Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Teknik-Teknik Bimbingan Dan Konseling


Menurut Shertezer dan Stone (1982) Bimbingan adalah proses membantu
orang-perorangan untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya.
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara
konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada inividu yang sedang mengalami
sesuatu masalah (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien. (Prayitno dan Erman Amti, 2004: 105)
Jadi, Teknik-teknik atau pendekatan bimbingan dan konseling dalam
memaksimalkan potensi siswa adalah cara atau metode yang dilakukan untuk
membantu, mengarahkan atau memandu seseorang atau sekelompok orang agar
menyadari dan mengembangkan potensi-potensi dirinya, serta mampu mengambil
sebuah keputusan dan menentukan tujuan hidupnya dengan cara berinteraksi atau
bertatap muka.

B. Pendekatan Teknik Bimbingan Dan Konseling


Pada umumnya teknik-teknik yang dipergunakan dalam bimbingan dan
konseling berfokus kepada dua pendekatan, yaitu pendekatan kelompok
(bimbingan kelompok) dan pendekatan individual (konseling individual).
A. Pendekatan Kelompok (Bimbingan Kelompok)
Teknik ini dipergunakan dalam membantu siswa atau sekelompok
siswa memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok.
Masalah yang dihadapi mungkin bersifat kelompok, yaitu yang dirasakan
bersama oleh kelompok atau bersifat individuil yaitu dirasakan oleh individu
sebagai anggota kelompok. Penyelenggaraan bimbingan kelompok
dimaksudkan untuk membantu mengatasi masalah bersama atau membantu
individu yang menghadapi masalah dengan menempatkannya dalam suatu
kehidupan kelompok.
Menurut Moh. Surya (1988:106) ada delapan bentuk teknik bimbingan
kelompok yaitu :
1. Home room program
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar
guru/konselor dapat mengenal siswa-siswanya lebih baik, sehingga dapat
membantunya secara efesien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam
bentuk pertemuan antara guru dengan siswa di luar jam-jam pelajaran untuk
membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home
room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan
menyenangkan, sehingga siswa dapat mengutarakan perasaannya seperti di
rumah. Atau membuat suasana kelas seperti di rumah.
2. Karyawisata
Dengan karyawisata, siswa mendapat kesempatan meninjau objek-objek
yang menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari objek
itu. Para siswa mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian
dalam kehidupan kelompok, seperti dalam berorganisasi, kerja
sama, rasa tanggung jawab dan percaya pada diri sendiri. Selain itu dapat
mengembangkan bakat dan cita-citanya.
3. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana siswa- siswa akan
mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Setiap
siswa mendapat kesempatan untuk menyumbangkan pikiran masing-masing
dalam memecahkan suatu masalah.
4. Kegiatan Kelompok
Kegiatan kelompok merupakan teknik yang baik dalam bimbingan, karena
kelompok memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi
dengan sebaik-baiknya. Untuk mengembangkan bakat-bakat dan
menyalurkan dorongan-dorongan dapat dilakukan melalui kegiatan
kelompok. Dengan kegiatan ini setiap siswa dapat kesempatan untuk
menyumbangkan pikirannya dan mengembangkan rasa tanggung jawab.
5. Organisasi Siswa
Organisasi siswa, baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah
dapat Melalui organisasi ini banyak masalah-masalah yang sifatnya
individu dan kelompok dapat diselesaikan. Siswa mendapat kesempatan
untuk belajar mengenal berbagai aspek kehidupan sosial dan dapat
mengembangkan bakat kepemimpinan disamping memupuk rasa tanggung
jawab dan harga diri.
6. Sosiodrama
Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu teknik di dalam memecahkan
masalah-masalah sosial dengan melalui kegiatan bermain peran. Siswa akan
memerankan suatu peranan tertentu dari suatu situasi masalah sosial. Siswa
akan menghayati langsung situasi masalah yang dihadapinya. Dari
pementasan tersebut lalu diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan
masalahnya.
7. Psikodrama
Psikodrama adalah teknik untuk memecahkan masalah-masalah psikis yang
dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik
atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindarkan.
Kepada kelompok siswa dikemukakan suatu cerita yang didalamnya
digambarkan adanya suatu ketegangan psikhis yang dialami oleh individu.
Kemudian siswa-siswa diminta untuk memainkan di muka kelas. Bagi
siswa yang mengalami ketegangan, permainan dalam peranan itu dapat
mengurangi ketegangannya, atau bahkan akan memecahkan masalah
pribadi yang dialaminya baik dalam hubungannya dengan keluarga maupun
dengan sesama siswa lainnya di lingkungan sekolah.
8. Remedial Teaching
Remedial teaching atau pengajaran remedial yaitu bentuk pengajaran yang
diberikan kepada siswa untuk membantu memecahkan kesulitan belajarnya.
Pengajaran remedial bias berbentuk pengajaran, pengulangan kembali,
latihan-latihan, penekanan terhadap aspek-aspek tertentu tergantung dari
jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialaminya. Teknik ini dapat
diberikan kepada kelompok atau individuil. Teknik remedial ini
dilaksanakan setelah diadakan diagnosa terhadap kesulitan yang dihadapi
siswa.

B. Pendekatan Individual (Konseling Individu)


Dalam teknik ini pemberian bantuan dilakukan bersifat face to face
relationship (hubungan empat mata), yang dilaksanakan dengan wawancara
antara konselor dengan klien. Masalah yang dipecahkan melalui teknik ini
adalah masalah-masalah yang bersifat pribadi. Dalam konseling hendaknya
konselor bersikap penuh simpati dan empati. Simpati artinya menunjukan
adanya sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien. Empati
artinya berusaha menempatkan diri dalam situasi dari klien dengan segala
masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan sikap ini klien akan memberikan
kepercayaan yang sepenuhnya kepada konselor. Dan ini sangat membantu
keberhasilan dalam proses konseling.
Menurut Moh. Surya (1988:110) ada tiga teknik khusus dalam konseling
individuil yaitu:
1. Directive counseling, yaitu teknik konseling dimana yang paling berperan
adalah konselor; konselor berusaha mengarahkan klien sesuai dengan
masalahnya.
2. Non-directive counseling, yaitu yang paling berperan adalah klien. Klien
bebas bicara dan konselor hanya menampung pembicaraan dan
mengarahkannya.
3. Elective counseling, yaitu gabungan dari kedua teknik di atas.

C. Teknik Tes
Teknik Tes ialah suatu prosedur sistematik untuk mengamati tingkah laku dan
memberikan tingkah laku itu menggunakan bantuan skala berangka (numerikal)
atau kategori yang tetap. Teknik Tes merupakan bagian dari kegiatan asesmen
yang perlu diberikan perhatian dalam bimbingan dan konseling di sekolah.
Kebergunaannya biasanya dikaitkan dengan upaya memahami individu, dengan
demikian akan lebih mudah dalam membantu individu mengambil keputusan.
Dalam proses konseling dimana konselor dan konseling juga memerlukan data
testing.

Jenis-Jenis Teknik Tes


Teknik tes adalah pengukuran psikologis dengan menggunakan alat tes yang
terstandar, seperti: tes kecerdasan, tes bakat, tes minat, dan tes kepribadian.
1. Tes inteligensi adalah tes untuk mengukur kecerdasan, kemampuan umum
(IQ) konseli yang dipandang sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi
belajar.
2. Tes bakat dikembangkan atas dasar suatu teori kemampuan pengukuran bakat,
dan terutama dikembangkan dengan lebih mengutamakan kegunaannya
sebagai alat bantu pada pekerjaan bimbingan dan konseling sekolah daripada
untuk meneliti dan melukiskan struktur dan organisasi kemampuan mental
khusus seseorang. Dengan kata lain pemerian bakat- bakat yang dimaksud
tidak bertolak dari konsep faktor-faktor murni melainkan lebih
menitikberatkan pada kemungkinan penggunaan daya ramal hasil tes bagi
perkembangan dan karir konseli. Tes bakat akademik (DAT) adalah tes untuk
mengukur kemampuan khusus seseorang dalam bidang akademik yang
bersifat khusus (Fauzan, 2001).
Bakat inipun mempengaruhi prestasi/keberhasilan seseorang terhadap bidang
dan jenis belajar yang bersifat khusus. Bakat yang diketahui melalui tes yang
dikembangkan ini terdiri atas tes kemampuan berfikir verbal, tes kemampuan
berfikir numerikal, tes kemampuan skolastik (perpaduan a dan b), tes berfikir
abstrak, tes berfikir mekanik, tes relasi ruang, dan tes kecepatan dan ketelitian
klerikal.
3. Tes minat jabatan adalah tes mengungkap kecenderungan aspek-aspek
individu yang bersifat nonkemampuan, seperti kecenderungan reaksi emosi,
sikap, sosiabilitas dan sebagainya.
4. Tes kepribadian adalah teknik untuk mengesahkan atau menolak hipotesis
dalam pengukuran mental yang menghasilkan skor untuk membandingkan dua
orang atau lebih. Tes ini dirancang untuk mengukur berbagai faktor psikologis
tertentu, biasanya juga menyangkut pengukuran kemampuan fisik seseorang.
D. Teknik Non Tes
Selain menggunakan tes, pengumpulan data tentang siswa dapat juga
dilakukan dengan teknik-teknik non tes yaitu :
1. Pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh observer (pengamat)
dengan turut mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek
yang diobservasi baik yang dilakukan ketika siswa sedang didalam kelas
maupun diluar kelas. Agar data yang dikumpulkan melalui observasi ini
dapat dicatat dengan sebaik-baiknya maka diperlukan pedoman observasi
yaitu daftar cek, skala penilaian, catatan anekdot, dan alat-alat mekanik.
2. Angket atau kuisioner adalah serangkaian pertanyaan atau penryataan yang
tertulis yang diajukan kepada responden untuk memperoleh jawaban secara
tertulis pula. Pertanyaan atau pernyataan dalam angket tergantung pada
maksud serta tujuan yang ingin dicapai.
3. Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan tanya jawab secara
lisan, baik langsung, maupun tidak langsung yang terarah pada tujuan
tertentu. Wawancara bersifat langsung apabila data yang dikumpulkan
langsung diperoleh dari individu yang bersangkutan.
4. Sosiometri adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data tentang hubungan
sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan individu
dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok. Dengan
demikiansosiometri dapat mengungkapkan dinamika sosial, popularitas
individu dalam kelompok, serta untuk menegenali kesulitan hubungan sosial
individu dalam kelompok.

Dapus :

Suteja Jaja. 2017. Teknik Bimbingan Konseling Dalam Mengembangkan Potensi


Siswa Di Sekolah. Journal For Islamic Social Sciences. 2 (1) : 23.

Masdudi. 2015. Bimbingan Dan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon : Nurjati


Press.

Pramartha Eka Wayan, Dan Dharsana Ketut I. 2021. Pengembangan Asesmen Minat-
Bakat Berbasis Computer Based Tes. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Indonesia. 6
(2) : 201-202
Nurul Rahmi, Dan Syamsul Ariefin (2019). Pelaksanaan Instrumen Non Tes Dalam
Bimbingan Dan Konseling (Studi Di SMP 1 Negeri Batu Ampar). Batam. Kepulauan
Riau.
Muhammad Yuliansyah Dan Murdiansyah Herman (2018). Teknik Sosiometri Dalam
Asesmen Pelayanan Konseling Pada Kepala Sekolah Dan Guru SDN Kuin Selatan.
Jurnal Bimbingan Dan Konseling Ar-Rahman.4(1) 28. Universitan Islam Kalimantan.
Banjarmasin.

Anda mungkin juga menyukai