Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Anggota Kelompok :
1. Fatimah Azzahra (1714290012)
2. Saskia Lumintang (1714290016)
3. Diah Agni Pratiwi (1714290037)
4. Dewi Mayangsari (1714290047)
5. Vedrika Gracia (1714290056)
Jadwal Kuliah : Jum’at
Waktu : 12.50 s.d. 15.20
Dosen : Bu Maryati
2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan.
3. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik
yang melakukan usaha termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.
4. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor, mengekspor
barang, melakukan usaha perdagangan, dll.
5. Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang
kena pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak.
6. Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak
sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagi tanda
pengenal diri Wajib Pajak.
7. Masa Pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar wajib pajak untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang dalam suatu jangka waktu tertentu.
8. Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun kalender.
9. Bagian Tahun pajak adalah bagian dari jangka waktu satu tahun pajak.
10. Pajak Yang Terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu bagian tahun
pajak.
11. Surat Pemberitahuan Pajak adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak.
12. Surat Pemberitahuan Masa adalah surat pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
13. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat pemberitahuan untuk suatu Tahun
Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
14. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah
dilakukan dengan menggunakan formulir atau dengan cara lain.
15. Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang berhubungan dengan
pembayaran pajak.
16. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran
pokok pajak, besarnya administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.
17. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
18. Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah
pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang
dan tidak ada kredit pajak.
19. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak.
20. Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi
administrasi berupa bunga dan/atau denda.
21. Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan
pajak.
22. Kredit Pajak untuk Pajak Penghasilan adalah pajak yang dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak ditambah dengan pokok pajak terutang dalam Surat Tagihan Pajak
karena Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar, ditambah
dengan pajak yang dipotong atau dipungut, ditambah dengan pajak atas
penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri, dikurangi dengan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak yang dikurangkan dari pajak yang
terutang.
23. Kredit Pajak untuk Pajak Pertambahan Nilai adalah Pajak Masukan yang dapat
dimasukkan dikurangi dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak atau
setelah dikurangi dengan pajak yang telah dikompensasikan, yang dikurangkan
dengan dari pajak yang terutang.
24. Pekerjaan Bebas adalah pekerjaan yang dilakukan orang pribadi yang mempunyai
keahlian khusus yang tidak terikat pada hubungan kerja.
25. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.
26. Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa keterangan,
tulisan atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya dugaan kuat bahwa
sedang atau telah terjadi tindak pidana dibidang perpajakan.
27. Pemeriksaaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak pidana
dibidang perpajakan.
28. Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas
pembayaran pajak.
29. Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan untuk periode tahun pajak tersebut.
30. Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan
pengisian surat pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian
tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya.
31. Penyidikan Tindak Pidana Dibidang Perpajakan adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan
bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang perpajakan.
32. Penyidik adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu dilingkungan Direktorat
Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus untuk melakukan penyidikan tindak
pidana.
33. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan
kesalahan tulis, kesalahan hjitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu
dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
34. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat keputusan atas keberatan terhadap surat
ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang
diajukan oleh wajib pajak.
35. Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap
surat keputusan keberatan yang dijukan oleh wajib pajak.
36. Putusan Gugatan adalah putuasn badan peradilan pajak atas gugatan terhadap
hal-hal yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
dapat diajukan gugatan.
37. Putusan Peninjauan kembali adalah putusan mahkamah agung atas permohonan
peninjauan kembali yang diajukan oleh Wajib Pajak atau oleh Direktur Jenderal
Pajak terhadap putusan banding atau putusan gugatan dari badan peradilan pajak.
38. Surat Keputusan Pengambilan Pendahuluan Kelebihan Pajak adalah surat
keputuasn yang menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
untuk wajib pajak tertentu.
39. Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah imbalan bunga yang diberikan kepada Wajib Pajak.
40. Tanggal dikirim adalah tanggal stempel pengiriman pos, tanggal faksimili, atau
dalam hal disampaikan secara langsung yaitu tanggal pada saat surat, keputusan,
atau putusan disampaikan secara langsung.
41. Tanggal diterima adalah tanggal stempel pos, tanggal faksimili, atau dalam hal
diterima secara langsung yaitu tanggal pada saat surat, keputusan, atau putuasn
disampaikan secara langsung.
Keterangan :
1 dan 2 = kode kelompok wajib pajak
3 sampai 8 = nomor pokok
9 = kode pengecekan
10 sampai 12 = kode KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
13 sampai 15 = kantor cabang/pusat
Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak atau surat
tagihan pajak untuk masa pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai pengusaha
kena pajak terhitung sejak saat jumlah peredaran bruto atau penerimaan brutonya
melebihi Rp. 4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
1. Asas praduga tak bersalah, adalah bahwa setiap orang yang disangka,
dituntut, atau dihadapkan dimuka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak
bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahan-
kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.
2. Asas persamaan dimuka hukum, adalah bahwa setiap orang mempunyai hak
dan kewajiban yang sama dimuka hukum, tanpa perbedaan.
3. Asas hak memperoleh bantuan/penasehat hukum, adalah bahwa setiap
tersangka perkara tindak pidana di bidang perpajakan wajib diberi
kesempatan memperoleh bantuan hukum yang semata-mata diberikan untuk
melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya sejak dilakukan
pemeriksaan terhadapnya.
Contoh :
Jenis-Jenis Ketetapan
2. Keberatan
Keberatan adalah cara yang ditempuh oleh wajib pajak jika merasa kurang puas
atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas pemotongan/
pemungutan oleh pihak ketiga. Keberatan dapat diajukan atas :
a. Surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB)
b. Surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT)
c. Surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB)
d. Surat ketetaapan pajak nihil (SKPN)
e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga.
Yang dapat mengajukan keberatan :
a. Bagi wajib pajak bdan oleh pengurus
b. Bagi wajib pajak orang pribadi oleh wajib pajak yang bersangkutan
c. Pihak yang dipotong/ dipungut pihak ketiga
d. Kuasa yang ditunjuk oleh mereka pada butir diatas
Pengajuan keberatan diajukan kepada kepala kantor pelyanan pajak (KPP) ditempat
wajib pajak terdaftar dengan syarat-syarat mengajukan keberatan :
a. Satu keberatan harus diajukan untuk satu jenis dan satu tahun/ masa pajak
b. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia
c. Wajib menyatakan alasan-alasan secara jelas
d. Wajib menyebutkan jumlah pajak yang terutang menurut perhitungan wajib
pajak. Satu surat untuk satu SKP.
Jika lewat tiga bulan, syrat keberatan tidak duanggap karena tidak memenuhi
syarat formal. Tetapi juga memperbolehkan jangka waktu lebih dari tiga bulab jika
“dalam keadaan diluar kekuasaannya”. Inilah klausul yang sering dimanfaatkan oleh
wajib pajak. Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan
pelaksanaan penagihan pajak.
3. Banding
SK keberatan tidak dapat menjadi wajib pajak puas. Masih ada satu kesempatan
lagi bagi wajib pajak untuk menguji pendapatnya, yaitu melalui proses banding ke
pengadilan pajak. Yang dapat mengajukan banding ke pengadilan pajak :
a. Bagi wajib pajak badan oleh pengurus
b. Bagi wajib pajak orang pribadi adalah yang bersangkutan atau ahli warisnya
c. Kuasa hukum dari butir diatas
Surat uraian banding adalah surat terbanding kepada pengadilan pajak yang berisi
jawaban atas alasan banding yang diajukan oleh pemohon banding. Putusan
banding merupakan putusan akhir dan mempunyai kekuatan hukum tetap serta
bukan keputusan tata usaha negara. Dalam sejarah banding, jika dibuatkan
persentase putusan banding, maka sebagian besar putusan banding berpihak ke
wajib pajak.
I. Penagihan
Secara sederhana, penagihan pajak adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajaknya.
Pengertian lebih lengkapnya diatur dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang No. 19
Tahun 1997 jo. Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa (UU PPSP).
“Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung
Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus, memberitahukan
Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan
penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita.”
Jenis-jenis Penagihan Pajak:
1. Penagihan Pajak Pasif
Pada penagihan pajak pasif, DJP hanya menerbitkan Surat Tagihan Pajak
(STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan (SKPKBT), SK Pembetulan, SK Keberatan, dan Putusan Banding
yang menyebabkan pajak terutang lebih besar. Dalam penagihan pasif, fiskus hanya
memberitahukan kepada wajib pajak bahwa terdapat utang pajak. Jika dalam waktu
satu bulan sejak diterbitkannya STP atau surat sejenis, wajib pajak tidak melunasi
utang pajaknya, maka fiskus akan melakukan penagihan aktif.
2. Penagihan Pajak Aktif
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, penagihan aktif merupakan
kelanjutan dari penagihan pasif. dalam penagihan aktif, fiskus bersama juru sita Pajak
berperan aktif dalam tindakan sita dan lelang.
3. Penagihan Pajak Seketika dan Sekaligus
Penagihan seketika dan sekaligus ini merupakan penagihan pajak yang
dilakukan oleh fiskus atau juru sita pajak kepada wajib pajak tanpa menunggu tanggal
jatuh tempo pembayaran pajak. Penagihan pajak juga meliputi seluruh utang pajak
dari semua jenis pajak, masa pajak, dan tahun pajak.
J. Pembukuan
Menurut pasar 1 butir 29 UU KUP, diartikan bahwa Pembukuan adalah suatu
proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan
informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun
Pajak tersebut.
1. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang peredaran brutonya dalam satu tahun sebesar Rp4.800.000.000
2. Wajib Pajak Badan.
1. Pada pasal berapa yang membahas tentang ketentuan dan tata cara perpajakan?
2. Apa yang dimaksud dengan pajak?
3. Apa yang dimaksud dengan Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan
Pelaporan Pajak?
4. Apa saja kewajiban Wajib Pajak Sehubungan dengan Pajak Penghasilan ?
5. Jelaskan pengertian dan fungsi dari NPWP!
6. Ada berapa digitkah NPWP? Sebutkan pembagian digit!
7. Sebutkan batasan pengusaha kecil pajak pertambahan nilai pasal 1!
8. Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak atau surat tagihan
pajak untuk masa pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak
terhitung sejak?
9. Sebutkan Ketentuan SPT Masa PPh pasal 25
10. Angsuran Masa PPh pasal 25 tahun 2014 sejumlah Rp. 10.000.000/bulan. Angsuran
masa pajak mei tahun 2014 dibayar tanggal 18 juni 2014 dan dilaporkan tanggal 19 juni
2014. Tanggal 15 Juli 2014 diterbitkan SPT dengan saksi bunga 1 bulan, maka
berapakan sanksi administrasi yang harus dibayar?
11. Apakah tujuan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (resitusi) pajak?
12. Sebutkan tata cara kelebihan pengembalian pembayaran pajak!
13. Berapa lama jangka waktu klarifikasi data oleh Direktorat Jenderal harus ditindaklanjuti?
14. Kewenangan Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan surat ketetapan pajak diatur dalam
beberapa pasal dalam UU KUP yaitu ?
15. Bagaimana jika Wajib Pajak telah menanggapi dalam jangka waktu yang telah
ditentukan, tetapi penjelasan Wajib Pajak tidak sesuai dengan data yang dimiliki oleh
Direktorat Jenderal Pajak?
16. Sebutkan syarat-syarat pengajuan surat banding pajak!
17. Jelaskan pengertian pajak menurut Undang-Undang No. 19 Tahun 2000 tentang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (UU PPSP) ?
18. Mengapa daluarsa pajak bisa terjadi? Jelaskan secara singkat!
1. Dasar hukum ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah undang-undang NO. 6
tahun 1983 sebagai mana telah diubah terakhir dengan undang-undang NO. 28 tahun
2007.
2. Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan sebesar-besarnya untuk keperluan negara bagi
kemakmuran rakyat.
3. Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan Pelaporan Pajak Yaitu Wajib
pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya wajib melakukan sendiri
penghitungan, pembayaran dan pelaporan pajak terhutang. Untuk meringankan beban
wajib pajak dalam melunasi pajak yang terhutang dalam 1 (satu) tahun pajak, wajib
pajak orang pribadi yang sumber penghasilannya dari usaha dan pekerjaan bebas dapat
melakukan pembayaran angsuran PPh setiap bulan.
4. Kewajiban Wajib Pajak sehubungan dengan Pajak Penghasilan:
o SPT Masa;
o SPT Tahunan (Badan/Orang Pribadi/Pasal 21);
o Pelunasan utang pajak yang tercantum dalam "surat ketetapan Pajak” dan
surat keputusan lainnya.
5. NPWP adalah nomor yang diberikan kepada setiap wajib pajak sebagai salah satu
sarana identitas wajib pajak untuk memenuhi hak dan kewajibannya dalam administrasi
perpajakan. Fungsi NPWP antara lain :
a. Untuk keperluan yang berkaitan dengan dokumen perpajakan
b. Untuk memenuhi kewajiban perpajakan
c. Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang kewajiban
pencatatan NPWP dalam dokumen Impor (PPU atau PIUD).
6. NPWP terdiri dari 15 digit, yaitu 9 digit pertama merupakan kode unit WP dan 6 digit
berikutnya merupakan kode Administrasi Perpajakan.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Keterangan :
1 dan 2 = kode kelompok wajib pajak
3 sampai 8 = nomor pokok
9 = kode pengecekan
10 sampai 12 = kode KPP (Kantor Pelayanan Pajak)
13 sampai 15 = kantor cabang/pusat
7. Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak atau surat tagihan
pajak untuk masa pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak
terhitung sejak saat jumlah peredaran bruto atau penerimaan brutonya melebihi Rp.
4.800.000.000
8. Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak atau surat tagihan
pajak untuk masa pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak
terhitung sejak saat jumlah peredaran bruto atau penerimaan brutonya melebihi Rp.
4.800.000.000
9. Ketentuan terkait SPT Masa PPh pasal 25 :
Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 adalah :
a. WP OP yang tidak menjalankan usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas.
b. WP OP yang dalam satu tahun pajak menerima atau memperoleh penghasilan
neto tidak melebihi PTKP (kepada WP juga dikecualikan dari kewajiban
menyampaikan SPT Tahunan).
Wajib pajak yang melakukan pembayaran PPh Pasal 25 melalui bank persepsi atau
kantor pos persepsi dengan sistem pembayaran secara online dan surat setoran
pajak (SPP)-nya telah mendapat validasi dengan Nomor Transaksi Pembayaran
Negara (NTPN), maka SPT Masa PPh pasal 25 dianggap telah disampaikan ke KPP
sesuai dengan tanggal validasi yang tercantum pada SSP.
10. 1 x 2% x Rp. 10.000.000 = Rp. 200.000
11. Tujuan pengembalian kelebihan kembalian pajak (resitusi) pajak yang diberikan oleh
negara adalah untuk melindungi hak wajib pajak. Pelaporan resitusi ini juga merupakan
kepercayaan pemerintah yang diberikan oleh wajib pajak.
12. Tata cara kelebihan pengembalian pembayaran pajak :
a. Prosedur dalam hal lebih bayar pajak
b. Prosedur dalam hal pembayaran pajak yang seharusnya tidak terhutang
13. Berdasarkan SE-39/PJ./2015, Wajib pajak harus menanggapi permintaan klarifikasi oleh
Direktorat Jenderal Pajak paling lama 14 hari sejak surat permintaan tersebut dikirim.
Apabila wajib pajak selama jangka waktu tersebut tidak melakukan tanggapan, maka
wajib pajak akan dilakukan pemeriksaan.
14. Pasal dalan UU KUP :
a. Pasal 13, surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB)
b. Pasal 13A surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB)
c. Pasal 15, surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan (SKPKBT)
d. Pasal 17, surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB)
e. Pasal 17A, surat ketetapan pajak Nihil (SKPN)
f. Pasal 17 B, surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB)
15. Wajib Pajak yang telah menanggapi surat permintaan klarifi kasi sesuai jangka waktu
yang telah ditentukan, tetapi tanggapan dari Wajib Pajak tidak sesuai dengan data yang
ada, maka:
a. jika dalam menanggapi surat permintaan klarifi kasi, Wajib Pajak memberikan bukti-
bukti, catatan, dan/ atau dokumen pendukung yang menunjukkan bahwa data yang
dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya maka proses permintaan klarifi kasi dihentikan dan tidak ditindaklanjuti
dengan pemeriksaan.
b. jika dalam menanggapi surat permintaan klarifi kasi, Wajib Pajak tidak dapat
memberikan bukti-bukti, catatan, dan/atau dokumen pendukung yang menunjukkan
bahwa data yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya maka proses permintaan klarifikasi ditindaklanjuti dengan
pemeriksaan.
16. Syarat-Syarat Pengajuan Surat Banding Pajak
1. Tiap 1 keputusan, diajukan 1 surat banding.
2. Permohonan banding harus diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia.
Jangka waktu permohonan surat banding adalah 3 bulan sejak keputusan keberatan
diterima, kecuali ada aturan lain dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Surat banding juga harus dilampiri surat keputusan keberatan tersebut.
4. Banding hanya bisa diajukan jika besarnya jumlah pajak terutang yang dimaksud
sudah dibayar 50%.
5. Lampirkan Surat Setoran Pajak (SSP) atau Pemindah Bukuan (Pbk).
17. Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang
pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus, memberitahukan Surat Paksa,
mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan
menjual barang yang telah disita.
18. Penagihan pajak dikatakan daluarsa jika telah melampaui batas waktu penagihan, yaitu
5 tahun terhitung sejak penerbitan dasar penagihan pajak. Apabila penagihan pajak
daluarsa, maka penagihan pajak tidak bisa lagi dilaksanakan karena hak untuk
penagihan atas utang pajak tersebut sudah dianggap gugur.
a) Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang peredaran brutonya dalam satu tahun sebesar Rp4.800.000.000
b) Wajib Pajak Badan.