendahkan eksistensi kemanusiaan. Syirik menghinakan kemuliaan, menurunkan
derajat dan martabatnya. Sebab Allah menjadikan manusia sebagai hamba Allah di
muka bumi. Allah memuliakannya, mengajarkan seluruh nama-nama, lalu menundukkan
baginya apa yang ada di langit dan di bumi semuanya. Allah telahmenjadikan manusia
sebagai penguasa di jagad raya ini. Tetapi kemudian ia tidak mengetahui derajat dan
martabat dirinya. Ia lalu menjadikan sebagian dari makhluk Allah sebagai Tuhan dan
sesembahan. Ia tunduk dan menghinakan diri kepadanya.
Allah berfirman: “Dan berhala-berhala yang mereka seru selain Allah, tidak
dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang.
(Berhala-berhala) itu benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui
bilakah penyembah penyembahnya akan dibangkitkan” (Al-Hajj: 20-21). “Barangsiapa
mempersekutukan sesuatu dengan Allah maka ia seolah-olah jatuh dari langit lalu
disambar oleh burung atau diterbangkan angin ketempat yang jauh”. (Al- Hajj: 31).
Kedua, syirik adalah sarang khurafat dan kebatilan Dalam sebuah masyarakat
yang akrab dengan perbuatan syirik, ―barang dagangan, dukun, tukang nujum, ahli
nujum, ahli sihir dan yang semacamnya menjadi laku keras. Sebab mereka
mendakwahkan (mengklaim) bahwa dirinya mengetahui ilmu ghaib yang sesungguhnya
tak seorangpun mengetahuinya kecuali Allah.
Ketiga, syirik adalah kedholiman yang paling besar yakni dhalim terhadap hakikat
yang agung yaitu (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah). Adapun orang
musyrik mengambil selain Allah sebagai Tuhan serta mengambil selain- Nya sebagai
penguasa. Syirik merupakan kedhaliman dan penganiayaan terhadap diri sendiri.
Keempat, syirik sumber dari segala ketakutan dan kecemasan Orang yang akalnya
menerima berbagai macam khurofat dan mempercayai kebatilan, kehidupannya selalu
diliputi ketakutan. Sebab dia menyandarkan dirinya pada banyak obyek yang anggap
tuhan. Allah berfirman: “Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang yang kafir
rasa takut disebabkan mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allahsendiri
tidak memberikan keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka adalahNeraka, dan
itulah seburuk-buruk tempat tinggal orang-orang dhalim” (Ali-Imran: 151).
Kelima, syirik membuat orang malas melakukan pekerjaan yang bermanfaat.
Syirik mengajarkan kepada para pengikutnya untuk mengandalkan para perantara,

4
sehingga mereka meremehkan amal shalih. Sebaliknya mereka melakukan perbuatan
dosa dengan keyakinan bahwa para perantara akan memberinya syafa‘at di sisi Allah.
Keenam, syirik menyebabkan pelakunya kekal dalam neraka. Syirikmenyebabkan
kesia-siaan dan kehampaan di dunia, sedang di akhirat menyebabkan pelakunya kekal
di dalam neraka. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan
(sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya
ialah neraka, dan tidaklah ada bagi orang-orang dhalim itu seorang penolongpun” (Al-
Maidah: 72).
Ketujuh, Syirik memecah belah umat. Allah berfirman: “Dan janganlah kamu
termasuk orang- orang yang memper-sekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah
belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan
merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka” (Ar Ruum: 31-32). Itulah
berbagai kerusakan dan bahaya yang ditimbulkan perbuatan syirik. Yang jelas Syirik
merupakan penyebab turunnya derajat dan martabat manusia ke tempat paling hina dan
paling rendah.
4. Contoh Perbuatan Syirik
Contoh-contoh perbuatan syirk adalah: Bersumpah dengan nama selain Allah,
azimat, mantera, sihir termasuk berbuatan syirik, karena perbuatan tersebut dapat menipu
atau mengelabui orang-orang dengan bantuan jin atau setan, peramalan, dukun dan
tenung, bernazar kepada selain Allah. Dalam masyarakat masih dijumpai seseorang
bernazar kepada selain Allah. Misalnya seorang bernazar, "jika aku sembuh dari penyakit,
aku akan mengadakan sesajian ke makam wali". Perbuatan seperti itu adalah perbuatan
yang sesat. Demikian juga riya', yakni beramal bukan karena Allah, melainkan karena
ingin dipuji atau dilihat orang, dan itu adalah perbuatan syirik.

5. Sebab-sebab Syirik
Ada tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu al-jahlu
(kebodohan), dha‘ful iman (lemahnya iman), dan taqlid (ikut-ikutan secara membabi-
buta). Kebodohan adalah sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya masyarakat sebelum
datangnya Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka tidak tahu mana
yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan itu,
orang-orang cendrung berbuat syirik. Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa
dipastikan kecendrungan berbuat syirik semakin kuat.
Penyebab kedua perbuatan syirik adalah dha‘ful iman (lemahnya iman). Seorang
yang imannya lemah cendrung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut kepada Allah tidak

5
kuat. Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk
menguasai diri seseorang.
Sebab yang ketiga adalah taqlid. Al-Qur‘an selalu menggambarkan bahwa orang-
orang yang menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu karena
mengikuti jejak nenek moyang mereka. Dan apabila dikatakan kepada mereka,
―Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah.‖ Mereka menjawab, ―(Tidak), tetapi kami
hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.‖
―(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?‖ [QS. Al-Baqarah (2): 170]
Allah SWT berfirman: “Apabila dikatakan kepada mereka: Marilah mengikuti
apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul, Mereka menjawab: Cukuplah untuk
kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya, dan apakah mereka akan
mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak
mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk” (QS. Al-Maidah [5]: 104).

RANGKUMAN

A. Syirik adalah lawan kata dari tauhid, yaitu sikap menyekutukan Allah secara zat, sifat,
perbuatan, dan ibadah. Adapun syirik secara dzat adalah dengan meyakini bahwa zat
Allah seperti zat makhluk-Nya. Perbuatan syirik dapat merendahkan harkat &
martabat manusia. Syirik dari segi bahasa artinya mempersekutukan, secara istilah
adalah perbuatan yang mempersekutukan Allah dg sesuatu yang lain. Orang yang
melakukan perbuatan syirik disebut musyrik.

B. Bahaya akibat perbuatan syirik adalah:


1. Pertama: syirik merendahkan eksistensi kemanusiaan
2. Kedua: syirik adalah sarang khurofat dan kebatilan
3. Ketiga: Syirik adalah kedholiman yang paling besar yakni dhalim terhadap
hakikat yang agung yaitu (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah
4. Keempat: Syirik sumber dari segala ketakutan dan kecemasan
5. Kelima Syirik membuat orang malas melakukan pekerjaan yang bermanfaat.
6. Keenam: Syirik menyebabkan pelakunya kekal dalam Neraka
7. Ketujuh: Syirik memecah belah umat

Anda mungkin juga menyukai