Ditetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : 11 Mei 2022
Direktur,
ii
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI............................................................................................................1
BAB IV DOKUMENTASI............................................................................................15
iii
BAB I
DEFINISI
A. Pengertian
Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami
(Badudu- Zain, 1994:489), Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan
(mekanik maupun semantik), Gangguan ini masih termasuk ke dalam
hambatan komunikasi (Effendy,1993:45), Efektivitas komunikasi salah satunya
akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan komunikasi yang terjadi.
Disabilitas adalah kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau
menghambat bagi yang menderitanya untuk melakukan kegiatan secara normal.
1
Disabilitas dilihat dari aspek fisiknya dapat dibagi menjadi beberapa kategori,
yaitu :
a. Tuna Netra
Seseorang dikatakan tuna netra apabila mereka kehilangan daya lihatnya
sedemikian rupa sehingga tidak dapat menggunakan fasilitas pada umumnya.
Menurut Kaufman & Hallahan, tuna netra adalah individu yang memiliki
lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi
atau tidak lagi memiliki penglihatan.
Ciri-ciri fisik :
1) Memiliki daya dengar yang sangat kuat sehingga dengan cepat
pesanpesan melalui pendengaran dapat dikirim ke otak
2) Memiliki daya pengobatan yang sensitif sehingga apa yang dirasakan
dapat dikirim langsung ke otak.
3) Kadang-kadang mereka suka mengusap-usap mata dan
berusaha membelalakkannya.
4) Kadang-kadang mereka memiliki perilaku yang kurang nyaman bisa
dilihat oleh orang normal pada umumnya atau dengan sebutan
blindism (misalnya : mengkerut- kerutkan kening,
menggelenggelengkan kepala secara berulang-ulang dengan tanpa
disadarinya )
2
b. Tuna Daksa
Seseorang dikatakan mengalami ketunadaksaan apabila terdapat kelainan
anggota tubuh sebagai akibat dari luka, penyakit, pertumbuhan yang salah
bentuk sehingga mengakibatkan turunnya kemampuan normal untuk
melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu dan untuk mengoptimalkan potensi
kemampuannya diperlukan layanan khusus.
Tuna daksa ada dua kategori, yaitu:
1) Tuna daksa orthopedic (orthopedically handicapped), yaitu mereka yang
mengalami kelainan, kecacatan tertentu sehingga menyebabkan
terganggunya fungsi tubuh. Kelainan tersebut dapat terjadi pada bagian
tulang-tulang, otot-otot tubuh maupun pada daerah persendian, baik yang
dibawa sejak lahir maupun yang diperoleh kemudian. Contoh : anak polio
2) Tuna daksa syaraf (neurologically handicapped), yaitu kelainan yang
terjadi pada anggota tubuh yang disebabkan gangguan pada syaraf. Salah
satu kategori penderita tuna daksa syaraf dapat dilihat pada anak cerebral
palsy.
Ciri-ciri fisik :
1) kecerdasan normal bahkan ada yang sangat cerdas
2) Derpresi , kemarahan dan rasa kecewa yang mendalam disertai
dengan kedengkian dan permusuhan.
3) Penyangkalan dan penerimaan atau suatu keadaan emosi diri untuk
dapat hidup dengan kondisinya yang sekarang.
Ciri-ciri sosial :
Kelompok ini kurang memiliki akses pergaulan yang luas karena keterbatasan
aktivitas geraknya. Dan kadang-kadang menampakkan sikap marah-marah
(emosi) yang berlebihan tanpa sebab yang jelas.
c. Tuna Rungu
Seseorang dikatakan tuna rungu apabila mereka kehilangan daya dengarnya.
Tuna rungu dikelompokkan menjadi :
1) Ringan (20-20 dB)
3
Umunya mereka masih dapat berkomunikasi dengan baik, hanya kata-kata
tertentu saja yang tidak dapat mereka dengar langsung, sehingga
pemahaman mereka menjadi sedikit terhambat.
Ciri-ciri mental
Pada umumnya sering menaruh curiga terhadap orang-orang yang ada di
sekitarnya
4
d. Tuna Wicara
Seseorang dikatakan tuna wicara apabila mereka mengalami kesulitan
berbicara. Hal ini disebabkan kurang atau tidak berfungsinya alat-alat bicara
seperti rongga mulut, lidah, langit-langit dan pita suara. Selain itu, kurang atau
tidak berfungsinya organ pendengaran, keterlambatan perkembangan bahasa,
kerusakan pada sistem syaraf dan struktur otot serta ketidakmampuan dalam
kontrol gerak juga dapat mengakibatkan keterbatasan dalam berbicara.
Diantara individu yang mengalami kesulitan berbicara, ada yang sama sekali
tidak dapat berbicara, dapat mengeluarkan bunyi tetapi tidak mengucapkan
kata-kata dan ada yang dapat berbicara tetapi tidak jelas.
Masalah yang utama pada diri seorang tuna wicara adalah mengalami
kehilangan/terganggunya funsi pendengaran (tuna rungu) dan atau fungsi
bicara (tuna wicara), yang disebabkan oleh bawaan lahir, kecelakaan maupun
penyakit. Umumnya seseorang dengan gangguan dengar/wicara yang
disebabkan oleh faktor bawaan (keturunan/genetik) akan berdampak pada
kemampuan bicara. Sebaliknya seseorang yang tidak/kurang dapat bicara
umumnya masih dapat menggunakan fungsi pendengarannya walaupun tidak
selalu.
5
menganggap anjing sebagai binatang piaraan yang setia, bersahabat dan
panjang ingatan.
6
Kondisi komunikan seperti ini perlu dipahami oleh seorang
komunikator. Masalahnya, apabila komunikator ingin agar pesannya dapat
diterima dan dianggap penting oleh komunikan, maka komunikator harus
berusaha menyusun pesannya sedemikian rupa agar menimbulkan ketertarikan
dari komunikan.
2. Prasangka
Menurut Sears, prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang
atau kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka. Untuk
memperoleh gambaran yang jelas mengenai prasangka, maka sebaiknya kita
bahas terlebih dahulu pengertian persepsi.
3. Stereotip
Adalah gambaran atau tanggapan mengenai sifat atau watak bersifat negatif
(Gerungan,1983:169). Jadi stereotip itu terbentuk pada dirinya berdasarkan
keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subjektif.
Contoh: Orang Batak itu berwatak keras sedangkan orang Jawa itu berwatak
lembut.
7
4. Motivasi
Merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan
atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia
berbuat sesuatu (Gerungan 1983:142).
Motif adalah sesuatu yang mendasari motivasi karena motif memberi tujuan
dan arah pada tingkah laku manusia. Tanggapan seseorang terhadap pesan
komunikasi pun berbeda sesuai dengan jenis motifnya.
1. Kurangnya pengetahuan
Petugas rumah sakit yang tidak belajar tentang perilaku diterima dalam budaya
yang berbeda dapat atribut perilaku pasien (misalnya diam, penarikan) untuk
alasan yang salah atau penyebab mengakibatkan penilaian yang salah dan
intervensi.
8
Tahap-tahap ini adalah :
a. Ketakutan
Setiap orang memandang orang lain sebagai berbeda dan oleh karena itu
berbahaya. Biasanya ketika orang-orang menjadi lebih baik mengenal satu
sama lain, ketakutan secara bertahap menghilang, hanya untuk digantikan
oleh kata disukai.
b. Tidak menyukai
Orang-orang dari budaya yang berbeda sering curiga dari masingmasing
orang lain akan tindakan dan motif mereka karena mereka kurang memiliki
informasi.
c. Penerimaan
Biasanya jika dua orang dari berbagai budaya yang berbeda pengalaman
cukup baik selama periode waktu
d. Respect
Jika individu dari beragam budaya berpikiran terbuka, akan memungkinkan
mereka untuk melihat dan mengagumi kualitas dalam satu sama lain
e. Percaya
Orang dari beragam budaya telah menghabiskan cukup waktu bersama yang
berkualitas, mereka biasanya mampu saling percaya
f. Menyukai
Untuk tahap akhir, individu-individu dari beragam budaya harus mampu
berkonsentrasi pada kualitas manusia yang mengikat orang bersama-sama,
bukan perbedaan yang menarik orang menjadi terpisah
3. Rasisme
Penghalang transkultural komunikasi antara petugas kesehatan dan pasien, dan
antara petugas kesehatan dan penyedia perawatan kesehatan lainnya.
9
Tipe-tipenya :
a. Rasisme individu : diskriminasi karena karakteristik biologis
b. Rasisme budaya : menganggap budaya sendiri lebih superior
5. Stereotip perilaku
Sebuah stereotip budaya adalah asumsi beralasan bahwa semua orang dari
kelompok ras dan etnis tertentu yang sama. Sindrom tempat budaya adalah
bentuk stereotip yang masalah untuk banyak petugas kesehatan (dokter dan
perawat). Sindrom tempat budaya berkeyakinan bahwa “ hanya karena klien
terlihat dan berperilaku dengan cara yang anda lakukan, anda berasumsi
bahwa tidak ada perbedaan budaya atau hambatan potensia untuk perawatan “
(Buchwald, 1994)
6. Ritual
Adalah prosedur dalam mengerjakan tugas.
7. Hambatan bahasa
Bahasa menyediakan alat-alat (kata) yang memungkinkan orang untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka
1
pihak terkait lainnya. Berbeda dialek dan regionalism Idiom dan "berbicara
jalanan."
Untuk berkomunikasi secara efektif dengan pasien yang tidak mahir dalam
bahasa asing, diperlukan adanya seorang penerjemah bahasa asing. Seorang juru
terampil dapat membantu petugas kesehatan, pasien dan keluarga pasien dalam
mengatasi kecemasan dan frustasi yang dihasilkan oleh hambatan bahasa
B. Tujuan
Panduan ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui cara identifikasi hambatan dalam pelayanan kesehatan di RSI
Banjarnegara
2. Mengetahui cara mengatasi hambatan dalam pelayanan kesehatan sesuai dengan
jenis hambatan yang terjadi
3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di RSI Banjarnegara.
1
BAB II
RUANG LINGKUP
Pelayanan pasien dengan hambatan komunikasi atau pasien difabel harus dilihat
sebagai masalah antar disiplin dan atau multidisiplin. Oleh karena itu panduan ini berlaku
untuk semua karyawan di RSI Banjarnegara, termasuk dokter, perawat dan pekerja lainnya.
1
BAB III
TATALAKSANA
1. Kursi roda
Kursi roda merupakan alat yang digunakan oleh orang yang mengalami
kesulitan berjalan menggunakan kaki, baik dikarenakan penyakit, cedera
maupun cacat
2. Brankar
Brankar merupakan tempat tidur pasien yang dapat
didorong
Pelayanan umum yang diberikan oleh Rumah Sakit Islam Banjarnegara untuk
pasien difabel :
1. Jika terdapat pasien atau keluarga pasien yang memiliki hambatan fisik yang
bertugas adalah bagian keamanan
2. Pasien difabel yang masih mampu berjalan
Pada saat masuk Rumah Sakit Islam Banjarnegara, bagian keamanan
menggandeng / memapah / mengarahkan pasien difabel ke registrasi rawat jalan/
admission rawat inap sesuai dengan kebutuhannya. Setelah selesai proses
pendaftaran, bagian keamanan akan mengantarkan kembali pasien difabel ke
poliklinik / ruang rawat inap / instansi yang dituju
1
maka pasien difabel akan langsung diantarkan ke instalasi gawat darurat dengan
menggunakan kursi roda atau brankar
1
Cara mengatasai hambatan komunikasi dengan pasien
difabel
A. Tuna Netra
Tuna netra memiliki keterbatasan dalam indera penglihatan sehingga untuk
melakukan kegiatan sehari-harinya menekankan pada alat indera yang lain
yaitu indera peraba dan indera pendengaran. Untuk mempermudah dan
melancarkan penanganan pasien difabel maka petugas Rumah Sakit Islam
Banjarnegara melakukan komunikasi dengan pasien difabel dengan
menggunakan:
1
7. Membicarakan dan menjelaskan kepada keluarga pasien (bila didampingi)
mengenai data pasien, hasil pemeriksaan pasien dan tindakan lanjut yang
harus dilakukan.
1
BAB IV
DOKUMENTASI
Ditetapkan di :
Banjarnegara Pada tanggal :
11 Mei 2022 Direktur
1
IDENTIFIKASI MENGATASI HAMBATAN DALAM PELAYANAN
Rumah Sakit
Islam A/01/0/1056 1 1
Banjarnegara
Tanggal terbit : Ditetapkan
Standar Prosedur Direktur,
Operasional 08 Juni 2022
LEMBAR DISPOSISI
OITUJUKAN XEPADA
Surat dari Komite Medik
Tanggal Surat : .. ...%.. J.•r.°...°.1......*’..ii......
Nomor Surat Kabid. Medik
Perihal
No. Agenda Kabag. Umum &
Xeuangan
ISI DISPOSISI
/ >ngg4l . Juinat 28 januari 2022
dilakuknn.
NO
Tuni wicars
Tunz
2. Kotniuiikasi terhadap Pasien mengaJami sediLii harnbatan tctapi tcrbantu denga° **<8a Y°°g
3. Diotungkinlun pasien di RSI Banjsmcgarx zda dari Negaa kin mengingal letak RSt Banjarnegara
dipčiggirjaTan raya ulama
Rekomendasi:
1. Dalaru mengatasi hambnlsn bahasz aiing adnlah diperlAan sescorang yang mahir dalani berbahasa
asing(Tianslatter ),untuk itu kaini usulkan mimo menarnbah MOU
a. Baliasa Asing :bahasa lnggris ,Bahasa Amb dan bahasa Jcpang
b. MOU dengan SLB
Demikian lapuran hasil rapat yang dnpat kami sampai£an. Atas perhaiannyg kam¡ hatur}tan tc¿ma časih
alamn’olaIMm Mrohmatullalil ff'abarokatuh
JABATfii
10.
"’p jay °y «@
iy 5L”A*M’”PB^A•N¥JA*R°NEGARA
$tpada Yth,'
l.Ka Ubit IGD
2.K* U»it
3. Ka Uiiit Red.R0l jgggj{t
4• Ka Unit R4Wgt jg)gjj
m
Å
’
,
8
Hari & tangtn : Jtimzt, 28 Januafi 2022
Waklu : 13.00 sd Selesai
Tempai : Ruang Rspat L.2
Ag¢ods
2. Kooidinisi Pelsyanan
Meniingat pentingnya acara tasebiit diatas, mohoo para mdangan hadir tepat waktu.
Demlkian surat uadaogaa ini kazni sampad‹aa, atas porluhaa dan ksbadčaxaya kaioi
2022
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Jl. Raya Bawang Km. 8 Banjarnegara
Telp. Pely. (0286) 597034, IGD (0286) 5988848, Fax. (0286) 597015
Website. rsibanjarnegara.com, Email : rsi_banjarnegara@yahoo.co.id
Bismillahirrohmanirrohim
Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung terbentuknya Komunikasi Efektif yang mudah di
pahami oleh penerima untuk menghasilkan peningkatan keselamatan Pasien.
b. bahwa pedoman Komunikasi Efektif sudah ada dan perlu direvisi
c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas perlu ditetapkan dengan Peraturan
Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara
Mengingat
1. Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
: 2. Undang-Undang Kesehatan Nomor:36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
3. Surat Keputusan Disnaker DMPTSP Nomor : 445/01 Tahun 2021tentang
Perpanjangan Izin Operasional Rumah Sakit Islam Banjarnegara.
4. Surat Keputusan Yayasan Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor :
002/SK/YRSIBA/I/2019 tentang Pengangkatan dr AgusUjianto, Msi, Med, SpB
sebagai Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara.
5. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara Nomor :
021/SK/YRSIB/III/2022 tentang Pemberlakuan Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Rumah Sakit Islam Banjarnegara.
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Banjarnegara
PadaTanggal: 07 April 2022
Direktur
Tembusan :
1. Kabag Advokasi dan Komunikasi
2. Kasubag Pemasaran
3. Komite Medik
4. Arsi
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
PERATURAN DIREKTUR RSIB TENTANG KOMUNIKASI EFEKTIF.......................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................1
B. TUJUAN PEDOMAN.....................................................................................................1
.
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN..............................................................................1
D. BATASAN OPERASIONAL........................................................................................2
E. LANDASAN HUKUM.................................................................................................2
BAB II STANDAR KETENAGAAN.....................................................................................3
A. KUALIFIKASI STANDAR MANUSIA......................................................................3
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN.......................................................................................3
C. PENGATURAN JAGA...................................................................................................3
BAB III STANDAR FASILITAS............................................................................................4
A. DENAH RUANG...........................................................................................................4
B. STANDAR FASILITAS..................................................................................................4
BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN............................................................................6
A. PROSES KOMUNIKASIEFEKTIF................................................................................6
B. WAKTU PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFKTIF...........................................10
1. Komunikasi Dengan Masyarakat..............................................................................10
2. Komunikasi Petugas Rs Kepada Pasien dan Keluarga..............................................14
3. Komunikasi Dokter dan Pasien.................................................................................15
4. Komunikasi Antar Pemberi Pelayanan di Rs...........................................................17
a. Rapat Kordinasi...................................................................................................18
b. Perintah Lisan drSpesialis kedr Umum...............................................................20
c. Konsultasi Perawat/Bidan kepada dr Spesialis
berdasarkan delegasi dr Umum..........................................................................20
d. Konsultasi Perawat/Bidan kedadr Umum...........................................................21
e. Komunikasi Hasil PemeriksaanPenunjang.........................................................21
f. Transfer Pasien Internal......................................................................................21
g. Komunikasi dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit.....................................22
h. Operan Sift Jaga..................................................................................................22
5. Komunikasi saat terjadi Code Blue , Code Red, dan Code Black...........................24
6. Komunikasi pada Ringkasan Pulang Paien Rawat Inap dan rawat jalan.................24
7. Monitoring dan Evaluasi...........................................................................................25
i
BAB V LOGISTIK.......................................................................................................................26
BAB VI KESELAMATAN PASIEN...........................................................................................27
BAB VII KESELAMATAN KERJA..........................................................................................29
BAB VIII PENEGNDALIAN MUTU.........................................................................................30
BAB IX PENUTUP.....................................................................................................................32
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PEDOMAN
Tujuan umum
Sebagai acuan komunikasi dalam tim di Rumah Sakit Islam
Banjarnegara Tujuan Khusus.
Memberikan informasi kepada profesional pemberi asuhan tentang bagaimana cara
berkomunikasi yang efektif
1
Komunikasi efektif di Rumah Sakit Islam Banjarnegara dilakukan pada saat:
1. Komunikasi rumah sakit dengan masyarakat
2. Komunikasi petugas rumah sakit kepada pasien dan atau keluarga pasien
3. Komunikasi efektif dokter kepada pasien
4. Komunikasi antar pemberi pelayanan di rumah sakit
5. Komunikasi antar pemberi pelayanan di luar rumah sakit.
D. BATASAN OPERASIONAL
Batasan operasional komunikasi efektif di Rumah Sakit Islam Banjarnegara adalah
a. Pendidikan kesehatan di dalam rumah sakit
b. Pendidikan kesehatan di luar rumah sakit
E. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit ;
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 147/MENKES/I/2010 Tentang Klasifikasi
dan perijinan Rumah Sakit;
2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Sumber Daya Manusia (SDM) meliputi: semua petugas rumah sakit yang melayani
pasien (dokter, perawat, bidan, apoteker, rohaniawan, fisioterapis, radiografer, ahli gizi)
Semua petugas rumah sakit yang melayani pasien memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam konseling. Pengetahuan yang cukup dibuktikan dengan ijasah
kelulusan formal pendidikan petugas, keterampilan dalam melakukan konseling dibuktikan
dengan sertifikat pelatihan komunikasi efektif yang diperoleh dari pelatihan internal
maupun eksternal rumah sakit. Keterampilan melakukan komunikasi secara efektif
diselenggarakan oleh rumah sakit melalui program pelatihan/kursus komunikasi.
B. Distribusi Ketenagaan
1. Semua Bagian PPA ( Profesional Pemberi Asuhan) bekerja di bawah ketua PKRS
yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur;
2. Setiap bagian berkoordinasi secara internal di dalam bagiannya maupun secara
eksternal dengan bagian lain di rumah sakit untuk mendukung terlaksananya program
komunikasi efektif dirumah sakit.
C. Pengaturan Jaga
Tim pemberi pelayanan pendidikan kepada pasien dan keluarga bertugas
sesuai dengan jadwal jaga di bagiannya masing-masing sehingga di setiap shift selalu ada
petugas yang bertanggung jawab terhadap pemberian pendidikan kepada pasien dan
keluarganya sehingga komunikasi antar PPA, pasien,masyarakat selalu terjaga.
3
BAB III
STANDAR FASILITAS ALAT
A. Denah Ruang
Keterangan :
1. Mushola
2. Ruang Penyuluhan
3. Kamar Mandi
4. Koperasi “BAROKAH”
5. Kantin
6. Gudang
B. Standar Fasilitas
Dalam pelaksanaannya, strategi komunikasi efektif di lingkungan rumah
sakit dan masyarakat harus diperkuat dengan metode dan media yang tepat, serta
tersedianya sumber daya yang memadai.
1. Metode dan Media
Metode yang dimaksud disini adalah metode komunikasi. Pada
prinsipnya, baik pemberdayaan. bina suasana, maupun advokasi adalah proses
komunikasi. Pemilihan metode harus dilakukan dengan memperhatikan
kemasan informasinya, keadaan penerima informasi (termasuk sosial
budayanya). Dan hal-hal lain seperti ruang dan waktu.
Media atau sarana informasi juga perlu dipilih mengikuti metoda yang telah
ditetapkan, mamperhatikan sasaran atau penerima informasi.Bila penerima
informasi tidak bisa membaca maka komunikasi tidak akan efektif jika
digunakan media yang penuh tulisan, atau bila penerima informasi hanya
memiliki waktu sangat singkat, tidak akan efektif jika dipasang poster yang
berisi kalimat terlalu panjang.
2. Sumber Daya
Beberapa sarana/peralatan yang dipakai dalam kegiatan promosi
kesehatan Rumah Sakit Islam Banjarnegara diantaranya
4
a. TV,LCD
b. Amplifire dan Wireless Microphone
c. Computer dan laptop
d. Ply chart
e. Kamera foto
f. Pointer
g. Publik Adress System (PSA)/ Megaphone
3. Anggaran
Rumah sakit menyediakan dana/anggaran yang cukup untuk melaksanakan
kegiatan- kegiatan berkaitan tentang komunikasi efektif. Anggaran direncanakan pada
akhir tahun, diajukan kepada direktur rumah sakit untuk disetujui dan disyahkan.
Apabila dalam perjalanannya ada perubahan program, komunikasi efekti masuk di
dalam bagian PKRS, maka masih memungkinkan untuk mengajukan perubahan
rencana anggaran jika di suatu dalam perjalanan terdapat perubahan.
5
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
2. Unsur Komunikasi
a. Sumber/komunikator (dokter,perawat, admission,lab,Kasir,dll)
Sumber (yang menyampaikan informasi): adalah orang yang
menyampaikan isi pernyataannya kepada penerima. Hal-hal yang menjadi
tanggung jawab pengirim pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih
media yang sesuai, dan meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah di
terima dengan baik. (konsil kedokteran Indonesia, hal.8)
Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai materi,
pengetahuannya luas dan dalam tentang informasi yang yang disampaikan,
cara berbicaranya jelas dan menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi
oleh si penerima pesan (komunikan).
b. Isi pesan (apa yang disampaiakan )
Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan
komunikasi, media penyampaian dan penerima komunikasi.
c. Media komunikasi (Elektronic,Lisan,dan Tulisan)
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang berisi pernyataan yang
disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima. Berita
dapat berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus. Pada kesempatan
tertentu, media dapat tidak digunakan oleh pengirim yaitu saat komunikasi
berlangsung atau tatap muka dengan efek yang mungkin terjadi berupa
perubahan sikap. (konsul kedokteran Indonesia, hal.8).Media yang dapat
digunakan antara lain telepon, menggunakan lembar lipat, buklet, vcd,
handphone, kertas, dll.
d. Penerima (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, Admission)
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran
pengirim dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab
6
penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan
memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat penting
sehingga proses komunikasi berlangsung dua arah. (konsil kedokteran Indonesia,
hal.8). Pemberi/komunikator yang baik adalah pada saat melakukan proses
umpan balik, diperlukan kemampuan dalam hal-hal berikut (konsil kedokteran
Indonesia, hal 42):
1) Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapanmenggunakan
pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan,
klarifikasi, paraphrase, intonasi.
2) Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat.
3) Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik
yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak
tubuh)
4) Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh)
agar tidak menggangu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru
mengartikan gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.
e. Sifat komunikasi
Komunikasi dapat bersifat informasi (asuhan) dan edukasi (pelayanan
promosi).Komunikasi yang bersifat informasi / asuhan di rumah sakit meliputi
jam pelayanan, pelayanan yang tersedia, cara mendapatkan pelayanan, sumber
alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika kebutuhan
asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit. Akses informasi ini dapat
diperoleh melalui customer service, Admission dan website.
Komunikasi yang bersifat edukasi meliputi edukasi tentang penyakit,
obat,gizi, fisioterapi, bimbingan rohani dan lain-lain. Akses untuk
mendapatkan edukasi ini dapat diperoleh melalui edukator dari disiplin klinis
terkait yang akan diterangkan lebih lanjut dalam pedoman Promosi Kesehatan
Rumah Sakit (PKRS).
7
Gambar 1.1 Proses Komunikasi
Untuk menghindari kesalahan dalam mengeja suatu nama obat atau
hal lain, petugas tidak hanya mengeja hurufnya namun menyebut kode dengan
huruf pertama kata yang dimaksud sebagai huruf yang dituju, daftar kata
yang digunakan untuk mengeja tersebut di bawah ini :
Dalam menuliskan kalimat yang sulit, maka komunikanharus
menjabarkan hurufnya satu persatu dengan menggunakan alfabeth yaitu
Tabel 1.2
Daftar Kata Yang Digunakan Untuk Mengeja
HURUF EJAAN
A Alpha
B Bravo
C Charlie
D Delta
E Echo
F Foxtrot
G Golf
H Hotel
I India
J Juliet
K Kilo
L Lima
M Mike
N November
O Oscar
P Papa
Q Quebec
R Romeo
S Sierra
T Tango
U Uniform
V Victor
W Whiskey
X X-ray
Y Yankee
Z Zulu
8
3. UpayaAtasi Hambatan dalam Komunikasi
Upaya –upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam komunikasi:
1. Petugas harus bersikap lembut dan sopan
2. Petugas lebih memaksimalkan volume suaranya khususnya untuk pasien yang
mempunyai hambatan fisik dan lansia.
3. Apabila pasien atau keluarga pasien kurang memahami apabila
menggunakan bahasa Indonesia maka petugas menyampaikan informasi
dengan menggunakan bahasa daerah
4. Mengoptimalkan panca inderanya (misal: gerakan tangan, gerakan mulut.
Untuk pasien tuna wicara biasanya membawa rekan untuk menerjemahkan
ucapan yang disampaikan petugas rumah sakit melakukan upaya :
a. Mengecek arti atau maksud yang disampaikan
Bertanya lebih lanjut kepada pasien/keluarga pasien apakah ia sudah mengerti
apa yang dibicarakan.
Contoh : Petugas pendaftaran/Perawat bertanya pada pasien “Apakah sudah
mengerti, Pak?”
b. Meminta penjelasan lebih lanjut
Petugas lebih aktif berbicara untuk memastikan apakah ada hal lain yang
perlu ditanyakan lagi.
Contoh: “Apa ada hal lain yang kurang jelas, Bu
c. Mengecek umpan balik atau hasil
Petugas memancing kembali dengan mengajukan pertanyaan mengenai hal atau
pesan yang telah disampaikan kepada pasien / keluarga pasien.
Contoh: “Tadi obatnya sudah diminum , Pak?”
d. Mengulangi pesan yang disampaikan memperkuat dengan bahasa isyarat
Contoh: “Obatnya diminum 3 kali sehari ya” sambil menggerakkan tangan.
e. Dokter atau perawat lebih mendekatkan diri dengan berbincang
mengenai hal-hal yang menyangkut keluarga, keadaanny saatini (keluhan
tentang penyakitnya).Membuat pesan secara singkat, jelas dan tepat
f. Petugas menyampaikan hanya hal-hal yang berhubungan pasien (atau
yangditanyakanpasien) sehingga lebih efisien dan tidak membuang-buang waktu.
6. Hambatan bahasa untuk pasien asing
a. Apabila pasien membawa guide/penterjemah, maka informasi
diberikan/ditanyakan melaluiguide/penterjemah.
b. Apabila pasien tidak membawa penterjemah/guide, petugas
memanggil karyawan yang lain yang mempunyai kemamampuan
menggunakan penterjemah bagi pasien asing baik menggunakan guide
maupun dengan cara melatih karyawan berbahasa inggris.
9
B. WAKTU PELAKSANAAN KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi efektif di Rumah Sakit Islam Banjarnegara dilakukan pada saat :
1. Komunikasi Rumah Sakit Dengan Masyarakat
Komunikasi yang dilakukan rumah sakit terhadap masyarakat merupakan hal
penting yang harus dilakukan. Selain untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat
kepada rumah sakit, dari komunikasi yang dilakukan tersebut dapat terjalin kerja
sama sehingga dari rumah sakit akan mendapatkan banyak masukan terkait dalam
pemberian pelayanan kepada pasien, keluarga dan masyarakat.
Selain itu, bahasa yang digunakan oleh rumah sakit juga harus
diperhatikan. Dalam hal ini rumah sakit menentukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
utama, namun karena rumah sakit terletak di kawasan Banjarnegara yang yang
mayoritas penduduknya Suku Jawa, maka seyogyanya proses komunikasi
menggunakan bahasa jawa. Penggunaan bahasa jawa disesuaikan dengan kondisi,
situasi, dan usia lawan bicara sesuai panduan budaya Jawa.
Untuk melakukan betuk komunikasi rumah sakit terhadap masyarakat, maka hal yang
harus dilakukan Rumah sakit adalah terlebih dahulu mengidentifikasi kebutuhan dari
populasi tersebut. Cara rumah sakit mengidentifikasi adalah melalui data cakupan
mengenai daftar dusunterbanyak yang datang berobat ke rumah sakit. Dari data
tersebut dapat ditentukan zona mana yang dapat didatangi rumah sakit untuk
diberikan informasi mengenai pelayanan rumah sakit dan menfasilitasi akses terhadap
kepelayanan dan maupun akses terhadap informasi tentang pelayanan asuhan pasien
Gambar
1.3
Kabupaten Banjarnegara
1
Peta diatas merupakan gambaran Letak Wilayah di sekitar Rumah Sakit Islam
Banjarnegara yang berpeluang membutuhkan pelayanan di Rumah Sakit Islam
Banjarnegara.
Gambaran Penduduk d i Kecamatan yang Rawat Inap dan Rawat Jalan di RSI Banjarnegara
1
1) Penyuluhan melalui media audio (radio)
2) Penyuluhan langsung kepada masyarakat
b. Screening dan atau kegiatan social
Kegiatan sosial di RSI Banjarnegara, yaitu :
1) Bhakti sosial pengobatan masal
2) Bhakti sosial Sunatan masal
3) Bhakti Sosial Cek Gula Darah dan Asam Urat
4) Tim kesehatan kegiatan institusi pendidikan
5) Dan kegiatan sosial lainnya
Kegiatan tersebut berlangsung dengan adanya kerja sama rumah sakit dan
masyarakat, misal kerja sama dengan :
1) Lembaga pendidikan (Play group, TK, SD, SMP maupun SMA)
2) Kelompok pengajian
3) Pemerintah desa / kecamatan
4) Pondok Pesantren / Organisasi keagamaan
5) Organisasi Pemerintah ( Kepelosian / TNI )
Dari kegiatan tersebut ada beberapa hal yang harus disampaikan oleh
rumah sakit kepada masyarakat dalam proses komunikasi ini minimal meliputi:
a. Mutu pelayanan Rumah Sakit Islam Banjarnegara
Mutu pelayanan dapat diperlihatkan data pengunjung rumah
sakit yang meningkat dari bulan ke bulan
1
5) Pelayanan High Care Unit (HCU )
6) PERINA (Kamar Bayi Resiko Tinggi)
7) Layanan Rawat Jalan
a) Rawat Jalan Umum b)
Poli Gigi
c) Spesialis Penyakit Dalam d)
Spesialis Anak
e) Spesialis Syaraf
f) Spesialis Paru
g) Spesialis Bedah
h) Spesialis Obgyn i)
Spesialis THT
j) Spesialis Jantung
k) Spesialis Radiologi l)
Spesialis Urologi
8) Layanan Penunjang Lainnya a)
Fisioterapi
b) General Check Up c)
Home Care
d) One Day Care ( Paket perawatan Satu Hari )
9) Layanan Kamar & Dokter Gratis
(Bagi pasien yang kurang mampu)
10) Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) :
Layanan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
sekitar, waktu sesuai permintaan atau kesehatan meliputi :
a) Bhakti Sosial
b) Sidosis
11) Cara bagaimana masyarakat dapat mengakses layanan tersebut
Rumah sakit menginformasikan bagaimana cara masyarakat
dapat mengakses layanan tersebut, meliputi :
a) Layanan 24 jam telepon Rumah Sakit Islam Banjarnegara,
(0286)597034- 597015
b) Layanan Fax Rumah Sakit Islam Banjarnegara 597015
c) Layanan email Rumah Sakit Islam Banjarnegara
E-mail: rsi banjarnegra@yahoo.co.id Banjarnegara.
d) Langsung datang ke Alamat R umah Sakit Islam BanjarnegaraJl.
Raya Bawang Km 8.
1
Masyarakat perlu mengetahui tentang perkembangan rumah sakit, sehingga
akan timbul rasa yakin dan percaya atas pelayanan yang diberikan oleh rumah
sakit jika masyarakat datang berkunjung dan atau berobat. Informasi tersebut
disampaikan melalui beberapa media, seperti : spanduk, leaflet dan poster
2. Komunikasi Petugas Rumah Sakit Kepada Pasien Dan Atau Keluarga Pasien
Selain komunikasi yang dilakukan rumah sakit kepada masyarakat,
komunikasi efektif dilakukan didalam rumah sakit salah satunya adalah
komunikasi antara petugas rumah sakit dengan pasien dan atau keluarga pasien.
Salah satu tujuannya adalah untuk membangun komunikasi yang terbuka dan
terpercaya antara pasien dan atau keluarga dengan rumah sakit
Pasien dan keluarga membutuhkan informasi lengkap mengenai
asuhan dan pelayanan yang ditawarkan oleh rumah sakit, serta bagaimana untuk
mengakses pelayanan tersebut. Informasi tersebut membantu mencocokkan harapan
pasien dengan kemampuan rumah sakit untuk memenuhi harapan tersebut.
Informasi tentang sumber alternatif untuk asuhan dan pelayanan diberikan bila
kebutuhan asuhan di luar misi dan kemampuan rumah sakit. Dalam hal ini
petugas juga harus memperhatikan cara berkomunikasi dan bisa menentukan bahasa
apa yang harus digunakan kepada pasien dan atau keluarga karena kemampuan
setiap orang berbeda – beda.
Rumah Sakit Islam Banjarnegara memiliki proses dimana setiap pasien dan
keluarga diberi informasi tentang asuhan dan pelayanan diberikan oleh rumah
sakit dengan cara memberikan informasi pelayanan secara tertulis
yang kemungkinan akan dilakukan terhadap diri pasien, informasi tersebut
dilakukan pada saat proses admisi. Pada saat pasien mengisi lembar pernyataan
persetujuan untuk dirawat di rumah sakit, petugas menginformasikan segala hal yang
berhubungan dengan pelayanan terutama yang ada pada lembar persetujuan tersebut.
Selain itu petugas juga menginformasikan kepada pasien dan keluarga
bagaimana cara untuk mengakses pelayanan tersebut. Informasi dapat
disampaikan rumah sakit melalui petugas rumah sakit yang langsung kepada
pasien dan keluarga, sehingga petugas harus memahami dan menguasi informasi
tersebut. Layanan dapat diakses dengan melakukan prosedur yang ada dan
berlaku. Juga dapat memberikan leaflet kepada setiap pasien dan keluarga.
Jika rumah sakit tidak bisa menyediakan asuhan dan pelayanan yang
dikehendakipasien atau yang tidak dapat dilayani di rumah sakit, maka rumah
sakit menyampaikan informasi tentang sumber altenatif bagi asuhan dan
pelayanan lain.
1
Banyak proses komunikasi yang dilakukan oleh petugas kepada pasien dan
atau keluarga pasien selain beberapa contoh diatas, misalnya adalah ketika :
a. Petugas pendaftaran melakukan proses pendaftaran
b. Proses pengkajian pasien yang dilakukan oleh perawat
c. Petugas memberikan penjelasan mengenai Informed Consent
d. Petugas melakukan edukasi terhadap pasien pulang
1
(usia, latar belakang pendidikan, sosial budaya)
c. Tidak dianjurkan memakai bahasa atau menggunakan
istilah kedokteran. Kalaupun harus menggunakannya, beri penjelasan dan
padanan katanya (kalau memang ada).
Komunikasi yang dibahas dalam buku ini adalah komunikasi yang terjadi
antara dokter dan pasien dalam rangka menyelesaikan masalah kesehatan
pasien yang bukan dalam keadaan gawat darurat (emergency).
Selain itu komunikasi efektif juga dapat dilaksanakan di kamar operasi,
saat pasienakan dilakukan tindakan operatif yang meliputi
menanyakan identitasnya (nama, tanggal lahir,alamat), jenis operasi/lokasi
operasi unuk memastikan identitas pasien dan tindakan yang akan dilakukan.
Apabila pasien tidak mampu untuk melakukan komunikasi maka dapat diwakilkan
oleh keluarga pasien.
Komunikasi efektif dalam hubungan dokter – pasien diharapkan dapat
mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh dokter dan pasien. Tujuannya adalah
untuk mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk
dokter, lebih memberikan dukungan kepada pasien sehingga diharapkan terjadi
perubahan sikap dalam hubungan dokter pasien.
Sikap profesional dokter harus ditunjukkan ketika dokter berhadapan
dengan tugas-tugasnya, secara terus menerus sejak awal konsultasi, selama
1
proses konsultasi berlangsung daan di akhir konsultasi.
Sikap dokter ketika menerima pasien adalah :
a. Menyilakan masuk dan mengucapkan salam
b. Memanggil / menyapa pasien dengan namanya
c. Menciptakan suasana yang nyaman
d. Memperkenalkan diri
e. Menilai suasana hati lawan bicara f.
Memperhatkan sifat non verbal
g. Menatap mata pasien secara profesional
h. Memperhatikan keluhan yang disampaiakan pasien
i. Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau
pengambilan keputusan
j. Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas
k. Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan kedua
belah pihak
l. Membukakan pintu atau berdiri ketika pasien hendak pulang
Hal penting yang harus diperhatikan agar efektif dalam berkomunikasi
dengan pasien yaitu :
a. Materi informasi apa yang disampaikan, apakah berupa tujuan pemeriksaan fisik,
kondisi saat ini, berbagai tindakan medis yang akan dilakukan, hasil dan
interpretasi tindakan medis, diagnosis, piliihan tindakan medis, prognosis
dan dukungan yang tersedia
b. Siapa yang diberi informasi, apakan pasien, keluarganya atau pihak lain
yang menjadi wali
c. Berapa banyak atau sejauh mana pasien atau keluarga pasien menghendaki
informasi dan sejauh mana kesiapan mental
d. Kapan menyampaikan informasi, apakah bersifat segera
e. Dimana menyampaikannya, apakah di ruang praktik dokter, bangsal atau
tempat lain
f. Bagaimana menyampaikannya apakah secara langsung atau media yang lain
Langkah-langkah komunikasi :
Ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan
komunikasi yaitu SAJI ( Salam, Ajak Bicara, Jelaskan, Ingatkan)
1
komunikasi yang dapat dilakukan dalam rumah sakit antar pemberi pelayanan, yaitu
secara elektronik, lisan, atau tertulis.
Dalam jenis komunikasi tersebut, komunikasi yang paling mudah mengalami
kesalahan adalah perintah yang diberikan secara lisan dan yang diberikan
melalui telpon, bila diperbolehkan peraturan perundangan. Komunikasi lain yang
mudah terjadi kesalahan adalah pada saat pelaporan kembali hasil pemeriksaan
kritis, seperti bagian laboratorium klinis menelpon unit pelayanan pasien untuk
melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito.
Dalam rangka mendukung terjadinya komunikasi yang efektif antar pemberi
pelayanan di rumah sakit, maka secara kolaboratif rumah sakit perlu
mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur terkait perintah lisan dan melalui
telepon. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
juga ertuang dalam kebijakan.
Proses komunikasi antar pemberi layanan dapat dilakukan dalam
beberapa bentuk dimana hal tersebut sudah menjadi ketentuan yang harus dilakukan
di Rumah Sakit Islam yang dilakukan secara tepat waktu, berikut beberapa bentuk
komunikasi yang dilakukan :
a. Rapat koordinasi
b. Konsultasi Dokter Umum kepada Dokter Spesialis
c. Konsultasi Perawat / bidan kepada Dokter Umum dan atau Spesialis d.
Komunikasi dalam pengelolaan hasil pemeriksaan penunjang
e. Operan shift jaga
a. Rapat koordinasi
Rapat adalah pertemuan atau kumpulan dalam suatu organisasi,
perusahaan, instansi pemerintah baik dalam situasi formal maupun
nonformal untuk membicarakan, merundingkan dan memutuskan suatu masalah
berdasarkan hasil kesepakatan bersama.
Salah satu upaya Rumah Sakit dalam meningkatkan komunikasi efektif
antar pemberi pelayanan maka rumah sakit mengadakan rapat koordinasi, yaitu :
1) Rapat Bulanan
2) Rapat Triwulan
3) Rapat Tahunan
4) Rapat insidental
Rapat koordinasi dapat dipimpin oleh Direktur, namun tidak harus
dipimpin oleh Direktur. Peserta yang hadir adalah Kepala Sub Bagian, serta
tamu undangan yang diharapkan hadir pada saat rapat koordinasi tersebut
berlangsung.
1
Rapat koordinasi antar bagian digunakan untuk mendiskusikan yang
melibatkan antar bagian. Diharapkan dengan adanya rapat koordinasi yang
berkelanjutan akan memperbaiki kelemahan sistem sehinggga tujuan darai
sasaran keselamatan pasien dapat tercapai.
b. Perintah Lisan Dari Dokter Spesialis Kepada Dokter Umum
Dalam melakuan pelayanan, seringkali didapatkan keadaan dimana
dokter umum mendapatkan perintah penatalaksanaan pasien secara lisan
baik dengan beertemu langsung maupun via telepon.Hal ini dapat
menimbulkan kecelakaan kepada pasien karena sangat mungkin terjadi
kesalahan dari pihak pemberi perintah maupun dari penerima perintah. Oleh
karena itu harus diciptakan sistem yang dapat meminimalkan terjadinya
kesalahan tersebut.
Untuk mengurangi kesalahan tersebut, maka sistem yang
dikembangkan adalah CBaK yaitu Catat (write), Baca ulang (read back),
Konfirmasi (confirm) dan konfirmasi ulang setelah dokter spesialis melakukan
visit.
1) Penerimaan perintah lisan bertemu langsung
Dokter umum bertemu langsung dengan dokter spesialis, apabila
dokter umum tidak membawa status pasien, dokter umum mencatat (C)
dalam kertas atau fasilitas lainnya kemudian membacakan ulang (B)
perintah dan melakukan konfirmasi (K) kemudian tulis (T) di rekam medis
yang akan dimintakan tanda tangan atau paraf dokter spesialis tersebut.
Dalam keadaan dimana dokter menerima perintah lisan bertemu langung
memegang rekam medis pasien maka CBaK
dilakukan persis seperti konsultasi via telepon seperti dibawah ini.
Berikut hal yang harus dilakukan oleh Dokter Umum ketika
melakukan konsultasi via telepon kepada dokter spesialis:
a) Dokter umum memperkenalkan identitas diri kepada dokter
spesialis dan menyampaikan maksud dan tujuan.
b) Bahasa yang digunakan pada saat melakukan konsultasi adalah
bahasa Indonesia, atau dalam kondisi tertentu dapat menggunakan
bahasa Daerah yang dipahami oleh keduanya dengan intonasi
bahasa yang jelas dan sopan
c) Dokter Umum menginformasikan keadaan pasien dengan
menggunakan S-BAR, meliputi :
(1) SITUATION : bagaimana kondisi pasien saat ini ?
Identitas pasien (nama, tanggal lahir, alamat, nomor
rekam medis pasien, ruang perawatan pasien, lama
perawatan, Diagnosa medis. Keluhan utama yang saat ini
1
dirasakan data keadaan umum dan vital sign terakhir
(2) BAGROUND
Riwayat alergi, riwayat pengobatan
Hasil pemeriksaan penunjang : Lab ,USG, Rongten atau
Scan Tindakan atau pengobatan yang sudah diberikan
(3) ASSESMENT
Dokter umum menyampaikan pendapat mengenai analisa
permasalahan (kesimpulan dari Situation dan Baground) yang
terjadi pada pasien saat ini
(4) RECOMENDATIONS
Dokter umum menyampaikan usulan pengobatan /
tindakan yang harus dilakukan ke pasien
d) Dokter umum mencatat informasi yang disampaikan dalam bentuk S-
BAR di atas dan memberikan stempel S-BAR di bawahnya.
e) Saat dokter spesialis menanggapi informasi yang
disampaikan maka Dokter Umum mencatat lengkap
(write/Catat/C) pada dokumen rekam medis pasien sesuai dengan
advis Dokter Spesialis yang diberikan dengan tulisan jelas dan
mudah dibaca, disesuaikan dengan daftar singkatan / penulisan dosis
obat yang diperbolehkan di RS. Islam Banjarnegara
f) Hasil pencatatan yang dilakukan oleh Dokter Umum dibaca
ulang (read back/ baca ulang/Ba) kepada Dokter
Spesialis untuk memvalidasi hasil catatan yang telah ditulis sehingga
tidak terjadi kesalahpahaman dalam maksud dan tujuan. Untuk obat-
obatan yang masuk dalam daftar LASA atau NORUM, maka
petugas membacakan ulang kembali nama obat yang dimaksud dengan
mengeja obat- obatan tersebut sehingga tidak terjadi kesalahan
pemberian obat dan menulis di Rekam medik: sudah di bacakan
kembali.
g) Petugas melakukan konfirmasi (K) kepada dokter atas penulisan
dan pembacaan yang dilakukannya dan dinyatakan benar oleh
dokter.
h) Jika terdapat kesalahan pencatatan dan atau salah pemahaman
dalam menerimaan advis, maka catatan dibenarkan,
dibacakan ulang dan dikonfirmasi ulang (reconfirm
/konfirmasi ulang/K) pada Dokter Spesialis
i) Pencatatan pada rekam medis kemudian di stempel CbaK dan advis
ditandatangani oleh Dokter Umum yang kemudian dimintakan tanda
tangan atau paraf kepada Dokter Spesialis pada saat Dokter
2
Spesialis tersebut visit Apabila dokter spesialis tidak mau memberikan
paraf atau tanda tangan, maka di bawah stempel di tulis: dokter
spesialis ( ) tidak bersedia tanda tangan
j) Dalam keadaan darurat, pembacaan ulang catatan pesan tidak harus
dilakukan.
c. Konsultasi Perawat Atau Bidan Kepada Dokter Spesialis
Berdasarkan Delegasi Dokter Umum
Konsultasi dilakukan oleh dokter umum, namun di suatu kondisi
dimana dokter umum mendelegasikan konsultasi kepada perawat atau
bidan, maka perawat atau bidan juga dapat melakukan konsultasi kepada
dokter spesialis.
Hal yang harus dilakukan oleh perawat apabila melakukan
konsultasi secara lisan atau telepon sama dengan konsultasi dokter umum
kepada dokter spesialis, hanya saja apabila dokter umum mendelegasikan
perintah konsultasi kepada perawat maka setelah melakukan CBaK,
perawat/ bidan memintakan tanda tangan atau paraf dokter umum. Setelah
dokter umum membubuhkan paraf atau tanda tangan, petugas dapat
memintakan tanda tangan kepada dokter spesialis pada saat dokter
spesialis melakukan visit.
d. Konsultasi Perawat Atau Bidan Kepada Dokter Umum
Hal yang harus dilakukan oleh perawat apabila melakukan konsultasi
secara lisan atau telepon sama dengan konsultasi dokter umum kepada
dokter spesialis.
e. Komunikasi Dalam Pengelolaan Hasil Pemeriksaan Penunjang
Dalam memberikan pelayanan kepada pasien petugas
penunjang medis seperti farmasi, laboratorium, radiologi juga
melakukan komunikasi dengan petugas pelayanan medis baik itu
dokter, perawat, bidan maupun petugas lainnya.
Umumnya hasil pemeriksaan penunjang laboratorium atau radiologi dalam
bentuk laporan tertulis yang kemudian akan ditempel dalam lembar yang
sudah disediakan di rekam medis pasien.Namun hasil pemeriksaan
penunjang yang abnormal harus segera disampaikan kepada petugas
terkait melalui lisan atau telepon, tidak harus menunggu hasil
pemeriksaan tertulisnya jadi terlebih dahulu. Karena itulah maka
petugaspenunjang medis juga harus melakukan komunikasi
efektif jika melakukan perintah atau menerima perintah secara lisan
atau melalui telepon untuk menyampaikan hasil
pemeriksaan penunjang kepada disiplin klinis lain di rumah sakit.
Petugas penerima hasil pemeriksaan penunjang secara lisan atau
2
telepon harus mencatat (C) di lembar catatan perkembangan pasien
dalam rekam medis atau dicatat di kertas atau media lain apabila tidak
memungkinkan untuk mencatatnya dalam rekam medis pasien, membaca
ulang (Ba) , melakukan konfirmasi (K) kepada pemberi informasi dan
membubuhkan stempel nama, paraf atau tanda tangan pada catatannya.
Khusus untuk obat-obatan yang masuk dalam daftar NORUM/LASA (nama
obat rupa mirip), pada saat petugas membacakan ulang perintah
pengobatan, petugas harus mengeja kembali nama obat yang ditulisnya
ketika menerima perintah secara lisan atau telepon.Jika hasil pemeriksaan
penunjang sudah jadi, maka petugas menempel di lembar yang
sudah disediakan di rekam medis pasien.
f. Transfer Pasien Internal
Dalam melakukan transfer internal harus petugas yang
melakukan transfer menggunakan lembar transfer internal dengan
format S-BAR dan membacakannya kepada petugas penerima,
Sedangkan petugas penerima pasien mendengarkan dan membacakan ulang
rekomendasi yang disampaikan petugas yang melakukan transfer dan
mengakhiri dengan mencantumkan tanda tangan kedua belah pihak pada
lembar transfer tersebut sebagai bukti timbang terima pasien.
g. Komunikasi dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit
a. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu mengenai
alasan transfer dan lokasi rumah sakit tujuan. Berikanlah nomor telepon
rumah sakit tujuan dan jelaskan cara untuk menuju ke RS tersebut.
b. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima
pasien sebelum dilakukan transfer.
c. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan/ dokter penanggung
jawab di kedua rumah sakit, untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan
medis pasien.
d. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya
perawat senior). Bertugas sebagai komunikator utama sampai
transfer selesai dilakukan.
1) Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang
ditunjuk, berikan penjelasan mengenai kondisi pasien yang ditransfer
dan lakukan penyerahan tanggung jawab kepada perawat yang
menggantikan.
2) Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulan, jika
ingin menggunakan jasanya dan harus menjadi kontak satu-
satunya untuk diskusi selanjutnya antara rumah sakit dengan
layanan ambulans.
2
3) Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan
pasien kepada rumah sakit tujuan.
e. Tim transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan
tujuan mengenai penanganan medis yang diperlukan dan
memberikan update perkembangannya.
h. Operan Shift Jaga
Selain kegiatan komunikasi yang dilakukan diatas, proses
komunikasi antar pemberi layanan yang dilakukan dapat dalam bentuk
rapat pergantian shift. Pergantian shift jaga yang dilakukan oleh setiap
petugas harus diproses komunikasi yang dilakukan rumah sakit
berikutnya adalah komunikasi rumah sakit dengan praktisi kesehatan
diluar rumah sakit guna merencanakan dan merancang proses manajemen
informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi baik internal dan
maupun eksternal lakukan adanya operan jaga, yaitu menginformasikan
hal terkait keadaan pasien, meliputi :
a. Status kesehatan pasien
b. Ringkasan pulang pasien rawat jalan dan rawat inap
c. informasi klinis saat transfer dan dirujuk
d. serah terima / operan
5 Komunikasi saat terjadi code blue, code red dan code bleck
1. Code blue
Code blue merupakan kode dimana menunjukan pasien yang
membutuhkan resusitasi atau atau membutuhkan pertolongan medis, paling
sering sebagai akibat dari serangan pernafasan atau serangan jantung, jika ada
kejadian tersebut maka petugas segera menginformasikan ke petugas IGD melalui
telpon IGD dengan no pesawat telpon 110, Saat itu juga dokter dan perawat IGD
akan menuju ruang untuk melakukan pertolongan resusitasi kepada pasien tersebut .
Dalam situasi darurat medis atau henti jantung a.
Segera evaluasi situasi dengan
1) Kaji bahaya yang dapat muncul segera
2) Catat waktu
3) Periksa tanda- tanda kehidupan
a) Tidak ada respon
b) Tidak bernafas normal
c) Tidak teraba nadi
b. Minta bantuan staf lainnya (triak minta bantuan “code blue....code blue”).
c. Telfon segera ke petugas perawat dan dokter IGD dengan no pesawat 110
Jelaskan: jenis emergencynya (misal henti jantung), lokasi kejadian dengan
tepat (misal
2
ruang apa, bed no berapa), nama pelapor dan tempat tugas. di Lakukan
pertolongan dengan :
1) Cek pernafasan
2) Cek nadi
3) Bebaskan jalan nafas
4) Lakukan tindakan emergency sesuai yang diperlukan misalnya CPR
2. Code red
Merupakan kode menunjukan adanya adanya kebakaran, dan segera mungkin
melakukan evakuasi dan pemadaman api, sehingga tidak melebar luas kebakaran api
tersebut.
Tata laksana
1. Jika melihat percikan api, matikan saklar dan hubungi bagian satpam
2. Jika melihat api, aktifkan “kode red”, dengan menelpon satpam 125 sebutkan
nama penelpon,nama ruang, area yang terbakar ,kemudian satpam menghidupkan
sirine, petugas satunya membawa Apar keruang tersebut.
3. Di setiap lantai dipastikan memiliki tim code red, dan menggunakan helm
yang sesuai dengan tugasnya :
2
d. Ringkasan riwayat penyakit : keluhan anamnesa awal pasien beserta
penyakit riwayat pasien terdahulu
e. Pemeriksaan penunjang : hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi
yang sudah dilakukan
f. Pengobatan selama di rumah sakit : obat-obatan apa saja yang diberikan
kepada pasien selama pasien dirawat di rumah sakit
g. Alergi : reaksi obat saat pasien minum obat
h. Hasil konsultasi : berisi tentang hasil konsultasi dengan dokter yang
rawat bersama
i. Diagnosa utama : diagnosa akhir/ final yang dipilih dokter pada hari
terakhir perawatan dengan criteria paling banyak menggunakan
sumberdaya atau hari rawatan paling lama
j. Diagnosa Sekunder : diagnosa selain diagnosa utama yang muncul atau
sudah ada sebelum dan selama dirawat dirumah sakit. Terdiri dari diagnosa
penyerta dan diagnosa komplikasi
k. Prosedur : tindakan operasi yang berhungan dengan diagnosanya
l. Kondisi waktu keluar : keadaan pasien saat keluar dari rumah sakit
m. Diet atau anjuran : saran yang diberikan dokter kepada pasien yang
berkenaan dengan penyakit pasien
n. Tanggal kontrol : waktu yang disarankan dokter untuk pasien
memeriksakan kembali keadaan pasien setelah rawat inap yang disertakan
polikliniknya
o. Terapi pulang : obat-obatan yang dibawakan pasien saat akan pulang dari
ruang perawatan yang berisikan nama obat, jumlah, dosis,
frekuensi, cara pemberian
p. Dokter penanggung jawab pelayanan memberikan tanda tangan dan
nama lengkap.
7. Monitoring Dan Evaluasi
a. Tersedianya info layanan Rumah Sakit Umum Purbowangi dalam setiap
penyampaian penyuluhan, screening dan atau kegiatan sosial lainnya
b. Penyampaian informasi kepada pasien dan keluarga pasien meliputi :
1) Asuhan dan pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Purbowangi
2) Cara mengakses pelayanan tersebut
3) Sumber alternative yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Purbowangi
4) Apabila tidak terdapat pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien
c. Terdapat agenda rapat rutin dengan pihak internal dan eksternal untuk
meningkatkan mutu layanan
d. Terdokumentasinya pesan yang diterima dari pemberi pesan melalui media
komunikasi telepon.
2
BAB V
LOGISTIK
2
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
2
6. Pengurangan risiko pasien jatuh
a. Menerapkan proses asesmen awal atas pasien terhadap risiko jatuh dan asesmen
ulang dengan indikasi perubahan kondisi
b. Menilai dan secara periodik melakukan penilaian ulang terhadap potensial risiko
berhubungan dengan pengobatan
c. Mengambil tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko yang tidak
teridentifikasi.
2
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
2
BAB VIII
PENGENDALIAN
MUTU
Salah satu upaya pengendalian mutu komunikasi efektif ada di bagian PKRS yang
dilakukan Rumah Sakit Islam Banjarnegra adalah menetapkan indikator keberhasilan
kinerja bagian PKRS. Indikator keberhasilan perlu dirumuskan untuk keperluan
pemantauan dan evaluasi PKRS. Oleh karena itu, indikator, keberhasilan mencakup
indikator masukan (input), indikator proses, indikator keluaran (output), dan indikator
dampak (outcome).
A. INDIKATOR MASUKAN
Masukan yang perlu diperhatikan adalah yang berupa komitmen, sumber
daya manusia, sarana/peralatan, dan dana.
Indikator ini meliputi :
1. Ada/tidaknya komitmen Direktur yang tercermin dalam Rencana Umum
komunikasi efektif.
2. Ada/tidaknya komitmen seluruh staf yang tercermin dalam Rencana Operasional
komunikasi efektif.
3. Ada/tidaknya petugas koordinator PKRS dan petugas petugas lain yang sudah
dilatih.
4. Ada/tidaknya sarana dan peralatan promosi kesehatan yang mengacu kepada
standar.
5. Ada/tidaknya dana yang mencukupi untuk penyelenggaraan PKRS.
B. INDIKATOR PROSES
Proses yang dipantau adalah proses pelaksanaan komunikasi efektif yang meliputi
komunikasi efektif untuk Pasien (Rawat Jalan, Rawat Inap, Pelayanan Penunjang, PKRS
untuk Klien Sehat, dan PKRS di Luar Gedung rumah sakit.
Indikator yang digunakan meliputi:
1. Sudah/belum dilaksanakannya kegiatan (pemasangan poster, konseling, danlain-
lain) an atau frekuensinya.
2. Kondisi media komunikasi yang digunakan (poster, leaflet, giant banner, spanduk,
neon box, dan lain-lain), yaitu masih bagus atau sudah rusak.
C. INDIKATOR KELUARAN
Keluaran yang dipantau adalah keluaran dari kegiatan-kegiatan yangdilaksanakan,
baik secara umum maupun secara khusus. Oleh karena itu, indikator yang digunakan di
sini adalah berupa cakupan dari kegiatan, yaitu misalnya:
1. Apakah semua bagian dari rumah sakit sudah tercakup PKRS.
2. Berapa pasien/klien yang sudah terlayani oleh berbagai kegiatan PKRS
3
(konseling, senam, dan lain-lain).
3. Berapa pasien/klien yang merasa puas atas pendidikan yang telah disampaikan
oleh petugas
4. Apakah ada peningkatan kepuasan bagi pasien, keluarga pasien dan pengunjung
atas pelayanan yang diberikan rumah sakit.
D. INDIKATOR DAMPAK
Indikator dampak mengacu kepada tujuan dilaksanakannya komuni-kasi
efektif serta terpeliharanya lingkungan rumah s a k i t , yaitu berubahnya
pengetahuan, sikap dan perilaku pasien/klien rumah sakit dan dimanfaatkannya dengan
baik semua pelayanan yang disediakan rumah sakit. Oleh sebab itu, kondisi ini
sebaiknya dinilai setelah komunikasi efektif berjalan beberapa lama, yaitu melalui
upaya evaluasi.
Kondisi lingkungan dapat dinilai melalui observasi, dan kondisi
pemanfaatan pelayanan dapat dinilai daripengolahan terhadap catatan/data
pasien/klien rumah sakit. Sedangkan kondisi pengetahuan, sikap dan perilaku
pasien/klien hanya dapat diketahui dengan menilai diri pasien/klien tersebut. Oleh
karena itu data untuk indikator ini biasanya didapat melalui survei. Survei pasien/klien
yang adil adalah yang dilakukan baik terhadap pasien/klien yang berada di rumah
sakit maupun mereka yang tidak berada di rumah sakit tetapi pernah menggunakan
rumah sakit.
3
BAB IX
PENUTUP
Ditetapkan di : Banjarnegara
Pada tanggal : 07 April 2022
Direktur,
3
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTARA
RUMAII SAišJT ISLAM BANJARNEGARA
DENGAN
KB. HAKINI ANNAISABUJŠI. LC.
Noaior :.ŽŠ1.WKSfRSIB/HI/2022
TENTANG
PELAYANAN PENERJEMAH BAHASA ARAB PADA PASIEN
Perjanjiiuı Kerja ini dibuat dan dan ditandatangani pada hart ini, .../%.!Ü.. ..., tanggal...............„
bulan Maret dan tahun dua ribu dua puluh dua oleh
1. Ruaıah Sakit Islaaı Banjarnegara, suatu Badan dayanan Kesehatan yang didirikan
berdasarkan hukum dan peraturan perundangan —undangan yang berlaku di Republîk
Indonesia dalam hal ini diwakili oleh dr. Agus Ujianto, M. Si. Med. Sp. B., selaku
Direktur RSl Banjarnegara, berdasarkan Surat Keputusan Yayasan Rumah Sakit Islam
Banjamegara Nomor: 002/SK/YRSIBA/1/2019, tanggal 05 1anunri 2019 tentang
Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Islarn Banjarnegam yang berkedudukan dan
berkantor di Jalan Raya Bawang KM 8 Banjamegara. selanjutnya disebut PDIAK
PERTAMA.
(PIHAK PERTAMA dan PIBAK KEDUA secara bersama-sama disebut “PARA PIHAK”,
dalam hal sendiri-sendiri disebut “Pihak”).
Pihak I Pihak 11
Bag P3RS Bag Keu Bag Pel Medis
3. Bahwa PHIAK KEDUA memiliki ilmu pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan
keahlian yang cukup serta telah memiliki sertikat pelatihan yang masih berlaku pada
tanggal Pe anjian ini, dan bermaksud ııntuk memberikan waktu, tenaga, pengetahuan,
kemampuan, keterampilan dan keahliannya tersebut dengan beke ja pada RSI
Banjarnegara;
4. Bahwa PIHAK PERTAMA setuju dan menerima PIHAK KEDUA untuk bekeıja
menjalankan profesî dan tugas sebagai penejemah bahasa arab di RSI Banjarnegara dan
PIHAK KEDUA setulu dan menerima penerimaan PHIAK PERTAMA unttık bekerja
menjalankan profesi dan tugas sebagai penerjemah di RSI Banjarnegara, dan dengan
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peıjanjian ini.
Maka berhubung dengan segala sesuatu yang diuraikan di atas, PARA PIHAK dengan ini
sepakat dan setuju untuk membuat dan menandatangani Perjanjian Kerja ini (“Perjanjian”),
dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:
Pasal i
KETENTUAN UMUM
1. PIBAK PERTAMA Memohon disediakan tenaga Perıe emah Bahasa arab dalam
rangka memberikan pelayanan kepada pasien Ruınah Sakit Islam Banjarnegara,
2. PIHAK KEDUA menyediakan pelayanan peneqemah Bahasa arab untuk menjadi
petugas peneıjemah Bahasa arab dalam rangka memberikan pelayanan kepada pasien
Rumah Sakit lslaın Banjarnegara.
Pasal 2
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
Pasal 5
MASA BERLAKU
1. PARA PIBAK sepakal bahwa pe anjian ini berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung
sejak tanggal ( /04/2022) sampai dengan tanggal satu april dua ribu dua puluh dua
( /04/2024) dan dapat diperpanjang atas dasar kesepakatan PARA PIHAK
2. Selama masa berlakunya pe;janjian ini, apabila ada pasal-pasai yang perlu
ditambabkan dan atan dikıırangi, maka PARA PIHAK sepakat umtuk
memasukkan daiam addendum, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
perjanjian ini
3. Berkhimya perjanjian sebagaimana dimaksud dalam ayat I (satu) pasal ini tidak
mengurangi kewajiban masing - masing pihak yang sedang berjalan.
4. PARA PIHAK dapat membatalkan kontrat keqasama berdasarkan pertimbangan
dan kebutuhan PARA PIHAK tanpa mengurangi kewajiban PARA PIHAK yang
sedang berjalan.
PENYELESAIAN PERSETUJAN
1 Apabila terjadi perselisihan dalam penafsiran dan atau pelaksanaan ketentuan dari
peqanjian kerjasama ini, maka PARA PIHAK spakat nutuk terlebih dahulu
menyelesaikan secara musyawarah dan mufakat.
2. Apabila mıısyawarah tersebut tidak berhasil maka kedua pelah pihak Sepakat nutuk
membawa permasalahan tersebut ke pengadilan Negeri Banjamegara.
I“orc'e MuJeure adnlah keadaan keadaan yang terjadi di luar kemampuan kuasa
manusia yang menyebabkan tertunda, terlambat, atuu tidak terlaksananya
kewajiban masing — masing para pihak yang herus dîlaksanakan menurut perikatâ n
îni, yaitu termasuk keadaan — keadaan bencana alam seperti banjir, gunung meletus,
kebakaran, perang, huru hara (dengan atau tanpa suatu pemyataan telebih dahulu),
blockade dan lain — lain.
Pihak f Pihak II
Ba g P3RS Bag Keu Bag Pel Medis
Apabila kewajiban suatu pihak berdasarkan perikatan ini tertunda, terlambat. atau
tidak dapat dilaksanakan karena alasa te¿jadinya / ’nrct k(va ure, maka pihak yang lain
tidak dnpat mengajukan protes dan / atau tuntutan kepada pihak lainnya atas kejadian
tersebut.
LAIN — LAIN
). Segala ketentuan dan syarat- syarat dalam perjanjian ini berlaku serta mengikat bagi
kedua pihak yang mendatangani atau penggantiannya yang ditunjuk oleh kedua
belah pihak.
Hal-hal yang belum diatur dalam perjanjian ini akan diselesaikan bersama dengan
kesepakatan antara PIHAK PERTAMA dengan P1H AK KE DIIA yang dituangkan
secara tertu!is dan ditanda tangani PARA PlH t K dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan serta mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan perjanjian ini.
Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing — masing mempunyai kckuatan
hukum yang sama setelah ditandatangani serta dibubuhi materai secukupnya dan cap
oleh kedua belah pihak.
S288773
KH. Hakim A naisaburi. LC fdr. Agus U iaato !\4. Si. hled. Sp. B)
Pihak I
Bag P3RS Bag Pel Medis
Lampiran . Perjanjian Kerjasama
Nomor : /PKS/RSI B/IIl/2022
Tanggal Maret 2022
JASA KEDATANAGAN
?a Aaaisaburi. LC
Pihak I Pihak II
Bag P3RS Bag Keu Bag Pel Medis
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTARA
RUMAB SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
DENGAN
M. AGUNG PRASTOWO ADI
TENTANG
PELAYANAN PEN£RJEMAH BAHASA PADA PASIEN
Noınor .Ö..fPKSfRSIB/IYf2022
Peqanjian KeŞa ini dibuat dan dan ditandatangani pada hart ini, . .J'. ..‘!. ., tanggal . @...
bulan April dan tahun dua ribu dua puluh dua oleh :
I. Ruaısh Sakit Islak' Banjarnegara, suatu Badan dayanan Kesehatan yang didirikan
berdasarkan hukum dan peraturan perundangan — undangan yang berlaku di Republik
Indonesia dalam hal ini diwakili oleh dr. Agus Ujîanto, M. Si. Med. Sp. B., selaku
Direktur RSI Banjamegara, berdasarkan Sumt Keputusan Yayasan Rumah Sakit Islam
Banjarnegara Nomor: 002/SK/YRSIBA/1/2019, tanggal 05 Januari 2019 tentang
Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Islam Banjartıegara yang berkedudukan dan
berkantor di Jalan Raya Bawang KM 8 Banjamegara, selanjutnya disebut PIHAK
PERTAMA.
Pihak I Pihak ll
Bag P3RS Bag Keu Bag Pel Medis
kemampuan, keteraınpilan dan keahliannya tersebut dengan bekeıja pada RSI
Banjamegara.
4. Bahwa PIBAK PERTAMA setuju dan menerima PIHAK KEDI.IA untuk bekerja
menjalankan profesi dan tuggs sebagai penerjemah bahasa arab di RSI Banjamegara dan
PIHAK KEDUA setuju dan rrıenerima penerimaan PIHAK PERTAMA untuk beke;ja
menjalankan profesi dan tugas sebagai peneqemah di RSl Banjarnegara, dan dengan
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perjanjian ini.
Maka berhubung dengan segala sesuatu yang diuraikan di atas, PARA PIBAK dengan ini
sepakat dan setuju untuk membuat dan menandatangani Peıjanjian KeŞa ini (“Peıjanjian”),
dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
KETENTUAN UMUM
Pasal 2
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
Pitıak t Pihak It
Bag P3RS Bag Keu Bag Pel Medis
Pasnl 4
PROSEDUR PELAYANAN
Pasel 5
MASA BERLAKU
l. PARA PIHAK sepakat bahwa pe¿janjian ini berlaku selama 2 (dua) tahun terhitung
sejak tanggal 14/tlS/2022 sampai dengan tanggal 14f0Sf2024 dan dapat diperpanjang
atas dasar kesepakatan PARA Pl£tAK
2 Selama masa berlakunya perjanjian ini, apabila ada pasal-pasal yang perlu
ditambahkan dan / atau dikurangi, maka PARA PI8AK sepalmt tımıuk
memasukkan dalam addendum, yang merupakan bagian tak terpisahkan dan
3 Berkhimya perjanjian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) pasal ini tidak
mengurangi kewajiban masing - masing pihak yang sedang berjalan.
4. PARA PIHAK dapat membatalkan kontrak kerjasama berdasarkan pertimbangan
dan kebutuhan PARA PIBAK tanpa mengurangi kewajiban PARA PIHAK yang
sedang beijalan.
PENYELESAIAN PER8ETUJUAN
1.
Apabila te;jadi perselisihan dalam penafsiran dan atau pelaksanaan ketentuan dari
perjanjian kerjasama ini, maka PARA PIBAK sepakat untuk terlebih dahulu
menyelesaikan secaıa musyawarah dan mufakat.
2.
Apabila musyawarah tersebut tidak berhasil maka kedua pelah pihak Sepakat untuk
membawa permasalahan tersebut ke pengadilan Negeri Banjarnegara.
Panal 7
LAIN — L.4Ih
Segala ketentuan dan syarat- syarat dalam peqanjîan ini berlaku serta mengikat bagi
ktUua pilıak y g h o1ıUdta1ıgd+i atau mlıgganüanlıya yang ‹üitunjuk olch Lcdua
belah pihak.
Hal-hal yang bel um diatur dalam pe;janjian ini akan diselesaikan bersama dengan
i escpakatan arıtara PIII AK PERTA MA dengan PIHAK KEDI!A yang dituangkan
secara terıulis dan ditanda tangani PARA PIH.4K dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan serta mempunvai Lekuatan hukum yang sama dengan perjanjian ini
Perjanj ian ini dibuat dalam rangkap 2 {dua), masing — masing mempunvai kek uatan
hukum yani sama setelah ditandatangani serta dibubuhi materai secukupnya dan cap
oleh kcdua belah pihak.
TEMBEL
6091 DAN
Pihak I Pihak ll
BagP3RS Bag Keu Bag Pel Medis
Lampiran : Perjanjian Kerjasama
Nomor /PKS/RSIB/IV/2022
Tanggal April 2022
JASA KEDATANAGAN
Pihak I Pihak II
Bag P3RS Bag Keu Bag Pel Medis
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
JI. Raya B8wang Km. 8 BAnjarncgara
Telp. Pely. (0386) 597034. IGD (0286) 5988848, hax. (0286) S970t 5
Website. rsibanjamegaza.com, Email : rsi banjamegara@yahoo.ca.id
Kepada Ykh
Direkttır RS1 Banjamegara
Di
Tempat
Ascalamualaikum Wr. M.
Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat ALLOH SWT yang selalu melimpalikan
rejeki berupa sehat, iman dan islam. Saiawat dan salam kita haturkan bagi junjungan
kita Nabi Miihammad SAW mudah-mudahan selalu istiqomah mengikuti ajaranya
sampai akhir jaman. Aamiin
Menindaklanjuti pemenuhan persyaratan Standar Nasional Akriditasi Rumah Sakit ( SNARS )
Edisi 1, kami berinaksud melakukan Pe0andatangan Perjanjian Kerjasama dengan WIWIN
MARLINA MARGASARI tentang peneqemah bahasa mandarin
Demikian kami sampaikan dan kami kirimkan surat perjanjian keijasamanya.
Perjanjıan KeŞa ini dibuat dan dan ditandatanggni pada hart ini, * tanggal
bulan ,y dan tahun dua ribu sembilan belas oleh :
ı. Ruaıah Sakit Islam Bnnjar•egnra, suatu Badan dayanan Kesehatan yang didirikan
berdasarkan hukum dan peratuıan petundangan -undangan yang berlaku di Republik
Indonesia dalam hal ini diwakili oleh dr. Agus Ujianto, M. Si. Med. Sp. B., selaku
Direktur RS1 Banjamegara, berdasarkan Surat keputusan Yayasan Rumah Sakit lslam
Banjarnegara Nomor: 002/SK/YRSIBA/1/2019, tanggal 05 Januari 2019 tentang
Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Islam Banjamegara yang berkedudukan dan
berkantor di Jalan Raya Bawang KM 8 Banjarnegara, selanjutnya disebut PIBAK
PERTAM&
(Pihak Pertama dan Pihak Kedua secam bersama-sama disebut “Para Pihak”, dalam ha1
s ndiü-sx‹füöxbut”Pikmk”).
Para Pihak tersebut di atas terlebih dabıliu menerangkan sebagai berikut:
1. Bahwa Pihak Pertama memiliki tewenangan menjalankan sarana kesehatan berupa
rumab saint umum dengan nama RSI Banjamegara berdasarkan surat izin
penyelenggaraan rumah sakit yang dimilikinya sebagaimana Smt Keputusan Bupati
Banjamegara nomor : 445/1 181, yang berlaku untuk periode tanggâl 26 Oktober
2016 sampai dengan tanggal 26 Oktober 2021.
Pihak 1 Pi{ıak II
2. Bahwa Pihak Pertama memerlulmn tenaga peneıjemah bahasa mandariıı sewaktu-
waktu jika di butuhkan oleh pihak pertama;
3. Bahwa Pihak Kedua memiliki ilmu pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan
keahlian yang cukup serta telah memiliki sertikat pelatihan yang masih berlaku pada
tanggal PeŞanjian ini, dan &rmaksud untuk memberikan waktu, tenaga,
pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan keahliannya tersebut sewaktu-waktu jika
di butuhkan oleh pihak pertama;
4. Balıwa Pihak Pertama setuju dan meherima Pihak Kedua untuk bekeqa menjalankan
profesi dan tugas sebagai peneŞemah bahasa arab di RSI Banjamegara dan Pihak
Kedua setuju dan menerima penerimaan Pihak Pertama nutuk bekeŞa menjalankan
profesi dan tugas sebagai peneŞemah di RSI Banjarnegara, dan dengan syarat-syarat
dan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam pe;janjian ini.
Maka berhubung dengan segala sesuatu yang diuraikan di atas, Para Pihak dengan int
sepakat dan setuju untuk membuat dan menandatangani Pe anjian Kedja ini (“Pe anjian”),
dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
KETENTUAN UMUM
Pelayanan Pener;emah Bahasa ınandarin di Ruırıah Sakit Islam Banjarnegara:
1. PIHAK PERTAMA Memohon disediakan tenaga Pene;jemah Bahasa mandarin dalam
rangka memberikan pelayanan kepada pasien Rumah 8akıt lslam Banjamegara,
2. PIHAK KEDUA menyediakan pelayanan pene;jemah Bahasa mandarin untuk menjadi
petugas penerjemah Bahasa mandarin dalam rangka memberikan pelayanan kepada
pasien Rumah Sakit Islam Banjamegara.
Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
1. PIHAK KEDUA berkewajiban menyediakan petugasa pene¿jemah Bahasa mandarin untuk
PIHAK PERTAMA.
2. PIHAK KEDUA berhak menyampaikan kepada PIHAK PERTAMA atas
pembayaran petugas pene;jemah Bahasa nıandarin yang telah diberikan kepada pasien.
3. Menjaga nama baik PARA PIHAK.
Pihak 1 Pi{ıak II
PROSEDUR PELAYANAN
PIHAK PERTAMA menghubungi PIHAK KEDUA nutuk menyediakan petugas
penetjemah bahasa melalui telefon ( 082 221 499 989 ) Atau langsung melalui contact
person petugas peneıjemah Bahasa mandarin yang terlampİf di dal8tTl lampiran
perjanjian keqasama ini sesuai dengan kebutuban PIHAK PERTAMA.
2 PIHAK PERTAMA sewaktu-waktu (24 JAM) bisa meminta PIHAK KEDUA
menyediakan tenaga pener;emah dan harus ada ditempat 20 menit setelah PIHAK
PERTAMA menghubungi
Pasal 5
MASA BERLAKU
1 PARA PIHAK sepakat bahwa pe;janjian ini berlaku selama 3 (tiga) tahun
Terhitung sejak tanggal 8 /2 /1$ dua ribu sembilan belas * *7/2019) sampai dengan
tanggal dua ribu dua puluh dua ( / /2022) dan dapat diperpanjang atas dasar
kesepakatan PARA PIHAK.
2. Selama masa berlakıınya pe;janjian ini, apabila ada pasal-pasal yang perlu
ditambahkan dan / atau dikurangi, maka PARA PIHAK sepakat umtuk
memasukkan dalam addendum, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari peıjanjian
3. Berkhimya pe;janjian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) pasal ini tidak
menguıangi kewajiban masing - masing pihak yang sedang be;jalan.
4. PARA PIHAK dapat membatalkan kontrat keıjasama berdasarkan pertimbangan dan
kebutuhan PARA PIHAK tanpa mengurangi kewajiöan PARA PIHAK yang sedang
berjalan.
PENYELESAIAN PERSETUJAN
Apabila te;jadi perselisihan daiam penafsiran dan atau pelaksanaan ketentuan dari
perjanjian kerjasama ini, aıaka PARA PIHAK spakat untuk terlebih dahulu
nıenyelesaikan secaıa musyawarah dan nıufakat.
2. Apabila nıusyawamh tersebut tidak berhasil maka kedua pelah pihak Sepakat ııntıık
membawa permasalahan tersebut ke pengadilan Negeri Banjarnegara.
Pasal 7
FORSE MAJEURE
1. Force Majeure adalah keadaan keadaan yang te;jadi di lııar kemanıpuan kuasa
manusia yang menyebabkan tertunda, terlambat, atuu tidak terlaksananya
kewajiban masing — masing para pihak yang herus dilaksanakan menımıl perikatan
ini, yaitu temıasuk keadaan — keadaan bencana alam seperti banjir, jung meletus,
kebakaran, perang, huru hara (dengan atau tanpa suatu pemyataan telebih dahulu),
blockade dan lain — lain.
2. Apabila kewajiban suatu pihak berdasarkan perikatan ini tertunda, terlambat, atau
tidak dapat dilaksanakan karena alasa ieijadinya Force Meajure, maka pihak vang lain
tidak dapat mengajukan protes dan / atau tiintutan kepada pihak lainnya atas kejadian
tersebut.
Pasal 8
LAIN - LAIN
l. Segala ketentuan dan syarat- syarat dalam perjanjîan ini berlaku serla mengikat bagi kedua
pihak yang mendatangani atau penggantıannya yang ditunjuL oleh kedua belah pihak.
2. Hal-hal yang belum diatur dalam pcrjanjian ini akan diselesaîkan bersama dengan
kesepakatan antara PIHAK PERTAMA dengan PIHAK KEDUA yang dituangkan
secara tertulis dan ditanda tangani PARA PIHAK dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan serta mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan pe9anjian ini.
3 Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua), masing — masing mempunyai kekuatan
hukum yang sama setelah dîtandatangani serta dibubuhi materai secukupnya dan cap
oleh kedua belah pihak.
PIHAK PERTAMA
1ZAFF6B2
Pihak I PiÎ ak ll
Lampiran : Perjanjian Kerjasama
Nomor /PKS/RSIB/VII/2019
Tanggal J uli 2019
JASA KE DATANAGAN
Pil ak II
Pihak I
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM BARJARNEGARA
RL MAVI SAKIT ISLAM BANdAILNEGARA
J1. Raya Bawang Km. 8 Banjarnegara
T‹/ Pdy{0î86)597034,IGD(0286)598#848,Fax(0286}S970I5
¥Vebsite. rsibanjarne3ara.com Email : rsi ban|arnegara yahoo.co. id
Kepada Ykh:
IBU IMELDA SEPTIANAWATI
Di
Teınpat
Puji syukur sclalu kita panjatkan kehadirat ALL OH SWT yang selalu mehmpahkan
rejeki berupa sehat, iman dan islam. Salawat dan salam kita haturkan bagi junjungan
kita Nabi Muhammad SAW mudah-mudahan selal u istiqomah mengikuti ajaranya
sampai akhir jaman Aamiin
Banjarnepara, U I mi 2019
PERJANJIAN KERfASAMA
ANTARA
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
DENGAN
IMELDA SEPTIANAWATI
TENTANG
PELAYAHAN PENERJEMAH BAHASA PADA PASIEN
Nomor :1566/PKS/RSIB/VIl/2019
PeŞanjian Ke;ja ini dibuat dan dan dıtandatangani pada hart ini, Rabtı, tanggal 03 bulan Juli
dan tahun 2019, oleh :
1. Ruetah Snkit Ialaın Bnnjarnegara, suatu Badan dayanan Kesehatan yang didirikan
berdasarkan hukum dan peraturan penındangan —undangan yang berlaku di Republik
Indonesia dalam hal ini diwakili oleh dr. Agus Ujianto, M. Si. Med. Sp. B., selaku
Direktur RSI Banjarnegara, berdasarkxı Surat keputusan Yayasgn Rumab Sakit Islam
Banjamegara Nomor: 002/SK/YRSIBA/1/2019, tanggal 05 Januari 2019 tentang
Pengangkatan Direkttır Rumah Sakit lslam Banjarnegara yang berkedudukan dan
berkantor di Jalan Raya Bawang KM 8 Banjarne selanjutnya disebut PIBAK
PERTA
(Pihak Pertama dan Pihak Kedua secara bersama-sama disebut “Pam Pihak”, dalam hat
sendiri-sendiri disebut “Pihak”).
KETENTUAN UMUM
Pelayanan Peneıjemah Bahasa Inggris di Rumah Sakit Islaın Banjamegara:
1. PIHAK PERTAMA Memohon disediakan tenaga PeneŞeaıah Bahasa lnggris dalam
rangka memberikan pelayanan kepada pasien Rumah Sakit Islam Banjarnegara,
2. PIHAK KEDUA menyediakan pelayanan penerjemah Bahasa Inggris unttık menjadi
petugas peneıjemah Bahasa Inggris dalam rangka memberikan pelayanan kepada pasien
Rumah Sakit Islam Banjamegara.
Pasal 2
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
1. PIHAK PERTAIHA berhak mendapatkan petugas pene;jemah Bahasa Ingris yang
disediakan kepada PlHAK KEDUA.
2. PIHAK PERTAMA berkewajiban melaksanakan pembayaran kepada PIHAK KEDUA
untuk honor petugas pene;jemah Bahasa Inggris dengan tarif yang sudah disepakati
oleh PARA PIHAK yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam peqanjian
keqasama untuk menjaga nama baik PARA PIHAK.
Pasal 3
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
1. PIHAK KEDUA betkewajiban menyediakan petugasa pene;jemah Bahasa Inggris nutuk
PIHAK PERTAMA.
2. PIHAK KEDUA berhak menyampaikan kepada PIHAK PERTAMA atas
pembayamn petugas peneŞemah Bahasa Inggris yang telah dibcrikan kepa‹la pasien.
3. Menjaga nama baik PARA PIHAK.
Pasal 4
PROSEDUR PELAYANAN
PIHAK PERTAMA menghubungi PIHAK KEDUA ııntuk menyediakan petugas
pene;jemah bahasa melalui telefon 081 229 986 99 Atau langsung melalui contacl person
petugas penerjeınah Bahasa lnggris yang terlampir di dalam lampiran pe;janjian kerjasama
ini sesuai dengan kebutuhan PIHAK PERTAMA.
PIHAK PERTAMA sewaktu-waktu (24 JAM) bisa ıneminta PIHAK KEDUA menyediakan
tenaga pener;emah dan harus ada ditempat 20 menit setelah PIHAK PERTAMA
menghubungi.
Pasal 5
MASA BERLAKU
1. PARA PIHAK sepakat bahwa peıjanjian ini berlaku selama 3 (tiga) tahun
Terhitung sejak tanggal ..........................(.1/.r./.'r) sampai dengan tanggnl......................
(*.Ç./*.*) dan dapat diperpanjang atas dasar kesepakatan PARA PIHAK.
2. Selama masa berlakunya pe;janjîarı ini, apabila ada pasal-pasal yang perlu
ditambahkan dan / atau dikuıangi, maka PARA PIHAK sepakat umtuk
memasukkan dalam addendum, yflng merupak8D bagian tak terpisahkan dan pe;janjian
3 Berkhimya perjanjian sebagaimana dimaksud dalam ayat I (satu) pasal ini tidak
mengurangi kewajiban masing - masing pihak yang sedang beŞalan.
4. PARA PIHAK dapat membatalkan kontrat keŞasama berdasarkan pertimbangan dan
kebutuhan PARA PIHAK tanpa mengurangi kewajiban PARA PIHAK yang sedang
be;jalan.
Pasal 6
PENYELESAIAN PERSETUJAN
1. Apabila terjadi perselisihan dalam penafsiran dan atau pelaksanaan ketentuan dari
peqanjian ke;jasama ini, maka PARA PIHAK spakat untuk terlebih dahulu
menyelesaikan secara musyawarah dan mufakat.
2. Apabila musyawarah tersebut tidak berhasil maka kedua pelah pihak Sepakat untuk
membawa permasnlahan tersebut ke pengadilan Negeri Banjamegara.
Pasal 7
FORSE MAJEURE
). Force Majeure adalah keadaan keadaan yang teŞadi di luar kemampuan kuasa
manusia yang menyebabkan temında, terlambat, atuu tidak terlaksananya
kewajiban masing — masing para pihak yang herus dilaksanakan menurut perikatan
ini, yaitu termasuk keadaan — keadaan bencana alam seperti banjir, gunung meletus,
kebakaran, perang, huru hara (dengan atau tanpa suatu pemyataan telebih dahulu),
blockade dan lain — lain.
2. Apabila kewajiban suatu pihak berdasarkan perikaıan ini tertıında, terlambat, atau
tidak dâpat dilaksanakan karena alasa t‹ jadinya Force Meajure, maka pihak yang lain
tidak dapat mengajukan protes dan / atau tuntutan kepada pihak lainnya atas kejadian
tersebut.
Pasal 8
LAIN — LAIN
1. Segala ketentuan dan syarat- syarat dalam pe;janjian ini berlaku serta mengikat bagi kedua
pihak yang mendatangani atau penggantiannya yang ditunjuk oleh kedua belah pihak.
2. Hal-hal yang bclıım diatur ‹lalam pc anjian ini akan disclesaikan bersama dengan
kesepakatan anlara PIHAK PERTAMA dengan PlHAK KEDUA yang dituangkan
secara tertulis dan ditanda tangani PARA PIHAK dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan serta mempunyai Lekuatan bukum yang sama dengan perjanjian ini.
3. Perjanjîan înî dîbuat dalam rangkap 2 (dua), masing - masing mempunyai kekuatan
hukum yang sama setelah ditandatangani serta dibubuhi materai secukupnya dan cap
oleh kedua belah pihak.
gAFF68270S22Z
laıelda Se tianawati
Lampiran Pe njian Kerjasama
Nomor 'PKS/RSIB/VII/20 19
Tanggal 3 Juli 2019
JASA KEDATANAGAN
M. Si. Med. S
lmelda Sentianawati @.4 .8
PERJANJIAN KERJASAMA
ANTARA
RUMAB SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
DENGAN
SLB NEGERI BANJARNEGARA
Nomor : Q /PKS/RS1B/III/2022
NOiROr :...ii. ...JJ....................
TENTANG
PELAYANAN PENERJEMAH BAHASA ISYARAT PADA PASI£N
Perjanjian Keıja ini dibuat dan dan ditandatangani pada hart ini, M'"
bulan Maret dan tahun dua ribu dua pııluh dua, oleh :
I. RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA, suatu Badan Layanan Kesehatan yang
didirikan berdasarkan hukum dan peraturan perundangan —undangan yang berlaku di
Republik Indonesia dalam hal ini diwakili oleh dr. Agus Ujianto, M. Si. Med. Sp. B.,
selaku Direktur RSI Banjarnegara, berdasarkan Surat Keputusan Yayasan Rumah
Sakit Islam Banjamegara Nomor: 002/SK/YRSlBA/V201S, tanggai 05 Januari 2019
tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Islam Banjamegara yang berkedudukan
dan berkantor di Jalan Raya Bawang KM 8 Banjamegara, selanjutnya disebut PIHAK
PERTAMA.
II. SLB NEGERI BANJARNEGARA yang beralamat di Jl. Raya Kenteng Km 1 Rejasa
Banjamegara yang dalam mal ini diwakili secara sah oleh Atut Yuliarni, S. Pd
Sekaligus sebagai Kepala Seholah , dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama SLB
NEGERI BAN4ARNEGARA, yang kemudian dalam pe;janjian ini disebut sebagai
PIHAK KEDUA atau “PENERJEMA£f BABASA fSYARAT”
(PIBAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut“PARA PIHAK”,
dalam hal sendiri-sendiri disebut “Pikah”).
PARA PIBAK tersebut di atas terlebih dahuJu rneneranglnn sebagai berikut:
1. Bahwa PIHAK PERTAMA memiliki kewenangan menjalankan samna kesehatan
berupa Rumah Sakit Umum dengan nama RSI Batijamegata berdasarkan surat izin
penyelenggaraan rumah sakit yang dimilîkinya sebagaimana Surat Keputusan Kepala
Dinas Tenaga Keıja, Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Banjamegam Nomor : 445/01/Tahun 2021, yang bemkhir sampai dengan tanggal 26 Juli
2022.
2. Bahwa PIBAK PERTAMA menıerlukan tenaga peneqemah bahasa isyarat
ditempatkan di RSI Banjarnegara: -
Pihak I Pihak II
Bag Keu Bag Pel Medis
3. Bahwa PIBAK KEDUA memiliki ilmu pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan
keahlian yang eukup serta telah memiliki sertikat pelatihan yang masih berlaku pada
tanggal PeŞanjian ini, dan bertrıaksud untuk memberikan waktu, tenaga, pengetabuan,
kemampuan. keteraınpilan dan keahliannya tersebut untuk menjadi penerıemah bahasa
isyrat di RSI Banjarnegara sewaktu-waktu bila dibutuhkan;
4. Bahwn PIHAK PERTAMA setuju dan menerima PIBAK KEDUA nutuk bekerja
menjalankan profesi dan tugas sebagai pene;jemah bahasa Isyarat di RSI Banjamegaıe
dan PIHAK KEDUA setuju dan menerîma penerimaan PIHAK PERTAJYL4 untuk
bekeŞa menjalankan profesi dan tugas sebagai peneŞemah di RSI Banjarnegara, dan
dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perjanjian ini.
Maka berhubung dengan segala sesuatu yang diuraikan di atas, PARA PIHAK dengan ini
sepakat dan setuju untuk membuat dan menandatangani Perjanjian Kerja ini (*Perjanjian”),
dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
KETENTUAN UMUM
Pasal 2
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
Pasal 3
RAK DAN KEWAJIBAN PIBAK KEDUA
Pasal 5
MASA BERLAKU
1. PARA PIHAK sepakat bahwa perjanjian ini berlaku selama 1 (satu) tahun
Terhitung sejak tanggal ..........................(@./,1,/.....**) sampai dengan
tanggal...................... (.M./.Ü./.. * dan dapat diperpanjany atas dasar kesepaka.tan
z. Selama masa berlakunya peıjanjian ini, apabila ada pasal-pasal yang perlu
ditambahkan dan / atau dikurangi, maka PARA PIttAK sepakat umtuk
memasukkan dalam addendum, yang merupakan bagian tak terpisahkan dan
peıjanjian ini
s. Berkhirnya peıjanjian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu) pasal ini tidak
mengurangi kewajiban masing - masing pihak yang sedang be;jalan.
4. PARA PIHAK dapat membatalkan kontrat keqasama berdasarkan pertimbangan
dan kebutuhan PARA PIHAK tanpa mengurangi kewajiban PARA PIHAK yang
sedang bejalan.
Pasal 6 -
PENYELE8AIAN PERSETUJAN
1. Apabila terjadi perselisihan dalam penafsiran dan atau pelaksanaan ketentuan dari
perjanjian kerjasama ini, maka PARA PIHAK sepakat nutuk terlebih dahulu
menyelesaikan secara mtısyawarah dan mufakat.
2. Apabila musyawarah tersebut tidak berhasil maka kedua pelah pihak Sepakat untuk
membawa permasalahan tersebut ke pengadilan Negeri Banjarnegara.
PORSE M4JAURF
t . f“orce Majeure adalah keadaan keadaan yang terjadi di mar kemampuan kuasa
manusia yang menyebabkan tertunda, terlambat, atuu tidak terlaksananya
kewajiban masing — masing para pihak yang harus dilaksanakan me{}urut perikatan
ini, yaitu temıasuk keadaan — keadaan bencana alam seperti banjir, gunung meletus,
Pihak I Pihak ll
Bag P3RS Bag Keu Bag Pel Medis
kebakaran, perang, huru hara (dengan atau tanpa suatu pemyataan telebih dahulu),
blockade dan lain — lain.
Apabila i.ewajiban suatu pihak berdasarkan perikatan ini tertunda, terlambat, atau
tidak dapat dilaksanakan karena alasan tejadinya / i›rc’e ölenjure, maka pihak yang lain
tidak clapat mendajukan protes dan / atau tuntutan kepada pihak lainnya atas kejadian
terso•but
Pasal 8
HAIN — L.4IN
1 Segala ketentuan dan syarat- syarat dalam peıjanjian ini berlaku serta mengikat bagi
kedtıa pihak yang mendatangani atau penggantiannya yang ditunjuk oleh kedua
belah pihak.
Hal-hal yang belum diatur dalam peŞanjian ini akan diselesaikan bersama dengan
kesepakatan antara PIHAK PERTA MA dengan PIHAK KEDtIA yang dituangkan
secara tcrtulis dan ditanda tangani PARA PIHAK dan merupakan bagian yang tîdak
terpisahkan serta mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan perjanjian ini.
Peıjanjian ini dibuat dalam ıangkap 2 {dua), masing — masing mempunyai kekuatan
hukum yang sama setelah ditandatangani serta dibubuhi materai secukupnja dan cap
oleh kedua belah pihak.
5632887'
Atut Yuli fdr. Agus U jianto, M. Si. Med. Sp. BI
Kepala olah Direktur
Pihak I Pihak II
Bag P3RS Bag Keu Bag Pel Medis
Lampiran : Pe;janjian Kerjasama
Nomor : bJ /PK S/RSIB/III/2022
Tanggal : 1) Maret 2022
JASA KEDATAN.4GAN
. Si. Med. S . B
Atut Yutiarni, S. Pd
Pihak I Pihak II
Bag P3RS Bag Keu Bag Pel Medis
Dipindai dengan CamScanner